Vous êtes sur la page 1sur 29

1.

Definisi
Communicable diseases atau penyakit menular merupakan penyakit yang
disebabkan oleh suatu agen tertentu baik secara langsung maupun tidak
langsung dan dapat ditularkan dari satu individu ke individu lain. Proses
penyakit dimulai saat agen siap menetap dan tumbuh/ bereproduksi dengan
tubuh pejamu ( F.Mckenzei, 2013).
Communicable diseases merupakan penyebab utama kematian di seluruh
dunia. Penyakit-penyakit baru sering muncul dan yang lainnya masih dalam
proses pengendalian. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, meliputi
perubahan sosial, perubahan lingkungan, dan perubahan perilaku yang dapat
menyebabkan munculnya agen infeksi penyakit. (Clark, 1999)
Communicanle diseases adalah suatu penyakit yang dapat ditularkan
dari satu individu ke indvidu lain dan disebabkan karena adanya agen
perantara yang dapat menginfeksi individu yang rentan. Agen perantara
penyakit menular bisa manusia, hewan atau serangga sedangkan sumber infeksi
bisa dari manusia, hewan, serangga atau benda mati yang menjadi tempat
hidup dan tempat perkembangbiakan infeksi serta dapat menjadi sumber
infeksi bagi yang lain. Communicable diseases telah menantang tenaga
pelayanan kesehatan selama berabad-abad untuk mengembangkan perawatan dan
langkah-langkah pencegahan yang tak terhingga, mulai dari prosedur
sederhana sepertu mencuci tangan, sanitasi, ventilasi yang cukup hingga
pengembangan vaksin dan antibiotik (Spradley & Allender, 1996).
Pengetahuan tentang communicable diseases (penyakit menular)
merupakan suatu hal yang dasar bagi praktik keperawatan komunitas karena
penyakit ini dapat menyebar di seluruh komunitas penduduk. Memahami konsep
dasar pengendalian penyakit menular sesuai jumlah masalah yang muncul di
suatu daerah dapat membantu praktik keperawatan komunitas dalam pencegahan
dan pengendalian penyakit menular yang lebih efektif di suatu populasi atau
kelompok. (Spradley & Allender, 1996)
2. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan keperawatan komunitas antara lain adalah:
1. Pencegahan penyebaran penyakit menular lebih lanjut
2. Pengontrolan prevalensi dan insidensi penyebaran penyakit menular di area endemik
3. Pengelolaan area dengan prevalensi penyakit menular yang tinggi
4. Memutus mata rantai penyebaran penyakit menular
5. Pemberdayaan masyarakat untuk memberi dukungan terhadap penderita dan keluarga
Menurut Clark (1999) secara garis besar, keperawatan komunitas
berperan penting dalam perencanaan pencegahan, mengidentifikasi dan
mengendalikan penyakit menular yang bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat secara optimal. Perencanaan pencegahan penyakit
menular meliputi, imunisasi, intervensi lingkungan, promosi kesehatan
komunitas, program deteksi dini penyakit, menemukan kasus (cases-finding),
dan penyelidikan (Spradley & Allender, 1996).

