Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh :
ARADEA DESIKA PUTRI SITORUS
131000293
MEDAN
2018
Oleh :
ARADEA DESIKA PUTRI SITORUS
NIM. 131000293
2018
ii
SERDANG BEDAGAI 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya
saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-
cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya atau
iii
Posyandu
vi
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
Bedagai. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh
bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun
materil. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, Mhum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Utara.
4. dr. Fauzi, SKM selaku Dosen Penguji II skripsi yang telah banyak
vii
6. Drs. Alam Bakti Keloko M.Kes selaku Dosen Penguji II skripsi yang telah
Sumatera Utara.
9. Kepala Dinas Kesehatan Serdang Bedagai dan seluruh staf yang telah banyak
membantu penulis.
11. Teristimewa penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang amat penulis
kepada penulis.
12. Saudara-saudara tercinta, Nurhana Sitorus S.pd, Safri Muliya Sitorus, Indra
Mahyudi Sitorus SH, Andi Pahrulian Sitorus, Tut Wuri Handayani Sitorus
viii
penulis..
13. Sahabat dari SMA Kristina Tumanggor S.pd, Deminar Dolok Saribu S.,
Sriana, Ibnu Yafizham yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam
14. Prada Jul Harianto yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam
15. Sahabat-sahabat dari semester awal kuliah, Ola Ofianty, Ilvi Lian Suri SKM,
Rispa Rahmadhani Lubis SKM, Rifka Aprianti Putri Lubis SKM, Fikriyah
Arfina Nainggolan , Rani, Salmi Abbas SKM, Siti Mutia, Ratih Nur Indah
Handayani Simbolon SKM, Nurhazmi Harahap SKM, Qori, dan Eltria Citra.
18. Dan semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis
Penulis
ix
xii
xiii
xiv
pasangan Alm Muhammad Yunus Sitorus dan Ibu Maimunah Damanik, kedua
orangtua saya tersebut tinggal di Desa Prapat Janji, Kabupaten Asahan. Penulis
Beragama Islam dan bersuku Batak, dan saat ini berdomisili di Jalan Abdul
Janji (2001-2007), MTs Negeri Kisaran (2007-2010), SMA Negeri 1 Buntu Pane
Kesehatan (2013-2018).
xv
PENDAHULUAN
kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakat dan antar daerah dengan
keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan. Salah satu bentuk upaya
salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang
kesehatan dasar. Adapun jenis posyandu terdiri dari posyandu pratama, posyandu
xvi
posyandu melayani 5 program prioritas yaitu KB, KIA, gizi, imunisasi dan
pelayanan kontrasepsi (kecuali pil dan kondom) dan imunisasi. Oleh sebab itu
dalam kegiatan posyandu yang dilakukan 1 bulan sekali tersebut harus ada
untuk bayi dan balita yang paling awal. Namun pada kenyataannya di posyandu,
tumbuh kembang anaknya dengan alasan sibuk kerja atau tidak sempat membawa
meningkatnya status gizi balita sehingga jumlah balita yang berat badannya tidak
Provinsi Sumatera Utara masalah gizi buruk di Sumatera Utara tahun 2016
prevalensi gizi buruk sebesar 4,4% dan prevalensi gizi kurang sebesar 18%.
