Vous êtes sur la page 1sur 4

Cerpen Search...

Go

Naskah Drama Bawang Merah & Bawang Putih I


Cerita legenda Bawang Merah dan Bawang Putih merupakan salah satu cerita legenda
yang sangat populer yang akhirnya banyak digunakan di pementasan drama. Dan bagi
Anda yang sedang mencari contoh teks drama tentang Bawang Merah dan Bawang Putih,
berikut ini contoh dialognya.

Sinopsis Drama Bawang Merah & Bawang Putih


Pada dahulu kala tinggalah sebuah keluarga disebuah desa. Mereka terdiri dari ayah, ibu,
dan seorang gadis remaja dengan nama Bawang Putih. Mereka adalah sebuah keluarga
yang hidup bahagia. Kendati ayah Bawang Putih hanyalah seorang pedagang biasa,
namun mereka bisa hidup dengan sangat rukun dan sentosa hingga pada suatu hari ibu
Bawang Putih sakit parah yang akhirnya meninggal dunia. Bawang Putih sangat berduka
dengan meninggalnya ibunda tercintanya itu, begitu juga dengan ayahnya, ia merasakan
duka yang sangat mendalam harus menerima kenyataan itu.

Dialog drama Bawang Merah & Bawang Putih


Bawang Putih:
Ayah, kenapa sih ibu harus pergi meninggalkan kita dengan begitu cepatnya?

Ayah:
Ini memang sudah menjadi kehendak yang maha kuasa, nak.

Bawang Putih:
Ya, sudah lah, yah.. memang sudah menjadi ketentuan yang maha kuasa.

Ayah:
Ya, benar anakku. Biarlah, ini memang sudah ditentukan-Nya.

Di desa itu terdapat seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah.
Semenjak ibu Bawang Putih meninggal ibu Bawang Merah sering menyempatkan diri
untuk berkunjung kerumah Bawang Putih. Ibu Bawang Merah sering membawakan
makanan untuk Bawang Putih dan ayahnya, membantu Bawang Putih bersih-bersih
rumah, dan juga menemani Bawang Putih dan ayahnya untuk berbagi lewat obrolan.

Ibu Bawang Merah:


Bawang Putih... ini saya bawakan makanan untuk kamu.

Bawang Putih:
Iya, terima kasih banyak bu sudah membawakan makanan untuk Bawang Putih.

Ibu Bawang Merah:


Ya, sama-sama, ibu cuman nggak pengen lihat kamu kurang makan. Ya sudah, kalau gitu
ibu pamit pulang dulu.

Ayah Bawang Putih : Bu, nitip salam ya buat Bawang Merah.

Ibu Bawang Merah: Iya, nanti aku sampaikan ke Bawang Merah.


Kedekatan Ayah Bawang Putih dengan ibu Bawang Merah yang dirasanya sangat baik
hati membuat ayah Bawang Putih kepikiran untuk menikahi ibu Bawang Merah. Dengan
meminta pertimbangan dari Bawang Putih, kemudian ayah Bawang Putih menikah
dengan ibu Bawang Merah.

Ayah Bawang Putih:


Bawang Putih, andai saja ayah menikahi dengan ibu Bawang Merah, apakah kamu
setuju, nak?

Bawang Putih: Aku hanya ngikut kemauan ayah, kalau ayah memang menginginkannya,
kenapa aku harus menghalanginya. Lagian ibu Bawang Merah itu kan baik hati.

Ayah Bawang Putih:


Baiklah nak kalau begitu, terimakasih atas izin kamu. Bagaimana denganmu Bawang
Merah? apakah kamu juga setuju?

Bawang Merah:
Aku juga setuju, ibu setuju juga kan?

Ibu Bawang Merah:


Ya, ibu juga setuju dengan niatan ayah Bawang Putih untuk menikahi ibu.

Diawal-awal pernikahan, ibu Bawang Merah dan Bawang Merah bersikap sangat baik
kepada Bawang Putih. Namun, lama-kelamaan tabiat sesungguhnya mereka akhirnya
mulai kelihatan. Bawang Merah dan ibunya sering kali memarahi Bawang Putih dan tidak
jarang memberinya pekerjaan yang berat manakala ayah Bawang Putih sedang tidak ada
dirumah. Karena Ayah Bawang Putih sedang berdagang, maka ayah Bawamg Putih tidak
tahu-menahu perihal perlakukan ibu tirinya itu karena Bawang Putih sendiri tidak pernah
menceritakan perlakukan ibu tirinya itu kepada ayahnya.

Ibu:
Putih.. kamu harus membersihkan lantai ya, cuci piring, dan semua pekerjaan rumah
harus kamu bereskan!

Bawang Putih:
Iya, Baik bu, akan Putih kerjakan.

Bawang Merah:
Putih, kamu harus membersihkan kamarku biar terlihat rapi dan nggak berantakan.

Bawang Putih:
Baik kak, akan Putih bersihkan.

Pada suatu hari ayah Bawang Putih jatuh sakit hingga kemudian meninggal dunia. Kini
Bawang Putih tidak lagi punya ayah dan juga ibu.
Ayah:
Bawang Putih, sepertinya ayah sudah tidak kuat lagi. Penyakit ayah tidak mungkin bisa
disembuhkan lagi.

Bawang Putih:
Ayah, Putih mohon sama ayah, jangan tinggalin Putih, yah! Putih akan sama siapa lagi,
yah?

Ayah:
Maafkan ayah, nak. Jika ayah pergi, kamu baik-baik saja ya, nak.

Bawang Putih:
Iya, ayah.

Ayah:
Bu, aku titip Putih ya? Tolong jagain Putih, dan aku mohon ibu bisa menganggap dia
seperti anak ibu sendiri.

Ibu Bawang Merah:


Ya, baik ayah.

Bawang Putih:
Ayah.. jangan tinggalkan Putih, yah! (Bawang Putih bercucuran air mata)

Sejak saat itu Bawang Merah dan ibunya semakin leluasa dan bertindak semena-mena
terhadap Bawang Putih. Bawang Putih seperti menjadi buruh Bawang Merah dan ibunya.

Vous aimerez peut-être aussi