3. Mata Rantai infeksi


Agen patogenik (penyebab penyakit) meninggalkan reservoirnya (pejamu
yang terinfeksi) melalui gerbang keluar (portal of exit). Penularan terjadi
baik secara langsung maupun tidak langsung, dan agens patogenik masuk ke
dalam tubuh pejamu yang rentan melalui gerbang masuk (portal of entry)
(F.Mckenzei,2013).
Contoh, agens (virul selesma) meninggalkan reservoir (tenggorokan
orang yang terinfeksi), mungkin saat pejamu bersin. Portal of exitnya
adalah hidung dan mulut. Penularan dapat terjadi secara langsung jika
droplet air liur memasuki kesaluran pernapasan pejamu yang rentan di
dekatnya atau penularan berjalan tidak langsungjika droplet menjadi kering
dan menjadi bawaan udara (air borne). Portal of entry-nya dapat berupa
hidung mulut dari pejamu yang rentan. Agens masuk dan infeksi baru terjadi.
(F. Mckenzei, 2013)
Cara penularan infeksi
Menurut Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001), Penularan penyakit tidak
terjadi pada ruang hampa tetapi penularan adalah hasil interaksi antara
satu komponen dengan komponen lain contohnya manusia, agen infeksius
(bakteri), lingkungan yang terkontaminasi. Penularan ini dapat terjadi
secara vertical dan horizontal, contoh penularan vertical adalah penularan
antara orang tua dan janin melalui plasenta, ASI dan persalinan sementara
penularan horizontal terjadi secara langsung seperti antar manusia, manusia
dengan air, atau manusia dengan vector (nyamuk). Jenis penularan terdiri
dari 2 yaitu
a. Transmisi langsung, adalah transmisi yang didapat dengan segera dari agen
infeksius melalui kontak fisik, contoh scabies, rubella, dan gonorea
b. Transmisi tidak langsung, adalah pajanan infeksi melalui muntahan di
kendaraan, hewan dan vector (biologikal dan mekanikal). Muntahan mampu
menjadi transmisi infeksi karena mengandung makanan, cairan serta darah
dari dalam tubuh manusia yang mengalami infeksi. Vector dapat menyebabkan
virus atau bakteri hewan lain dengan gigitan, ludah, feses, urin dan daging
yang terkontaminasi

5. Pencegahan Penyakit Menular


Pencegahan penyakit menular di lingkup komunitas dapat dilakukan
melalui 3 jenis pencegahan (Spradley & Allender, 1996), yaitu:
a. Pencegahan primer/ tingkat pertama
Sasaran utama pencegahan primer adalah orang sehat melalui usaha
peningkatan derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha
pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu. Tujuan pencegahan tingkat
pertama adalah mencegah agar penyakit tidak terjadi dengan mengendalikan
agent dan faktor determinan. Pencegahan tingkat pertama ini didasarkan pada
hubungan interaksi antara pejamu (host), penyebab (agent atau pemapar),
lingkungan (environtment) dan proses kejadian penyakit.
Pejamu (host) : Perbaikan status gizi, status kesehatan
dan pemberian imunisasi, pendidikan
kesehatan
Penyebab (agent) : Menurunkan pengaruh serendah mungkin
seperti dengan penggunaan desinfeksi,
pasteurisasi, sterilisasi, penyemprotan
insektisida yang dapat memutus rantai
penularan.
Lingkungan (environment) : Perbaikan lingkungan fisik yaitu dengan
perbaikan air bersih, sanitasi lingkungan
dan perumahan.

Kewaspadaan standar atau standard precaution diberlakukan terhadap


semua pasien, tidak tergantung terinfeksi/kolonisasi. Kewaspadaan standar
disusun untuk mencegah kontaminasi silang sebelum diagnosis diketahui dan
beberapa merupakan praktek rutin (Nies, M.A., & Mc Ewan, M., 2001),
meliputi:
1) Kebersihan tangan
2) Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, goggle (kaca mata
pelindung), face shield(pelindungwajah), gaun
3) Peralatan perawatan pasien
4) Pengendalian lingkungan
5) Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
6) Kesehatan karyawan / Perlindungan petugas kesehatan
7) Penempatan pasien
8) Hyangiene respirasi/Etika batuk
9) Praktek menyuntik yang aman
10) Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi

b. Pencegahan sekunder
Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang
terancam akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini untuk
menemukan status patogeniknya serta pemberian pengobatan yang cepat dan
tepat. Tujuan utama pencegahan tingkat kedua ini, antara lain untuk
mencegah meluasnya penyakit menular dan untuk menghentikan proses penyakit
lebih lanjut.
Kegiatan pencegahan sekunder ini meliputi:
1) pemeriksaan berkala pada kelompok populasi tertentu
2) penyaringan (screening) penyakit pada kelompok resiko atau kelompok secara
umum saat timbul tanda dan gejala penyakit
3) surveilans epidemiologi yakni melakukan pencatatan dan pelaporan sacara
teratur dan terus-menerus untuk mendapatkan keterangan tentang proses
penyakit yang ada dalam masyarakat, termasuk keterangan tentang kelompok
risiko tinggi.
Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang dijumpai
menderita atau pemberian kemoprofilaksis bagi mereka yang sedang dalam
proses patogenesis termasuk mereka dari kelompok risiko tinggi penyakit
menular tertentu. Contohnya kemoproflaksis doksisiklin yang diberikan pada
wisatawan ke daerah yang endemik malaria.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan pada tingkat ketiga ini merupakan pencegahan dengan sasaran
utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah
beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program
rehabilitasi. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pencegahan tertier
meliputi: isolasi (mengasingkan diri) dan karantina, serta desinfeksi.

