Vous êtes sur la page 1sur 13

AQIDAH ISLAMIYAH

MATA KULIAH : AIK I


DOSEN PENGAMPU : YOHALIN
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK III
DEVITA RAHMA DIANTI ( 1719240005 )
SEPTI AGIL PANGESTI ( 1719240011 )
DITA AMELIA (1719240015)
YUNADIR ( 1719240018 )
AMBAR NAZIIHAH NUR ( 1719240010)

PROGAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh…


Bismillahirohmannirohimm…
Segala puji bagi Allah SWT. Dzat yang Maha Sempurna, Maha Pencipta dan Maha
Penguasa segalanya, karena hanya dengan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu tentang “Aqidah Islamiyah” Ada pun makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan I, dan ini adalah
upaya dari mahasiswa/I dalam mempelajari Al Islam dan Kemuhammadiyahan dengan lebih
terperinci karena judul yang dibahas adalah Aqidah Islamiyah.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi
dalam proses penyusunan tugas ini, karena kami sadar sebagai makhluk sosial, kami tidak bisa
berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan orang lain dan tanpa adanya bimbingan, serta
rahmat dan karunia dari–Nya.
Kami sadari bahwasannya makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu , kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga ini
dapat menambah wawasan bagi kita semua, dan semoga semangat dalam mempelajari Ulumul
Hadits juga akan bertambah sehingga kita dapat berfikir lebih kritis terhadap ilmu yang
dipelajari di kehidupan sehari-hari dengan sebaik-baiknya. Aamiin
Wasalamu’alaikum warohmatullaho wabarakatuh.

Bengkulu, 01 Oktober 2018

KELOMPOK III

ii
DAFTAR ISI

Table of Contents
AQIDAH ISLAMIYAH ............................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... iii

BAB I ........................................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................................................... 1

I.2 Rumusan Masalah............................................................................................................................... 2

I.3 Tujuan ................................................................................................................................................. 2

BAB II.......................................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 3

II.1 Pengertian Aqidah ............................................................................................................................. 3

II.2 Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah ................................................................................................ 4

II.3 Sumber Aqidah Islam ........................................................................................................................ 5

II.4 Beberapa Kaidah Aqidah .................................................................................................................. 6

II.5 Fungsi Aqidah ................................................................................................................................... 7

BAB III ........................................................................................................................................................ 8

PENUTUP ................................................................................................................................................... 8

III.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................... 8

III.2 Saran ................................................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Kepercayaan adalah isu dari semua agama. Hal ini dikarenakan sistem ritus dan
sistem nilai adalah konsekuensi logis dari sebuah kepercayaan. Dengan kata lain, kemunculan
agama diawali dengan terbangunnya kepercayaan. Kepercayaan sendiri merupakan proses
kejiwaan yang mengesampingkan kemampuan akal untuk menemukan seperangkat jawaban
terhadap kebutuha fitrahi manusia akan adanya dzat supranatural yang melampaui dirinya di
alam raya ini (Tuhan).
Namun kepercayaan yang telah terbangun ternyata bukanlah sesuatu yang baku dan
konstan. Sejarah telah memperlihatkan bagaimana sistem kepercayaan manusia lebih
merupakan sebuah organisma yang senantiasa tumbuh berkembang dari bentukyang paling
sederhana sampai “sempurna” menjadi sebuah agama. Maka lahirlah kepercayaan
dimasyarakat seperti dinamisme (menyembah benda-benda yang dipercaya memiliki
kekuatan magis) dan anamisme ( menyembah roh yang dipercaya ada didalam brnda, hewan,
maupun tumbuhan). Animisme dan dinamisme merupakan paham polyteisme dan hasil akal
budi manusia semata
Secara sederhana agama diklarifikasikan kedalam 2 katagori, yaitu polyteisme
(agama budaya, dengan banyak tuhan) dan monoteisme (agama wahyu, satu Tuhan). Islam
adalah agama wahyu (monoteisme) dimana dalam sejarah kemunculannya,murni berasal dari
Allah SWT yang disampaikan kepada manusia melalui perantara Rasul. Jalan menuju Islam
adalah proses menumkan Allah SWT secara sadar dan berbasis ketulusan nurani dan
penyelidikan akal, tanpa ada paksaan (QS. Al-Baqarah/2 : 256).
Keimanan yang telah menjadi keyakinan (aqidah) harus mendatangkan ketentraman
jiwa manusia, karena kebutuhan hidupnya telah terjembatani. Bila seseorang sudah meyakini
suatu kebenaran,maka ia harus menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran
tersebut. Untuk sampai pada keimana yang jiwa, harus sampai pada derajat yakin,dan untuk
sampai pada derajat yakin, maka akal harus menyusun penjelasan rasional untuk
membenarkan apa yang diimani hatinya. Fitrah manusia memang cenderung kepada Tuhan,

