Vous êtes sur la page 1sur 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan,
penyerapan, dan sekresi. Di seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak menderita
diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara
berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi (Sazawal dkk, 1996).
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah
penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara global setiap tahunnya ada
sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara
berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun.
Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk
tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).
Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008,
penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka kematian akibat diare
adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah
penderita diare adalah 3.661 orang. Untuk tahun 2006, penderita diare di Indonesia adalah
10.280 orang dengan angka kematian 2.5% ( Fediani USU ,2012).
Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah
maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana
yang cepat dan tepat (Kemenkes, 2011). Dengan ini makalah dibuat untuk menggali lagi
masalah diare pada anak dan untuk melaksanakan tindakan asuhan keperawatan anak pada
kasus diare.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan diare?
2. Bagaimana Etiologi Diare?
3. Apa saja Klasifikasi Diare?
4. Bagaimana Epidemologi Diare ?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis Diare?
6. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik Diare?

1
7. Bagaimana Pencegahaan Diare?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Anak pada Diare

2.2 Tujuan
1. Tujuan Umum :
Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada kasus anak dengan
diare.
2. Tujuan Khusus :
Agar mahasiswa mengetahui apa yang di maksud tentang diare :
a. Mengetahui Pengertian pada Diare.
b. Mengetahui Etiologi pada Diare.
c. Mengetahui Kalsifikasi pada Diare.
d. Mengetahui Epidemologi pada Diare.
e. Mengetahui Manifestasi Klinis pada Diare.
f. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik pada Diare.
g. Mengetahui Pencegahan pada Diare.
h. Memahami Asuhan Keperawatan Anak pada Diare.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan,
penyerapan, dan sekresi. Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus
(gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon (kolitis) atau kolon dan usus (enterokolitis)
(Hockenbery, 2009).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau setengah
cairan ( setengah padat), dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja) (Sjaifoella Noer dkk, 1996). Diare adalah buang
air besar encer atau cair lebih dari 3x sehari (WHO,1980).

2.2 Etiologi
Mikroorganisme patogen penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal-oral melalui
makanan atau air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat,
misalnya pada tempat penitipan anak. Kurangnya air bersih, tinggal berdesakan, higiene yang
buruk, kurang gizi, dan sanitasi yang jelek merupakan faktor resiko utama. Peningkatan
insidensi dan beratnya penyakit diare pada bayi juga berhubungan dengan perubahan yang
spesifik menurut usia pada kerentanan terhadap mikroorganisme patogen. Sistem kekebalan
belum pernah terpajan dengan banyak mikroorganisme patogen sehingga tidak memiliki
antibodi pelindung yang didapat ( Hockenberry, 2009).
Rotavirus merupakan agens paling banyak yang menyebabkan penyakit disertai dehidrasi
pada anak kecil di seluruh dunia. Infeksi rotavirus menyebabkan sebagian besar perawatan
rumah sakit karena diare berat pada anak-anak kecil dan merupakan infeksi nasokomial
(infeksi yang didapat dalam rumah) yang signifikan oleh mikroorganisme patogen
(Hockenberry, 2009).
Pemakaian antibiotik juga berkaitan dengan diare. Antibiotik dapat mengubah flora usus
yang normal, dan penurunan jumlah bakteri kolon akan mengakibatkan absorpsi hidrat arang
yang berlebihan serta diare osmotik (Bherman,kliegman dan arvin, 2000). Antibiotik dapat
pula menimbulkan kolonisasi dan produksi toksin Clostridium difficile yang bisa
menyebabkan diare dan kolitis pseudomembranosa (Cerquetti dkk, 1995; jobe dkk, 1995).
Diare infeksius akut (gastroenteritis infeksiosa) dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan
parasit yang patologis, sebagai berikut : (Hockenberry, 2009).