Menurut Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001) terdapat 4 hal upaya


memperlakukan infeksi yaitu
a. Kontrol
Pengontrolan adalah upaya untuk mengurangi insiden atau prevalensi secara
global. Contohnya pemberian imunisasi kepada 80% balita seperti BCG untuk
TBC, polio, DPT di semua negara
b. Eliminasi.
Adalah upaya pengontrolan pada area geografi yang spesifik seperti pada
Negara, kepulauan atau benua dan mengurangi prevalensi atau insiden yang
terjadi. Contohnya upaya pengurangan poliomeilitis di eropa dan pasifik
barat, rubella di inggris di pulau karibean, dan tetanus pada neonatal di
eropa.
c. Pembasmian
Adalah mengurangi insiden penyakit menjadi nol di seluruh dunia. Contohnya
pembasmian pada cacar tahun 1977 yang sekarang virus tersebut hanya
ditemukan pada laboratorium. Beberapa kriteria pembasmian suatu penyakit
adalah penyakit itu menyerang manusia, mudah didiagnosa, dapat meningkatkan
imunitas, penyakit musiman terdapat perawatan kuratif.

Berdasarkan beberapa sumber di atas dapat disimpulkan bahwa


pencegahan penyakit menular dalam lingkup komunitas dapat dilakukan dengan
tiga cara: yaitu pencegahan primer, sekunder dan tertier

6. Gambaran Kejadian Penyakit Menular di Indonesia dan Dunia


Penyakit menular masih menjadi masalah yang serius baik di Indonesia maupun di
dunia. Berdasarkan data Kemenkes RI (2015) prioritas penanganan penyakit menular masih
tertuju pada penyakit HIV/AIDS, tuberculosis, malaria, demam berdarah, influenza dan flu
burung. Disamping itu Indonesia juga belum sepenuhnya berhasil mengendalikan penyakit
neglected diseases seperti kusta, filariasis, leptospirosis, dan lain-lain.
Dalam laporan WHO tahun 2013 diperkirakan terdapat 8.6 juta kasus TB pada tahun
2012 dimana 1,1 juta orang (13%) di antaranya adalah pasien dengan HIV positif. Sekitar
75% dari pasien tersebut berada di wilayah Afrika, Pada tahun 2012 diperkirakan terdapat
450.000 orang yang menderita TB MDR dan 170.000 diantaranya meninggal dunia
(Kemenkes RI, 2016).
Di Indonesia, prevalensi TB paru smear positif per 100.000 penduduk usia > 15 tahun
sebesar 257 pada tahun 2013. Angka notifikasi kasus menggambarkan cakupan penemuan
kasus TB. Secara umum angka kasus BTA positif baru dan semua kasus dari tahun ke tahun
di Indonesia mengalami peningkatan (Kemenkes RI, 2016).
Sedangkan kecenderungan prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15-49
meningkat. Pada awal tahun 2009, prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15 - 49 tahun
hanya 0,16% dan meningkat menjadi 0,30% pada tahun 2011, meningkat lagi menjadi 0,32%
pada 2012, dan terus meningkat manjadi 0,43% pada 2013. Angka CFR AIDS juga menurun
dari 13,65% pada tahun 2004 menjadi 0,85 % pada tahun 2013. (Kemenkes RI, 2015)

