Vous êtes sur la page 1sur 3

Kami kelompok 3 akan memerankan sebuah drama, roleplay tentang askep bunuh diri.

Yang akan diperankan oleh:

Desa X, kecamatan Y, ada sebuah keluarga, seorang janda yang mempunyai 2 orang
anak, suaminya sudah meninggal sejak beberapa tahun yang lalu. Ibu Elly seorang
pengangguran yang banyak hutang, berkepribadian pendiam, tidak suka bergaul, punya
penyakit jantung dan anak-anaknya sangat sulit diatur. Anak pertamanya mempunyai watak
yang kasar, suka memaksakan kehendak, sangat sulit diatur dan pergaulannya bebas.

Begitu juga dengan anak keduanya, seorang laki-laki yang berwatak kasar, suka
marah-marah dan dia minta dibelikan motor sama ibunya. Ibu Elly karena dia pengangguran
yang kerjanya kadang ada kadang tidak, dia sering meminjam uang ke rentenir di desanya,
padahal dia tahu rentenir itu seperti apa, dia suka memaksa, mengancam, melipatgandakan
bunga utangnya dan kasar, tapi Ibu Elly tetap meminjam uang pada si rentenir tersebut. Dan
dia juga mempunyai tetangga yang sangat perhatian, perhatian terhadap gosip tentunya.

Adegan 1

Ibu Elly mau memasak nasi, tetapi berasnya habis, dan dia hanya mempunyai uang
Cuma 10 ribu Rupiah. Untuk membeli beras saja uangnya tidak cukup, rencananya dia ingin
mengutang di warung. Tiba-tiba masuk 2 orang anaknya. Anaknya menghampiri Ibunya
dengan dan berkata : “Mak, minta uang mau beli rokok.”

Bu Elly : Ngak ada uang nak, ini uangnya mau beli beras buat makan kita.

Safril : (sambil merampas uang), selalu nggak ada uang...

(trus pergi)

Bu Elly : (mengelus dada sambil menangis tersedu-sedu)

Tiba-tiba Ulan masuk,

Ulan : “Mak ... , mak ... laparrr (buka kurungan), selalu ngak ada nasi (banting tudung saji

lalu mendekati ibunya yang lagi menangis.”

“Selalu nangis aja kerjanya, capek ku liat.”


Bu Elly terus saja menangis, tanpa berkata apa-apa.

Ulan berlalu sambil mengumpat, yang kemudian berjumpa dengan Siti tetangganya.

Siti : “Kenapa Lan? Kok merepet-repet?”

Ulan menceritakan tentang mamaknya yang jelek-jelek dan mereka bergosip ria ...

Diwaktu yang sama datang penagih hutang ke rumah Bu Elly.

Penagih Hutang : (Berteriak memanggil nama Bu Elly)

Bu Ellly ... 3x

(Sambil menggedor-gedor pintu)

Bu Elly : (dengan suara yang lemah)

“Siapa itu ??” (sambil membuka pintu)

Penagih Hutang : Heh ... Bu Elly, ini uda melewati waktu, kapan mauu bayar hutang ?

Bu Elly : Tapi saya belum ada uang ...

Penagih Hutang : Itu bukan urusan saya, hutang anda sudah menumpuk, bunganya uda

banyak tau ..

Kalo Ibu nggak bayar juga sampe besok, rumah ini saya sita ...

Bu Elly : Jangan Bu ...

Saya mau tinggal dimana kalo rumah ini disita?

Penagih Hutang : Memangnya saya peduli Ibu’ mau tinggal dimana, mau tinggal di jalanan,

di kolong jembatan saya nggak peduli.

Bu Elly menangis.

Adegan 2

Bu Elly merenungi nasib, dan menyalahkan dirinya dengan keadaan hidupnya yang
seperti ini dan anak-anaknya yang, dia sendiri tidak habis pikir tentang mereka, padahal dia
yang membesarkan anak-anaknya, apa ini karena mereka terlalu kecil kehilangan ayah
mereka, sehingga mereka tidak mendapat kasih sayang ayah dan tumbuh menjadi anak-
anak yang bandel ...

Tiba-tiba . . .

Adegan 3

Anak Bu Elly pulang ke rumah dan menemukan Ibunya tergeletak di lantai dengan
mulut berbusa. Si anak panik dan langsung membawa Ibunya ke rumah sakit.

Adegan 4

Bu Elly dan Perawat.

Vous aimerez peut-être aussi