3
Organisme Patologi Karakteristik Keterangan
Agent Virus Menginvasi epitel Awitan mendadak Infeksi lebih sering terjadi
Rotavirus mukosa usus demam (38 ℃ di musim dingin 90 %
Masa Inkubasi 1-3 halus atau lebih tinggi) dengan insedensi
hari Arsitektus Nausea/vomitus puncaknya (60%) dari
mukosa Nyeri abdomen bulan desember hingga
mengalami disertai infeksi april
distorsi berat saluran Mengenai semua
dengan mukosa pernapasan atas kelompok usia (bayi usia
yang atrofik dan Diare dapat 6-12 bulan paling rentann
perubahan berlangsung lebih sedangkan anak dengan
inflamatori yang dari 2 minggu usia lebih dari 3 tahun
berat kadang-kadang
Absorbsi garam menunjukan gejala jika
dan air menurun berat)
Biasanya ringan dan
sembuh sendiri penyebab
infeksi nosokomial yang
penting di rumah sakit dan
penyebab gastroenteritis
pada anak-anak di tempat
penitipan anak
Mikroorganisme Mekanisme Demam Sumber infeksi; air
mirip Norwalk timbulnya Gangguan selera minum, air di tempat
Masa inkubasi 1-3 penyakit yang makan rekreasi (kolam renang
hari tidak diketahui Nausea/vomitus dll), makanan(termasuk
terjadi Nyeri adomen kerang)
penumpulan vili diare Menjangkiti segala usia
intestinalis dan Malaise (rasa sembuh sendiri ( 2-3 hari )
perubahan tidak enak badan)
inflamatori pada
lamina propria

4
Pengurangan
produksi enzim
Agens Bakteri Biasanya Awitan Insidensi lebih tinggi pada
Escherichia coli disebabkan oleh berangsur-angsur musim panas biasanya
yang patogen produksi atau mendadak penulan antr individu ,
Masa inkubasi : enterotoksin (usus Manifestasi klinis tetapi dapat pula di
sangat bervariasi halus) bervariasi tularkan lewat benda mati
bergantung pada Mengurangi Kebanyakan diare dan daging yang kurang
strainnya absorpsi dalam berupa cairan matang,ye khususnya
usus dan yang berwarna daging sapi yang
meningkatkan hijau dengan dipotong-potong .
sekresi cairan darah atau mukus, Penyebab epidemi pada
serta elektrolit bersifat panti asuhan dengan
menyembur pengobatan simtomatik
Vornitus dapat saja penyakitnya bisa
terjadi sejak berlangsung selama
awitan beberapa minggu
Distensi abdomen Pemberian ASI ekslusif
Diare memberikan efek
Demam, tampak perlindungan
toksik Gejala umumnya mereda
dalam waktu 3-7 hari
Angka kekambuhan lebih
kurang 20%
Kelompok Penetrasi pada Awitan cepat Dua pertiga berusia kurang
Salmonella lamina propria Gejala bervariasi- dari 20 tahun; insidensi
(nontifoid)-kuman (usus halus dan ringan hingga tertinggi pada anak balita,
garam negatif, kolon) berat khususnya bayi insidensi
tidak berkapsul Inflamasi lokal- Nausea/vomitus tertinggi terjadi dari bulan
dan tidak tidak terjadi dan nyeri juni hingga oktober dan
membentuk spora destruksi yang abdomen yang terendah dari bulan januari
Masa inkubasi : luas stimulasi bersifat kolik hingga april
6-72 jam untuk eksresi cairan serta diikuti oleh Penularan terutama lewat

5
gastroenteritis(bias intestinal diare yang makanan dan minuman
anya kurang dari Invasi lewat jalur kadang-kadang yang terkontaminasi-
24 jam); sistemik ke mengandung sebagian besar berasal dari
3-60 hari untuk bagian lain darah dan lendir sumber binatang termasuk
demam entrik Demam burung, mamalia, reptilia
(biasanya 7-14 Peristaltik serta insekta
hari) hiperaktif dan Sumber yang paling sering
nyeri tekanan adalah daging unggas dan
ringan pada telur
abdomen Pada anak-anak –hewan
Gejala biasanya peliharaan yang bersifat
mereda dalam menular selama
waktu 5 hari mikroorganisme tersebut
Dapat mengalami dieksresikan dalam
sakit kepala dasawarsa terakhir ini
manifestasi terjadi penurunan insidensi
serebral (mis.
Perasaan mau
pingsan, konfusi,
meningismus,
serangan kejang)
Bayi dapat tidak
menunjukkan
gejala demam dan
nontoksik
Dapat
menyebabkan
meningitis dan
septikemia yang
bisa menimbulkan
kematian
bervariasi pada
bayi

