Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dalam UUD 1945 tanggungjawab pendidikan bangsa, terutama pendidikan dasar adalah
menjadi tanggungjawab pemerintah. Hal ini terutama dijelaskan pemerintah dalam pasal
’31 ayat (2) bahwa “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya”. Isu kritis muncul dalam pembahasan ini adalah
bagaimana komitmen pemerintah menyikapi amanat konstitusi ini, padahal kita tahu
bahwa pendidikan dasar belum dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, dan biaya
pendidikannya sampai saat ini sebagian masih ditanggung masyarakat sendiri. Artinya,
pendidikan dasar 9 tahun masih belum benar-benar gratis, bahkan masih terkesan tetap
mahal bagi kalangan orang miskin.
Akibat dari kecilnya anggaran pendidikan salah satu pengaruhnya adalah gagalnya arus
murid dalam penyelenggaraan wajib belajar. Wajib belajar adalah upaya melaksanakan
UUD pasal 31 bahwa “tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Dari pasal
ini pemerintah memiliki dua mandat dari UUD 1945 yaitu: aspek kualitatif “mencerdaskan
bangsa” dan aspek kuantitatif “tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.
Depdiknas sebagai aktor utama dalam pelaksanaan pendidikan, dianggap berhasil apabila
29 juta anak mendapat pendidikan SLTP. Tetapi angka BPS 2005 menunjukkan bahwa 15
juta anak usia sekolah drop-out pada jenjang SD kelas 3, dan 7 juta drop-out SD kelas 4-6.
Dalam kaitan ini dilakukan manusia sejak manusia berada dalam usia yang sangat dini
(dalam kandungan sang ibu). Kemudian terus berproses sampai ia mencapai usia dewasa.
Proses pendidikan ini bahkan berlangsung tanpa dibatasi usia, kata Jhon Dewey disebut
sebagai long life education. Pada prinsipnya bahwa pendidikan merupakan proses yang
berkelanjutan dan tidak mengenal titik akhir, ini artinya bahwa berakhirnya pendidikan
berarti berakhir pula kehidupan. Tetapi, jika proses pendidikan tidak berjalan dengan
baik, yang terjadi adalah pengingkaran terhadap hakikat hidup manusia itu sendiri. Oleh
sebab itu, upaya untuk memperlancar proses pendidikan merupakan kewajiban, bukan
saja menjadi kewajiban bagi pemerintah, melainkan juga bagi semua masyarakat dan
bangsa Indonesia. Hal ini sesuai dengan UUD ’45 pasal 31 ayat (1) yang berbunyi: “tiap-
tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran,” dan pasal 5 ayat (1) UU No. 20
tahun 2003 tentang SISDIKNAS menegaskan bahwa ”setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, bahkan pada pasal 6 ayat (1)
dinyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia tujuh tahun sampai lima belas tahun
wajib mengikuti pendidikan dasar.”
Pertanyaan yang perlu disampaikan di sini adalah tanggung jawab siapa pendidikan itu?
Jawabannya adalah seperti yang dijelaskan dalam GBHN bahwa pendidikan berlangsung
seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan
masyarakat. Oleh sebab itu, “pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama, tanggung
jawab seluruh bangsa Indonesia.” Namun dalam kontek UUD 1945 nampaknya
tanggungjawab pendidikan bangsa, terutama pendidikan dasar (SD dan SMP) adalah
menjadi tanggungjawab pemerintah. Hal ini terutama dijelaskan pemerintah dalam pasal
’31 ayat (2) bahwa “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya”. Isu kritis muncul dalam pembahasan ini adalah
bagaimana komitmen pemerintah menyikapi amanat konstitusi ini, padahal kita tahu
bahwa pendidikan dasar belum dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, dan biaya
pendidikannya sampai saat ini (walaupun ada dana BOS) sebagian masih ditanggung
masyarakat sendiri. Artinya, pendidikan dasar 9 tahun masih belum benar-benar gratis,
bahkan masih terkesan tetap mahal bagi kalangan orang miskin.
B. LANDASAN HUKUM
C. TUJUAN PENULISAN
D. MANFAAT
E. Lingkup Pekerjaan
Menyusun perencanaan dan pendataan terkait program BOS SD.
Menyusun panduan/pedoman/petunjuk teknis terkait program BOS SD.
Menyusun materi sosialisasi/rakor/workshop program BOS SD tahun 2015
Memberikan layanan konsultasi dan pengaduan masyarakat terkait program BOS
SD.
