Vous êtes sur la page 1sur 12

COVER

Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak yang terinfeksi HIV

A. Pengkajian

1. Biodata Klien
2. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan
imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon
imun sangat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum
berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang
berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia
aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit
seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status
imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta
terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :

 Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )


Terapi radiasi, defisiensi nutrisi, penuaan, aplasia timik, limfoma,
kortikosteroid, globulin anti limfosit, disfungsi timik congenital.

 Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)


Limfositik leukemia kronis, mieloma, hipogamaglobulemia congenital,
protein liosing enteropati (peradangan usus)

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Adakah anggota keluarga yang mengidap HIV : missal, ibu.
4. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi apa saja yang pernah diberikan, waktu pemberian dan reaksi
setelah pemberian. Missal; imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
a) Tinggi Badan : PB lahir .. cm, PB masuk RS :.. Cm
b) Perkembangan tiap tahap ( berapa bulan)
Berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain, bicara
pertama kali, berpakaian tanpa bantuan .
6. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
1. Pertama kali di susui : berapa jam setelah lahir
2. Cara Pemberian : Setiap Kali menangis dan tanpa menangis
3. Lama Pemberin : berapa menit
4. Diberikan sampai usia berapa
b. Pemberian Susu Formula :missal; SGM
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

7. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Subyektif)


a) Aktifitas / Istirahat
- Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola
tidur.
- Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi
aktifitas ( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
b) Sirkulasi
- Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada
cedera.
- Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat /
sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
c) Integritas dan Ego
- Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan
penampilan, mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
- Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
d) Eliminasi
- Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram
abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
- Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan
sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal, perubahan
jumlah, warna dan karakteristik urine.
e) Makanan / Cairan
- Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
- Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi
yang buruk, edema
f) Hygiene
- Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
- Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
g) Neurosensoro
- Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status
indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan.
- Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
h) Nyeri / Kenyamanan
- Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada
pleuritis.
- Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan
gerak,pincang.
i) Pernafasan
- Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak
pada dada.
- Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya
sputum.

j) Keamanan
- Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit
defisiensi imun, demam berulang,berkeringat malam.
- Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul,
pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
k) Seksualitas
- Gejala : Riwayat berprilaku seks dengan resiko tinggi, menurunnya
libido, penggunaan pil pencegah kehamilan.
- Tanda : Kehamilan,herpes genetalia.
l) Interaksi Sosial
- Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian,
adanya trauma AIDS.
- Tanda : Perubahan interaksi.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a) Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih
bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk
mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau
perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human
Immunodeficiency Virus (HIV)

 Serologis
- Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes
positif, tapi bukan merupakan diagnosa

- Tes blot western


Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)

- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total

- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>

- T8 ( sel supresor sitopatik )


Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel
helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.

- P24 ( Protein pembungkus HIV)


Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi

- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati
normal

- Reaksi rantai polimerase


Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer
monoseluler.
- Tes PHS
Kapsul hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif

 Neurologis
- EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
- Tes Lainnya
- Sinar X dada
- Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut
atau adanya komplikasi lain
- Tes Fungsi Pulmonal
- Deteksi awal pneumonia interstisial
- Skan Gallium Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk
pneumonia lainnya.
- Biopsis
- Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
- Bronkoskopi / pencucian trakeobronkial Dilakukan dengan biopsy
pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
 Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV),
maka system imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap
virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 – 12 minggu setelah infeksi,
atau bisa sampai 6 – 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang
terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody
ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining
produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic. Pada tahun 1985 Food
and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji kadar Human
Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma.
Tes tersebut, yaitu :

- Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)


Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan
kepada virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak
menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang
terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human
Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif.

- Western Blot Assay


Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dan memastikan seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)

- Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan
seropositifitas.

- Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )


Mendeteksi protein dari pada antibody.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
2. Pola napas tidk efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
3. Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus sekunder
terhadap reaksi antigen dan antibody
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan dan pengeluaran
sekunder karena kehilangan nafsu makan dan diare
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekambuhan
penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral

C. Intervensi Keperawatan

No Dx. Kep Tujuan dan Intervensi Rasional


criteria hasil
1 Bersihan Setelah dilakukan 1. Auskultasi area Pasien dengan
jalan nafas asuhan paru,catat area bersihan jalan
tidak keperawatan penurunan/tidak nafas tidak
efektif selama ...x24 jam ada aliran udara efektif
berhubung diharapkan Jalan dan bunyi napas mengalami
an dengan nafas pasien adventisius Penurunan aliran
akumulasi kembali 2. kaji ulang tanda- udara terjadi
secret efektif/normal tanda vital (irama pada area
dengan kriteria dan frekuensi, konsolidasi
hasil: serta gerakan dengan cairan.
- Klien merasa dinding dada) Sehingga
nyaman ketika 3. Bantu pasien dilakukan
bernapas latihan napas tindakan-
- Tidak ada sering. tindakan yang
sekret 4. Penghisapan sesuai dapat
indikasi meringankankan
5. Berikan cairan masalah seperti
sedikitnya 2500 yang tercantum
ml/hari (kecuali dalam
kontraindikasi) intervensi.
6. berikan obat yang
2.
dapat
meningkatkan
efektifnya jalan
nafas (seperti
bronchodilator
2. Pola napas Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi
1. Pasien dengan
tidak tindakan selama kedalaman pola nafas tidak
efektif ...x24 jam pernapasandan efektif akan
berhubung diharapkan pola ekpansi paru. mengalami
an dengan napas pasien 2. Catat upaya penurunan
penurunan kembali norma pernapasan ekspansi paru
ekspansi dengan criteria 3. Auskuttsi bunyi dan membuat
paru hasil: napas dan catat pertukaran
- klien adanya bunyi ventilasi tidak
Menunjukan seperti ronkhi. seimbang
pola nafas 4. Tinggikan kepala sehingga
efektif dan bantu diperlukan
dengan mengubah posisi adanya
frekuensi dan 5. Observasi pola tindakan-
kedalaman batuk dan tindakan sesuai
dalam karaktrer secret dengan
rentang 6. Berikan oksigen intervensi
normal tambahan .
- klien
mengatakan
tidak sesak
lagi.