6
S. typhi Invasi cepat ke Anak yang besar- Gejala akut dapat bertahan
dalam aliran demam yang selama satu minggu atau
darah dari tempat- tidak beraturan, lebih
tempat inflamasi sakit kepala, Ditularkan lewat makanan
yang kecil malaise, latergi. atau air (sumber primer)
Inflamasi yang Diare terjadi pada yang terkontaminasi,
nyata dan 50% kasus dalam hewan yang terinfeksi,
nekrosis pada stadium awal misal kura-kura.
mukosa usus dan Batuk-batuk
jaringan limfatik sering dijumpai
dalam waktu
beberapa hari,
panas tubuh
meningkat dan
konsisten; timbul
perasaan lemah,
batuk, nyeri
abdomen,
anoreksia, serta
penurunan berat
badan; diare
mulai terjadi.
Kelompok Enterotoksin Awitan bervariasi Insidensi puncak terjadi
shigella-baksil Menstimulasi tetapi biasanya pada akhir musim panas
garam negatif, kehilangan cairan mendadak . Ditularkan secara langsung
nonmotil dan dan elektrolit Pada mulanya atau tidak langsung dari
anaerob Menginvasi epitel timbul demam orang2 yang terinfeksi
Masa inkubasi; 17 dengan ulserasi dan nyeri perut Dapat menular selama 1-4
hari, biasanya 2-4 superfisial seperti kram minggu bersifat sembuh
hari mukosa Demam –dapat sendiri
S.dysenteriae mencapai 40,5 ℃ Pengobatan antibiotik
membentuk Serangan kejang Dehidrasi yang berat dan
eksotoksin pada sekitar 10 % kolaps dapat mengenai

7
kasus-biasanya semua pasien
berkaitan dengan Gejala akut dapat bertahan
demam selama minggu/lebih
Pasien tampak
sakit. Sakit
kepala, kaku
duduk, delirium
Diare seperti air
dengan lendir dan
pus yang dimulai
sekitar 12-48 jam
sesudah awitan
Defekasi
didahului dengan
kram perut;
tenesmus ani dan
rasa ingin
mengejan terjadi
kemudian
Gejala biasanya
mereda dalam
waktu 5-10 hari.
Yersinia Diare dapat Terlihat lebih sering pada
enterocolitaca berdarah musim dingin mayoritas
Masa inkubasi Demam (<38,7℃) kasus
jumlah kuman, 1-3 Nyeri abdomen dapatditemukan dalam
minggu pada kuadran usia 3 tahum pertama
kanan bawah Ditularkan lewat makanan
Vornitus, diare dan binatang peliharaan
Dapat menyerupai
apendistis
Dapat kambuh dan
berlangsung selama

8
berminggu-minggu.
Camplyobacter Mekanisme yang Demam Penularan antar individu
jejuni tepat tidak Nyeri abdomen- yang ditukarkan binatang
Masa inkubasi : 1- diketahui sering berat, peli-makanan (khususnya
7 hari atau lebih Infeksi dapat bersifat kram dan ayam)
lama mengenai priumbilikal Dan penularan lewat air
jejenum, ileum Diare seperti air, terdapat kemunhkinan
dan kolon profus, berbau kambuh sebagian besar
Ulserasi yang lus busuk dengan sembuh spontan antibiotik
dengan ileitis adanya darah dapat mempercepat
hemoragik Vornitus kesembuha insidensi
Pelebaran dan puncakterjadi pada
pedataran mukosa musism panas

2.3 Klasifikasi
Diare diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
a. Diare akut
Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita. Diare
akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi
defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini
dapat menyertai infeksi saluran nafas akut (ISPA) atau saluran kemih (ISK), terapi
antibiotic atau pemberian obat pencahar (laksatif). Diare akut biasanya sembuh sendiri
(lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika
dehidrasi tidak terjadi (Hockenberry, 2009).
b. Diare Kronis
Diare kronis didefeinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan lamanya durasi sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali
diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit
inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan dan intoleransi laktosa
(Hockenberry, 2009).

