Vous êtes sur la page 1sur 21

Tugas : KEPERAWATAN JIWA

Dosen : Hikmawati, S.Kep,Ns, M.Kes

HARGA DIRI RENDAH (HDR)

OLEH
KELOMPOK I
 Amboy (P14201416086)
 Rima Sholehat (P14201416085)
 Arman (P14201416070)
 Marini Husni (P142014160)
 Mila Karmila (P142014160)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) IST BUTON
2017
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap

orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU Kesehatan No. 23 th 1992 ). Sedangkan

kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan

emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan

orang lain (UU No. 3 th 1966 pasal 1 ).

Dengan melihat kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan diantaranya mengenai jiwa

yang merupakan bagian integral dari bagian lainnya baik fisik, sosial maupun ekonomi. Dan

ketika seseorang dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak optimal baik fisik, intelektual

dan emosionalnya dalam keselarasan dengan orang lain maka dapat dikatakan bahwa individu

tersebut mengalami kelainan jiwa.

Dalam kenyataannya, ada individu yang mampu mencapai derajat kesehatan secara optimal

sehingga bisa selaras dan beradaptasi dengan lingkungannya. Namun terdapat pula individu yang

tidak mampu mencapai derajat kesehatan secara optimal dalam pertumbuhan dan

perkembangannya sehingga terjadilah konflik dalam dirinya dan dengan ketidakmampuannya

tersebut membawa dampak pada kelainan jiwa.


3
Jenis gangguan jiwa yang terjadi dapat berupa Neurosa, Psikosomatik, Gangguan

Kepribadian, Mental Retardasi, Gangguan Akibat Zat Psiko Aktif dan Psiko Adiktif serta

Psikosa, dimana Psikosa ini terbagi 2 bagian yaitu Psikosa Organik (terjadi pada otak :

Meningitis, Ensepalitis, Tumor Otak) dan Psikosa Fungsional terdiri dari Schizofrenia, Afektif

dan Paranoid. Penyakit Schizofrenia masih dapat dibagi-bagi lagi menjadi Schizofrenia Simpleks,

Schizofrenia Hebefrenik, Schizofrenia Katatonik, Schizofrenia Paranoid, Schizofrenia Residual,

Episode Schizofrenia Akut dan Schizofrenia tak tergolongkan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Memperoleh

pengalamansecaranyatadalammelaksanakanasuhankeperawatanpadakliendengangangguan

konsepdiri :hargadirirendah (HDR).

b. Mampumelaksanakanasuhankeperawatanpadakliendengangangguankonsepdiri

:hargadirirendah (HDR) secaralangsungdankomprehensifmeliputiaspek bio-psiko-sosio-

spiritual denganpendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam pembuatan laporan studi kasus ini

diharapkan agar dapat :

a. Melaksanakanpengkajianpadakliendengangangguankonsepdiri :hargadirirendah (HDR).

b. Merencanakantindakankeperawatansesuaidengankebutuhanpadakliendengangangguankon

sepdiri :hargadirirendah (HDR).

c. Melaksanakantindakankeperawatansesuairencana yang telahditetapkan.


4
d. Mengevaluasihasiltindakankeperawatan yang telahdilakukan.

e. Mendokumentasikanasuhankeperawatanpadakliendengangangguankonsepdiri

:hargadirirendah (HDR).

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Definisi Konsep Diri

Stuart dan Sundeen dalam Keliat (1992 : 2 ) mengemukakan bahwa : ‘Konsep diri

adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya

dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain’. Sedangkan menurut

Beck dalam Keliat (1992 : 2) lebih menjelaskan lagi bahwa : ‘Konsep diri adalah cara

individu memandang dirinya secara utuh : fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual’.

Berdasarkan dua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep diri adalah

penilaian individu terhadap dirinya secara menyeluruh baik bio-psiko-sosio-spiritual yang

diketahui secara sadar serta berpengaruh dalam berinteraksi dengan orang lain.

Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dari

pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan realitas

kehidupan.
5
Berdasarkan Stuart and Sundeen dalam Hamid, et al (2000 : 98 – 100 ) menjelaskan

bahwa konsep diri terdiri dari komponen-komponen berikut :

a. Citra diri (Body Image)

Pandangan individu terhadap tubuhnya, disadari atau tidak disadari. Termasuk persepsi

dan perasaan masa lalu dan sekarang, tentang ukuran tubuh, fungsi, penampilan dan

potensi. Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman dan persepsi baru. Citra tubuh yang

diterima secara realistis akan meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam

menjalani kehidupan.

b. Ideal diri (Self Ideal)

Persepsi individu tentang perilaku yang harus dilakukan sesuai dengan standar, aspirasi,

tujuan atau nilai yang ditetapkan. Ideal diri diperlukan oleh individu untuk memacu pada

tingkat yang lebih tinggi.

c. Harga diri (Self Esteem)

Penilaian tentang nilai individu dengan menganalisa kesesuaian perilaku dengan ideal diri.

Harga diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, sebagai individu

yang penting dan berarti. Harga diri diperoleh dari penghargaan diri sendiri dan orang lain.

Faktor yang mempengaruhi harga diri tinggi adalah perasaan diterima, dicintai, dihormati

serta frekuensi kesuksesan.

d. Peran (Role Performance)


6
Seperangkat perilaku yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan fungsi individu di

dalam masyarakat tersebut. Ada 5 faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dengan

peran :

1) Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran

2) Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran individu

3) Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dilakukan

4) Keselarasan harapan dan kebudayaan dengan peran

5) Kesesuaian situasi yang dapat mendukung pelaksanaan peran

e. Identitas (Identity)

Penilaian individu terhadap dirinya sebagai satu kesatuan yang utuh, berlanjut, konsisten

dan unik. Ini berarti individu tersebut otonom, berbeda dengan orang lain, termasuk

persepsinya terhadap jenis kelamin. Pembentukan identitas dimulai sejak lahir dan

berkembang melalui siklus kehidupan dan terutama pada periode remaja.

Konsep diri dapat berkembang dengan baik apabila budaya dan pengalaman di keluarga

dapat memberikan perasaan positif, memperoleh kemampuan yang berarti bagi individu /

lingkungan dan dapat beraktualisasi, sehingga individu menyadari potensi diri. Tetapi jika

hal – hal tersebut mengalami perubahan akan terjadi gangguan konsep diri.

Individu yang mengalami gangguan konsep diri tidak mempunyai salah satu atau semua

ciri kepribadian yang sehat :

a. Citra tubuh yang positif dan sesuai

b. Ideal diri yang realistik

c. Konsep diri yang positif

d. Harga diri yang tinggi


7
e. Penampilan peran yang memuaskan

f. Rasa identitas yang jelas

Gangguan konsep diri dapat ditemukan pada klien dengan Schizofrenia yang memiliki

karakteristik tersendiri yang akan sedikit diuraikan berikut ini : Schizofrenia merupakan

bentuk psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang

terbesar. Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas sehingga

pemikiran dan perilakunya abnormal (Ingram, 1993 : 51). Jadi bisa dikatakan bahwa

Schizofrenia adalah penyakit psikosa yang ditandai dengan penyimpangan terhadap

kenyataan, pikiran, dan perbuatan yang tidak wajar.

Adapun kriteria diagnostik dari Schizofrenia secara umum menurut Kaplan, et al ( 1997

: 707) adalah harus ada sedikitnya dua atau lebih dari gejala – gejala berikut selama periode

satu bulan :

a. Waham

b. Halusinasi

c. Bicara terdisorganisasi ( misal : sering menyimpang atau inkoheren )

d. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas seperti keadaan gaduh, gelisah,

fleksibilitas cerea, negativisme dan mutisme.

e. Gejala negatif seperti sifat yang apatis, bicara yang jarang, respon emosional yang

menumpul atau tidak wajar.

Ada beberapa jenis dari Schizofrenia, salah satu diantaranya yaitu Schizofrenia

Residual yang memiliki karakteristik menurut Kaplan, et al (1997 : 713 ) :

a. Tidak adanya kumpulan lengkap gejala aktif (waham, halusinasi, bicara terdisorganisasi,

perilaku terdisorganisasi dan gejala negatif).


