Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama yang dijadikan sebagai
makanan pokok sehari-hari. Indonesia merupakan produsen padi terbesar
ketiga di dunia setelah Cina dan India (Rusd 2011). Produksi padi tahun 2015
di Indonesia mencapai 75,40 juta ton gabah kering giling (GKG), sementara
produksi padi di Pulau Bangka sendiri mencapai 27.068 ton atau 0,03 persen
dari produksi padi di Indonesia (Badan Pusat Statistik 2016). Saat ini, provinsi
Bangka hanya mampu memenuhi 14% dari kebutuhan beras masyarakatnya.
Rendahnya produktivitas padi tersebut, disebabkan karena berkurangnya
jumlah areal penanaman padi akibat menurunnya jumlah lahan subur. Lahan
subur untuk pertanian dimasa sekarang menjadi berkurang, akibat terjadi alih
fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Menurut Kementerian Sekretariat
Negara Republik Indonesia (2010), lahan pertanian di Indonesia berkurang
27.000 ha pertahun disebabkan karena adanya kompetisi lahan untuk
pembangunan dibidang lain. Hayuningtyas (2010) menambahkan bahwa,
ketersediaan lahan subur berkurang akibat kegiatan pembukaan lahan untuk
areal pemukiman dan kawasan industri.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, menyebabkan kebutuhan
padi semakin meningkat pula. Terbatasnya lahan subur untuk kegiatan
pertanian menyebabkan jumlah produksi padi tidak dapat mengimbangi jumlah
penduduk yang terus meningkat. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut yaitu melalui pemanfaatan lahan marginal menjadi lahan yang
produktif. Salah satu lahan marginal yang dapat dikembangkan yaitu lahan
salin. Menurut Ubudiyah dan Nurhidayati (2013), Indonesia terdapat 0.44 juta
ha lahan salin yang berpotensi menjadi areal pengembangan tanaman pangan.
Pemanfaatan lahan salin sebagai lahan untuk peningkatan produktivitas
tanaman pangan khususnya padi perlu diperhatikan, karena tingkat salinitas
yang tinggi dapat meracuni tanaman (Santoso et al. 2012). Menurut Zannati et
al. (2015), penanaman padi di lahan salin ke depan, akan menghadapi
tantangan semakin kompleks yang berkaitan dengan cekaman abiotik, terutama
2
1.3. Tujuan
Cara adaptasi yang dilakukan tanaman agar mampu bertahan hidup pada
lahan dalam kondisi salin secara umum ada dua macam yaitu penghindaran
(avoidance) dan toleran (tolerance). Menurut Arzie (2011), tanaman dapat
menghindari terjadinya ketidakseimbangan hara atau keracunan dengan
empat cara yaitu eksklusi, ekskresi, sekresi dan dilusi. Eksklusi terjadi secara
pasif dengan adanya dinding sel yang tidak permeabel terhadap ion-ion dari
garam tersebut. Ekskresi dan sekresi merupakan pemompaan ion secara aktif
masing-masing ke luar tanaman dan ke dalam vakuola. Menurut Farid dan
Sjahril (2006) pada tanaman yang toleran terhadap salin, NaCl akan ditimbun
ke dalam vakuola sel daun, sehingga di dalam sitoplasma dan organella,
konsentrasi garam tetap rendah dan tidak mengganggu aktivitas enzim serta
metabolisme.
diperlukan untuk penempatan materi yang diuji (Sadjad 1993). Warna kertas
merang yang coklat muda, bertekstur kasar, berserat, tidak mengkilat, polos
dan tidak luntur akan memudahkan penguji dalam mengamati dan menilai
kecambah yang tumbuh (Arzie 2011).
Pengujian dengan menggunakan larutan hara, juga merupakan metode
alternatif untuk menguji genotip-genotip sebelum dilakukan pengujian
dilapangan. Pengujian di rumah kaca berguna untuk menyeleksi tanaman-
tanaman dengan sifat toleransi yang tidak stabil (Purnamaningsih dan
Mariska 2008). Kelebihan pada sistem hidroponik yaitu pengaruh dari
kondisi lingkungan pertanaman yang tidak ideal dapat diminimalisir, akar
tanaman dapat diperiksa secara periodik untuk memastikan pertumbuhannya,
pemakaian air lebih efisien karena penyirman air tidak perlu dilakukan setiap
hari, sebab media larutan yang digunakan telah tertampung dalam wadah
yang dipakai (Tim Karya Tani Mandiri 2010) dan merupakan metode yang
cukup efesien dan efektif dalam pendugaan sifat toleransi tanaman.
2.2. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada padi gogo yang toleran terhadap salinitas pada fase perkecambahan
dengan Uji Kertas Digulung dalam Plastik (UKDp).