Diare yang membandel pada bayi merupakan sindrom yang terjadi pada bayi dalam
usia beberapa minggu pertama serta berlangsung lebih lama dari 2 minggu tanpa
diketemukannya mikroorganisme pathogen sebagai penyababnya dan bersifat resisten
9
atau membandel terhadap terapi. Penyababnya yang paling sering adalah diare infeksius
akut yang tidak ditangani secara memadai (Hockenberry,2009).

Diare kronis non spesifik, yang juga dikenal istilah kolon iritabel pada anak atau diare
toddler, merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada anak-anak yang
berusia 6 hinggga 54 minggu . Anak-anak ini memperlihatkan feses yang sangat lembek
yang sering tercerna,dan lamanya diare melebihi 2 minggu. Anak-anak yang menderita
diare kronis non spesifik ini akan tumbuh secara normal dan pada anak-anak ini tidak
terdapat gejala mal nutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya (Hockenberry, 2009).

2.4 Epidemologi
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d
2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit diare 301/ 1000
penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare
juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69
Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009
terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang
(CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.).
Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan
kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke
tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia.
Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah
maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana
yang cepat dan tepat.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)


Prevalensi diare dalam Riskesdas 2007 diukur dengan menanyakan apakah responden
pernah didiagnosis diare oleh tenaga kesehatan dalam satu bulan terakhir. Responden yang
menyatakan tidak pernah, ditanya apakah dalam satu bulan tersebut pernah menderita buang

10
air besar >3 kali sehari dengan kotoran lembek atau cair. Responden yang menderita diare
ditanya apakah minum oralit atau cairan gula garam.
Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi NAD
(18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi mempunyai prevalensi
diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua) yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar : Prevalensi Diare Menurut Provinsi di Indonesia

( Sumber : Riset Kesehatan Dasar, 2007 )

2.5 Manifestasi Klinis


Berdasarkan tingkat keparahan diare :
a. Diare ringan dengan karakteristik sedikit pengeluaran feses.
b. Diare sedang dengan karakteristik pengeluaran feses cair atau encer beberapa kali,
peningkatan suhu tubuh, muntah dan iritabilitas (kemungkinan), tidak ada tanda-
tanda dehidrasi (biasanya), dan kehilangan berat badan atau kegagalan menambah
berat badan.
c. Diare berat dengan karakteristik pengeluaran feses yang banyak, gejala dehidrasi
sedang sampai berat, terlihat lemah, menangis lemah, iritabilitas, gerakan yang tak

11
bertujuan, respon yang tidak sesuai, dan kemungkinan latergi, sangat lemah, atau
terlihat koma.
d. Gajala-gejala terkait dapat meliputi demam, mual, muntah dan batuk (Muscari,
2005).

2.5 Patofisiologis
Invasi Mikroorganisme patogen pada traktus GI (gastrointestinal) menyebabkan
diare lewat :
a. Produksi enterotoksin yang menstimulasi sekresi air serta elektrolit
b. Invasi serta destruksi langsung sel-sel epitel usus
c. Inflamasi lokal serta invasi sistemik oleh mikroorganisme
Dengan Demikian, gangguan fisiologis yang paling serius dan segera terjadi terkait
dengan diare berat , yaitu :
a. Dehidrasi.
b. Gangguan asam-basa dengan asidosis.
c. Syok yang terjadi ketika keadaan dehidrasi berlanjut hingga titik terjadinya gangguan
yang serius pada sirkulasi.
(Hockenberry, 2009)

12
13
2.5 Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan laboratorium
Pemerikasaan laboratorium diperlukan bila anak menderita dehidrasi sedang hingga
berat. yaitu :
a) Spesimen feses harus diperoleh pada semua anak dengan diare yang berlangsung
lebih dari beberapa hari lamanya . Ciri-ciri diarenya :
 Diare cair dan menyembur menunjukkan intoleransi glukosa.
 Diare dengan feses yang banyak, berminyak dan berbau busuk menunjukan
malabsorpsi lemak.
 Diare yang timbul sesudah meminum susu sapi, mengonsumsi buah atau sereal
untuk pertama kalinyadapat berkaitan dengan defisiensi enzim atau toleransi
protein ( Leung dan Robson, 1996).
b) Pemeriksaan kultur feses harus dikerjakan bila didalam feses tersebut terdapat
darah atau mukus, bila gejalanya berat atau bila ditemukan leukosit
polimorfonuklear di dalam feses.
c) Pemeriksaan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) dapat dilakukan untuk
memastikan keberadaan Rotavirus atau Giardia.
d) Pemeriksaan toksin C. Difficile pada feses harus dikerjakan jika terdapat riwayat
pemakaian antibiotik.
e) Pemeriksaan nilai pH feses kurang dari 6 menunjukan adanya malabsorpsi hidrat
arang atau defisiensi sekunder enzim laktase.
f) Pemeriksaan berat jenis urine harus ditentukan jika dicurigai kemungkinan
dehidrasi.
g) Pemeriksaan hitung darah lengkap kadar elektrolit serum, kreatinin dan ureum
harus dilakukan pada anak yang memerlukan perawat rumah sakit.