3 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Pertahankan Pasien dengan


berhubung asuhan lingkungan sejuk, diagnosa
an dengan keperawatan dengan keperawatan
pelepasan selama ...x24 jam menggunakan hipertermi yang
pyrogen diharapkan suhu piyama dan berhubungan
dari tubuh pasien selimut yang tidak dengan
hipotalam menurun dengan tebal. pelepasan
us kriteria hasil; 2. Pantau suhu tubuh pyrogen dari
sekunder - Anak akan anak setiap 1-2 hipotalamus
terhadap mempertahan jam, bila terjadi sekunder maka
reaksi kan peningkatan secara diperlukan
antigen suhu tubuh tiba-tiba adanya tindakan
dan yang normal 3. Beri guna tercipta
antibody - Klien mampu antimikroba/antibi Lingkungan
menunjukkan otik jika disaranka. yang
TTV yang 4. Berikan kompres sejuk membant
normal : dengan suhu 37 oC u menurunkan
suhu 36’50C, pada anak suhu tubuh
Nadi : 80x/m, 5. Kolaboratif beri dengan cara
P : 20x / m antipiretik sesuai radiasi.
dn petunjuk 2.
TD : 110/80
mmHg

4 Kekuranga Setelah dilakukan 1. Ukur dan catat


1. pasien dengan
n volume asuhan pemasukan dan kekurangan
cairan keperawatan pengeluaran. volume cairan
berhubung selama ...x24 jam Tinjau ulang yang
an dengan diharapkan catatan intra berhubungan
sekunder kebutuhan cairan operasi. dengan
karena pasien dapat 2. Pantau tanda- kehilangan nafsu
kehilangan terpenuhi dengan tanda vital. makan dan
nafsu kriteria hasil: 3. Letakkan pasien minum sehingga
makan dan - Tidak ada pada posisi yang diperlukan
diare tanda-tanda sesuai, tergantung adanya
dehidrasi. pada kekuatan tindakan-
turgor kulit pernapasan. tindakan sesuai
normal, 4. Pantau suhu kulit, intervensi
- membran palpasi denyut
3
mukosa perifer.
lembab 5. Kolaborasi,
- pengeluaran berikan cairan
urine yan parenteral,
sekunder produksi darah dan
atau plasma
ekspander.
5 Perubahan Setelah dilakukan 1. Berikan makanan1. Pasien dengan
nutrisi asuhan dan kudapan tinggi perubahan
kurang keperawatan kalori dan protein nutrisi kurang
dari selama ...x24 jam 2. Beri makanan dari kebutuhan
kebutuhan diharapkan yang disukai anak tubuh yang
tubuh kebutuhan nutrisi 3. Perkaya makanan berhubungan
berhubung klien terpenuhi. dengan suplemen dengan
an dengan kriteria nutrisi. kekambuhan
dengankek hasil: 4. Berikan makanan penyakit maka
ambuhan - anak ketika anak sedang diperlukan
penyakit, mengkonsu mau makan adaya tindakan-
diare, msi jumlah dengan baik tindakan sesuai
kehilangan nutrien 5. Gunakan dengan
nafsu yang cukup kreativitas untuk intervensi guna
makan, - Nafsu mendorong anak memenuhi
kandidiasi menyusu 6. Pantau berat badan kebutuhan tubuh
s oral meningkat dan Pertumbuha 2
- BB 7. Kolaboratif : obat
meningkat anti jamur sesuai
atau normal instruksi
sesuai umur

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah bentuk pelaksanaan tindakan dari intervensi
keperawatan

E. Evaluasi Keperawatan
Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai kriteria hasil,
sehingga dapat diputuskan apakah intervensi tetap dilanjutkan, dihentikan, atau
diganti jika tindakan yang sebelumnya tidak berhasil dengan menggunakan format
SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Metty. TT. Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan HIV/AIDS. Tersedia pada
http://www.academia.edu/34884395/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_ANAK_DENG
AN_HIV_AIDS diakses pada 23 Oktober 2018
Zcorpius, Dedy. 2012. Asuhan Keperawatan Anak dengan HIV. Tersedia pada
https://www.scribd.com/doc/115711911/Asuhan-Keperawatan-Anak-Dengan-Hiv diakses
pada 23 Oktober 2018
Badhiah. 2015. Askep pada Anak dengan HIV/AIDS. Tersedia pada
https://materialmynurseadia.com/2015/11/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan.html
diakses pada 24 Oktober 2018

Vous aimerez peut-être aussi