Status gizi balita sebenarnya dapat di pantau apabila si ibu membawa balitanya
xvii
karena disetiap desa ditemukan sekitar 3-4 posyandu . pada saat posyandu di
canangkan pada tahun 1986, jumlah posyandu tercatat tercatat sebanyak 25.000
posyandu dan pada 2009 menigkat menjadi 266.827 posyandu dengan ratio 3,55
Posyandu per Desa/kelurahan. Namun bila ditinjau dari aspek kualitas, masih
cukup baik untuk balita terutama sampain 2 tahun. Aktivtas selanjutnya sampai
mulai dari terendah 10% sampai tertinggi 80%. Untuk kelangsungan program
posyandu sangat dibutuhkan peran aktif kader yang merupakan tenaga sukarela
kesehatan pada tahun 2012 sebanyak 707.234 orang dan meningkat menjadi
877.088 orang pada tahun 2013. Dari seluruh SDM kesehatan yang ada, sekitar
40% bekerja di Puskesmas. Jumlah tenaga kesehatan sudah cukup banyak tetapi
xviii
tenaga medis (9 orang per puskesmas), perawat-termasuk perawat gigi (13 orang
per puskesmas), bidan (10 orang per puskesmas). Sedangkan tenaga kesehatan
perencanaan kesehatan antara lain adalah kurang tersedianya data dan informasi
yang memadai, sesuai kebutuhan dan tepat waktu. Permasalahan juga muncul
(kabupaten, kota, dan provinsi), termasuk pemanfaatan hasil evaluasi atau kajian
berhasil apabila manajemennya baik dan teratur dimana manajemen itu sendiri
merupakan suatu perangkat dengan melakukan proses tertentu dalam fungsi yang
sebanyak 29,9%, dan mandiri sebanyak 8,3%. Diperkirakan hanya 40% yang
masih aktif dan diperkirakan hanya 43% anak balita yang terpantau status
xix
kader yang belum memadai, dimana kader posyandu adalah anggota masyarakat
yang dipilih, bersedia, mampu, dan memiliki waktu untuk mengelola kegiatan
Nasional pada tahun 2007 menunjukkan sebesar 53% dari target 95% (Kemenkes
RI, 2012).
15.587 posyandu yang ada dilaporkan yang terdiri dari 2.026 unit (13%) posyandu
pratama, 7.031 unit (45,1%) posyandu madya, 6.130 unit (39,33%) posyandu
purnama dan 400 unit (2,57%) posyandu mandiri. Disini terdapat peningkatan
persentasenya sampai dengan tahun 2013 sudah mencapai 41,90%, angka sudah
mampu mencapai target pada Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
yaitu sebesar 40% pada tahun 2013. Apabila melihat rasio posyandu terhadap
desa/kelurahan di Provinsi Sumatera Utara adalah 2,62 atau rata-rata pada tiap
814 posyandu yang terdiri dari 305 posyandu madya, 503 posyandu purnama dan
posyandu aktif, jumlah psoyandu yang aktif kurang dri separuhny yaitu sebanyak
409 posyandu. Dari data Puskesmas Melati tahun 2016 diketahui bahwa terdapat 1
xx
dan jumlah kader yang tidak aktif terdapat 60 (38,46%). Target standar
kemungkinan banyak ibu-ibu balita yang bekerja pada pagi hari sehingga pada
hari pelaksaan posyandu banyak yang tidak hadir, dan salah satu kemungkinan
ibu-ibu balita tidak dapat hadir dikarenakan jarak yang begitu jauh dari tempat
mereka tinggal, dan kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat Posyandu , hal
ini dapat terlihat dari ibu balita yang hanya memanfaatkan pelayanan posyandu
hanya untuk melakukan imunisasi semata, setelah itu tidak perlu lagi datang
menunjukkan bila anak sudah mendapatkan imunisasi dari posyandu, ibu tidak
anaknya. Si ibu juga lebih memilih anaknya di imunisasi di mana tempat dia
melahirkan, takut adanya kesalahan saat memberi obat karena jumlah pengunjung
yang cukup banyak, juga tidak adanya pemberitahun kepada ibu sebelumnya dari
lebih memilih klinik atau rumah sakit dari pada posyandu dikarenakan ibu
xxi
karena ibu menganggap anaknya sehat- sehat saja sehingga tidak perlu dibawa ke
Akibat dari kondisi tersebut maka muncul sikap di masyarakat yang merasa
bahwa posyandu sudah tidak cocok lagi atau sulit untuk dilaksanakan, namun
masih ada kelompok masyarakat yang merasa posyandu masih sangat dibutuhkan.
partisipasi ibu untuk berkunjung ke posyandu yaitu tidak adanya informasi yang
kinerja yang dilakukan oleh petugas kesehatan, serta kurangnya ketersediaan dana
Kabupaten Pangkep. Study penelitian yang dilakukan oleh Novi tahun 2007
alat ukur, pencatatan dan pelaporan, serta penyuluhan gizi yang dianggap paling
xxii
meliputi pengetahuan, sikap dan persepsi dan jarak posyandu yang memengaruhi
xxiii
pelayanan posyandu
xxiv
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Posyandu
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat,
peran dan fungsi Posyandu bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah saja,
namun semua komponen yang ada dimasyarakat, termasuk kader. Peran kader
oleh, dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah
kerja puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan dibalai dusun, abalai
kelurahan dan tempat lainnya yang mudah diakses oleh masyarakat (Sulistyorini
dkk, 2010).
yang lebih baik dan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat melalui
dimiliki.
xxv
dirinya dalam menangani permasalahan status gizi balita (Kemenkes RI, 2011).