(Hockenberry, 2009).

14
2.6 Pencegahan

Tindakan terbaik untuk mengahadapi diare pada bayi dan anak adalah pencegahan,
karena sebagian besar infeksi yang menyababkan daire akut ditularkan lewat jalur fekal-
oral, maka orang tua membutuhkan informasi mengenai tindakan pencegahan seperti
higiene perorangan, perlindungan suplai air terhadap kontaminasi, dan pengolahan
makan yang hati-hati (Hockenberry, 2009).

Perhatian yang seksama terhadap higiene perianal, membuang popok bekas,


pembasuhan tangan yang benar, dan pengisolasian orang yang terinfeksi juga akan
meminimalkan penularan infeksi (Hockenberry, 2009).

Orangtua juga memerlukan informasi mengenai cara pencegahan diare ketika mereka
berwisata atau pergi ketempat lain. Beberapa obat yang digunakan baru-baru ini oleh
orang dewasa untuk mencegah diare yang timbul ketika pergi ke tempat lain telah
mendapatkan perhatian besar, namun orang tua perlu diingatkan bahwa obat-obat
tersebut tidak boleh diberikan kepada anak-anak mereka. Sebelum vaksin atau tindakan
priofilaktik lainnya terbukti aman bagi anak, tindakan terbaik ketika kita berpergian
kedaerah yang airnya telah terkontaminasi adalah membolehkan anak hanya minum air
botol. Air ledeng, es batu, produk susu yang tidak boleh dipasteurisasi, sayuran mentah
atau lalapan, buah yang tidak dikupas, daging dan makanan laut yang belum dimasak
sampai matang harus dihindari pula (Hockenberry, 2009).

15
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MASALAH DIARE

3. 1 Pengkajian

a. Keluhan utama :
Hal yang dirasakan oleh anak (buang air besar berkali-kali dengan konsentrasi encer).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air berkali-kali baik
disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir atau darah, keluhan lain
yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume
diuresisi menurun dan gejala penurunan kesadaran.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi pengkajian riwayat :
1). Prenatal
Kehamilan yang ke berapa, tanggal lahir, gestasi (fulterm, prematur, post matur),
abortus atau lahir hidup, kesehatan selama/sebelum kehamilan, dan obat-obatan
yang diberikan saat imunisasi.
2). Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, orang yang menolong persalinan,
penyulit kelahiran.
3). Post natal
Berat badan anak saat lahir, panjang badan saat lahir, panjang badan anak saat
lahir, kondisi kesehatan, apgar score, ada atau tidak kelainan kongenital.
4). Penyakit sebelumnya
Penyebab, gajala-gejala yang dialami saat terkena penyakit, komplikasi, respon
anak dan keluarganya.
5). Imunisasi
Riwayat imunisasi yang pernah dialami anak, seperti imunisasi polio, BCG, DPT,
campak dan sebagainya.
6). Tumbuh kembang
Mencakup tentang perkembangan anak, berat saat lahir, panjang badan, kapan
anak mulai bisa tengkurep, kapan anak sudah mulai bisa duduk, kapan anak sudah
mulai berbicara, kapan anak mulai berjalan dan sebagainya.