2. Ada padi gogo yang toleran terhadap salinitas pada fase pembibitan dengan
media hidroponik.
3. Diduga metode hidroponik terbaik dan efisien untuk mengetahui padi gogo
yang toleran terhadap salinitas.
14
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Juni 2017, di
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, dan di Rumah Bayang Kebun
Percobaan dan Penelitian (KP2), Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi,
Universitas Bangka Belitung.
Penelitian ini terdiri dari 2 metode uji, yaitu uji daya tumbuh benih dan
uji fase vegetatif. Uji daya tumbuh benih dilakukan di laboratorium sedangkan
uji fase vegetatif di rumah bayang. Penelitian di laboratorium menggunakan
Rancangan Split plot RAL yang terdiri dari :
Petak utama yaitu konsentrasi NaCl :
P0= 0 mM
P1= 100 mM NaCl
Anak petak berupa jenis padi gogo :
M29 = MP2029
M46 = MP2046
VI8 = Inpago 8
VBa = Banyuasin
Ara = Aksesi Radik
Arp = Aksesi Runten Puren
15
N1 N2 N14
Kecepatan Tumbuh (KCT) = + + .... +
D1 D2 D14
Keterangan :
N1 – N14 = % kecambah normal pada 1, 2, 3, ..., 14 hst
D1 – D14 = jumlah hari setelah tanam (etmal)
Padi Gogo
Persiapan Media
Bibit telah
Kultur Air Setelah 3 HST,
berumur 3 MSS
P0 = 0 mM (Kontrol)
dengan panjang
P1 = 100 mM NaCl
Komposisi media (hara makro akar ±3 cm.
4.1. Hasil
4.1.1. Uji Daya Tumbuh Benih (Metode UKDp)
Uji toleransi mutan padi beras merah terhadap cekaman salinitas dengan
metode uji kertas digulung dalam plastik (UKDp), dilakukan pada 6 jenis
mutan padi beras merah, 2 varietas nasional dan 2 aksesi lokal. Setelah
dilakukan dua kali pengujian daya berkecambah pada mutan padi beras merah,
ternyata hanya menghasilkan 2 mutan padi beras merah yang tumbuh
(MP2029, MP2046), sementara 4 jenis mutan padi beras merah lainnya tidak
tumbuh (MR1510, MR1512, MP2031, MP2039). Mutan padi beras merah
yang tidak tumbuh tidak dimasukkan dalam analisis sidik ragam.
Hasil sidik ragam uji toleransi padi gogo (Oryza sativa. L) terhadap
salinitas dengan metode UKDp pada peubah potensi tumbuh maksimum, daya
berkecambah, kecepatan tumbuh, panjang plumula, panjang radikula dan berat
kering kecambah normal, dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil sidik ragam pengaruh jenis padi gogo, konsentrasi NaCl dan
interaksi antara jenis padi gogo dengan konsentrasi NaCl terhadap
peubah yang diamati pada metode UKDp.
Konsentrasi
Jenis Padi Gogo Interaksi KK
Peubah yang diamati NaCl
(%)
F. Hit Pr > FF. Hit Pr > F F. Hit Pr > F
Potensi Tumbuh 138,14** <,0001 0,01tn 0,9132 0,67tn 0,6502 8,15
Maksimum
Daya Berkecambah (t) 135,31** <,0001 3,34tn 0,0828 1,72tn 0,1767 10,19
**
Kecepatan Tumbuh (t) 271,98 <,0001 51,99** <,0001 0,99tn 0,4489 6,96
**
Panjang Plumula (t) 30,57 <,0001 8,74** 0,0078 2,24tn 0,0905 13,25
**
Panjang Radikula (t) 4,79 0,0048 0,64tn 0,4342 0,23tn 0,9464 25,38
Berat Kering Kecambah 52,80** <,0001 7,08tn 0,0150 1,52tn 0,2277 0,11
Normal (t)
Keterangan : tn : tidak berpengaruh nyata
* : berpengaruh nyata
** : berpengaruh sangat nyata
KK : koefisien keragaman
t : data transformasi √𝑦 + 1/2
F. Hit : F Hitung
Pr > F : nilai probability
Perlakuan jenis padi berpengaruh sangat nyata terhadap semua peubah
yang diamati yaitu potensi tumbuh maksimum, daya berkecambah, kecepatan
tumbuh, panjang plumula, panjang radikula, dan berat kering kecambah
25
Panjang plumula terbaik terdapat pada jenis padi Banyuasin yaitu 6,16 cm
yang tidak berbeda nyata dengan jenis padi lainnya, kecuali jenis padi MP2029
dan MP2046. Panjang radikula terbaik terdapat pada jenis padi Aksesi Runteh
Puren yaitu 9,92cm yang tidak berbeda nyata dengan padi Aksesi Radik,
Inpago 8 dan Banyuasin. Berat kering kecambah normal terbaik terdapat pada
jenis padi Banyuasin yaitu 0,0092 g yang tidak berbeda nyata dengan padi
Inpago 8, tetapi berbeda nyata dengan jenis padi lainnya. Panjang plumula,
panjang radikula dan berat kering kecambah normal terendah terdapat pada
jenis padi MP2046 (Tabel 5).