1. Tujuan Umum
masyarakat.
2. Tujuan Khusus
AKB.
xxvi
a. Bagi Masyarakat
5. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah
6. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).
8. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan
anak balita.
b. Bagi Kader
lengkap.
xxvii
oleh kegiatan bulanan posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah
kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya
masih rendah yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang dapat dilakukan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih
masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% Kepala
b. Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat
yang kuat, dengan cakupan anggota lebih dari 50% KK. Peserta
lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima
orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%,
sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang
pesertanya lebih dari 50% Kepala Keluarga (KK) yang bertempat tinggal
xxix
masing-masing.
apabila didukung oleh unsur-unsur fasilitas yang lengkap dan terutama sikap
petugas kesehatan, ketersediaan sarana dan prasarana serta kondisi geografis salah
xxx
(Notoatmodjo, 2012).
2.3.1 Pengetahuan
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, telinga, hidung, dan
(Notoatmojo, 2012)
a. Tahu (know)
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
b. Memahami (comprehension)
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar.
c. Aplikasi (application)
xxxi
e. Sintesis (syntesis)
f. Evaluasi (evaluation)
akan membentuk sikap dan pada akhirnya akan terwujud dalam bentuk tindakan.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya
sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau
Disamping faktor fasilitas juga diperlukan dukungan (support) dari pihak lain,
2.3 2 Sikap
pengetahuan, yaitu:
xxxii
b. Merespon (Responding)
c. Menghargai (Valuing)
Sikap individu akan bertanggung jawab dan siap menanggung resiko atau
sikap setuju terhadap pertanyaan tertentu. Skala pengukuran sikap oleh Likert
dibuat dengan pilihan jawaban sangat setuju terhadap suatu pernyataan dan sangat
Sikap seseorang dipengaruhi oleh faktor intrinsik (di dalam diri), dan
faktor ekstrinsik (di luar). Faktor intrinsik meliputi kepribadian, intelegensi, bakat,
xxxiii
pertahanan diri, penerima objek ilmu serta memberi arti, nilai ekspersif,
merugikannya.
diri serta melindungi dari hal-hal yang mengancam egonya atau apabila ia
mengetahui fakta yang tidak mengenakkan, maka sikap dapat berfungsi sebagai
tersebut.
kepuasan dalam menyatakan suatu nilai yang dianutnya sesuai dengan penilaian
xxxiv
artikan bahwa sikap dapat berpengaruh terhadap diri kita sendiri bahkan fungsi
dari sikap itu sendiri sangat tergantung dari aktivitas yang kita lakukan.
2.3.3 Persepsi
mereka tidak mengetahui semua fakta yang ada atau telah salah dalam
dipengaruhi oleh proses dalam memberikan pelayanan dan juga hasil dari
adalah :
a. Faktor Psikologis
xxxv
Faktor ini akan mengubah persepsi seseorang melalui apa yang dilihat dan
kesehatan.
Image yang sudah tercipta harus didukung oleh segala sesuatu yang dilakukan
dan dikatakan oleh penyedia layanan kesehatan. Harapan dan persepsi pada
kesehatan.
suatu ketidakpuasan.
xxxvi
berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi obyek adalah dirinya
2.3.4. Jarak
umtuk hadir atau berpartisipasi dalam kegiatan posyandu. Hal tersebut sesuai
seseorang atau masyarakat terhadap kesehatan ibu balita tidak datang ke posyandu
xxxvii
Demikian juga menurut Maryam 2010 yang menyatakan bahwa sikap akan
terwujud didalam suatu tindakan tergatung dari situasi saat itu. Ibu balita mau
datang ke posyandu tetapi karena jaraknya jauh atau situasi kurang mendukung
Pelayanan kesehatan yang lokasinya terlalu jauh dari tempat tinggal tentu
tidak mudah dicapai, sehingga apabila keadaan ini sampai terjadi tentu tidak akan
pelayanan kesehatan tersebut, begitu pula sebaliknya, makin jauh jarak rumah dari
tempat atau pusat pelayanan kesehatan maka makin kecil pula jumlah kunjungan
tentang posyandu sudah cukup baik, tapi karena jarak tempuh dari rumah ke
(Nursalam,2012).
faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam perilaku pemanfaatan
xxxviii
Kerangka Teori
Predisposisi
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Persepsi tentang
pelayan posyandu
Pendukung
Pendorong
1. Prilkau petugas
kesehatan
2. Prilaku Kader
xxxix
peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian yang akan menjadi acuan dalam
1. Pengetahuan
2. Sikap Pemanfaatan posyandu
3. Persepsi tentang
pelayan posyandu
4. Jarak posyandu
2.6 Hipotesis
Dari gambar kerangka konsep diatas, maka hipotesis penelitian ini terdapat
2017.
xl
METODE PENELITIAN
Penelitian ini di lakukan mulai pada tanggal 28 bulan Agustus tahun 2017
Populasi dari penelitian ini adalah semua Pasangan Usia subur yaitu
pasangan yang istrinya berumur 15 sampai dengan 49 tahun atau pasangan suami-
istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50
Kriteria sampel pada penelitian ini adalah semua ibu-ibu Pasangan Usia
Subur (PUS) yang memiliki balita maupun tidak yang terdaftar pada posyandu di
xli
yaitu teknik pengambilan sampling dimana sampel yang diambil sedemikian rupa
sehingga tiap unit penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai sampel. Hasil dari sampling tersebut memiliki sifat yang
( )
n=
Keterangan :
d : alpha (0,1)
, , ( , )
n =
( , )
, ,
n =
,
,
n=
,
Jadi total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 100
orang.
xlii
1 Adolina 98 98 4
× 100
2284
2 Melati I 139 139 6
× 100
2284
3 Melati II 566 566 25
× 100
2284
4 Tanjung Buluh 29 29 2
× 100
2284
5 Sei Jenggi 454 454 19
× 100
2284
6 Sei buluh 308 308 13
× 100
2284
7 Lubuk bayas 228 228 10
× 100
2284
8 Lubuk rotan 209 209 10
× 100
2284
9 Sei nagalwan 253 253 11
× 100
2284
kebetulan orang tadi ada ditempat. Oleh karena itu ada beberapa penulis
menggunakan istilah accidental sampling tidak disengaja atau juga captive sampel
(man-on-the-street).
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok
xliii
tenaga dan biaya sehingga tidak dapat mengambil yang besar dan jauh.
Keuntungan daripada teknik ini adalah terletak pada ketepatan peneliti memilih
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari laporan-
xliv
4. Jarak posyandu adalah jarak tempat tinggal yang ditempuh oleh responden
tempuh dari tempat tinggal ke posyandu, keadaaan jalan jalan dari tempat
pelayanan posyandu
Berdasarkan skor tersebut jumlah skor tertinggi diperoleh adalah 6 dan skor
terendah adalah 0.
xlv
Berdasarkan skor tersebut jumlah skor tertinggi diperoleh adalah 7 dan skor
terendah adalah 0.
Berdasarkan skor tersebut jumlah skor tertinggi diperoleh adalah 4 dan skor
terendah adalah 0.
xlvi
terendah adalah 0.
Teknik analisa data yang digunakan adalah uji regresi logistik ganda
dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05). Tahapan dalam melakukan uji regresi
logistik berganda yaitu pertama dengan melakukan seleksi logistik sederhana
antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen, bila hasil
uji logistik sederhana signifikan maka variabel tersebut dapat masuk kandidat
model uji regresi logistik ganda .
Tahapan selanjutnya yaitu pembentukan model uji regresi logistik dengan
cara variabel yang memliki p value < 0,05, maka masuk dalam model dan variabel
p value > 0,05 di keluarkan dari model uji regresi logistik ganda.