16
d. Riwayat psikososial
Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat tergantung pada kedua orang tuanya,
dan sangat histeris, jika dipisahkan dengan orang tuanya.
e. Riwayat spiritual
Anak sudah mengenal mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa
f. Reaksi hospitalisasi
1) Kecemaan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan lingkungan
yang dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sedih.
2) Perubahan pola kegiatan rutin
3) Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi
4) Kehilangan otonomi
5) Takut keutuhan tubuh
6) Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan
terbatasnya kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya
g. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital
Suhu badan : mengalami peningkatan
Nadi : cepat dan lemah
Pernafasan : frekuensi napas meningkat
Tekanan darah : menurun
2) Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar kepal,
lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak yang mengalami diare akan
mengalami penurunan berat badan.
3) Pernapasan
Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi
nafas tambahan
4) Kardiovaskuler
Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
5) Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik
uus meningkat, anoreksia, BAB lebih dari 3x dengan konsentrasi encer.
6) Muskuluskeletal
Kelemahan fisik akbat output yang berlebih

17
7) Integumen
Lecet pada sekita anus, kulit terasa hangat, turgor kulit jelek
8) Endokrin
Tidak diemukan kelainan
9) Pengindraan
Mata cekung, hidung, telinga tidak ada kelainan.
10) Neurologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran
h. Pemeriksaan tingkat keseimbangan
1) Motorik kasar
Misalnya anak sudah bisa naik atau turun tangga tanpa dibantu, memekai baju
dengan bantuan, mulai bisa bersepeda roda tiga.
2) Motorik halus
Misalnya anak sudah bisa membuat lingkaran, mencuci tangan sendiri dan
menggosok gigi sendiri
3) Personal sosial
Misalnya anak sudah bermain dengan teman sebayanya.

3.2 Diagnosa Keperawatan :

a. Kekurangan Volume cairan yang berhubungan dengan muntah atau diare (Kathleen
M, 2007).
b. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan muntah dan
diare (Kathleen M, 2007).
c. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi karena defekasi yang
sering dan feses cair (Hockenberry, 2009).
d. Ansietas berhubungan dengan keterpisahan anak dari orang tuanya, lingkungan yang
tidak biasa, dan prosedur yang menimbulkan distres (Hockenberry, 2009).

3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1 : Kekurangan Volume cairan yang berhubungan dengan muntah


atau diare.
Hasil yang diharapkan : Anak akan mempertahankan volume cairan yang adekuat yang
ditandai oleh membran mukosa lembap, turgor kulit adekuat,

18
kadar elektrolit sesuai usia, dan haluran urine sebesar 1-2
ml/kg/jam.
Intrvensi Rasional
1. Pantau asupan dan haluran cairan 1. Asupan dan haluaran cairan
anak. menentukan status hidrasi anak dan
menjadi pendoman dalam terapi
cairan.
2. Timbang berat badan anak setiap 2. Berat badan secara langsung
hari. mengukur status hidrasi.
3. Kaji warna kulit anak, turgor kulit, 3. Kulit pucat, turgor kulit buruk,
fontanel (pada seorang bayi), tingkat fontaneal yang melesak kedalam,
kesadaran, waktu pengisian-ulang penurunan tingkat kesadaraan,
kapiler, dan membran mukosa, pada peningkatan waktu pengisian-ulang
setiap pergantian dinas. Beri tahu kapiler, dan membran mukosa kering
dokter dengan segera, setiap perubahan mengindikasikan dehidrasi.
signifikan pada status anak. 4. Demam meningkatkan dehidrasi dan
4. Pantau anak untuk mendektesi dapat menandakan infeksi.
demam. 5. Kadar elektrolit serum yang abnormal
5. Pantau kadar elektrolit serum anak. mengidentifikasikan
ketidakseimbangan yang
membututuhkan terapi segera.
6. Beri larutan elektrolit per oral 6. Larutan elektrolit per oral dapat
(misalnya, pedialyte), sesuai program. menggantikan cairan dan elektrolit
7. Pertaankan akses intravena yang yang hilang akibat muntah dan diare.
paten dan beri larutan intravena, sesuai 7. Anak membutuhkan cairan intravena
program. yang mengalami dehidrasi. Namun,
infuse yang terlalu cepat dapat
menyebabkan kelebihan beban cairan.

Diagnosa 2 : Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
muntah dan diare.
Hasil yang diharapkan : Anak akan mempertahankan asupan nutrisi adekuat yang
ditandai oleh berat badan stabil.

