Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Pergerakan
Nasional Indonesia
Diampu oleh
Disusun oleh:
BANDUNG
2018
Kartodirjo, S. (2014). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan
Nasional, Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme, Yogyakarta: Penerbit
Ombak.
Buku ini berhasil menggugah para pembaca untuk bisa berpikir lebih dalam
lagi karena penggunaan bahasanya pun sedikit lebih sulit dimengerti.
Pembahasannya pun dipaparkan secara bertahap sehingga mudah dipahami. Hal
menarik yang ada di buku ini adalah disertakannya gambar-gambar untuk lebih
mudah memahami para pembaca.
Ekadjati, S. (2004). Kebangkitan Kembali Orang Sunda: Kasus Paguyuban
Pasundan 1913-1918. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Buku ini ditulis dengan baik dan sistematis oleh penulis. Terlebih
dikemukakan secara detail oleh penulis, pembahasannya pun dipaparkan secara
bertahap sehingga memudahkan para pembaca untuk memahaminya. Hal menarik
lainnya adalah disertakannya peta-peta wilayah Jambi beserta keterangannya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1977). Sejarah Kebangkitan Nasional
Daerah Maluku. Jakarta: Depdikbud.
Buku ini ditulis dengan baik dan sistematis oleh penulis. Pembahasannya
pun dipaparkan secara bertahap sehingga mudah untuk diahami oleh pembaca.
Namun, Teknik penulisannya masih berupa ejaan lama sehingga sedikit sulit
untuk dipahami oleh para pembaca yang memang belum paham betul terhadap
ejaan lama. Terdapat hal menarik dalam buku ini yaitu, disertakannya peta-peta
wilayah Maluku beserta keterangannya, sehingga sedikit membantu untuk
memahaminya.
Suryanegara, M. A. (2014). Api Sejarah 1. Bandung: CV. Tria Pratama.
Buku ini merupakan buku terlaris yang memang sangat banyak peminatnya.
Buku ini menyajikan secara detail mengenai perkembangan masyarkat Indonesia
dari awal masuknya agama Islam ke Indonesia. Penulis mengawali buku ini
dengan menjelaskan awal masuknya agama Islam ke wilayah Indonesia.
Kemudian, menjelaskan perkembangan dan pengaruh masuknya Islam ke
Indonesia. Kemudian menjelaskan pemikiran-pemikiran politik Islam terhadap
tantangan Imperialisme Barat. Kemudian diakhiri dengan menjelaskan
perkembangan organisasi-organisasi Islam dan pengaruhnya terhadap kebangkitan
pegerakan nasional Indonesia.
Buku ini merupakan buku yang membuat para pembaca untuk menggugah
lebih dalam mengenai perkembangan Islam pada masa penjajahan barat. Penulis
mengulas lebih dalam tentang Islam dan perkembangannya sehingga membuat
para pembaca merasa penasaran terhadap buku ini. Teknik penulisannya pun
sangat menggugah para pembaca dan pembahasannya pun dipaparkan secara
bertahap sehingga mudah dipahami. Hal menarik lainnya adalah disertakan foto
tokoh-tokoh penting beserta kutipan-kutipan dari para tokoh tersebut.
Huda, N. (2015). Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Penulis menyajikan buku ini dengna secara bertahap, sehingga mudah untuk
dipahami. Teknik penulisannya pun tidak membuat pembaca bingung karena
penggunaan bahasanya yang tidak baku. Ditambah lagi terdapat beberapa gambar
yang disertakan dalam buku ini, sehingga membuat buku ini semakin menarik
untuk dibaca.
Wisnuwardhana, S. (2015). Sarinah. Yogyakarta: PALAPA.
Dalam buku ini dipaparkan secara ringkas dan jelas bagaimana perjuangan
untuk mencapai nasionalisme Indonesia. Penulis mengawali buku ini dengan
menjelaskan Sekilas Perjuangan Sebelum Pergerakan Nasional. Kemudian
dilanjutkan dengan membahas Organisasi-organisasi Awal Pergerakan Nasional.
Kemudian bab selanjutnya membahas Masa Pergerakan Nasional Mencapai
Kemerdekaan. Dan diakhiri dengan menjelaskan Masa Pergerakan Nasional
Mempertahankan Kemerdekaan. Sangat terlihat jelas bagaimana penulis
menyajikan buku ini secara sistematis dan bertahap sehingga memudahkan
pembaca untuk memahaminya.