8
b. Sering ditemukan penumpulan emosional, penarikan sosial, perilaku eksentrik, pikiran

yang tidak logis dan pengunduran asosiasi ringan.

c. Jika waham atau halusinasi ditemukan, maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak

disertai oleh afek yang kuat

2. Definisi Harga Diri Rendah ( HDR )

Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa

lebih rendah dari orang lain ( Hamid, et al, 2000 : 98 ).

HDR atau yang disebut gangguan harga diri dapat terjadi secara :

a. Situasional

Yaitu terjadi trauma yang tiba – tiba, misalnya : harus operasi , kecelakaan, dicerai suami,

putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi.

b. Kronik

Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama sebelum sakit atau dirawat.

Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan

menambah persepsi yang negatif terhadap dirinya.

Stuart dan Sundeen dalam Keliat (1992 : 18) mengemukakan cara individu

mengekspresikan secara langsung harga diri rendah :

a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri

b. Merendahkan / mengurangi martabat

c. Rasa bersalah dan khawatir

d. Manifestasi fisik

e. Menunda keputusan

f. Gangguan berhubungan
9
g. Menarik diri dari realitas

h. Merusak diri

i. Merusak atau melukai orang lain.

Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah menurut Stuart dan

Sundeen dalam Hamid, et al ( 2000 : 102 ) adalah sebagai berikut :

a. Mengkritik diri sendiri dan orang lain.

b. Produktifitasmenurun.

c. Destruktif pada orang lain.

d. Gangguan berhubungan

e. Merasa diri lebih penting

f. Merasa tidak layak

g. Rasa bersalah

h. Mudah marah dan tersinggung

i. Perasaan negatif terhadap diri sendiri

j. Pandangan hidup yang pesimis

k. Keluhan – keluhan fisik.

l. Pandangan hidup terpolarisasi.

k. Mengingkari kemampuan diri.

m. Mengejek diri sendiri

n. Mencederai diri sendiri

o. Isolasi sosial

p. Penyalahgunaanzat

q. Menarik diri dari realitas


10
r. Khawatir

s. Ketegangan peran

3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

a. Faktor Predisposisi

Faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah :

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan orang tua

yang tidak realistis

2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan jenis

kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaan.

3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya pada anak,

tekanan teman sebaya dan kultur sosial yang berubah.

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau luar individu ( internal or

eksternal sources ), yang dibagi dalam 5 (lima) katagori sebagai berikut :

1) Ketegangan peran

Adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran

atau posisi yang diharapkan seperti konsep berikut ini :

(a) Konflik Peran

Ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan dengan yang diinginkan

(b)Peran yang tidak jelas

Kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya.

(c) Peran yang berlebihan

Kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang kompleks.
11
2) Perkembangan transisi

Adalah perubahan norma yang berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.

3) Situasi transisi peran

Adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu melalui

kelahiran atau kematian orang yang berarti.

4) Transisi peran sehat sakit

Yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat

disebabkan :

(a) Kehilangan bagian tubuh

(b) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh

(c) Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan.

(d) Prosedur pengobatan dan perawatan

5) Ancaman fisik

Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidakseimbangan biokimia,

gangguan penggunaan obat, alkohol dan zat.

4. Psikodinamika

a. Proses terjadinya Schizofrenia

1) Faktor Biologis

Schizofrenia dapat terjadi pada individu yang mengalami kerusakan otak yaitu

kerusakan otak di sistem limbik, lobus frontalis dan ganglia basalis. Sistem limbik

karena peranannya dalam mengendalikan emosi, dihipotesiskan terlibat dalam dasar

patofisiologis untuk Schizofrenia. Sedangkan ganglia basalis terlibat dalam


12
mengendalikan pergerakan, dengan demikian patologi pada ganglia basalis

dilibatkan dalam patofisiologis Schizofrenia. Faktor lain yang melibatkan ganglia

basalis dalam patofisiologi Schizofrenia adalah kenyataan bahwa ganglia basalis

berhubungan timbal balik dengan lobus frontalis, dengan demikian meningkatkan

kemungkinan bahwa kelainan pada fungsi lobus frontalis mungkin disebabkan oleh

patologi di dalam ganglia basalis bukannya di dalam lobus frontalis itu sendiri (

Kaplan, et al, 1997 : 697 ).