7. Vaksin dan Penyakit Menular


Menurut Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001), salah satu upaya untuk
mencegah penyebaran penyakit menular adalah dengan pemberian vaksin.
Berikut adalah kebutuhan vaksin sesuai kelompok manusia, diantaranya:
a. Remaja dan dewasa muda

 hepatitis B
 Varisela
 Rubella
 Dosis MMR kedua
 Tetanus dan dipteri (Td)
b. Dewasa dan lansia
 Pneumococcal
 Influenza
c. Ibu hamil
 Tetanus dan dipteri pada trimester 2/3
 Rubella
 MMR
 Varisela
 OPV di lingkungan dengan risti
 Hepatitis B
 Pneumococal
 Meningococcal
 Rabies

Tabel1.1 Jenis dan waktu pemberian vaksin


1)
Haemo
philus influenze type B (Hib),
adalah infeksi bakteri akut yang
bersifat invasive yang dapat
mempengaruhi keseluruhan organ
tubuh. Hib berhubungan dengan penyakit meningitis, epiglotitis, otitis
media, pneumonia, arthritis dan selulitis. Manifestasi dari penyakit ini
adalah demam, letargi, muntah, iritasi meningeal, penurunan status mental,
nyeri leher, pembengkakan epiglottis, distress pernapasan, lesi kulit, dan
infeksi ke telinga. Komplikasi seperti sepsis arthritis, sumbatan jalan
napas, bahkan kematian. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak dibawah 5
tahun. Hib dapat ditularkan melalui
droplet.
2) Hepatitis A,B dan C,
a. Hepatitis A

Adalah infeksi virus akif yang biasanya


terjadi < 2 bulan dan manifestasinya adalah diawali dengan demam,
anoreksia, malaise, urin gelap dan jaundice. HAV di transmisikan melalui
kontaminasi fekal-oral dari makanan dan air dengan masa inkubasi 15-50 hari
dengan rata-rata 25-30 hari. Virus ini biasanya terjadi di negara
berkembang yang biasa terjadi pada anak-anak 5-14 tahun. Penyakit dapat
didiagnosa dengan adanya serum antibody dan tidak ada perawatan spesifik
yang direkomendasikan. Kontraindikasi vaksin ini jika ada alergi.

b. Hepatitis B
Adalah
infeks
i virus yang memiliki gejala awal yang
tidak diketahui, namun pada fase
selanjutnya akan dijumpai tanda
anoreksia, mual muntah yang diikuti
dengan kekuningan. Terkadang akan menjadi hepatitis yang fatal. Transmisi
dari virus ini melalui kontak langsung dengan darah yang terkontaminasi
sekret tubuh, transplantasi dan hubungan seksual. Masa inkubasi 45 hari-6
bulan dengan rata-rata 90 hari. Biasanya terjadi pada bayi dan orang
dewasa.
c. Hepatitis C
virus ini mempunyai awalan yang tidak
diketahui, orang yang terinfeksi akan
tanda gejala yang sangat luas diantaranya
anoreksia, nyeri perut, mual muntah.
Transmisi virus ini melalui darah.

3) Penyakit lyme,
infeksi bakteri ini menular melalui gigitan, biasanya
gigitan rusa. Masa inkubasi 3-35 hari dengan manifestasi
eritema, migraine, kemerahan, pada bekas gigitan dan
bekas tersebut seperti mata sapi jantan.

4)
Campak,
adalah sebuah penyakit infeksi akut
o
dengan disertai demam 101 F, batuk, konjungtivitis. Paling banyak terjadi
pada anak usia 12 bulan. Penegakan diagnose berdasarkan kultur jaringan
sekresi nasofaringeal dan tes serologi. Vaksin yang diberikan MMR

5)
Gondong,
adalah penyakit sistemik karena virus
yang menyebabkan demam dan
pembengkakan yang nyeri di kelenjar
saliva dan carotid. Ditularkan melalui
droplet dan kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi. Masa inkubasi
12-25 hari. Penegakan diagnose berdasarkan isolasi virus dari oral dan
tenggorokan, urin dan cairan spinal. Penyakit ini dapar divaksinanasi
dengan MMR

6)
Polio,
adalah penyakit enterovirus akut.
Manifestasi berupa paralisis. Cara
transmisi dengan droplet melalui udara,
kontaminasi fekal oral dengan masa inkubasi 7-21 hari. Penyakit ini
diberikan vaksin OPV.