Dalam buku ini dipaparkan bahwa Soekarno adalah manusia luar biasa yang
pernah dilahirkan oleh ibu pertiwi. Bahkan belum tentu dalam serratus tahun nanti
aka nada sosok yang bisa menandingin Soekarno. Soekarno adalah Founding
Father, oratur ulung, berwibawa, karismatik, cendikiawan, ideolog, dan bahkan
sosok sempurna sebagai pemimpin bangsa terlihat disitu bahwa penulis bisa
disebut Soekarnoisme menganalogikan sebagai seorang guru selamat bagi bangsa
Indonesia yang sangat dipuja-puja. Namun sebagai sosok yang menjadi pujaan,
akhir perjalanan Soekarno tidak menyenangkan bahkan ironis. Sebagai bapak
pendiri bangsa, Soekarno harus menghadapi realitas dan rivalitas politik yang
sangat menyakitkan. Dibuang, diperas, ditendang dan dicampakan harus ia terima
hingga akhir menjelang jabatannya sebagai seorang presiden karena politik yang
ditunggangi kepentingan pribadi.
Leirissa, Z. R. (1985). Sejarah Indonesia 1900-1950. Jakarta: CV Akademika
Pressindo.
Buku ini menjelaskan lebih kepada opini atau juga pendapat bahwa ketika
masa pergerakan nasional dimana Indonesia harus Militan. Buku ini juga
menggambarkan bahwa langkah Indonesia menuju MIKR sudah mulai terlihat
dari perjuangan pejuang terdahulu. Bagaimana sepak terjang seorang Soekarno
dan Moh. Hatta dalam menuntut memperjuangkan kemerdekaan lalu bagaimana
intelektualisasinya Agus Salim dalam mengatasi persoalan masyarakatnya.
Bagaiamana perjuangan menyelamatkan kondisi darurat yang dilakukan oleh
Syarifuddin. Bagaimana melumpuhkan tantara kolonial dengan bergerilya seperti
ditunjukkan oleh seorang Jenderal Soedirman. Intinya kata Militansi sering
diidentikan dengan kekerasan dan disalah artikan sebagai terorisme. Padahal,
militansi yang membuat bangsa ini merdeka, yang mengawal para pahlawan
berjuang tanpa memilih.
Dumadi, M. S. (1989). Peranan Pemuda. Bandung: PT Bina Aksara.
Buku ini menerangkan diawali pada bagian awal bagaimana kondisi dan
situasi peranan dari pemuda Indonesia pada zaman sebelum abad 20, dimana saat
itu memperjuangkan keinginan untuk mengusir penjajah namun sering harus
menelan pil pahit atas perjuangannya, faktornya karena para pemuda saat itu
masih belum bisa bersatu dalam organisasinya untuk menyamakan pemikirannya
terlebih dahulu, organisasi pergerakan ketika itu masih bersifat kedaerahan yang
akhirnya mudah dipecah belah atau diadu domba oleh Belanda. Para pemuda pun
mulai bangkit dengan merintis perjuangan kemerdekaan Indonesia tanpa
menggunakan fisik dan tanpa menggunakan kekuatan senjata. Langkah pertama
yang ditempuh adalah memajukan dalam bidang Pendidikan dan pengajaran untuk
meyadarkan rasa kebangsaan dan kesadaran nasional Indonesia. Dengan salah
satu buktinya pada tanggal 28 oktober 1928 para pemuda bersatu sehingga
berhasil menciptakan sebuah senjata TRISULA yaitu Satu Nusa, Satu Bangsa, dan
Satu Bahasa. Sumpah Pemuda inilah yang menegaskan bahwa batas negara
Indonesia yang membentang dari Sabang samapi Merauke dan mengalahkan
senjata divide et impera dari kaum penjajah.
Soeratman, D. (1989). Ki Hajr Dewantara. Jakarta: Depdikbud.
Dalam buku yang berjudul “Dari Sejak Indische sampai Indonesia” corak
penulisannya adalah Indonesiasentris dimana yang menjadi focus utamanya
adalah orang-orang Indonesia yang tergabung dalam kelompok-kelompok
kebangkitan pergerakan nasional Indonesia serta berfokus pada dinamika
masyarakat Indonesia sejak awal tahun 1908 hingga akhir abad ke-20. Begitu
nampak jelas tujuan dari buku ini adalah untuk mengembalikan semangat
persatuan, kemerdekaan dan persamaan yang dirumuskan dalam manifesto politik
1925 yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Indonesia di Belanda. Keadaan di era
pergerakan itulah yang ingin diciptakan lagi oleh Prof. Sartono di era Indonesia
saat ini, dimana kekerasan dan korupsi yang dirasa tidak ada solusi untuk
menyelesaikannya.
