Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH
KELOMPOK I
Amboy (P14201416086)
Rima Sholehat (P14201416085)
Arman (P14201416070)
Marini Husni (P142014160)
Mila Karmila (P142014160)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU Kesehatan No. 23 th 1992 ). Sedangkan
kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan
emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan
Dengan melihat kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan diantaranya mengenai jiwa
yang merupakan bagian integral dari bagian lainnya baik fisik, sosial maupun ekonomi. Dan
ketika seseorang dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak optimal baik fisik, intelektual
dan emosionalnya dalam keselarasan dengan orang lain maka dapat dikatakan bahwa individu
Dalam kenyataannya, ada individu yang mampu mencapai derajat kesehatan secara optimal
sehingga bisa selaras dan beradaptasi dengan lingkungannya. Namun terdapat pula individu yang
tidak mampu mencapai derajat kesehatan secara optimal dalam pertumbuhan dan
Kepribadian, Mental Retardasi, Gangguan Akibat Zat Psiko Aktif dan Psiko Adiktif serta
Psikosa, dimana Psikosa ini terbagi 2 bagian yaitu Psikosa Organik (terjadi pada otak :
Meningitis, Ensepalitis, Tumor Otak) dan Psikosa Fungsional terdiri dari Schizofrenia, Afektif
dan Paranoid. Penyakit Schizofrenia masih dapat dibagi-bagi lagi menjadi Schizofrenia Simpleks,
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Memperoleh
pengalamansecaranyatadalammelaksanakanasuhankeperawatanpadakliendengangangguan
b. Mampumelaksanakanasuhankeperawatanpadakliendengangangguankonsepdiri
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam pembuatan laporan studi kasus ini
b. Merencanakantindakankeperawatansesuaidengankebutuhanpadakliendengangangguankon
e. Mendokumentasikanasuhankeperawatanpadakliendengangangguankonsepdiri
:hargadirirendah (HDR).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
Stuart dan Sundeen dalam Keliat (1992 : 2 ) mengemukakan bahwa : ‘Konsep diri
adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya
dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain’. Sedangkan menurut
Beck dalam Keliat (1992 : 2) lebih menjelaskan lagi bahwa : ‘Konsep diri adalah cara
individu memandang dirinya secara utuh : fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual’.
Berdasarkan dua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep diri adalah
diketahui secara sadar serta berpengaruh dalam berinteraksi dengan orang lain.
Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dari
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan realitas
kehidupan.
5
Berdasarkan Stuart and Sundeen dalam Hamid, et al (2000 : 98 – 100 ) menjelaskan
Pandangan individu terhadap tubuhnya, disadari atau tidak disadari. Termasuk persepsi
dan perasaan masa lalu dan sekarang, tentang ukuran tubuh, fungsi, penampilan dan
potensi. Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman dan persepsi baru. Citra tubuh yang
diterima secara realistis akan meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam
menjalani kehidupan.
Persepsi individu tentang perilaku yang harus dilakukan sesuai dengan standar, aspirasi,
tujuan atau nilai yang ditetapkan. Ideal diri diperlukan oleh individu untuk memacu pada
Penilaian tentang nilai individu dengan menganalisa kesesuaian perilaku dengan ideal diri.
Harga diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, sebagai individu
yang penting dan berarti. Harga diri diperoleh dari penghargaan diri sendiri dan orang lain.
Faktor yang mempengaruhi harga diri tinggi adalah perasaan diterima, dicintai, dihormati
dalam masyarakat tersebut. Ada 5 faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dengan
peran :
e. Identitas (Identity)
Penilaian individu terhadap dirinya sebagai satu kesatuan yang utuh, berlanjut, konsisten
dan unik. Ini berarti individu tersebut otonom, berbeda dengan orang lain, termasuk
persepsinya terhadap jenis kelamin. Pembentukan identitas dimulai sejak lahir dan
Konsep diri dapat berkembang dengan baik apabila budaya dan pengalaman di keluarga
dapat memberikan perasaan positif, memperoleh kemampuan yang berarti bagi individu /
lingkungan dan dapat beraktualisasi, sehingga individu menyadari potensi diri. Tetapi jika
hal – hal tersebut mengalami perubahan akan terjadi gangguan konsep diri.