Rumus regresi logistik ganda
Keterangan :
y = Variabel terikat
β = Koefisien regresi
X = Variabel bebas
xlvii
jalan untuk menuju puskesmas melati belum seluruhnya diaspal dan tidak ada
Wilayah kerja puskesmas melati terdiri dari 9 desa dengan luas wilayah
xlviii
banyak adalah sebagai ibu rumah tangga dan sebagian menjadi buruh dan paling
sedikit yaitu pegawai swasta. pekerjaan ibu rumah tangga yaitu hanya mengurus
keperluan rumah tangga saja. Sedangkan ibu yang bekerja menjadi buruh yaitu
bekerja di kebun mereka sendiri, dan juga bekerja pada pembuatan batu bata di
karenakan mayoritas mata pencarian mereka membuat batu bata. Tetapi banyak
ibu-ibu baik yang bekerja maupun tidak bekerja untuk membawa anaknya ke
anaknya.
xlix
gigi, Perawat, Bidan, Perawat Gigi, Farmasi, Gizi, Kesehatan Masyarakat, dan
1 Dokter Umum 2
2 Dokter Gigi 1
3 Perawat 11
4 Bidan 26
5 Farmasik 1
6 Kesehatan Masyarakat 6
7 Gizi 3
8 Keterapian Medis 1
Jenis Posyandu
No Kelurahan Pratama Madya Purnama Mandiri Jumlah
1. Adolina - 3 - - 3
2. Melati I - 2 - - 2
3. Melati II - 11 - - 11
4. Tanjung Buluh - 4 - - 4
5. Sei Jenggi - 1 - - 1
6. Sei Buluh - 4 - - 4
7. Lubuk Bayas - 3 - - 3
8. Lubuk Rotan - 3 - - 3
9. Sei Nagalawan - 3 - - 3
Jumlah - 34 - - 34
rumah warga yang telah disepakati untuk dijadikan tempat posyandu. Kegiatan
posyandu di Wilayah kerja Puskesmas Melati didukung dengan adanya sarana dan
li
Demografi N Persentase
Pendidikan
SD 1 1.0
SLTP/SMP 39 39.0
SLTA/SMA 52 52.0
Perguruan Tinggi 8 8.0
Pekerjaan
PNS 5 5.0
Pegawai Swasta 3 3.0
Buruh 29 29.0
Wiraswasta 10 10.0
Tidak Bekerja 53 53.0
Pada Tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa pendidikan ibu yang paling
dominan adalah tamat SLTA dengan jumlah 52 orang, tamat SLTP berjumlah 39
orang. Berdasarkan status pekerjaan dapatdilihat bahwa sebagian besar ibu tidak
atau deskripsi data yang telah diperoleh. Analisis univariat dalam penelitian ini
adalah pengetahuan, sikap dan persepsi tentang pelayanan di posyandu dan jarak
lii
Dari tabel diatas dapat di lihat hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
(52,0%)
Hal ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa faktor
kegiatan posyandu di setiap desa yang dilakukan oleh petugas kesehatn secara
rutin kepada masyarakat oleh petugas kesehatan, kader, tokoh masyarkat serta
melalui media promosi kesehatan yakni leaflet, booklet, poster dan sebagainya
pelayanan posyandu.
responden (73,0%) memiliki sifat yang tidak baik dan 27 orang (27,0%) bersikap
liv
pemanfaatan pelayanan posyandu. Nilai Exp (B) = 0,318 yang mempunyai arti
bahwa responden yang memiliki sikap baik menjadikan responden aktif datang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap relatif lebih menetap, timbul
dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar, karena
itu sikap dapat diperteguh atau diubah. Dalam psikologi, sikap merupakan
(Notoatmodjo, 2003)
lv
pengetahuan tentang tentang pemnafaatan posyandu juga akan baik yang dapat
memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukkan sikap yang tidak baik atau
Hasil Analisis pada sikap responden diperoleh data yaitu sikap baik
diterima, apakah individu akan menyakini informasi yang akan diterima, hal ini
persuasi yaitu memberi ide, pikiran, pendapat, bahkan fakta barulewat pesan
lvi
peningkatan pemberdayaan petugas kesehatan yang baik dalam kerja sama dengan
lvii
posyandu. Hal ini dibuktikan melalui uji Regresi Logistik dimana dari hasil
pemanfaatan posyandu. Bidan dan kader yang baik dan ramah memiliki nilai
Kader memiliki peranan sentral dalam program yang ada di masyarakat dalam
konsep posyandu yaitu pelayanan dari masyarakat, untuk masyarakat dan oleh
masyarakat.
