Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Go
Ayah:
Ini memang sudah menjadi kehendak yang maha kuasa, nak.
Bawang Putih:
Ya, sudah lah, yah.. memang sudah menjadi ketentuan yang maha kuasa.
Ayah:
Ya, benar anakku. Biarlah, ini memang sudah ditentukan-Nya.
Di desa itu terdapat seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah.
Semenjak ibu Bawang Putih meninggal ibu Bawang Merah sering menyempatkan diri
untuk berkunjung kerumah Bawang Putih. Ibu Bawang Merah sering membawakan
makanan untuk Bawang Putih dan ayahnya, membantu Bawang Putih bersih-bersih
rumah, dan juga menemani Bawang Putih dan ayahnya untuk berbagi lewat obrolan.
Bawang Putih:
Iya, terima kasih banyak bu sudah membawakan makanan untuk Bawang Putih.
Bawang Putih: Aku hanya ngikut kemauan ayah, kalau ayah memang menginginkannya,
kenapa aku harus menghalanginya. Lagian ibu Bawang Merah itu kan baik hati.
Bawang Merah:
Aku juga setuju, ibu setuju juga kan?
Diawal-awal pernikahan, ibu Bawang Merah dan Bawang Merah bersikap sangat baik
kepada Bawang Putih. Namun, lama-kelamaan tabiat sesungguhnya mereka akhirnya
mulai kelihatan. Bawang Merah dan ibunya sering kali memarahi Bawang Putih dan tidak
jarang memberinya pekerjaan yang berat manakala ayah Bawang Putih sedang tidak ada
dirumah. Karena Ayah Bawang Putih sedang berdagang, maka ayah Bawamg Putih tidak
tahu-menahu perihal perlakukan ibu tirinya itu karena Bawang Putih sendiri tidak pernah
menceritakan perlakukan ibu tirinya itu kepada ayahnya.
Ibu:
Putih.. kamu harus membersihkan lantai ya, cuci piring, dan semua pekerjaan rumah
harus kamu bereskan!
Bawang Putih:
Iya, Baik bu, akan Putih kerjakan.
Bawang Merah:
Putih, kamu harus membersihkan kamarku biar terlihat rapi dan nggak berantakan.
Bawang Putih:
Baik kak, akan Putih bersihkan.
Pada suatu hari ayah Bawang Putih jatuh sakit hingga kemudian meninggal dunia. Kini
Bawang Putih tidak lagi punya ayah dan juga ibu.
Ayah:
Bawang Putih, sepertinya ayah sudah tidak kuat lagi. Penyakit ayah tidak mungkin bisa
disembuhkan lagi.
Bawang Putih:
Ayah, Putih mohon sama ayah, jangan tinggalin Putih, yah! Putih akan sama siapa lagi,
yah?
Ayah:
Maafkan ayah, nak. Jika ayah pergi, kamu baik-baik saja ya, nak.
Bawang Putih:
Iya, ayah.
Ayah:
Bu, aku titip Putih ya? Tolong jagain Putih, dan aku mohon ibu bisa menganggap dia
seperti anak ibu sendiri.
Bawang Putih:
Ayah.. jangan tinggalkan Putih, yah! (Bawang Putih bercucuran air mata)
Sejak saat itu Bawang Merah dan ibunya semakin leluasa dan bertindak semena-mena
terhadap Bawang Putih. Bawang Putih seperti menjadi buruh Bawang Merah dan ibunya.