Hasil uji lanjut kecepatan tumbuh dan panjang plumula pada perlakuan
konsentrasi NaCl menunjukkan bahwa perlakuan terbaik terdapat pada
konsentrasi 0 mM (P0), masing-masing yaitu 10,86 (%/etmal) dan 4,66 cm,
yang berbeda nyata dengan konsentrasi 100 mM (P1). Kecepatan tumbuh dan
panjang plumula terendah terdapat pada konsentrasi 100 mM (Tabel 6).
Tabel 6. Rerata peubah kecepatan tumbuh dan panjang plumula pada perlakuan
konsentrasi NaCl.
Kecepatan Tumbuh
Konsentrasi NaCl Panjang Plumula (cm)
(%/etmal)
P0 (0mM) 10,86a 4,66a
P1(100mM) 7,88b 3,42b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan
Multiple Range Test (DMRT) taraf kepercayaan 95%.
Potensi tumbuh maksimum pada perlakuan konsentrasi NaCl tidak
berbeda nyata. Potensi tumbuh maksimum berdasarkan histogram (Gambar 2)
menunjukkan bahwa konsentrasi 0 mM (74,22%) secara rerata lebih tinggi
dibandingkan dengan konsentrasi 100 mM (74%).
Potensi Tumbuh Maksimum (%)
74.5 74.22
74
74
73.5
73
72.5
72
71.5
71
70.5
70
P0 (0mM) P1 (100mM)
Konsentrasi NaCl
Gambar 2 Rerata potensi tumbuh maksimum pada perlakuan konsentrasi NaCl.
27
63 62.33
61 59.67
Daya Berkecambah (%)
59
57
55
53
51
49
47
45
P0 (0mM) P1 (100mM)
Konsentrasi NaCl
8 7.84
7.5
Panjang Radikula (cm)
7 6.74
6.5
6
5.5
5
4.5
4
3.5
3
P0 (0mM) P1 (100mM)
Konsentrasi NaCl
0.0065 0.0064
100
80 74 72.67
63.33
60 56
P0 (0 mM)
40 P1 (100mM)
26
21.33
20
0
MP2029 MP2046 Inpago 8 Banyuasin Aksesi Aksesi
Radik Runteh
Puren
Jenis Padi Gogo
120
Gambar 7. Rerata daya berkecambah pada kombinasi perlakuan jenis padi gogo
dengan konsentrasi NaCl.
Kombinasi perlakuan untuk peubah daya berkecambah secara rerata yang
tertinggi terdapat pada konsentrasi 0 mM dengan jenis padi Banyuasin, yaitu
95,33%, dan konsentrasi 100 mM dengan jenis padi Inpago 8, yaitu 95,33 %
(Gambar 7).
20.00 18.50
18.00 16.81 16.35
Kecepatan Tumbuh (%/etmal)
16.00
14.00 13.38
12.61 12.20
12.00 10.49
10.00
7.84 P0 (0 mM)
8.00
P1 (100mM)
6.00
4.00
2.20
2.00 0.70 0.800.46
0.00
MP2029 MP2046 Inpago 8 Banyuasin Aksesi Aksesi
Radik Runteh
Puren
Jenis Padi Gogo
Gambar 8. Rerata kecepatan tumbuh pada kombinasi perlakuan jenis padi gogo
dengan konsentrasi NaCl.
8
6.97
7 6.62
4 3.69 3.75
P0 (0 mM)
3
P1 (100mM)
1.95
2 1.47
0.94
1 0.7
0
MP2029 MP2046 Inpago 8 Banyuasin Aksesi Aksesi
Radik Runteh
Puren
Gambar 9. Rerata panjang plumula pada kombinasi perlakuan jenis padi gogo
dengan konsentrasi NaCl.
Kombinasi perlakuan untuk peubah panjang plumula secara rerata yang
tertinggi terdapat pada konsentrasi 0 mM dengan jenis padi Banyuasin, yaitu
6,97 cm (Gambar 9). Kombinasi perlakuan untuk peubah panjang radikula
secara rerata yang tertinggi terdapat pada konsetrasi 0 mM dengan jenis padi
Aksesi Runteh Puren, yaitu 10,61 cm (Gambar 10).