1
dan indera (akal) digunakan untuk menguji dan membuktikannya1 (Shihab). Inilah tahap yang
benar, karena akal sesuai dengan makna kebahasannya ’aql yang berarti tali pengikat. Tanpa
akal, seseorang akantersesat meskipun memliki pengetahuan teoritis yang mendalam 2 .
Fungsi akal sebagai pengikat ini didampingi oleh agama sebagai tuntunan dalam menjalani
kehidupan.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian aqidah?
2. Apa saja ruang lingkup pembahasan aqidah ?
3. Apa sumber aqidah Islam ?
4. Bagaimana kaidah aqidah Islam ?
5. Apa fungsi aqidah ?

I.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui pengertian aqidah sehingga mampu mengimplementasikan
dikehidupan sehari-hari.
2. Mahasiswa mengetahui ruang lingkup apa saja yang dibahas didalam aqidah.
3. Mahasiswa mengetahui sumberaqidah Islam
4. Mahasiswa tau bagaimana kaidah-kaidah aqidah yang akan memperjelas sejauh mana fitrah
dan kinerja akal berperan dalam permasalahan aqidah.
5. Mahasiswa mengetahui fungsi aqidah dalam kehidupan sehingga fungsi-fingsi tersebut dapat
dioptimalkan dikehidupan sehari-hari.

1
Ibid
2
M.Quraish Shihab. Loc. Cit

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Aqidah


Secara etimologis, aqidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan. ‘Aqdan
berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh, dan setelah menjadi ‘aqidatan (aqidah) maka
bermakna keyakinan.Sintesa antara makna kata ‘aqdan dan dan ‘aqidan adalah keyakinan itu
tersimpul dengan kokoh didalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian3 (Ilyas,
2001). Hasil penelusuran terhadap kata bentukannya (‘aqid) adalah berarti sesuatu yang
mengendap daan mengental didasar atau didalam4 (Ali, 1999).
Untuk sampai pada makna terminologis , maka perlu dibahas aspek-aspek pembangun
aqidah. Pertama, hakikat aqidah adalah keyakinan yang mengikat jiwa. Kedua, materi aqidah
adalah keimanan kepada aspek ilahiyah (ketuhanan) , nubuwah ( risalah para nabi), ruhaniyah
( alam metafisik), dan sam’iyah(alam gaib). Ketiga, sumber aqidah yaitu dua sumber wahyu
(al-qur’an dan as-sunnah). Keempat, tujuan/fungsi aqidah yaitu sebagai pengikat fitrah
manusia yang cenderung kepaada kebenaran (tauhid), dan peneguh kepercayaan tersebut
menjadi keyakinan hidup. Dengan demikian aqidah dapat diartikan sebagai keyakinan yang
tersimpan kokoh didalam jiwa, meliputi perkara-perkara yang harus diimani, ditetapkan dari
Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebagai fondasi keber-agamaan seorang muslim.
Adapun pengertian secara terminologi (istilah) adalah:
1. Asy-syahid Hasan Al-Banna memberikan satu definisi terminologi lain
tentang aqidah , yaitu :“aqa’id (jamak dari aqidah0 adalah beberapa perkara
yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati (mu), mendatangkan ketentraman
jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-
raguan”
2. Syaikh Taqiyuddin An-Nabhaniy menyatakan aqidah adalah iman. Iman
merupakan pembenaran (keyakinan) yang bersifat pasti (tashdiqu al-jaaziim)
yang sesuai dengan kenyataan berdasarkan dalil”.

