Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Krisis Hipertensi
DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING:
dr. I Ketut Suarayasa, M.Kes
PEMBIMBING LAPANGAN
dr. Ketut Sujana
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Defenisi
Dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan hipertensi krisis antara lain:
1. Hipertensi refrakter: respon pengobatan yang tidak memuaskan dan tekanan
darah > 200/110 mmHg, walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple
drug) pada penderita dan kepatuhan pasien.[5]
2. Hipertensi akselerasi: peningkatan tekanan darah diastolik > 120 mmHg
disertai dengan kelainan funduskopi KW III. Bila tidak diobati dapat berlanjut ke
fase maligna.[5]
B.Etiologi
Faktor penyebab hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi masih belum
dipahami. Peningkatan tekanan darah secara cepat disertai peningkatan resistensi
vaskular dipercaya menjadi penyebab.[6,7] Peningkatan tekanan darah yang
mendadak ini akan menyebabkan jejas endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol
kemudian berdampak pada kerusakan vaskular, deposisi platelet, fibrin dan
kerusakan fungsi autoregulasi
C.Patofisiologi
Autoregulasi merupakan penyesuaian fisiologis organ tubuh terhadap kebutuhan
dan pasokan darah dengan mengadakan perubahan pada resistensi terhadap aliran
darah dengan berbagai tingkatan perubahan kontraksi/dilatasi pembuluh darah.
Bila tekanan darah turun maka akan terjadi vasodilatasi dan jika tekanan darah
naik akan terjadi vasokonstriksi.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis hipertensi krisis berhubunga dengan kerusakan organ target yang
ada. Tanda dan gejala hipertensi krisis berbeda – beda setiap pasien. Sakit kepala,
perubahan tingkat kesadaran dan atau tanda neurologi fokal bisa terjadi pada pasien
dengan hipertensi ensefalopati. Pada pemeriksaan fisik pasien bisa saja ditemukan
retinopati dengan perubahan arteriola, perdarahan dan eksudasi maupun papiledema.
Pada sebagian pasien yang lain manifestasi kardiovaskular bisa saja muncul lebih
dominan seperti; angina, akut miokardial infark atau gagal jantung kiri akut. Dan
beberapa pasien yang lain gagal ginjal akut dengan oligouria dan atau hematuria bisa
saja terjadi
E. Penatalaksanaan
Manajenem penurunan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi urgensi tidak
membutukan obat-obatan parenteral. Pemberan obat-obatan oral aksi cepat akan
memberi manfaat untuk menurunkan tekanan darah dalam 24 jam awal (Mean
Arterial Pressure (MAP) dapat diturunkan tidak lebih dari 25%). Pada fase awal
goal standar penurunan tekanan darah dapat diturunkan sampai 160/110
mmHg.[1,6]
Penggunaan obat-obatan anti-hipertensi parenteral mauun oral bukan tanpa resiko
dalam menurunkan tekanan darah. Pemberian loading dose obat oral anti-
hipertensi dapat menimbulkan efek akumulasi dan pasien akan mengalami
hipotensi saat pulang ke rumah. Optimalisasi penggunaan kombinasi obat oral
merupakan pilihan terapi untuk pasien dengan hipertensi urgensi.[1,6]
BAB II
PERMASALAHAN
1 Hipertensi 4 4 1 9
2 Gastritis 4 2 2 8
3 Arthritis 4 3 2 9
4 Hipotensi 3 1 4 8
5 ISK 2 2 4 8
6 Otitis 2 3 4 9
media akut
Dilihat dari table diatas masalah yang menjadi prioritas pada
puskesmas Wani adalah hipertensi, arthritis dan otitis media akut.
1 2 3 4 5
e. PENETAPAN NILAI
HIPERTENSI
NPD : (A+B) C = (8+10) 3= 18x2 = 54
ARTHRITIS
NPD : (A+B) C = (7+9) 3 = 16 x3 = 48
OMA
NPD : (A+B) C = (4+7) 4 = 11x4 =44
f. KESIMPULAN
Masalah A B C NPD D NPT Prioritas
kesehatan (PEARL)
HIPERTENSI 8 10 3 54 1 54 1
ARTHRITIS 7 9 3 48 1 48 2
OMA 4 7 4 44 1 44 3
Kesimpulan dari rumus hanlon ini yaitu prioritas masalah yang ada
dipuskesmas wani berdasarkan penyakit disimpulkan bahwa penyakit Hipertensi
Merupakan prioritas ke -1 dan arthritis merupakan prioritas ke-2 dan OMA
prioritas ke-3.