Individu yang mengalami gangguan konsep diri tidak mempunyai salah satu atau semua
Gangguan konsep diri dapat ditemukan pada klien dengan Schizofrenia yang memiliki
karakteristik tersendiri yang akan sedikit diuraikan berikut ini : Schizofrenia merupakan
bentuk psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang
terbesar. Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas sehingga
pemikiran dan perilakunya abnormal (Ingram, 1993 : 51). Jadi bisa dikatakan bahwa
Adapun kriteria diagnostik dari Schizofrenia secara umum menurut Kaplan, et al ( 1997
: 707) adalah harus ada sedikitnya dua atau lebih dari gejala – gejala berikut selama periode
satu bulan :
a. Waham
b. Halusinasi
d. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas seperti keadaan gaduh, gelisah,
e. Gejala negatif seperti sifat yang apatis, bicara yang jarang, respon emosional yang
Ada beberapa jenis dari Schizofrenia, salah satu diantaranya yaitu Schizofrenia
a. Tidak adanya kumpulan lengkap gejala aktif (waham, halusinasi, bicara terdisorganisasi,
c. Jika waham atau halusinasi ditemukan, maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak
Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa
HDR atau yang disebut gangguan harga diri dapat terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba – tiba, misalnya : harus operasi , kecelakaan, dicerai suami,
putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi.
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama sebelum sakit atau dirawat.
Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan
Stuart dan Sundeen dalam Keliat (1992 : 18) mengemukakan cara individu
d. Manifestasi fisik
e. Menunda keputusan
f. Gangguan berhubungan
9
g. Menarik diri dari realitas
h. Merusak diri
Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah menurut Stuart dan
b. Produktifitasmenurun.
d. Gangguan berhubungan
g. Rasa bersalah
o. Isolasi sosial
p. Penyalahgunaanzat
s. Ketegangan peran
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan orang tua
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan jenis
kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaan.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya pada anak,
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau luar individu ( internal or
1) Ketegangan peran
Adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran
Kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang kompleks.
11
2) Perkembangan transisi
Adalah perubahan norma yang berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.
Adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu melalui
Yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat
disebabkan :
5) Ancaman fisik
4. Psikodinamika
1) Faktor Biologis
Schizofrenia dapat terjadi pada individu yang mengalami kerusakan otak yaitu
kerusakan otak di sistem limbik, lobus frontalis dan ganglia basalis. Sistem limbik
kemungkinan bahwa kelainan pada fungsi lobus frontalis mungkin disebabkan oleh
patologi di dalam ganglia basalis bukannya di dalam lobus frontalis itu sendiri (
2) Faktor Psikososial
Schizofrenia bisa dikatakan sebagai respon regresif terhadap frustasi dan konflik
yang melanda seseorang di dalam lingkungan. Pada regresi ini melibatkan suatu
penarikan penanganan emosional atau cathexis dari perwakilan objek internal dan
neurosis melibatkan suatu konflik antara ego dan id, psikosis dipandang sebagai
suatu konflik antara ego dan dunia luar, dimana kenyataan diingkari dan selanjutnya
sampai maladaptif.
1) Aktualisasi diri
Yaitu pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
Yaitu apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri
a) Kekacauan identitas
harmonis.
b) Depersonalisasi
Yaitu perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan
dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang
lain.
Sedangkan harga diri rendah adalah keadaan transisi antara respon adaptif dan
tersebut adalah :
1) Kebutuhan Fisiologis
a) Kebutuhan Nutrisi
nutrisi. Sebagian memang ada, dikarenakan klien selalu asyik dengan dunianya.
kebutuhan istirahat dan tidur dikarenakan aktifitas fisiknya yang hiperaktif atau
karena pikirannya yang fokus pada suatu masalah sehingga klien tidak bisa tidur.
c) Perawatan Diri
Klien dengan HDR hampir semuanya mengalami defisit perawatan diri, hal ini
d) Aktivitas
Klien dengan HDR cenderung menarik diri, kurang bergaul dengan orang lain
tetapi ada juga yang menjadi hiperaktif sehubungan dengan adanya perubahan
isi pikir.
e) Eliminasi
BAB dan BAK tidak mengalami gangguan karena intake makanan cukup dan
kadang takut terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi sehingga menimbulkan
Dengan harga diri yang rendah cenderung individu tidak memperhatikan dirinya
apalagi bila masalah yang dihadapi adalah masalah keluarga, maka ia lebih
direndahkan.