3
Yunahar Ilyas. 2001.Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta
4
Atabik Ali.1999.Kamus Arab Kontemporer.Yogyakarta:Yayasan Maksum

3
3. Mahmud Syaltouth menyatakan bahwa aqidah merupakan cara pandang
keyakinan yang harus diyakini terlebih dahulu sebelum segala perkara yang
lainnya dengan suatu keyakinan yang tidak diliputi keraguan dan tidak
dipengaruhi oleh kesamaran yang menyerupainya”
4. Muhammad Husein Abdullah menyatakan aqidah adalah pemikiran yang
menyeluruh tentang alam, manusia, kehidupan, serta hubungan semuanya
dengan sebelum kehidupan (Sang Pencipta) dan setelah kehidupan (Hari
Kiamat), serta tentang hubungan semuanya dengan sebelum dan setelah
kehidupan (syari’at dan hisab)

Metode pembuktian aqidah harus diawali dari pengakuan terhadap kecenderungan


(fitrah) manusia kepada kebenaran, lalu mengerahkan indera untuk mencari kebenaran
tersebut. Sementara akal digunakan untuk menguji kebenaran yang ditemukan indra. Namun
ada hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh akal sehingga memerlukan wahyu untuk
menunjukkan dan menghantarkan manusia kepada Tuhan yang sebenarnya.
Syahadatain merupakan indikator vital bahwa seseorang telah memiliki aqidah
(islam)5 (Syaltut, 1984). Pengakuan tehadap risalah Nabi Muhammad SAW, berarti
membenarkan dan meyakini dengan sempurna tentang semua pokok-pokok ajaran Islam.

II.2 Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah


Ruang lingkup aqidah adalah segala unsur pokok agama (islam).
1. Ilahiyat : yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
ketuhanan (al-illah) ,seperti wujud (ada)Allah, nama-nama dan sifat Allah, terutama
pengakuan terhadap ke-Esaan Allah SWT. Seperti yang dijelaskan dalam QS. Al-
Ikhlas ayat 1-4. Pengakuan terhadap wahdaniyat (ke-Esaan) Allah SWT ini
merupakan kesempurnaan aqidah tentang Allah SWT, karna disini mengandung dua
aspek tauhid, yaitu tauhid rubbubiyah dan tauhid uluhiyah
2. Nubuwwat : pembahasan tentang segala yang berhubungan dengan nabi dan rasul,
termasuk didalamnya kajian tentang kitab-kitab dan mu’jizat yang dianugerahkan
sebagai peneguh kenabian mereka, karomah dan lainnya.
3. Ruhaniyat : Pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam gaib
seperti malaikat, jin,iblis, syetan, roh, dan lainnya. Keimanan terhadap alam

5
Mahmud Syatut 1984.Akidah dan syariah Islam (terj.fahruddin HS) Jakarta

4
supranatural ini masuk dalam katagori pokok ajaran Islam, bahkan semua agama
sekaligus menjadi wilayah yang hanya bisa didekati dengan keimanan atau
kepercayaan
4. Sam’iyat : Pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui melalui
sam’i (wahyu) yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Seperti alam barzakh, akhirat, hari
kiamat dan lain sebagainya.

Selain objek pembahasan diatas, pembahasan aqidah juga bisa mengikuti sistematika
arkan al-iman yaitu:6
1. Iman kepada Allah SWT
2. Iman kepada malaikat Allah SWT
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah SWT
4. Iman kepada Rasul Allah SWT
5. Iman kepada hari Akhir SWT
6. Iman kepada taqdir Allah SWT

Dasar pokok dari aqidah Islam adalah Arkanul Iman didasarkan hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Umar bin Khatab; ketika itu Malaikat Jibril datang
kepada Nabi SAW dan bertanya: “Coba ceritakan apa iman itu? Lalu Rasullah SAW
menjawab: Iman itu percaya kepada adanya Allah, Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para
Rasul-Nya, hari Kiamat dan percaya kepada takdir baik dan buruknya berasal dari Allah
SWT.” (HR. Muslim).