dilapangan sangatlah penting dalam kegiatan posyandu. Karena kader tidak dapat
seperti imunisasi. Jadwal kegiatan posyandu yang tepat waktu sangat berperan
penting dalam hal pemanfaatan posyandu, terkadang alasan kenapa ibu-ibu tidak
lviii
mengenai keseriusan atau dampak yang akan terjadi ketika ibu tidak membawa
balita menjadi sakit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Yenita (2011) yang menunjukkan bahwa persepsi individu akan keseriusan
penyakit atau ancaman penyakit yang akan didapat ketika tidak melakukan
kesehatan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa persepsi ibu tentang manfaat
Persepsi ibu akan manfaat (perceived benefit) menurut Rosenstrock berarti bahwa
oleh manfaat tindakan tersebut untuk pengobatan atau pencegahan penyakit. Pada
penelitian ini, persepsi ibu terhadap manfaat posyandu mendorong ibu untuk
lix
ke tempat pelayanan posyandu. Dpat dilihat pada table 4.8 sebagai berikut :
menyatan sulit sebesar 43%. Dalam penelitian ini variabel jarak memiliki
pengaruh terhadap pemanfaatan posyandu. Hal ini dibuktikan melalui uji Regresi
apabila tidak didukung oleh keterjangkauan sarana kesehatan maka sulit untuk
posyandu yang kurang strategis untuk dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
pada masing-masing tempat. Hal ini menyebabkan ibu semakin malas untuk
lx
pelayanan kesehatan. Hal ini dapat dipahami karena semakin jauh tempat tinggal
dari tempat pelayanan kesehatan akan semakin mahal. Ini telah sesuai dengan
teori permintaan yaitu jika barang yang diminta semakin mahal, maka jumlah
signifikan yang berarti bahwa variabel jarak ditemukan adanya hubungan atau
pengaruh antara jarak terhadap pemanfaatan pelayanan posyandu. Hal ini dapat
Selain teori tersebut hasil dari pada penelitian ini sejalan dengan hasil
variabel jarak tempuh, variabel waktu tempuh dan variabel sarana transportasi dari
dipertimbangkan untuk menetapkan lokasi atau letak posyandu antara lain: berada
di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat, ditentukan oleh masyarakat itu
lxi
posyandu di setiap desa yang dil akukan oleh petugas kesehatan secara rutin
kepada masyarakat oleh petugas kesehatan, kader, tokoh masyarakat, serta melalui
media promosi kesehatan yakni leaflet, booklet, poster dan sebagainya. Pemberian
sebanyak 40 responden (40%). Dapat dilihat dalam bentuk tabulasi pada table 4.9
sebagai berikut :
lxii
jarak dan untuk lihat variabel mana yang memiliki pengaruh terhadap
pemanfaatan posyandu dengan nilai p < 0,05. Dapat dilihat pada tabel 4.10
sebagai berikut :
variabel sikap, persepsi pelayanan posyandu, dan jarak dapat masuk ke taap uji
lxiii
terhadap pemanfaatan posyandu. Dapat dilihat dalam bentuk tabulasi pada tabel
Hasil uji regresi logistic berganda dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05)
menunjukkan bahwa :
2. Nilai Exp (B) pada variabel sikap adalah 0,3 artinya responden yang
0,3 kali lebih baik dibandingkan dengn responden yang menyatakan variabel
3. Nilai Exp (B) pada variabel persepsi pelayanan posyandu adalah 2,4 artinya
lxiv
tidak baik.