7) Rubela, adalah penyakit karena virus dengan manifestasi ruam


makulopapular, oksipital dan limpa denopati posterior servikal. Pada anak
biasanya tidak terdapat gejala namun pada orang dewasa disertai demam dan
malaise. Masa inkubasi 14-23 hari. Biasa divaksin dengan MMR
8) Tetanus, adalah penyakit akut neurological karena bakteri anaerob.
Manifestasi berupa nyeri konttraksi otot dan spasme otot. Transmisi secara
tidak langsung melalui kontaminasi luka, dari tanah dan muntahan yang
terkontaminasi. Masa inkubasi 1-20 hari, biasanya divasksin dengan TT
9)
Varisela
(Chicken pox), adalah penyakit menular
dengan berbagai awalan. Transmisi melalui
droplet dari secret saluran napas,
kontak langsung cairan vesikuler, infeksi dari ibu selama hamil.
Manifestasi yang terjadi demam, malaise, dan ruam. Paling banyak terjadi
pada usia > 15 tahun. Masa inkubasi selama 14-15 hari. Biasanya divaksinasi
MMR

10) Kolera, adalah infeksi bakteri enteric


akut dengan manifestasi diare encer, mual,
dan dehidrasi. Transmisi melalui rute fekal-
oral biasanya dari air yang terkontaminasi
fekal atau makanan. Masa inkubasi selama 1-5
jam.
11)
Japanese
ensepalitis, adalah infeksi akut
arbovirus. Manifestasi yang terjadi
demam, gangguan siste saraf pusat.
Masa intubasi 5-15 hari.
12)
Meningokoku
s, adalah infeksi akut bacterial
dengan tanda gejala demam, sakit
kepala, kaku leher, mual muntah dan
ruam makulopopular. Transmisi melalui
droplet udara tertutup maupun terbuka, kontak langsung dengan individu
terinfeksi. Penegakan diagosa dengan kultur darah dan cairan serebrospinal.
13) Tuberculosis (TBC), adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ
tubuh lainnya.
Manifestasi Klinik:
 Demam 40-41oC serta batuk/batuk berdarah
 Sesak napas dan nyeri dada
 Malaise, keringat malam
 Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
 Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
 Pada anak:
- berkurang berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau
gagal tumbuh.
- demam tanpa jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.
- batuk kronik > 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
- riwayat kontak dengan penderita TB dewasa.
Penularan TBC ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui
saluran napas dengan menghisap atau menelan tetes-tetes ludah/dahak
(droplet infection) yang mengandung hasil dan dibatukkan oleh penderita TBC
terbuka.Daya tangkis orang dengan reaksi tuberculin negative dapat
diperkuat melalui vaksinasi dengan vaksin BCG.
14) HIV/AIDS, Adalah sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya
kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Penularan virus ditularkan melalui:
 Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang
yang telah terinfeksi HIV.
 Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
 Mendapatkan transfuse darah yang mengandung virus HIV
 Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau
melalui ASI.
Manifestasi klinis Human Immunodeficiency Virus (HIV) /AcquiredImunnodeficiency
Syndrome (AIDS). Tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita AIDS umumnya
sulit dibedakan karena bermula dari gejala klinis umum yang didapati pada penderita
penyakit lainnya. Secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Rasa lelah dan lesu
b. Berat badan menurun secara drastis
c. Demam yang sering dan berkeringat waktu malam
d. Mencret dan kurang nafsu makan
e. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
f. Pembengkakan leher dan lipatan paha
g. Radang paru
h. Kanker kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS umumnya meliputi 3 hal yaitu:
A. Manifestasi tumor
1. Sarkoma Kaposi
Kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Penyakit ini sangat jarang menjadi sebab
kematian primer.
2. Limfoma ganas
Timbul setelah terjadi Sarkoma Kaposi dan menyerang saraf serta dapat bertahan kurang
lebih 1 tahun.
B. Manifestasi oportunistik
1. Manifestasi pada Paru
a. Pneumoni pneumocystis(PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru PCP dengan
gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam.
b. Cytomegalovirus(CMV)
Pada manusia 50% virus ini hidup sebagai komensal pada paru-paru tetapi dapat
menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan 30% penyebab kematian pada AIDS.
c. Mycobacterium avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.
d. Mycobacterium tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi milier dan cepat menyebar ke organ lain
di luar paru.
2. Manifestasi gastrointestinal
Tidak ada nafsu makan, diare kronis, penurunan berat badan >10% per bulan.
C. Manifestasi neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS menunjukkan manifestasi neurologis yang biasanya timbul pada
fase akhir penyakit. Kelainan saraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis, demensia,
mielopati, neuropati perifer.