Tirtoprojo, S. (1982). Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Jakarta: PT
Pembangunan.
Buku ini tidak jauh beda dengan buku tentang pergerakan nasional
Indonesia lainnya, namun pasti ada yang membuat buku ini menarik. Bahasan
yang menjelaskan perjalanan menuju kemerdekaan Indonesia dengan jalan
pergerakan secara nasional dimulai bermunculan organisasi-organisasi modern
dengan tujuan memerdekakan Indonesia. Namun bahasannya juga tidak terpaku
tentang pergerakan seperti gerakan kewanitaan, kepemudaaan, ataupun
keagamaan tetapi lebih luas sebagai organisasi pergerakan nasional. Buku ini juga
menjelaskan dari berdirinya Boedi Oetomo pada 1908, Sarikat Islam pada 1911,
Indische Partij pada 1912, Partai Komunis Indonesia pada 1920 lebih jauh lagi
hingga mencapai kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 agustus 1945.
Moesa, M. A. (2007). Nasionalisme Kiai: Konstruksi Sosial Berbasis Agama.
Yogyakarta: LKiS.
Penulis membuat buku ini berdasarkan fakta empiris yang mana sosok kiai
tersebut sangat penting dalam sejarah Indonesia. Penulis membuat buku ini secara
bertahap dan menggunakan Teknik penulisan yang komunikatif sehingga
memudahkan pembaca untuk memahaminya.
Muljana, S. (2008). Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme sampai
Kemerdekaan, Jilid I. Yogyakarta: LKiS.
Buku yang ditulis oleh Slamet Mulyana ini terbagi menjadi dua jilid, untuk
Jilid pertama disini penulis memaparkan tentang Kesadaran Nasional Dari
Kolonialisem sampai Kemerdakaan. Bisa dilihat dari judul buku tersebut bahwa
penulis memberi cakupan waktu dari Kolonialisme sampai Kemerdakaan saja.
Dari pembahasannya pun dalam buku ini terbagi menjadi dua bagian, untuk
bagian yang pertama penulis memaparkan bagaiamana bentuk semangat
nasionalisme, menjelaskan mengenai Kebangkitan Nasional, dilanjut dengan
pembahasan Partai Politik Yang Pertama dan diakhiri dengan Nasionalisme dalam
Partai Agama. Terlihat dalam bagian yang pertama penulis berusaha memaparkan
bagaiamana nasionalisme yang sesungguhnya dan berlanjut dengan peristiwa
Kebangkitan Nasional, meningkatnya pemikiran-pemikiran masyarakat Indonesia
hingga membentuk partai politik untuk memperjuangkan bangsa Indonesia dari
penjajah. Tidak hanya itu, timbul juga rasa nasionalisme dari partai agama dengan
caranya sendiri yang bisa dilihat berdasarkan keyakinan mereka. Untuk bagian
yang kedua, penulis menjelaskan berkembangnya pemikiran-pemikiran baru yang
dapat pengaruh dari luar, dan beberapa penjelasan lainnya.
Santosa, . (2007). Manusia di Panggung Sejarah; Pemikiran dan Gerakan Tokoh-
tokoh Islam. Bandung: Sega Arsy
Buku “Si Jalak Harupat, ialah Biografi R. Oto Iskandar Dinata (1897-
1945)” ini merupakan Biografi dari R. Oto Iskandar Dinata yang dalam Bab I
dibahas mengenai kehidupan keluarga kang Otto. Ia memiliki istri bernama R.A.