4. Nilai Exp (B) pada variabel Jarak adalah 0,4 artinya responden yang
sebesar 0,4 kali lebih baik dibandingkan dengn responden yang menyatakan
Dimana:
X1 = Sikap
X3 = Jarak
variabel sikap (p= 0,033), variabel jarak (p=0,048), variabel persepsi (p=0,036).
terhadap pemanfaatan posyandu. Nilai Exp (B) pada variabel sikap adalah 0,3
posyandu sebesar 0,3 kali lebih baik dibandingkan dengn responden yang
lxv
2,4 kali lebih baik dibandingkan dengn responden yang menyatakan variabel
persepsi pelayanan posyandu tidak baik. Nilai Exp (B) pada variabel Jarak adalah
pemanfaatan posyandu sebesar 0,4 kali lebih baik dibandingkan dengn responden
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap relatif lebih menetap, timbul
dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar, karena
itu sikap dapat diperteguh atau diubah. Dalam psikologi, sikap merupakan
(Notoatmodjo, 2003)
lxvi
dilapangan sangatlah penting dalam kegiatan posyandu. Karena kader tidak dapat
seperti imunisasi. Jadwal kegiatan posyandu yang tepat waktu sangat berperan
penting dalam hal pemanfaatan posyandu, terkadang alasan kenapa ibu-ibu tidak
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa persepsi ibu tentang manfaat
Persepsi ibu akan manfaat (perceived benefit) menurut Rosenstrock berarti bahwa
oleh manfaat tindakan tersebut untuk pengobatan atau pencegahan penyakit. Pada
penelitian ini, persepsi ibu terhadap manfaat posyandu mendorong ibu untuk
lxvii
apabila tidak didukung oleh keterjangkauan sarana kesehatan maka sulit untuk
posyandu yang kurang strategis untuk dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
pada masing-masing tempat. Hal ini menyebabkan ibu semakin malas untuk
Selain teori tersebut hasil dari pada penelitian ini sejalan dengan hasil
variabel jarak tempuh, variabel waktu tempuh dan variabel sarana transportasi dari
lxviii
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Bedagai
lxix
lxx
Hidayat, A.A. 2014. Metopel Keperawatan dan Teknis Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika
lxxi
Maryam, R. 2010. Buku Panduan Kader Posyandu Lansia. Jakarta: Trans Info
Media
Sunaryo, 2010. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar . Bandung
: PT Remaja Rosdakarya
lxxii
Widayantun, T.R. 2011. Ilmu Prilaku M.A . 104 . Jakarta : Anggota IKAPI
lxxiii
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisisan :
3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurtu ibupaling sesuai dengan kondisi
I. Identitas Responden
1. Nama Responden :
2. Nama :
3. Alamat :
4. Umur :
II. Karakteristik Individu
1. Apakah pendidikan terakhir ibu ?
a. Tidak sekolah/ tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SLTA/SMP
d. Tamat SMA
e. Tamat Perguruan Tinggi
2. Pekerjaan saudara adalah
a. PNS
b. Pegawai swasta
c. Buruh
d. Wiraswasta
e. Tidak bekerja
lxxiv
NO PERTANYAAN YA TIDAK
B. SIKAP
lxxv
D. JARAK POSYANDU
lxxvi
Master Data
lxxvii
lxxviii
lxxix
lxxxi
lxxxii
lxxxv
lxxxvi
lxxxix
1. Pengetahuan
Frequensi Table
1. Posyandu adalah suatu kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat dalam
puskesmas?
kembang balita?
90
2. Sikap
Frequensi Table
91
dilaksanakan?
5. Meskipun imunisasi dasar anak sudah lengkap, anak balita harus tetap di
bawa ke posyandu?
92
posyandu?
Frequensi Table
93
4. Jarak
Frequensi Table
94
1. Pemanfaaatan Posyandu
Frequensi Table
95
3. Apabila didekat rumah ibu telah dibuka suatu klinikbaru, apakah ibu akan
tetap dating ke posyandu?
Chi-square df Sig.
Model Summary
96
Observed Predicted
Tidak Memanfaatkan 0 44 .0
Pemanfaatan
posyandu
Step 1 Memanfaatkan 0 56 100.0
Tidak Memanfaatkan 0
Memanfaatkan 1
Chi-square Df Sig.
97
Classification Tablea
Observed Predicted
Tidak Memanfaatkan 0
Memanfaatkan 1
98
Chi-square Df Sig.
Model Summary
Classification Tablea
Observed Predicted
99
Chi-square Df Sig.
Model Summary
Classification Tablea
Observed Predicted
100
Unselected Cases 0 .0
Tidak Memanfaatkan 0
Memanfaatkan 1
Chi-square Df Sig.
Model Summary
a
Classification Table
101
102