Gejala dan stadium klinis Human Immunodeficiency Virus(HIV) /Acquired


Imunnodeficiency Syndrome(AIDS)
Diagnosis infeksi HIV & AIDS dapat ditegakkan berdasarkan klasifikasi klinis WHO atau
CDC. Di Indonesia diagnosis AIDS untuk keperluan surveilans epidemiologi dibuat apabila
menunjukkan tes HIV positif dan sekurang-kurangnya didapatkan dua gejala mayor dan satu
gejala minor.
Gejala mayor dan gejala minor infeksi HIV/AIDS
Gejala Mayor Gejala Minor
Berat badan menurun >10% dalam 1 bulan Batuk menetap >1 bulan
Diare kronik berlangsung >1 bulan Dermatitis generalisata
Demam berkepanjangan >1 bulan Herpes Zooster multi-segmental dan
berulang
Penurunan kesadaran Kandidiasis orofaringeal
Demensia/HIV ensefalopati Herpes simpleks kronis progresif
Limfadenopati generalisata
Infeksi jamur berulang pada alat kelamin
wanita
Retinitis Cytomegalovirus

B. PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian penyakit menular meliputi enam dimensi (Clark, 1999), yaitu:
a. Dimensi Biofisik
Ya Tidak
Apakah klien di kelompok umur tertentu mempunyai
resiko dibawah ini?
 Campak
 Penyakit gondok
 Tetanus
 Hepatitis A
 Hepatitis B
 Infeksi HIV
 TBC
 Penyakit menular seksual
 Influenza
 Varicella
 Pertussis
 Poliomeilities
 Penyakit HiB
Apakah klien mempunyai penyakit kronik?
Apakah klien menerima terapi imunosupresif?
Apakah klien mempunyai infeksi HIV?
Apakah klien cepat merasa lelah?
Apakah klien hamil?
Apakah klien mempunyai mempunyai riwayat IMS?
Apakah klien pernah menerima tranfusi darah?

b. Dimensi Psikologi
Ya Tidak
Apakah klien merasa stress?
Apakah klien merasa depresi?
Apakah klien merasa kurang percaya diri di
lingkungannya?

c. Dimensi Fisik
Ya Tidak
Apakah klien memiliki banyak aktivitas?
Apakah klien beresiko dari gigitan hewan atau
serangga?
Apakah kondisi lingkungan fisik mempengaruhi
adanya penyakit?
Apakah klien menunjukkan kontaminasi makanan atau
air?
Apakah klien memiliki sanitasi yang buruk?

d. Dimensi Sosial
Ya Tidak
Apakah klien tidak memiliki rumah?
Apakah klien tinggal di penginapan atau di
institusi lain?
Apakah hubungan sosial mendukung resiko tinggi?
Apakah terdapat anggota keluarga atau teman yang
sakit?
Apakah peningkatan jumlah penduduk mempengaruhi
penyebaran resiko?
Jika penduduk beresiko tinggi, apakah klien
melakukan upaya pencegahan?
Apakah klien terlibat dalam pelayanan anak sebagai
penerima atau penyedia?
Apakah kepercayaan budaya dan lingkungan
meningkatkan resiko penyakit klien?
Apakah klien hidup dalam lingkungan penyakit
menular yang tinggi?
Apakah klien mengunjungi area lingkungan penyakit
menular yang tinggi?