Sukriah yang juga aktif dalam organisasi wanita. Disini dibahas profil R. Otto
menurut perspektif keluarga termasuk istrinya. Ia memiliki 11 anak, 44 cucu, dan
6 cicit. Pada bagian selanjutnya menjelaskan tentang kontribusi dan kegiatannya
pada masa pergerakan nasioanal. Oto Iskandar Dinata pernah menjadi salah satu
aktivis dalam organisasi Boedi Oetomo. Dalam soal kaitannya dengan pergerakan
nasional Biografi Oto Iskandar Dinata yaitu terdapat pada bagian ke tiga, yang
menjelaskan mengenai Panggilan Perjuangan mengenai Panggilan Perjuangan
Politik dijelaskan mengenai Dampak Politik Etis, Lahir dan Berkembangnya
Boedi Oetomo, lahirnya Pagoeyoeban Pasoendan, dan aktivitas R. Oto Iskandar
Dinata dalam Boedi Oetomo, dan dibagian ke lima menjelaskan mengenai
Perjuangan Nasionalisme dalam Dewan Rakyat dengan berdirinya Volksraad dan
petisi Soetarjo, dan bagian ke enam menjelaskan mengenai Pilihan Strategi
Perjuangan mengenai kooperasi dan non-kooperasi dan peran Oto Iskandar Dinata
terhadap GAPI (Gabungan Politik Indonesia).
Suryanegara, A. (1988). Menemukuan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di
Indonesia. Bandung: Mizan.
Buku ini menjelaskan tentang peranan agama dan umat Islam dalam
mewujudkan kebangkitan atau kesadaran nasional yang termaktub dalam wacana
keempat sehingga di dalamnya terdapat penjelasan mengenai bagaiman pengaruh
Al-Quran terhadap perjuangan Kartini, peranan pemuda dalam membangkitkan
kesadaran nasional, H.O.S. Tjokroaminoto peletak dasar perubahan sosial politik
di Idonesia, SI dari Bandung menuntut pemerintahan sendiri, mengenali kembali
lambang banteng Sarekat Islam, Haji Misbach yang terbelenggu palu arit,
testamen K.H. Achmad Dahlan, ‘Aku titip Muhammadiyah kepadamu’, hingga
penjelasan mengenai ‘mungkinkah NU tanpa politik?’. Akhirnya, pembahasan
lebih lanjut berisi dalam wacana keempat mengenai peranan umat Islam dalam
mempertahankan proklamasi. Dengan berlandaskan tinjauan histories yang lebih
luas hingga mencakup pranasional bahkan prakolonial hingga menjelang
proklamasi kemerdekaan, Mansur Suryanegara berupaya menemukan kembali
sebagain dari amal akbar umat islam Indonesia yang selama ini nyaris tertimbun
dalam kuburan sejarah. Dengan sangat jeli didukung oleh fakta-fakta otentik yang
tak terbantah, pengarang mengungkapkan hal-hal unik berkaitan dengan sejarah
Indonesia. Umpamanya R.A. Kartini ternyata pendorong penerjemahan Al-Quran
di Indonesia, Si Singamangaraja ternyata beragama Islam, atau Perang Sabil
Ambarawa – yang dalam sejarah nasional terkenal dengan Palagan Ambarawa –
ternyata dipimpin oleh para ulama. Beberapa analisis lain yang mengejutkan juga
disajikan oleh penulis yang dikenal sebagai sejarawan yang sering berada diluar
“arus utama: ini. Sejarah nasional yang menetapkan bahwa awal kebangkitan
nasional Indonesia dimulai dengan munculnya Budi Utomo pada 20 Juli 1908
ternyata tidak cukup jujur dan sering tertutup karena awal kebangkitan nasional
sebenarnya dimulai dari Serikat Dagang Indonesia yang berdiri pada tanggal 15
Oktober 1905.
Mushowir, A. (2015). Bangkitnya Nasionalisme Sebagai Arah Dinamika
Pendidikan Islam di Indonesia (Studi Pendidikan Era Kolonialisme Belanda
1908-1924). (Skripsi). Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta.
Terdapat factor yang membuat kaum-kaum terpelajar umat Islam ini untuk
melakukan perjuangan menentang penjajah. Yaitu adanya kristenisasi yang
dilakukan oleh Belanda pada pribumi tentu hal tersebut ditolah oleh umat Islam
sehingga melakukan suatu penolakan dan perlawanan kepada penjajah. Selain
factor internal, banyak factor dari eksternal yang menimbulkan umat Islam terjun
kedalam perjuangan kemerdakaan bangsa Indonesia seperti, revolusi di benua
Eropa yang kemudia menjalar ke Asia dan Afrika. Terutama di India dan Mesir.
Revolusi di India dipelopori oleh Mahatma Gandhi sedangkan di Mesir dipelopori
oleh ulama Islam seperti Jamaludin al-Afghani dan Muhammad Abduh.
