Vous êtes sur la page 1sur 3

7. Paru-paru: Lebih dari 50 persen penderita lupus memiliki beberapa jenis penyakit paru-paru.

Peradangan lapisan paru (pleuritis) adalah masalah yang paling sering terjadi. Hal ini bisa menyebabkan
nyeri dada dan sesak napas dan bisa dikelirukan dengan bekuan darah di paru-paru atau infeksi paru-
paru (pneumonia). Koleksi air di tempat antara paru-paru dan dinding dada juga dapat terjadi (disebut
efusi pleura). Pneumonia dapat terjadi pada pasien lupus yang memakai obat imunosupresif.

Sistem darah dan getah bening: Sekitar setengah dari penderita lupus memiliki anemia, dan sampai
setengahnya memiliki trombositopenia (jumlah trombosit rendah) dan leukopenia (jumlah sel darah
putih rendah). Jumlah trombosit yang rendah dapat menyebabkan perdarahan dan memar di kulit, dan
jika parah, dapat menyebabkan perdarahan internal. Beberapa pasien lupus cenderung membentuk
bekuan darah dalam pembuluh darah (mengarah ke phlebitis) atau arteri (yang menyebabkan stroke
atau masalah lainnya). Hal ini kemungkinan besar terjadi pada pasien yang memiliki autoantibodi
tertentu dalam darah mereka yang disebut antibodi antifosfolipid. Pasien dengan masalah klinis ini dan
antibodi ini mungkin perlu minum pengencer darah (antikoagulan) dalam jangka waktu lama. Wanita
dengan antibodi ini juga dapat mengalami frekuensi keguguran spontan yang tinggi (seperti yang
dijelaskan di atas).

Perut, usus, dan organ terkait: Banyak pasien dengan lupus mengembangkan ulkus tanpa rasa sakit di
mulut dan hidung pada beberapa titik penyakit mereka. Nyeri perut pada lupus bisa disebabkan oleh
peradangan pada lapisan perut, infeksi usus, aliran darah rendah ke usus yang disebabkan oleh bekuan
darah, atau pembengkakan pembuluh darah yang mengalir ke usus. Jika orang tersebut memiliki banyak
cairan mengambang bebas di perut (asites), cairan ini juga bisa menjadi terinfeksi, menyebabkan rasa
sakit yang parah.

Mata: Peradangan dan kerusakan pada retina adalah komplikasi lupus yang jarang terjadi. Kekeringan
mata sangat umum terjadi pada pasien lupus. Orang dengan lupus sering harus diskrining oleh dokter
mata jika mereka diobati dengan obat antimalaria klorokuin (Aralen Fosfat) atau hydroxychloroquine
(Plaquenil Sulfate).

8. kemungkinan yang terjadi pada pasien SLE salah satunya adalah, kematian pasien yang diakibatkan
kelelahan juga belum diketahui secara pasti, tetapi kelelahan dapat memicu pasien SLE mengalami
kekambuhan. Kekambuhanpada penyakit SLE jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan komplikasi
pada organ tubuh lainnya. Penyakit SLE tersebut memperlihatkan 2 puncak kejadian kematian, yaitu satu
puncak akibat komplikasi yang tidak terkontrol, dan satu puncak lain akibat komplikasi kortikoterapi.
Penyebab utama kematian pasien SLE 90% diakibatkan oleh infeksi dan 10% kematian pasien SLE
diakibatkan organ yang sudah mengalami komplikasi seperti gagal ginjal dan kerusakan SSP (Urowitz,
2005; Squance et al, 2014).
9. Kelelahan pada penderita SLE merupakan hal biasa yang sering dirasakan. Penelitian telah
menunjukkan bahwa 53-80% pasien SLE mengalami kelelahan sebagai salah satu gejala utama mereka.
Pada 30-50% pasien SLE, kelelahan adalah gejala yang paling melemahkan dan mengganggu fungsi fisik,
sosial dan emosional (Avina, 2007).