e. Dimensi Perilaku
Ya Tidak
Apakah klien tidak mampu merawat lingkungan?
Apakah klien terlibat dalam penyalahgunaan zat?
Apakah klien menggunakan obat terlarang?
Apakah klien menyebarkan obat terlarang?
Apakah klien aktif dalam seksual?
Apakah klien mempunyai pasangan seksual lebih dari
1?
Apakah klien melakukan hubungan seksual secara
aman?
Apakah klien menggunakan kondom dalam berhubungan
seksual?
Apakah klien menggunakan spray tertentu?
Apakah klien menggunakan kontrasepsi oral?
Apakah klien masuk dalam prostitusi untuk
mendapatkan uang atau obat terlarang?
Apakah klien mempunyai keterkaitan dengan anggota
dari kelompok resiko tinggi?
Apakah klien menjaga kebersihan diri dengan baik,
misalnya cuci tangan?
Apakah klien mencuci buah dan sayuran sebelum
memakannya?
Apakah klien memasak makanan hingga matang untuk
membunuh mikroorganisme
Apakah klien menjamin kemurniaan air dari
kontaminasi sebelum meminum dan memasaknya?

f. Dimensi Sistem Kesehatan


Ya Tidak
Apakah klien menerima imunisasi dibawah ini?
Campak
Gondok
Tetanus
Dipteria
Pertusis
HiB
Hepatitis A
Hepatitis B
Vericella
Influenza
TBC
Apakah klien menyediakan pelayanan imunisasi?
Apakah klien memiliki jaminan untuk pelayanan
imunisasi?

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan pada Penyakit Menular


a. HIV/AIDS
No Diagnosa Masalah Intervensi Keperawatan
1 Resiko infeksi Control infeksi (6540)
berhubungan dengan 1. Jaga kebersihan lingkungan
imunosupresi (00004)2. Ajarkan teknik cuci tangan yang tepat sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
3. Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi
4. Ajarkan klien dan keluarga mengenai cara
menghindari infeksi seperti: tidak menggunakan
jarum bersama, tranfusi darah dengan penderita, dan
hubungan seksual
5. Membuang sampah dengan aman dan benar
Manajemen Nutrisi (1100)
6. Bantu dan anjurkan menentukan jenis nutrisi yang
dibutuhkan (tinggi vitamin dan mineral)
7. kolaborasi dengan tenaga kesehatan: pemberian
ARV pada ibu hamil
2 Isolasi sosial Konseling (5240)
1. Membantu klien dalam mengidentifikasi masalah
dan seberapa jauh mengontrol diri
2. Membantu klien dalam meningkatkan perilaku
menyeleaikan masalah
3. Memotivasi klien dalam meningkatkan rasa percaya
diri
4. Memberikan kesempatan kepada klien dalam
menentukan keputusan
5. Identifikasi sumber sumber – sumber pribadi dan
lingkungan yang dapat meningkatkan kontrol diri:
keyakinan, agama
6. Ajarkan perilaku klien untuk mencegah keparahan
penyakit dengan cara: control dan minum obat
teratur, konsumsi nutrisi seimbang, aktifitas dan
istirahat teratur
Dukungan Emosional (5270)
7. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
8. Menegaskan tentang pentingnya klien bagi orang
lain
9. Mendorong agar klien mengungkapkan perasaan
negatif
10. Memberikan rasa percaya dan keyakinan
11. Memberi dukungan : moril, materiil ( khususnya
keluarga ) : spiritual
12. Memberikan informasi yang dibutuhkan

b. Tuberculosis
No Diagnosa Intervensi
1 Resiko infeksi (00004) Pengendalian infeksi (6545)
berhubungan dengan
1. Jelaskan tentang batuk efektif untuk menghinadari
vaksinasi yang tidak penyebaran infeksi dari satu penjamu ke yang lain
adekuat, kurang
2. Ajarkan cara membersihkan lingkungan setelah
informasi terkait dipakai pasien dengan TBC
menghindari pajanan
3. Pertahankan teknik isolasi yang tepat
infeksi, imunosupresi 4. Pendidikan northkesehatan terkait cara
penyebaran infeksi TBC
5. Pendidikan kesehatan terkait tanda dan gejala
infeksi tbc
6. Ajarkan cara menghindari infeksi
7. Ajarkan teknik mencuci tangan
8. Berikan pendidikan kesehatan terkait imunasi
untuk menghindari TBC
9. Laporkan jika ada kecurigaan infeksi TBC