Skripsi ini ditulis dengan baik oleh penulis, dengan sistematika laporan yang
baik. Dan juga penjelasan yang cukup detail. Teknik penulisan dalam skripsi ini
pun sangat komunikatif, bahasanya mudah dipahami.
Tuahunse, T. (2009). Hubungan Antara Pemahaman Sejarah Pergerakan Nasional
Indonesia Dengan Sikap Terhadap Bela Negara. Jurnal Kependidikan,
39(1), 1-10.
Beranjak dari konflik yang terjadi dewasa ini mengenai sifat deskriminatif
kekerasan yang mempengaruhi dan mengandung disintegrasi bangsa. Penulis
membuat sebuah artikel yang menyajikan hasil penelitian mengenai hubungan
pemahaman sejarah pergerakan nasional Indonesia dengan sikap terhadap bela
negara. Disisi lain Indonesia dihadapkan dengan era globalisasi yang menuntut
perubahan-perubahan di segala bidang, hal ini tentu mempengaruhi terhadap
wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional. Secara spesifik, artikel ini mengkaji
isu Hubungan antara Pemahaman Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia dengan
Sikap Bela Negara. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa semakin paham
seorang siswa tentang wawasan Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia semakin
tinggi pula rasa sikap bela negaranya.
Artikel ini ditulis dengan baik dan sistematis. Beberapa hipotesis pun
dikembangkan oleh penulis, sehingga arah penelitiannyapun semakin terarah.
Hasil dari penelitiannyapun dipaparkan secara jelas dengan table disertai
penjelasan yang memadai.
Mushin, M. Z. (2013). “Kesadaran Nasional dan Sekolah Sarekat Islam (1900-
1942)” Dalam Penataran Pengayaan Kurikulum Mulok Sejarah Perjuangan
Syartikat Islam (SPSI) (hlm 1-20).
Penulis membuat artikel ini dengan baik dan menggunakan Bahasa yang
komunikatif, sehingga mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca. Terlebih
terdapat teori-teori yang mendukung pentingnya pembuatan artikel ini.
Wakhid, A. (1999). Modal Cina dan Nasionalisme Indonesia: Pers Cina Pada
Masa Pergerakan Nasional, 1910-1942. Lembaran Sejarah, 2(1).
Artikel ini ditulis dengan baik dan sangat sistematis, sehingga sangat mudah
dipahami. Penulis juga memasukan table yang mana table tersebut
mendeskripsikan bagaimana nilai penanaman modal per tahun dan pertumbuhan
penduduk Cina di Jawa. Terdapat juga teori-teori para ahli yang mendukung
penulisan artikel ini.
Utomo, S. W. (2014). Nasionalisme dan Gagasan Kebangsaan Indonesia Awal:
Pemikiran Soewardi Suryaningrat, Tjiptomangoenkusumo dan Douwes
Dekker 1912-1914. Lembaran Sejarah, 11(1). 51-69.
Dalam artikel ini penulis memberikan pemaparan yang cukup baik, dengan
penggunaan Bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Penulisan artikelnyapun
sangat sistematis, ditambah dengan teori-teori untuk mendukung penulisan artikel
ini. Namun, penulis juga memasukan kata singkatan yang memang membuat para
pembaca sedikit kebingungan dengan singkatan tersebut walaupun sudah
dijelaskan sebelumnya.
Iramdhan, (2017). Paham Nasionalisme dan Pergerakan Kebangsaan di Indonesia
dari Tahun 1900 sampai dengan Tahun 1942. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan
Ekonomi, 1(1). 75-85.
Penulis membuat artikel dengan sangat baik, dan sistematis. Sesuai dengan
judulnya, penulis berhasil memaparkan mengenai sang tokoh dan perannya pada
saat itu. Pembahasannyapun dipaparkan secara bertahap, sehingga mudah
dipahami oleh pembaca.
Lestari, S. Y. (2011). Pemikiran Politik Mohammad Hatta dalam Pergerakan
Nasional Indonesia Tahun 1922-1941. (Skripsi). Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Karya ilmiah ini ditulis dengan sangat baik oleh penulis, dan menyajikannya
dengan sangat baik. Penulis mengawali tulisannya dengan menjelaskan Biografi
sang tokoh yaitu Mohammad Hatta, kemudian dilanjut dengan munculnya
pemikiran-pemikiran politik Mohammad Hatta, dan diakhiri dengan Peranan
Pemikiran Mohammad Hatta dalam Pergerakan Nasional Indoneisa tahun 1922-
1941. Karya tulis ini pun memberikan suatu pengetahuan kepada para pembaca
dan bisa dijadikan sumber atau acuan untuk membuat karya tulis selanjutnya yang
bertemakan tentang Mohammad Hatta.