12
10.61
10.15
10 9.48
9.24
8.62
Panjang Radikula (cm)
8.25 8.48
8
6.39
6
4.43 P0 (0 mM)
4.34 3.77
4 3.73 P1 (100mM)
0
MP2029 MP2046 Inpago 8 Banyuasin Aksesi Aksesi
Radik Runteh
Puren
Jenis Padi Gogo
Gambar 10. Rerata panjang radikula pada kombinasi perlakuan jenis padi gogo
dengan konsentrasi NaCl.
31
0.012
0.0060 0.0063
0.006
P0 (0 mM)
0.004 P1 (100mM)
0.0027
0.0017 0.0017
0.002
0.0010
0
MP2029 MP2046 Inpago 8 Banyuasin Aksesi Aksesi
Radik Runteh
Puren
Jenis Padi Gogo
Gambar 11. Rerata berat kering kecambah normal pada kombinasi perlakuan
jenis padi gogo dengan konsentrasi NaCl.
Kombinasi perlakuan untuk peubah berat kering kecambah normal secara
rerata yang tertinggi terdapat pada konsentrasi 0 mM dengan jenis padi
Banyuasin, yaitu 0,0097 gram (Gambar 11).
Banyuasin. Empat jenis padi lainnya (MR1512, MP2046, Radik dan Runteh
Puren) mengalami kematian pada minggu kedua (Gambar 13).
M12P0
60.00
M46P0
50.00 VI8P0
VBaP0
Tinggi Tanaman (cm)
40.00 ARaP0
ARpP0
30.00
M12P1
20.00 M46P1
VI8P1
10.00 VBaP1
ARaP1
0.00
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 ARpP1
Pengamatan Mingguan
Gambar 12. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman berbagai jenis padi gogo pada
perlakuan konsentrasi NaCl.
20.00 M12P0
18.00 M46P0
16.00 VI8P0
Jumlah Daun (Helai)
14.00 VBaP0
12.00 ARaP0
10.00 ARpP0
8.00 M12P1
6.00 M46P1
4.00 VI8P1
2.00 VBaP1
0.00 ARaP1
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 ARpP1
Pengamatan Mingguan
Gambar 13. Grafik pertumbuhan jumlah daun berbagai jenis padi gogo
terhadap perlakuan konsentrasi NaCl.
mengalami penambahan hanya pada jenis padi Inpago 8 dan Banyuasin. Tiga
jenis padi lainnya (MR1512, MP2046, Radik) mengalami kematian pada
minggu kedua serta satu jenis padi (Aksesi Runteh Puren) tidak memiliki
jumlah anakan dan mengalami kematian juga pada minggu kedua (Gambar 14).
3.50 M12P0
M46P0
3.00
VI8P0
2.50 VBaP0
Jumlah Anakan
2.00 ARaP0
ARpP0
1.50
M12P1
1.00 M46P1
VI8P1
0.50
VBaP1
0.00 ARaP1
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
ARpP1
Pengamatan Mingguan
Gambar 14. Grafik pertumbuhan jumlah daun berbagai jenis padi gogo
terhadap perlakuan konsentrasi NaCl.
Hasil sidik ragam uji toleransi berbagai jenis padi gogo (Oryza sativa. L)
terhadap salinitas dengan metode hidroponik pada peubah tinggi tanaman,
jumlah daun, dan jumlah anakan dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil sidik ragam pengaruh konsentrasi NaCl, jenis padi gogo, dan
interaksi antara jenis padi gogo dengan konsentrasi NaCl terhadap
peubah yang diamati pada metode hidroponik.
Konsentrasi
Peubah yang Jenis Padi Gogo Interaksi KK
NaCl
diamati (%)
F. Hit Pr > F F. Hit Pr > F F. Hit Pr > F
Tinggi Tanaman 16,70** 0,0006 15,68** <,0001 0,12tn 0,9854 8,50
Jumlah Daun 11,26** 0,0032 6,56** 0,0009 2,17n 0,0983 12,93
Jumlah Anakan (t) 4,33tn 0,0505 9,81** <,0001 0,79tn 0,5713 18,87
Keterangan : tn : tidak berpengaruh nyata
* : berpengaruh nyata
** : berpengaruh sangat nyata
t : data transformasi √𝑦 + 1/2
KK : koefisien keragaman
yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan. Tidak
terdapat interaksi antara konsentrasi NaCl dan jenis padi gogo terhadap peubah
yang diamati.
Tinggi tanaman terbaik terdapat pada jenis padi Inpago 8 yaitu 51,58 cm
yang berbeda nyata dengan jenis padi lainnya. Perlakuan konsentrasi NaCl 0
mM (kontrol) menghasilkan tinggi tanaman terbaik yaitu 44,13 cm yang
berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi NaCl 100 mM, yaitu 39,30 cm.