Dengan adanya harga diri rendah menyebabkan individu tidak dapat mengatasi
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data, analisa data dan perumusan masalah klien.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokkan data pada pengkajian klien dengan gangguan jiwa termasuk klien dengan
gangguan konsep diri : HDR meliputi : faktor predisposisi dan presipitasi, fisik, psikososial,
status mental dan kebutuhan persiapan pulang. Setelah data dikelompokkan, dilakukan analisa
16
data kemudian dirumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah yang ada pada
klien. Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan
a. Resiko tinggi perilaku kekerasan : diarahkan pada diri sendiri dan oranglain
c. Isolasi sosial
f. Berduka disfungsional
2. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap lanjut dari pengkajian yang terdiri dari : menentukan
prioritas diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi,
Tujuan perencanaan terdiri dari : tujuan umum ( TUM ) dan tujuan khusus ( TUK ).
Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa tertentu. TUM
dapat dicapai jika serangkaian TUK telah tercapai. TUK berfokus pada penyelesaian etiologi
dari diagnosa tertentu. TUK merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau
dimiliki klien.
Adapun intervensi dan rasionalisasi yang dilakukan pada klien dengan gangguan jiwa
terutama pada klien dengan gangguan konsep diri : HDR sesuai dengan diagnosa keperawatan
Intervensi Rasionalisasi
(1) (2)
1) Bina hubungan saling percaya 1) Hubungan saling percaya merupakan
dasar terjalinnya komunikasi terbuka.
2) Pertahankan agar lingkungan klien 2) Tingkat ansietas akan meningkat dalam
pada tingkat stimulus yang rendah lingkungan yang penuh stimulus yang
(penyinaran rendah, sedikit orang, dirasakan sebagai ancaman
dekorasi yang sederhana, tingkat
kebisingan yang rendah).
3) Salurkan perilaku merusak diri ke 3) Latihan fisik adalah cara yang aman
kegiatan fisik untuk menurunkan dan efektif untuk menghilangkan
ansietas. ketegangan yang terpendam.
4) Pertahankan penampilan dan perilaku 4) Ansietas dapat ditransper dari perawat
perawat yang tenang di hadapan klien. pada klien.
Intervensi Rasionalisasi
(1) (2)
1) Bina hubungan saling percaya 1) Hubungan saling percaya merupakan
dasar terjalinnya komunikasi terbuka
2) Klien dapat mengenal halusinasinya 2) Untuk memberikan intervensi yang
tepat pada saat klien menunjukkan
perilaku halusinasi
3) Klien dapat mengendalikan halusinasi-
3) Mengajarkan kepada klien untuk
nya
memilih tindakan yang positif pada
4) Klien mendapat dukungan keluarga saat halusinasi terjadi
untuk mengendalikan halusinasinya 4) Memberikan motivasi kepada keluarga
5) Klien menggunakan obat untuk untuk berperan serta dalam perawatan.