II.3 Sumber Aqidah Islam


Sumber Aqidah tentunya Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena hanya dua sumber
ini saja yang memadai untuk menjelaskan kompleksitas agama Islam. Dalam menetapkan Al-
Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber Aqidah , ada dua hal yang mesti diperhatikan dan
diteliti dengan seksama , yaitu kedua sumber tersebut harus mengandung kebenaran pasti
(qat’i) danmemiliki tuntutan yang tegas( tidak multi-interpreteble)7. Kebenaran qath’i berarti
kabar tersebut benar berasal dari Allah SWT yang disampaikan melalui Rasul-Nya. Dan
dalam hal ini Al-Qur’an jelas tidak ada keraguan didalamnya. Proses keimanan haruslah

6
Yunahar Ilyas. Op. Cit
7
Mahmud Syaltut. Loc . Cit

5
disertai dalil-dalil. Dalil ini adakalanya bersifat aqli atau naqli, tergantung perkara apa yang
diimani. Jika sesuatu itu masih dalam jangkauan panca indera maka dalilnya adalah aqli,
tetapi jika sesuatu itu di luar jangkauan panca indera, wajib disandarkan pada dalil naqli.
Dengan demikian dalil aqidah ada dua:
1. Dalil Aqli: dalil yang digunakan untuk membuktikan perkara-perkara yang bisa
diindera sebagai jalan (perantara) untuk mencapai kebenaran yang pasti dari
keimanan. Yang meliputi di dalamnya adalah beriman kepada keberadaan Allah,
pembuktian kebenaran Al-Qur'an, dan pembuktian Nabi Muhammad itu adalah utusan
Allah.
2. Dalil Naqli: berita (khabar) pasti (qath’i) yang diberitakan kepada manusia berkaitan
dengan perkara-perkara yang tidak dapat secara langsung dijangkau oleh akal
manusia, yaitu mengenai beriman kepada Malaikat, Hari Akhir, Nabi-nabi dan Rasul-
Rasul, Kitab-kitab terdahulu, sifat-sifat Allah, dan tentang Taqdir. Khabar yang qath’i
ini haruslah bersumber pada sesuatu yang pasti yaitu Al-Qur'an dan hadits mutawatir
(hadits qath’i).
Namun terhadap As-Sunnah hanya hadist muttawatir lah yang diterima. Muhammad Husain
Abdullah menyatakan bahwa hadits mutawatir adalah hadits yang didasarkan panca indera,
diberitakan oleh sejumlah orang yang jumlahnya menurut kebiasaan tidak mungkin mereka
bersepakat (terlebih dahulu) untuk berdusta (dalam pemberitaannya). Hadits mutawatir
seperti ini menunjukkan Al-‘Ilmu (kepastian), yakin, wajib diamalkan. Sedangkan hadist ahad
shahih tidak dapat dijadikan sandaran aqidah agama Islam. Hal itu dikarenakan tidak semua
hadist ahad itu sanadnya bersambung sampai ke Rasulullah SAW.

II.4 Beberapa Kaidah Aqidah


Beberapa kaidah ini akan memperjelas sejauh mana fitrah dan kinerja akal berperan
dalam permasalahan aqidah8
1. Apa yang saya dapat dengan indera,saya yakini adanya,kecuali bila akal saya
mengatakan “tidak” berdasarkan pengalaman masa lalu.
2. Keyakinan disamping diproleh dengan menyaksikan langsung juga bisa melaui berita
dari seseorang yang diyakinikejujurannya
3. Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena anda tidak bisa
menjangkaunya dengan indera mata

8
Syekh Ali Tantawi, Dalam Yunahar Ilyas. Op. Cit

6
4. Seseorang hanya bisa mengkhayalkan sesuatu yang sudah pernah dijangkau oleh
inderanya
5. Aka hanyal bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan waktu
6. Iman da fitrah setiap manusia
7. Kepuasan material didunia sangat terbatas
8. Keyakinan tentang hari akhiradalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang adanya
Allah SWT