Kombinasi perlakuan tertinggi untuk tinggi tanaman, secara rerata terdapat
pada jenis padi Inpago 8 dengan konsentrasi NaCl 0 mM yaitu 53,08 cm,
sedangkan perlakuan tinggi tanaman terendah secara rerata terdapat pada jenis
padi aksesi Runteh Puren dengan konsentrasi NaCl 100 mM, yaitu 32,11 cm
(Tabel 8).
Tabel 8. Rerata peubah tinggi tanaman pada perlakuan jenis padi gogo dan
konsentrasi NaCl.
Konsentrasi NaCl
Jenis Padi Gogo Rerata
0 mM 100 mM
MR1512 45,13bc 39,95cde 42,54 B
MP2046 45,11bc 39,73cde 42,42 B
Inpago 8 53,08a 50,08ab 51,58 A
Banyuasin 44,09bcd 39,15cde 41,62 B
Aksesi Radik 39,29cde 34,78ef 37,03 C
Aksesi Runteh Puren 38,08def 32,11f 35,10 C
Rerata 44,13 A 39,30 B 41,72
Keterangan : Angka pada baris dan kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata, sedangkan angka-angka
pada baris atau kolom yang diikuti huruf besar yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Duncan Multiple
Range Test (DMRT) α=5%.
Jumlah daun terbaik terdapat pada jenis padi Banyuasin yaitu 8,06 helai
yang tidak berbeda nyata dengan jenis padi MR1512 dan Inpago 8. Perlakuan
konsentrasi NaCl 0 mM (kontrol) menghasilkan jumlah daun terbaik yaitu 7,36
helai yang berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi NaCl 100 mM, yaitu
6,37 helai. Kombinasi perlakuan tertinggi untuk jumlah daun, secara rerata
terdapat pada jenis padi MR1512 dengan konsentrasi NaCl 0 mM yaitu 9,11
helai, sedangkan perlakuan jumlah daun terendah secara rerata terdapat pada
jenis padi aksesi Runteh Puren dengan konsentrasi NaCl 100 mM, yaitu 5,28
helai (Tabel 9).
35
Tabel 9. Rerata peubah jumlah daun pada perlakuan jenis padi gogo dan
konsentrasi NaCl
Konsentrasi NaCl
Jenis Padi Gogo Rerata
0 mM 100 mM
MR1512 9,11a 6,00de 7,56 AB
MP2046 7,01bcde 6,17cde 6,59 BCD
Inpago 8 7,33bcd 7,05bcd 7,19 ABC
Banyuasin 8,28ab 7,84abc 8,06 A
Aksesi Radik 6,78bcde 5,89de 6,33 CD
Aksesi Runteh Puren 5,67de 5,28e 5,47 D
Rerata 7,36 A 6,37 B 6,87
Keterangan : Angka pada baris dan kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata, sedangkan angka-angka
pada baris atau kolom yang diikuti huruf besar yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Duncan Multiple
Range Test (DMRT) α=5%.
Jumlah anakan terbaik terdapat pada jenis padi Banyuasin yaitu 1,83
anakan yang berbeda nyata dengan jenis padi lainnya. Perlakuan konsentrasi
NaCl 0 mM (kontrol) menghasilkan jumlah anakan terbaik yaitu 1,02 anakan
yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi NaCl 100 mM, yaitu
0,70 helai. Kombinasi perlakuan tertinggi untuk jumlah anakan, secara rerata
terdapat pada jenis padi Banyuasin dengan konsentrasi NaCl 0 mM yaitu 2,14
anakan, sedangkan perlakuan jumlah anakan terendah secara rerata terdapat
pada jenis padi aksesi Runteh Puren dengan konsentrasi NaCl 0 mM dan 100
mM, yaitu 0,00 helai (Tabel 10).
Tabel 10. Rerata peubah jumlah anakan pada perlakuan jenis padi gogo dan
konsentrasi NaCl
Konsentrasi NaCl
Jenis Padi Gogo Rerata
0 mM 100 mM
MR1512 1,11bc 0,83bcd 0,97 B
MP2046 0,89bcd 0,33cd 0,61 B
Inpago 8 1,00bc 1,17bc 1,08 B
Banyuasin 2,14a 1,52 ab 1,83 A
Aksesi Radik 1,00bc 0,33cd 0,67 B
Aksesi Runteh Puren 0,00d 0,00d 0,00 C
Rerata 1,02 A 0,70 A 0,86
Keterangan : Angka pada baris dan kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata, sedangkan angka-angka
pada baris atau kolom yang diikuti huruf besar yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Duncan Multiple
Range Test (DMRT) α=5%.