Menurut Indonesian Rheumatology Association (2011) penyebab utama morbiditas pada pasien SLE
adalah kelelahan, penurunan kualitas hidup, dan tingkat keparahan SLE dengan beberapa kriteria SLE
ringan dan berat.Faktor-faktor yang berkaitan dengan kelelahan pada pasien SLE berupa faktor yang
tidak dapat diubah (tingkat keparahan penyakit) dan faktor yang dapat diubah (aktivitas fisik, kualitas
tidur) (Grace, 2012).

10. DMARD (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs)

Hydroxychloroquin (Plaquenil)

Efek samping obat ini diantaranya mual, ruam-ruam pada kulit, dll. Efek samping utama yang perlu
diperhatikan meski jarang jika mendapatkan pemberian dosis tinggi adalah kerusakan pada belakang
mata (retina).

Methotrexate

Efek samping obat ini di monitor dengan pemeriksaan rutin fungsi hati dan pemeriksaan darah umum.
Efek samping obat ini diantaranya adalah rambut rontok, ruam-ruam kulit, mual, dan nyeri perut (maag),
maka umumnya diberikan dengan obat maag bagi yang sudah diketahui memiliki sakit maag. Risiko efek
samping obat ini dapat dikurangi dengan mengonsumsi asam folat, maka umumnya dokter akan
memberikan obat ini beserta dengan asam folat

Leflunomide (Arava)

Efek sampingnya diantaranya seperti pada methotrexate maka perlu juga ada pemeriksaan rutin fungsi
hati dan pemeriksaan darah umum selama mengonsumsinya. Perlu diperhatikan bahwa obat ini dapat
menyebabkan defek pada janin yang serius, maka selama mengonsumsinya disarankan untuk
penggunaan KB baik untuk pria maupun wanita, jika memutuskan mau memiliki anak perlu waktu untuk
pembersihan dari obat ini terlebih dahulu.

Agen biologik (Actemra, Remicade, Enbrel, Humira)

Efek sampingnya perlu monitor rutin fungsi hati, pemeriksaan darah umum, dan fungsi ginjal. Risiko
besar pemberian obat-obatan ini adalah dapat sangat mudah terkena infeksi terutama pada seminggu
pertama setelah pemberiannya, maka penderita yang mendapatkan terapi ini perlu sangat
memperhatikan pencegahan untuk infeksi terutama ketika hari pemberian dan 6 hari kedepannya

Obat golongan Corticosteroid (Anti-inflamasi/Anti-peradangan)

Efek sampingnya diantaranya mual, nyeri perut (maag), maka juga biasanya diberikan dengan obat maag,
peningkatan berat badan, pipi yang terlihat menggemuk yang dikenal dengan istilah moon face, muncul
seperti pungguk di belakang leher (buffalo hump), glaucoma, peningkatan tekanan darah, katarak,
peningkatan gula darah, osteoporosis, mudah lebam, dsb. Diantara obat golongan ini adalah:

– Methylprednisolone (Medrol/Medixon)

– Prednisone

– Dexamethasone

– Hydrocortisone

Obat golongan NSAID (Non-steroidal Anti-Inflammatory Drugs)

Efek sampingnya tidak seberat pada obat golongan corticosteroid, tapi juga berefek pada maag, maka
umum juga diberikan dengan obat maag. Diantara obat golongan ini adalah:

– Aspirin (Ascardia, Aspilets)

– Asam mefenamat (Ponstan)

– Ibuprofen

– Etoricoxib (Arcoxia)

– Meloxicam

– Indometacin

11. DMARDs bekerja dengan menekan sistem kekebalan tubuh untuk membantu mengontrol penyakit
autoimun. Hal ini dapat memperlambat laju kerusakan jaringan dan perkembangan penyakit.
(Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2016

Vous aimerez peut-être aussi