II.5 Fungsi Aqidah


Yakni diibaratkan sebagai dasar dan fondasi bangunan kerajaan islam. Semakin tinggi
bangunan yang akan didirikan, haruslah semakin kokoh fondasi yang dibuat. Jika lemah,
maka bangunan akan cepat roboh. Aqidah yang kuat akan melahirkan ibadah yang tertib,
syariah yang taat dan akhlak yang anggun. Tingkat kemantapan aqidahsangat menentukan
totalitas ibadah seseorang. Tidaklah seseorang yang lalai mengingat Allah SWT melainkan ia
telah melalaikan dirinya sendiri. Kesadaran akan keberadaan, tugas, dan tujuan diri ini yang
akan membuat seseorang mampu menerima dirinya. Kesadaran dan penerimaan ini pada
akhirnya mengikis emosi negatif disatu sisi, dan menumbuhkan emosi positif disisi lain,
kepekaan sosial, toleran terhadap perbedaan , rasa berbagi bertambah dan memiliki jiwa
besar.

7
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Secara etimologis, aqidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan. ‘Aqdan
berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh, dan setelah menjadi ‘aqidatan (aqidah) maka
bermakna keyakinan. Dengan demikian aqidah dapat diartikan sebagai keyakinan yang
tersimpan kokoh didalam jiwa, meliputi perkara-perkara yang harus diimani, ditetapkan dari
Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebagai fondasi keber-agamaan seorang muslim.
Ruang lingkup aqidah meliputi aspek ilahiyah (ketuhanan) , nubuwah ( risalah para
nabi), ruhaniyah ( alam metafisik), dan sam’iyah(alam gaib). Sumber Aqidah tentunya Al-
Qur’an dan As-Sunnah, karena hanya dua sumber ini saja yang memadai untuk menjelaskan
kompleksitas agama Islam
Beberapa kaidah ini akan memperjelas sejauh mana fitrah dan kinerja akal berperan
dalam permasalahan aqidah9
1. Apa yang saya dapat dengan indera,saya yakini adanya,kecuali bila akal saya
mengatakan “tidak” berdasarkan pengalaman masa lalu.
2. Keyakinan disamping diproleh dengan menyaksikan langsung juga bisa melaui berita
dari seseorang yang diyakinikejujurannya
3. Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena anda tidak bisa
menjangkaunya dengan indera mata
4. Seseorang hanya bisa mengkhayalkan sesuatu yang sudah pernah dijangkau oleh
inderanya
5. Aka hanyal bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan waktu
6. Iman da fitrah setiap manusia
7. Kepuasan material didunia sangat terbatas
8. Keyakinan tentang hari akhiradalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang adanya
Allah SWT
Fungsi Aqidah Yakni diibaratkan sebagai dasar dan fondasi bangunan kerajaan islam.
Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, haruslah semakin kokoh fondasi yang dibuat.

9
Syekh Ali Tantawi, Dalam Yunahar Ilyas. Op. Cit

8
Jika lemah, maka bangunan akan cepat roboh. Aqidah yang kuat akan melahirkan ibadah
yang tertib, syariah yang taat dan akhlak yang anggun, mengikis emosi negatif disatu sisi, dan
menumbuhkan emosi positif disisi lain, kepekaan sosial, toleran terhadap perbedaan , rasa
berbagi bertambah dan memiliki jiwa besar..

III.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ali, A. (1999). Kamus Arab Kontemporer. yogyakarta: Yayasan Ali Maksum.


Ilyas, Y. (2001). Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI UMY.
Shihab, M. Q. (t.thn.). Wawasan Al Qur'an : tafshir mawudhu'i Atas Berbagai Persoalan Umat ,
Cetakan XIV, Op, Cit.
Syaltut, M. (1984). Akidah dan Syariah Islami (terj. Fahruddin HS). jakarta: Bumi Aksara.

https://mananjumati.wordpress.com/2014/09/13/makalah-konsep-aqidah-dalam-islam/ diakses pada


01 Oktober pukul 21:45 WIB
http://www.academia.edu/34995061/Makalah_Tentang_Aqidah_Islamiyah diakses pada 01 Oktober
pukul 22:15 WIB

10

Vous aimerez peut-être aussi