36
0.80 0.70
0.60
0.40
0.20
0.00
P0 (0mM) P1 (100mM)
Konsentrasi NaCl
Peubah panjang akar, jumlah akar, berat tajuk, berat akar, dan rasio tajuk
akar disajikan dalam bentuk data tabulasi (Lampiran 6, 7, 8, 9, 10). Data dibuat
dalam bentuk tabulasi dikarenakan adanya perbedaan waktu pengukuran
peubah-peubah. Enam jenis padi yang ditumbuhkan pada kondisi tanpa
cekaman salinitas bertahan hidup hingga pada minggu keempat, sementara
enam jenis padi yang ditumbuhkan pada media cekaman salinitas
menghasilkan dua jenis padi (Inpago 8, Banyuasin) yang masih bertahan
hingga pada minggu keempat, sedangkan empat jenis padi lainnya (MR1512,
MP2046, Aksesi Radik dan Runteh Puren) mengalami kematian pada minggu
kedua.
Panjang akar enam jenis padi yang ditumbuhkan pada media tanpa
cekaman salinitas secara pengamatan lebih baik dibandingkan dengan panjang
akar padi yang ditumbuhkan pada media cekaman salinitas. Hal tersebut dapat
dilihat pada padi Banyuasin dan Inpago 8 yang ditumbuhkan pada media tanpa
cekaman salinitas, menghasilkan panjang akar lebih baik dibandingkan dengan
panjang akar pada media cekaman salinitas (Lampiran 6). Jumlah akar yang
dihasilkan juga menunjukkan bahwa dengan adanya pemberian cekaman
salinitas dapat menghambat pertumbuhan akar (Lampiran 7). Tanaman padi
yang ditumbuhkan pada media cekaman salinitas mengalami penghambatan
37
a b
c d
Gambar 16. Empat jenis padi yang mengalami kematian pada umur dua
minggu setelah aplikasi yang dibandingkan dengan tanaman
kontrol umur dua minggu. Kiri (kontrol), Kanan (NaCl); (a).
MR1512; (b). MP2046; (c). Aksesi Radik; dan (d). Aksesi Runteh
Puren.
38
Tabel 11. Indeks toleransi cekaman salinitas dan skoring cekaman salinitas
pada berbagai jenis padi
Tinggi Nilai Indeks Skoring Cekaman
Jenis Padi Gogo
Tanaman Kepekaan Salinitas
MR1512 1,05 Peka 9
MP2046 1,09 Peka 9
Inpago 8 0,52 Medium 3
Banyuasin 1,02 Peka 5
Aksesi Radik 1,05 Peka 9
Aksesi Runteh Puren 1,43 Peka 9
Keterangan : S < 0,5 = toleran; 0,5 < S < 1 = medium; S > 1 = peka (Fischer
& Maurer 1978)
Nilai indeks toleransi tanaman padi terhadap cekaman salinitas dapat
dilihat pada tabel 11. Jenis padi Inpago 8 memiliki nilai indeks kepekaan
terhadap cekaman salinitas yang medium, sedangkan kelima jenis padi lainnya
memiliki nilai indeks yang peka terhadap cekaman salinitas yang diberikan.
Hal ini dapat dikatakan bahwa jenis padi Inpago 8 memiliki tingkat toleransi
yang cukup baik dibandingkan dengan jenis padi lainnya. Selain itu,
berdasarkan penelitian dilapangan padi Inpago 8 memang bertahan hidup lebih
lama pada kondisi cekaman salinitas yang diberikan dibandingkan padi
MR1512, MP2046, Aksesi Radik dan Aksesi Runteh Puren yang telah
mengalami kematian pada umur dua minggu setelah aplikasi cekaman.
Nilai korelasi terbesar adalah korelasi antara peubah jumlah daun dengan
peubah panjang radikula yaitu sebesar -0,41.
39
4.2. Pembahasan
4.2.1. Uji Daya Tumbuh Benih (Metode UKDp)
4.2.1.1. Pengaruh Jenis Padi Gogo
berperan dalam respirasi serta dalam sintesis dan pembelahan sel untuk
pertumbuhan radikula dan koleoptil).