Manajemen nutrisi (1100)


10. Sarankan untuk melakukan pengaturan diet tinggi
protein untuk menambah kekebalan tubuh

Manajemen lingkungan: komunitas (6484)


11. Screening faktor resiko dari lingkungan
12. Kolaborasi dan bekerjasama dengan lingkungan
untuk mengembangkan upaya pencegahan
penularan TBC
2 Kurang pengetahuan Pendidikan kesehatan (5510)
(00126) berhubungan
1. Tentukan tingkat pengetahuan dan perilaku
dengan ketidakcukupan kelompok
informasi, 2. Identifikasi sumberdaya kelompok
ketidakcukupan sumber
3. Menyusun materi edukasi terkait konsep TBC
informasi (Blackwell,
4. Berikan informasi mengenai darimana sumber
2014) informasi terkait TBC dapat di peroleh
5. Gunakan teknik diskusi kelompok
6. Demontrasikan cara pencegahan TBC
7. Melibatkan kelompok dalam menentukan
intervensi
Teaching : Proses penyakit (5602)
8. Jelaskan terkait proses peyakit
9. Lakukan evaluasi terkait edukasi
c. Dengue Hemoragic Fever (DHF)
No. Diagnosa Intervensi
1. Hipertermi Perawatan demam (3740)
berhubungan dengan
1. Libatkan keluarga dalam monitor suhu sesering
proses infeksi virus mungkin
dengue (00007) 2. Libatkan keluarga dalam monitor warna dan suhu
kulit
3. Edukasi dan libatkan keluarga dalam monitor
penurunan tingkat kesadaran
4. Edukasi keluarga untuk kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
Pengaturan suhu (3900)
5. Libatkan keluarga dalam monitor suhu minimal tiap
2 jam
6. Edukasi keluarga untuk tingkatkan intake cairan dan nutrisi

2. Nyeri berhubungan dengan Manajemen nyeri (1400)


proses patologis penyakit
1. Identifikasi faktor internal dan eksternal yang dapat
(00132) meningkatkan atau mengurangi nyeri pasien.
2. Edukasi keluarga untuk meningkatkan istirahat
pasien.
3. Edukasi keluarga teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri pasien (contoh : teknik massage)
3 Kurang pengetahuan
1. Inisiasi skrining resiko kesehatan yang berasal dari
berhubungan dengan lingkungan
kurangnya informasi (00126)2. Monitor status risiko kesehatan yang berasal dari
lingkungan
3. Dorong lingkungan untuk berpartisipasi aktif dalam
keselamatan komunitas seperi melakukan 3M
4. Koordinasikan layanan terhadap kelompok dan
komunitas beresiko
5. Lakukan program edukasi untuk kelompok beresiko

d. Hepatitis
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
1 Ketidakseimbangan Manajemen Nutrisi (1100)
nutrisi kurang dari 1. Edukasi tentang pentingnya kebutuhan
kebutuhan tubuh (00002) asupan nutisi
berhubungan dengan 2. Anjurkan diit rendah lemak dan tinggi
ketidakmampuan mencerna kalori
makanan 3. Anjurkan makan sedikit tapi sering
4. Ajarkan modifikasi makanan yang sesuai
Monitoring Nutrisi (1160)
5. Monitor adanya penurunan berat badan
6. Monitor turgor kulit dan mobilitas
2 Risiko tinggi terhadap Kontrol Infeksi (6540)
transmisi infeksi 1. Edukasi tentang standar pencegahan
(00004) berhubungan seperti cuci tangan dan penggunaan
dengan sifat menular sarung tangan
dari agen virus Perlindungan infeksi (6550)
2. Monitor adanya tanda gejala infeksi
sistemik dan lokal
Manajemen penyakit menular (8820)
3. Informasikan mengenai imunisasi dan
anjurkan untuk melakukan imunisasi
(HBIg untuk Hepatitis B)
4. Monitor sanitasi dan lingkungan
5. Promosikan legislasi yang memastikan
pemantauan dan pengobatan yang tepat
untuk Hepatitis.
6. Anjurkan melakukan pemeriksaan
berkala.

Vous aimerez peut-être aussi