Karya tulis ini berhasil memberikan penjelasan dengan baik dan terlebih
juga ditambahan teori-teori dari para ahli untuk mendukung karta ilmiah ini.
Teknik penulisan dalam karya tulis ini pun sangat mudah dipahami.
Pembahasannya pun dipaparkan secara bertahap sehingga mudah dipahami,
dimulai dari biografi sang tokoh, pemikiran-pemikiran Mohammad Hatta dalam
Pergerakan Nasional Indonesia, dan diakhiri dengan peranan pemikiran
Mohammad Hatta dalam Pergerakan Nasional Indonesia.
Suprayitno. (1997). Pengaruh Pelaksanaan Politik Etis Terhadap Kehidupan
Sosial Budaya Masyarakat Jawa Tahun 1901-1942. (Skripsi). Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember, Surabaya.
Karya ilmiah ini berhasil memberikan penjelasan mengenai politik etis dan
bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan masyarkat Jawa. Tidak hanya itu,
terdapat teori-teori yang mendukung pembuatannya karya ilmiah ini. Karya ilmiah
ini ditulis dengan sangat sistematis dan menggunakan metode yang khusus.
Ditambah lagi beberapa hipotesis pun dikembangkan oleh penulis, sehingga arah
penelitiannya pun semakin jelas dan terarah.
Lustiahayu, P. C. (2013). Pengaruh Perhimpunan Indonesia Terhadap
Pergerakan Nasional di Indonesia Tahun 1908-1928. (Skripsi). Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember, Surabaya.
Karya ilmiah ini ditulis dengan sistematis dan dijelaskan secara detail oleh
penulis. Teknik penulisannya pun sangat komunikatif sehingga memudahkan bagi
pembaca untuk memahaminya.
Vikasari, M. (2012). Pengaruh Politik Etis Terhadap Perkembangan Pendidikan
di Indonesia Tahun 1901-1942. (Skripsi). Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Jember, Surabaya.
Karya ilmiah ini menyajikan secara detail bagaimana pengaruh Politik Etis
terhadap Perkembangan Pendidikan di Indonesia pada Tahun 1901-1942. Penulis
mengawali dengan memaparkan bagaiaman kebijakan politik etis terhadap bidang
Pendidikan pada tahun 1901-1942. Kemudian, menjelaskan pengaruh politik etis
terhadap perkembangan Pendidikan di Indonesia pada tahun 1901-1942. Penulis
menyajikan karya ilmiah ini dengan sistematis dan memaparkan materinya secara
detail.
Dalam karya tulis ini, penulis berusaha membuka fakta-fakta yang ada
mengenai peran Nahdlatul Ulama yang berbeda sifat ketika berbeda penjajah pula.
Hal ini dibuktikan dengan ketika masa penjajahan Hindia Belanda, Nahdlatul
Ulama bergerak melalui sector Pendidikan dan politik. Begitu keras penolakan
terhadap penjajahan Hindia Belanda yang selalu ikut campur terhadap apapun.
Terdapat pula persetujuan dibentuknya suatu parlemen Bersama dengan MIAI dan
GAPI untuk bisa mengontrol Pemerintahan Hindia Belanda. Namun berbeda
halnya ketika masa kependudukan Jepang. Nahdlatul Ulama bersifat
kebalikannya, yang mana organisasi tersebut malah melakukan suatu kooperatif
bersama Jepang, Nahdlatul Ulama juga aktif dalam organisasi-organisasi yang
dibentuk Jepang. Sangat terlihat jelas ketika berbeda penjajah organisasi ini
memperlihatkan kedua sifat yang berbeda, ketika yang satu memperlihatkan sifat
suatu penolakan yang keras dan ketika yang satu lagi memperlihatkan suatu sifat
baik dengan menjalin suatu kerja sama.
Imsawati, N. D. (2017). Peranan Golongan Terpelajar dalam Pergerakan
Nasional Indonesia Tahun 1908-1928. (Skripsi). Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pengetahuan, Universitas Jember, Surabaya.