mengendalikan halusinasinya 5) Membantu mencegah terjadinya
halusinasi
c. Isolasi sosial
Intervensi Rasionalisasi
(1) (2)
1) Bina hubungan saling percaya 1) Hubungan saling percaya merupakan
dasar terjalinnya komunikasi terbuka
2) Luangkan waktu dengan klien 2) Kehadiran perawat dapat
meningkatkan persepsi diri klien
18
3) Ajarkan teknik assertif interaksi sebagai seorang pribadi yang berharga
dengan orang lain 3) Dapat meningkatkan hubungan klien
4) Berikan penghargaan positif bila klien dengan orang lain
secara sukarela berinteraksi dengan 4) Penghargaan positif akan
orang lain meningkatkan harga diri dan
mendorong pengulangan perilaku yang
diharapkan
Intervensi Rasionalisasi
(1) (2)
1) Bina hubungan saling percaya 1) Hubungan saling percaya merupakan
dasar terjalinnya komunikasi terbuka
2) Jangan menyangkal keyakinan klien 2) Menyangkal keyakinan klien tidak
akan bermanfaat dan akan menghalangi
perkembangan hubungan saling
percaya
3) Bantu klien untuk mencoba
3) Jika klien dapat belajar untuk
menghubungkan keyakinan yang salah
menghentikan ansietas yang
tersebut dengan peningkatan ansietas
meningkat, pikiran wahamnya
yang dirasakan oleh klien
mungkin dapat dicegah
4) Bicarakan tentang kejadian dan orang –
orang yang nyata 4) Diskusi yang berfokus pada ide – ide
yang ada tidak akan mencapai tujuan
5) Bantu dan dukung klien dalam dan mungkin akan menjadi lebih buruk
usahanya mengungkapkan perasaannya 5) Ungkapan perasaan secara verbal
secara verbal dalam lingkungan yang tidak
mengancam akan menolong klien
untuk mengungkapkan perasaannya
yang mungkin sudah terpendam cukup
lama
19
Intervensi Rasionalisasi
(1) (2)
1) Bina hubungan saling percaya 1) Hubungan saling percaya merupakan
dasar terjalinnya komunikasi terbuka
2) Bersikap menerima klien dan 2) Meningkatkan perasaan makna diri
negativismenya
3) Luangkan waktu bersama klien 3) Untuk memperlihatkan penerimaan dan
perhatian perawat terhadap klien
4) Dorong klien untuk berpartisipasi 4) Klien dapat menerima umpan balik
dalam terapi aktifitas kelompok positif dan dukungan dari teman –
temannya
5) Bantu klien mengidentifikasi bagian 5) Harga diri yang rendah dapat
diri yang ingin dirubah. mengganggu persepsi tentang
kemampuan menyelesaikan masalah.
6) Bantu klien untuk melakukan aspek –
6) Umpan balik positif meningkatkan
aspek perawatan diri saat dibutuhkan.
harga diri.
f. Berduka disfungsional
Intervensi Rasionalisasi
(1) (2)
1) Bina hubungan saling percaya 1) Hubungan saling percaya merupakan
dasar terjalinnya komunikasi terbuka
2) Perlihatkan sikap menerima dan 2) Sikap menerima menunjukkan kepada
membolehkan klien untuk klien bahwa ia merupakan seorang
mengekspresikan perasaannya pribadi yang bermakna
3) Dorong klien untuk meninjau proses 3) Klien harus menghentikan persepsi
berdukanya idealisnya dan mampu menerima baik
aspek positif maupun negatif dari
proses berdukanya
20
4) Bantu klien dalam pemecahan masalah 4) Membantu meringankan beban yang
dihadapi oleh klien
Intervensi Rasionalisasi
(1) (2)
1) Buat catatan secara terperinci tentang 1) Data dasar yang akurat penting dalam
pola tidur klien perencanaan keperawatan untuk mem-
bantu klien menangani masalahnya
2) Jangan dukung klien untuk tidur 2) Untuk memberi kesempatan tidur yang
sepanjang hari nyenyak malam hari
3) Bantu dengan tindakan yang dapat 3) Meningkatkan kenyamanan klien saat
menambah waktu tidur, seperti tidur
minuman yang tidak merangsang,
mandi air hangat dan gosok punggung
4) Lakukan latihan relaksasi 4) Membantu mengurangi ansietas yang
menggunakan musik yang lembut dialami klien
sebelum tidur
5) Batasi minuman yang mengandung 5) Kaffein merupakan stimulan untuk SSP
kaffein sehingga mengganggu kemampuan
klien untuk istirahat tidur.
3. Pelaksanaan / Implementasi
yang telah ditetapkan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka perlu adanya
kontrak dengan klien untuk menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta klien yang
diharapkan.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses atau formatif
dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.