19
Intervensi Rasional
1. Timbang berat badan anak setiap 1. Pemantauan berat badan, asupan
hari dari pemantauan asupan serta dan haluran setiap hari untuk
haluaran dengan cermat. menentukan status nutrisi anak.
2. Konsultasikan denngan ahli diet 2. Anak membutuhkan pencernaan
rumah sakit tentang kebutuhan diet diet yang cermat untuk memastikan
anak. bahwa ia menerima nutrisi yang
adekuat, walaupun ia muntah atau
3. Puasakan anak sampai muntah diare.
reda; kemudian dengan perlahan 3. Status puasa memungkinkan sistem
beri cairan jernih gastrointestinal beristirahat dan
mengurangi muntah. Cairan jernih
4. Tambahkan makanan yang kurang mengiritasi saluran cerna
mengandung tinggi kabohidrat ke daripada makanan padat dan
dalam diet, misalnya nasi putih dan membantu mengganti cairan yang
kentang. Sebagai alternatif, hilang.
perkenalkan diet BRAT (B= pisang 4. Diet tinggi-karbohidrat membuat
(banana), R=beras atau sereal feses kental
beras, A= saus apel, T= teh) untuk Diet BRAT mengurangi efek diare.
meredakan diare

Diagnosa 3 : Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi karena defekasi
yang sering dan feses cair
Tujuan : Kulit pasien tetap utuh
Hasil yang diharapkan : Anak tidak memperlihatkan gejala ruptura kulit.
Intervensi Rasional
1. Ganti popok dengan sering. 1. Untuk menjaga agar kulit selalu
2. Bersihkan bagian bokong secara bersih dan kering.
hati-hati dengan sabun non 2. Agar dapat dibersihkan dengan
alkalis yang lunak dan air atau hati-hati karena feses pasien diare
merendam anak dalam bathtub . bersifat sangat iritatif pada kulit.
3. Oleskan salep seperti zink 3. Untuk melindungi kulit terhadap
oksida. iritasi

20
4. Bila mungkin biarkan kulit utuh 4. Untuk mempercepat kesembuhan .
yang berwarna agak kemerahan 5. Agar tidak menimbulkan rasa perih
terkena udara. dan memberikan rasa nyaman
5. Hindari pemakaian tisu
pembersih komersil yang
mengandung alkohol pada kulit
yang mengalami eksloriasi
karena penggunaan tisu akan
menimbulkan rasa perih.
6. Amati bagian bokong dan 6. Untuk mendeteksi tanda infeksi
perenium. seperti candida.
7. Oleskan preparat antifungus 7. Untuk mengobati infeksi jamur
yang tepat. pada kulit.

Diagnosa 4 : Ansietas berhubungan dengan keterpisahan anak dari orang tuanya,


lingkungan yang tidak biasa, dan prosedur yang menimbulkan distres
Tujuan : Pasien memperlihatkan tanda rasa nyaman.
Hasil yang diharapkan :
a. Anak memperlihatkan tanda distres fisik atau emosional yang minimal.
b. Keluarga berpartisipasi sebanyak mungkin dalam perawatan anak.
Intervensi Rasional
1. Lakukan perawat mulut dan 1. Untuk memberikan rasa nyaman.
berikan dot pada bayi
2. Anjurkan kunjungan dan 2. Untuk mencegah stress pada anak
partisipasi keluarga dalam karena berpisah dari keluarganya.
perawatan anak sesuai kemampuan
keluarga
3. Sentuh, peluk, dan berbicara
dengan anak sebanyak mungkin 3. Untuk memberikan rasa nyaman
4. Lakukan stimulasi dan pengalihan dan mengurangi stres.
sensorik yang sesuai dengan 4. Untuk meningkatkan pertumbuhan
pertumbuhan dan perkembangan dan perkembangan yang optimal
anak

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi
pencernaan, penyerapan, dan sekresi dan diare adalah buang air besar encer atau cair
lebih dari 3x sehari. Diare terbagi menjadi 2 klasifikasi, yaitu : diare akut dan diare
kronis. Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.
Mikroorganisme patogen penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal-oral melalui
makanan atau air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia dengan kontak yang
erat, misalnya pada tempat penitipan anak.

4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya perawat untuk dapat
diaplikasikan dalam asuhan keperawatan anak.

22

Vous aimerez peut-être aussi