Panjang plumula dan radikula kecambah padi pada konsentrasi
NaCl 100 mM lebih rendah dibandingkan dengan kecambah tanpa
konsentrasi NaCl (0 mM). Hal ini disebabkan karena akar kecambah
menyerap larutan garam sehingga mengalami cekaman osmotik akibat
adanya garam tersebut. Menurut Dachlan et al. (2013) tanaman yang
mengalami cekaman osmotik akibat meningkatnya konsentrasi garam-
garam terlarut mengakibatkan pembelahan dan pembentangan sel pada
ujung-ujung akar terhambat, sel yang sedang tumbuh menjadi
kekurangan air sehingga pembesaran sel akan menurun akibat rendahnya
turgiditas sel. Wahid et al. (1999) dalam Arzie (2011), menambahkan
bahwa pengaruh NaCl pada proses perkecambahan dapat mengurangi
hidrasi dari embrio dan kotiledon, sehingga dapat menghambat serta
mengurangi pertumbuhan radikula dan plumula.
Adanya penghambatan pertumbuhan panjang plumula dan radikula
pada pemberian konsentrasi NaCl 100 mM, diduga juga karena
berkurangnya sintesis hormon auksin (IAA) yang memacu pertumbuhan
dan meningkatnya hormon asam absisat (ABA) yang menghambat
pertumbuhan. Menurut Sari et al. (2006), adanya salinitas yang tinggi
menyebabkan berkurangnya asam amino seperti triptofan yang
diperlukan dalam sintesis hormon IAA sehingga konsentrasi hormon
IAA menurun, yang mana menyebabkan pembelahan, pemanjangan serta
pembesaran sel terhambat. Pudjihartati (2007) menambahkan bahwa
penghambatan pertumbuhan benih pada kondisi salinitas disebabkan
karena terjadinya peningkatan sintesis hormon ABA yang menghambat
metabolisme perkecambahan, serta menghambat pertumbuhan akar dan
pucuk.
Berat kering kecambah normal mencerminkan akumulasi senyawa
organik yang merupakan hasil sintesa dari senyawa anorganik yang
berasal dari air dan karbondioksida sehingga memberikan kontribusi
terhadap berat kering kecambah normal (Sofinoris 2009). Peubah berat
42
4.2.1.3. Kombinasi Perlakuan antara Jenis Padi Gogo dan Konsentrasi NaCl
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Tanaman Padi Indonesia. http://
www.bps.go.id. [28 Oktober 2016].
[Balitbangtan] Badan Litbang Pertanian. 2016. Varietas>>Inpago 8. http://www.
litbang.pertanian.go.id/varietas/one/796/. [13 Juni 2017].
[IRRI] International Rice Research Institute. 1996. Standard Evaluation System for
Rice. 4th Ed. IRRI, Manila, Phillippines.
[ISTA] International Seed Testing Asocciation. 2004. International Rules for Seed
Testing. Zurich : Switzerland.
[KSNRI] Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2010. Penyusutan
Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu diwaspadai. www.setneg.go.id. [8
November 2016].
Aak. 1995. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta : Kanisius.
Anandia R, Roslim DI, Herman. 2014. Respon Kecambah Padi (Oryza sativa L.)
Solok terhadap Cekaman Garam. JOM FMIPA. 1(2) : 639-643.
Arzie D. 2011. Pengujian Toleransi Genotipe Padi (Oryza sativa L.) terhadap
Salinitas Pada Stadia Perkecambahan. [skripsi]. Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Asmara RN. 2011. Pertumbuhan dan Hasil Sepuluh Kultivar Padi Gogo pada
Kondisi Cekaman Kekeringan dan Responnya terhadap Pemberian Abu
Sekam. Program Studi Agronomi Universitas Jenderal Soedirman.
Dachlan A, Kasim N, Sari AK. 2013. Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung (Zea
mays L.) dengan Menggunakan Agen Seleksi NaCl. Biogenesis. 1(1) : 9-17.
Djukri. 2009. Cekaman Salinitas terhadap Pertumbuhan Tanaman. Prosiding
Seminar Nasional Penelitian. Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas
MIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
Farid M, Sjahril R. 2006. Mekanisme Ketahanan Kedelai terhadap Salinitas dan
Kekeringan berdasarkan Karakter Morfofisiologis. Buletin Penelitian. 9(2) :
146-153.
Fatimah S. 2010. Pengujian Toleransi Genotipe Padi (Oryza sativa L.) terhadap
Salinitas pada Fase Perkecambahan. [skripsi]. Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Fauza Y. 2013. Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Galur-Galur Padi (Oryza sativa L.) Sawah. [skripsi]. Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Fischer RA, Maurer R. 1978. Drought resistance in spring wheat cultivars I: grain
yield responses. Aust J Agric Res. 29:897-912.
53
Gregorio GB, Senadhira D, Mendoza RD. 1997. Screening Rice for Salinity
Tolerance. Plant Breeding, Genetics and Biochemistry, IRRI Philippines.
Hakim. 1986. Fisiologi Tanaman. Jakarta : Bharata Karya Aksara.