2.2 KASUS
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. AS
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Urusan Rumah Tangga
Alamat : Pantoloan
Agama : Islam
Suku : Kaili
Pendapatan : ± Rp. 2.500.000 (ekomomi menengah)
2. Anamnesis
Keluhan utama: pusing mendadak
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh pusing mendadak yang dirasakan tiba-tiba serta
tegang pada tengkuk sejak kurang lebih beberpa minggu yang lalu. Keluhan
tersebut dirasakan sangat menganggu terutama dalam aktivitasnya sehari-hari,
keluhan kadang disertai dengan adanya nyeri kepala, serta rasa tidak nyaman
saat tidur malam hari ketika nyeri itu timbul. Pasien sendiri mengeluhkan
sulit tidur pada malam hari dan sering menonoton TV
Pasien mengaku seringkali mengkonsumsi makanan yang asin serta
pedis. Pasien juga sering mengkonsumsi makanan yang digoreng, makanan
yang bersantan,dan jarang mengkonsumsi buah dan sayuran serta jarang
berolahraga. Pasien juga mengaku seringkali merasa stress akibat kondisi
perekonomian keluarganya. awalnya keluhan ini pertama kali dirasakan pada
saat hamil anak keduanya dan disampaikan bahwa pasien menderita
hipertensi kehamilan .
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengaku menderita hipertensi sudah sejak kehamilan anak
keduanya hingga saat ini.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku tidak rutin minum obat hipertensi dan jarang kontrol ke
Puskesmas dengan alasan sibuk dan tidak ada keluhan.
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis Kerja
Krisis Hipertensi
Penatalaksanaan
Medikamentosa :
Captopril 3 x 25 mg
Amlodipin tablet 10 mg 1x1 (malam)
Non Medikamentosa (Edukasi):
1. Mengurangi garam dalam masakan dan menghentikan kebiasaan menabur
garam diatas nasi sebelum disantap
2. Mengurangi makan makanan berminyak dan bersantan
3. Mengonsumsi buah dan sayuran setiap hari
4. Rutin minum obat anti hipertensi tiap hari walaupun tidak ada keluhan dan
ke Puskesmas tiap bulan untuk kontrol
Prognosis
Dubia ad malam
BAB III
PEMBAHASAN
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari kasus tersebut,
dapat ditarik kesimpulan bahwa yang paling mempengaruhi hipertensi pada
pasien adalah faktor perilaku dan genetik.
4.2 Saran
Berdasarkan dari kasus tersebut dapat diberikan saran berdasarkan
Five Level of Preventions sebagai berikut:
1. Promosi Kesehatan (health promotion)
a) lebih sering melakukan promosi kesehatan tentang penyakit hipertensi
serta dampak atau komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit
hipertensi, hal ini dapat dilakukan pada saat kegiatan posbindu ataupun
dipuskesmas.
b) Promosi kesehatan yang dapat mengubah pola pikir masyarakat bahwa
obat hipertensi harus diminum seumur hidup walaupun tidak merasakan
gejala, hal ini dapat dilakukan diposbindu, poliklinik puskesmas
ataupun dapat juga dilakukan seminar awam tentang penyakit
hipertensi.
2. Saguner AM, Dür S, Perrig M, Schiemann U, Stuck AE, et al. Risk Factors
Promoting Hypertensive Crises: Evidence From a Longitudinal Study. Am J
Hypertens [database of Nature Publishing Group] 2010. [cited February 2013,
21]. 23:775-780. Available from: http://ajh.oxfordjournals. org/content /23/7/775.
full.pdf.
4. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, et al. Harrison's
Principles of Internal Medicine. Seventeenth Edition. [text books of internal
medicine] 2008. United States of America: The McGraw-Hill Companies.
5. Majid A. Krisis Hipertensi Aspek Klinis dan Pengobatan. USU Digital Library
[database on the internet] 2004. [cited February 2013, 21]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1999/1/ fisiologi-abdul % 20
majid.pdf.