2) Faktor Psikososial

Schizofrenia bisa dikatakan sebagai respon regresif terhadap frustasi dan konflik

yang melanda seseorang di dalam lingkungan. Pada regresi ini melibatkan suatu

penarikan penanganan emosional atau cathexis dari perwakilan objek internal dan

orang sebenarnya di dalam lingkungan, yang menyebabkannya kembali kesuatu

stadium autoerotic dari perkembangan. Keadaan cathexis klien ditanamkan kembali

kedalam diri, dengan demikian memberikan gambaran penarikan autistik. Bila

neurosis melibatkan suatu konflik antara ego dan id, psikosis dipandang sebagai

suatu konflik antara ego dan dunia luar, dimana kenyataan diingkari dan selanjutnya

dibentuk kembali (Kaplan, et al, 1997 : 705).

b. Rentang Respon Konsep Diri

Rentang Respon Konsep Diri

Respon adaptif Respon Maladaptif

Konsep diri positif Kekacauan identitas

Aktualisasi Diri Harga Diri Rendah Depersonalisasi


13
Respon individu terhadap konsep diri berfluktuasi sepanjang rentang respon adaptif

sampai maladaptif.

Respon adaptif dari konsep diri meliputi :

1) Aktualisasi diri

Yaitu pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang

pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.

2) Konsep diri positif

Yaitu apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri

dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.

Respon maladaptifnya meliputi :

a) Kekacauan identitas

Yaitu kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak

kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang

harmonis.

b) Depersonalisasi

Yaitu perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan

dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang

lain.

Sedangkan harga diri rendah adalah keadaan transisi antara respon adaptif dan

maladaptif dari konsep diri.

c) Dampak Harga Diri Rendah Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia

Menurutteori Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia terbagi kedalam 5 bagian

yang berbentuk piramid dengan semakin ke atas bentuknya semakin meruncing/mengecil.


14
Adapun dampak terjadinya gangguan konsep diri : HDR terhadap kebutuhan dasar

tersebut adalah :

1) Kebutuhan Fisiologis

a) Kebutuhan Nutrisi

Tidak semua klien dengan HDR mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan

nutrisi. Sebagian memang ada, dikarenakan klien selalu asyik dengan dunianya.

b) Istirahat dan Tidur

Pada klien dengan HDR ada kalanya mengalami gangguan pemenuhan

kebutuhan istirahat dan tidur dikarenakan aktifitas fisiknya yang hiperaktif atau

karena pikirannya yang fokus pada suatu masalah sehingga klien tidak bisa tidur.

c) Perawatan Diri

Klien dengan HDR hampir semuanya mengalami defisit perawatan diri, hal ini

disebabkan ketidaktahuan, ketidakmampuan dan tidak ada minat. Tetapi ada

juga yang bisa merawat dirinya sendiri dengan baik.

d) Aktivitas

Klien dengan HDR cenderung menarik diri, kurang bergaul dengan orang lain

tetapi ada juga yang menjadi hiperaktif sehubungan dengan adanya perubahan

isi pikir.

e) Eliminasi

BAB dan BAK tidak mengalami gangguan karena intake makanan cukup dan

aktifitas fisik meningkat.

2) Kebutuhan Rasa Aman


15
Harga diri yang rendah bisa mengakibatkan individu marasa gelisah, bingung,

kadang takut terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi sehingga menimbulkan

dampak pada rasa aman.

3) Kebutuhan Mencintai dan Rasa Memiliki

Dengan harga diri yang rendah cenderung individu tidak memperhatikan dirinya

apalagi bila masalah yang dihadapi adalah masalah keluarga, maka ia lebih

memperhatikan keluarganya sendiri.

4) Kebutuhan Harga Diri

Dengan masalah yang dihadapinya, seperti masalah keluarga maka individu

cenderung untuk mengalah, diam sehingga menyebabkan harga dirinya merasa

direndahkan.

5) Kebutuhan Aktualisasi Diri

Dengan adanya harga diri rendah menyebabkan individu tidak dapat mengatasi

kelemahannya secara adekuat bahkan tidak bisa menyadari bahwa ia memiliki

kemampuan yang patut dibanggakan.

B. Proses Keperawatan Jiwa

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap

pengkajian terdiri atas pengumpulan data, analisa data dan perumusan masalah klien.

Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.

Pengelompokkan data pada pengkajian klien dengan gangguan jiwa termasuk klien dengan

gangguan konsep diri : HDR meliputi : faktor predisposisi dan presipitasi, fisik, psikososial,

status mental dan kebutuhan persiapan pulang. Setelah data dikelompokkan, dilakukan analisa
16
data kemudian dirumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah yang ada pada

klien. Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan

konsep diri : HDR ialah :

a. Resiko tinggi perilaku kekerasan : diarahkan pada diri sendiri dan oranglain

b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi

c. Isolasi sosial

d. Perubahan proses pikir

e. Gangguan konsep diri : HDR

f. Berduka disfungsional

g. Gangguan pola tidur

2. Perencanaan

Perencanaan merupakan tahap lanjut dari pengkajian yang terdiri dari : menentukan

prioritas diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi,

merumuskan intervensi dan aktifitas keperawatan.

Tujuan perencanaan terdiri dari : tujuan umum ( TUM ) dan tujuan khusus ( TUK ).

Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa tertentu. TUM

dapat dicapai jika serangkaian TUK telah tercapai. TUK berfokus pada penyelesaian etiologi

dari diagnosa tertentu. TUK merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau

dimiliki klien.

Adapun intervensi dan rasionalisasi yang dilakukan pada klien dengan gangguan jiwa

terutama pada klien dengan gangguan konsep diri : HDR sesuai dengan diagnosa keperawatan

yang ada pada pengkajian di atas adalah:


17
a. Resiko tinggi perilaku kekerasan : diarahkan pada diri sendiri dan orang lain

Intervensi Rasionalisasi
(1) (2)
1) Bina hubungan saling percaya 1) Hubungan saling percaya merupakan
dasar terjalinnya komunikasi terbuka.
2) Pertahankan agar lingkungan klien 2) Tingkat ansietas akan meningkat dalam
pada tingkat stimulus yang rendah lingkungan yang penuh stimulus yang
(penyinaran rendah, sedikit orang, dirasakan sebagai ancaman
dekorasi yang sederhana, tingkat
kebisingan yang rendah).
3) Salurkan perilaku merusak diri ke 3) Latihan fisik adalah cara yang aman
kegiatan fisik untuk menurunkan dan efektif untuk menghilangkan
ansietas. ketegangan yang terpendam.
4) Pertahankan penampilan dan perilaku 4) Ansietas dapat ditransper dari perawat
perawat yang tenang di hadapan klien. pada klien.

b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi

Intervensi Rasionalisasi
(1) (2)
1) Bina hubungan saling percaya 1) Hubungan saling percaya merupakan
dasar terjalinnya komunikasi terbuka
2) Klien dapat mengenal halusinasinya 2) Untuk memberikan intervensi yang
tepat pada saat klien menunjukkan
perilaku halusinasi
3) Klien dapat mengendalikan halusinasi-
3) Mengajarkan kepada klien untuk
nya
memilih tindakan yang positif pada
4) Klien mendapat dukungan keluarga saat halusinasi terjadi
untuk mengendalikan halusinasinya 4) Memberikan motivasi kepada keluarga
5) Klien menggunakan obat untuk untuk berperan serta dalam perawatan.
mengendalikan halusinasinya 5) Membantu mencegah terjadinya
halusinasi

c. Isolasi sosial

Intervensi Rasionalisasi
(1) (2)
1) Bina hubungan saling percaya 1) Hubungan saling percaya merupakan
dasar terjalinnya komunikasi terbuka
2) Luangkan waktu dengan klien 2) Kehadiran perawat dapat
meningkatkan persepsi diri klien
18
3) Ajarkan teknik assertif interaksi sebagai seorang pribadi yang berharga
dengan orang lain 3) Dapat meningkatkan hubungan klien
4) Berikan penghargaan positif bila klien dengan orang lain
secara sukarela berinteraksi dengan 4) Penghargaan positif akan
orang lain meningkatkan harga diri dan
mendorong pengulangan perilaku yang
diharapkan