Hasanah U, Taryono, Yudono P. 2010. Pengaruh salinitas terhadap komponen hasil
empat belas kultivar sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench). Fakultas
Pertanian Gadjah Mada Yogyakarta.
Hayuningtyas DR. 2010. Metode Uji Toleransi Padi (Oryza sativa L.) terhadap
Salinitas pada Stadia Perkecambahan. [Skripsi]. Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Herawati WD. 2012. Budidaya Padi. Yogyakarta : Buku Kita.
Hutajulu HF, Rosmayati, Ilyas S. 2013. Pengujian Respons Pertumbuhan Beberapa
Varietas Padi Sawah (Oryza sativa L.) Akibat Cekaman Salinitas. Jurnal
Online Agroekoteknologi. 1(4) : 1101-1109.
Jumin HB. 2002. Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologis. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Mahkarim AK, Suhartatik E. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi.
http://www.litbag.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2009_itkp_11.pdf. [3
November 2016].
Makarim AK. 2007. Cekaman Abiotik Utama dalam Peningkatan Produktivitas
Tanaman. Seminar Nasional Pemanfaatan Bioteknologi untuk Mengatasi
Cekaman Abiotik pada Tanaman. Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi.
Munir N. 2009. Biochemical Characterization of In vitro Salt Toleranct Cell Lines
and Regenerated Plants of Sugarcane (Saccharum spp. hybrid). Disertation.
Department of Botany University of The Punjab, Pakistan.
Munns R. 2005. Genes and Salt Tolerance : Bringing Them Together. New
Phytologist. 167 : 645–663.
Norsalis E. 2011. Padi Sawah dan Padi Gogo. www.todayebook.com/pdf/padi-
gogo.html. [28 Oktober 2016].
Ohta M, Hayashi Y, Nakashima A, Hamada A, Tanaka A, Nakamura T, Hayakawa
T. 2002. Introduction of a Na+/H+ antiporter gene from Atriplex gmelini
confers salt tolerance to rice. FEBS Lett. 532(3):279-282.
Padi Pusri. 2013. Padi (Oryza sativa).
syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/files/2013/03/PADI-PUSRI.pdf. [8 November
2016].
Pudjihartati E. 2007. Pengaruh Vigor Benih Padi (Oryza sativa L.) terhadap
Toleransi pada Kondisi Cekaman Salinitas dengan Indikasi Fisiologis dan
Biokimiawi. AGRIC. 19(1) : 91-106.
Purnamaningsih R, Mariska I. 2008. Pengujian Nomor-nomor Harapan Padi Tahan
Al dan pH Rendah Hasil Seleksi In Vitro dengan Kultur Hara. Jurnal Agro
Biogen . 4(1) : 18-23.
54
P0 P1
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v v v
v v v v v v v
v v v v v v
20 cm
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v
v v v v v v v
v v v v v v v
v v v v v v v
v
30 cm
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v
20 cm
v v v v v v v v
v v v v v v v v
v v v v v v v v
v v v
v v v
v
30 cm
60
n= g
BM
0,1 = g
58,5
Massa g = 5,85 g/liter
61
Lampiran 11 Kegiatan penelitian uji daya berkecambah dengan metode UKDp. (a)
Penimbangan NaCl (b) Penanaman benih padi gulungan pertama (c)
Penanaman benih padi gulunga kedua (d) Penyusunan gulungan
sesuai lay out (e) Pengukuran Plumula (f) Pengukuran Radikula (g)
Pengovenan kecambah normal (h) Penimbangan BKKN
b c
d e f
g h
64
a b c
d e f
g h
65
Lampiran 13 Kecambah normal perlakuan 100 mM (a) MP2029 (b) MP2046 (c)
Inpago 8 (d) Banyuasin (e) Aksesi Radik (f) Aksesi Runteh Puren (g)
Kecambah abnormal perlakuan 100 mM (h) Perkecambahan benih
padi pada gulungan kedua perlakuan 100 mM
a b c
d e f
g h
66
Lampiran 14 Kegiatan penelitian uji fase vegetatif dengan metode Hidroponik. (a)
Penyemaian (b) Bibit umur 21 HST siap tanam (c) Penanaman bibit
pada media hidroponik (d) Penimbangan kebutuhan NaCl (e)
Aplikasi NaCl pada media tanam (f) Pengukuran pH media yang
sesuai (g) Penggantian air media tanam (h) Pengukuran tanaman
c
a
f
d
g
67
c d
e f
68
Lampiran 16 Tanaman padi pada perlakuan konsentrasi NaCl 100 mM (a) MR1512
(b) MP2046 (c) Inpago 8 (d) Banyuasin (e) Aksesi Radik (f) Aksesi
Runteh Puren
a b
c d
e f
69
a b
c d
e f