d. Perubahan proses pikir

Intervensi Rasionalisasi
(1) (2)
1) Bina hubungan saling percaya 1) Hubungan saling percaya merupakan
dasar terjalinnya komunikasi terbuka
2) Jangan menyangkal keyakinan klien 2) Menyangkal keyakinan klien tidak
akan bermanfaat dan akan menghalangi
perkembangan hubungan saling
percaya
3) Bantu klien untuk mencoba
3) Jika klien dapat belajar untuk
menghubungkan keyakinan yang salah
menghentikan ansietas yang
tersebut dengan peningkatan ansietas
meningkat, pikiran wahamnya
yang dirasakan oleh klien
mungkin dapat dicegah
4) Bicarakan tentang kejadian dan orang –
orang yang nyata 4) Diskusi yang berfokus pada ide – ide
yang ada tidak akan mencapai tujuan
5) Bantu dan dukung klien dalam dan mungkin akan menjadi lebih buruk
usahanya mengungkapkan perasaannya 5) Ungkapan perasaan secara verbal
secara verbal dalam lingkungan yang tidak
mengancam akan menolong klien
untuk mengungkapkan perasaannya
yang mungkin sudah terpendam cukup
lama
19

e. Gangguan konsep diri : HDR

Intervensi Rasionalisasi
(1) (2)
1) Bina hubungan saling percaya 1) Hubungan saling percaya merupakan
dasar terjalinnya komunikasi terbuka
2) Bersikap menerima klien dan 2) Meningkatkan perasaan makna diri
negativismenya
3) Luangkan waktu bersama klien 3) Untuk memperlihatkan penerimaan dan
perhatian perawat terhadap klien
4) Dorong klien untuk berpartisipasi 4) Klien dapat menerima umpan balik
dalam terapi aktifitas kelompok positif dan dukungan dari teman –
temannya
5) Bantu klien mengidentifikasi bagian 5) Harga diri yang rendah dapat
diri yang ingin dirubah. mengganggu persepsi tentang
kemampuan menyelesaikan masalah.
6) Bantu klien untuk melakukan aspek –
6) Umpan balik positif meningkatkan
aspek perawatan diri saat dibutuhkan.
harga diri.

f. Berduka disfungsional

Intervensi Rasionalisasi
(1) (2)
1) Bina hubungan saling percaya 1) Hubungan saling percaya merupakan
dasar terjalinnya komunikasi terbuka
2) Perlihatkan sikap menerima dan 2) Sikap menerima menunjukkan kepada
membolehkan klien untuk klien bahwa ia merupakan seorang
mengekspresikan perasaannya pribadi yang bermakna
3) Dorong klien untuk meninjau proses 3) Klien harus menghentikan persepsi
berdukanya idealisnya dan mampu menerima baik
aspek positif maupun negatif dari
proses berdukanya
20
4) Bantu klien dalam pemecahan masalah 4) Membantu meringankan beban yang
dihadapi oleh klien

g. Gangguan pola tidur

Intervensi Rasionalisasi
(1) (2)
1) Buat catatan secara terperinci tentang 1) Data dasar yang akurat penting dalam
pola tidur klien perencanaan keperawatan untuk mem-
bantu klien menangani masalahnya
2) Jangan dukung klien untuk tidur 2) Untuk memberi kesempatan tidur yang
sepanjang hari nyenyak malam hari
3) Bantu dengan tindakan yang dapat 3) Meningkatkan kenyamanan klien saat
menambah waktu tidur, seperti tidur
minuman yang tidak merangsang,
mandi air hangat dan gosok punggung
4) Lakukan latihan relaksasi 4) Membantu mengurangi ansietas yang
menggunakan musik yang lembut dialami klien
sebelum tidur
5) Batasi minuman yang mengandung 5) Kaffein merupakan stimulan untuk SSP
kaffein sehingga mengganggu kemampuan
klien untuk istirahat tidur.

3. Pelaksanaan / Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan

yang telah ditetapkan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka perlu adanya

kontrak dengan klien untuk menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta klien yang

diharapkan.

Beberapa petunjuk pada pelaksanaan / implementasi adalah :

a. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi


21
b. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan efisien

pada situasi yang tepat

c. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi

d. Dokumentasi intervensi dan respon klien

4. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses atau formatif

dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan

membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.

Vous aimerez peut-être aussi