Menyusun instrumen monitoring dan evaluasi program BOS SD.
Melakukan analisis data terkait program BOS SD.
Menyusun laporan-laporan terkait program BOS SD tahun 2015.
Pengelolaan kegiatan yang berkaitan dengan program BOS SD termasuk aspek
teknis dan administratif.
LANDASAN TEORITIS
BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi
satuan pendiidkan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.
Tahap awal penerapan program ini adalah dengan membebaskan biaya operasional bagi
peserta didik yang kurang mampu. Setelah penerapan pertama berlangsung sukses,
pemerintah mengubah tujuan BOS menjadi program pendidikan gratis bagi peserta didik
di sekolah dasar dan menengah pertama negeri dan swasta. Tujuan tersebut
memaksakan sekolah menyelenggarakan pendidikan yang bermutu tanpa mengurangi
mutu pendidikan yang telah dicapai oleh sekolah.
Program BOS dalam pemanfaatannya adalah untuk pemerataan dan perluasan akses,
program BOS juga merupakan program untuk peningkatan mutu, relevansi dan daya
saing serta untuk tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Melalui program ini
yang terkait dengan pendidikan dasar 9 tahun, setiap pengelola program pendidikan
harus memperhatikan hal-hal berikut:
1) BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses dan mutu
pendidikan dasar 9 tahun
2) tidak adanya peserta didik miskin yang putus sekolah
3) lulusan SD harus diupayakan keberlangsungan pendidikannya ke SMP;
4) kepala sekolah mengajak peserta didik SD yang akan lulus dan berpotensi tidak
melanjutkan sekolah ditampung di SMP sementara, apabila terdapat peserta
didik SMP yang akan putus sekolah agar diajak kembali ke bangku sekolah
5) kepala sekolah bertanggung jawab mengelola dana BOS secara transparan dan
akutabel
6) BOS bukan penghalang bagi peserta didik, orang tua, atau walinya dalam
pemberian sumbangan sukarela yang tidak mengikat kepada sekolah. Hal-hal
diatas menjelaskan peranan BOS dalam penyelenggaraan pendidikan dasar 9
tahun. BOS adalah bantuan biaya operasional sekolah namun bukan penghalang
bagi sumbangan sekolah.
Dalam menetapkan alokasi dan BOS tiap sekolah perlu dipertimbangkan bahwa dalam
satu tahun anggaran terdapat dua periode tahun pelajaran yang berbeda, sehingga perlu
acuan sebagai berikut: alokasi dana BOS untuk periode tertentu misalnya Januari-Juli
didasarkan pada jumlah siswa tahun yang berjalan, alokasi BOS periode Juli-Desember
didasarkan pada data siswa tahun pelajaran (sekolah diharapkan mengirimkan jumlah
data siswa kepada Tim Manajemen BOS Kab/Kota setelah pendaftaran siswa baru tahun
selesai.
Agar pelaksanaan pendidikan gratis dapat terlaksana dan tercapai sesuai dengan target,
maka untuk penyaluran dananya dilakukan secara langsung dari lembaga penyalur yang
diberikan kewenangan oleh pemerintah ke rekening sekolah. Oleh karena itu, sekolah
penerima BOS harus memiliki rekening sekolah atas nama lembaga yang harus di
tandatangani oleh kepala sekolah dan bendahara BOS. Cara tersebut di anggap efektif
dalam mekanisme penyaluran dana BOS ke sekolah-sekolah yang dituju. Pengambilan
dana BOS dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai keperluan sekolah. Pasalnya, dengan
dana BOS yang ada seyogyanya telah membantu pemerintah daerah meringankan biaya
operasional yang ditanggung sekolah. Hal ini membuktikan bahwa BOS digunakan untuk
membantu kegiatan sekolah yang sesuai dengan kebutuhan sekolah untuk
penyelenggaraan pendidikan, sehingga sekolah yang telah mampu memenuhi
kebutuhannya dapat mengalihkan dana BOS tersebut kepada siswa yang tidak mampu
agar pelaksanaan pendidikan gratis terlaksana. Dalam buku panduan BOS, penyaluran
dana disalurkan secara bertahap, yaitu setiap periode tiga bulan, disalurkan pada bulan
awal dari periode tiga bulan.
Telah jelas apabila program BOS dapat diartikan sebagai bantuan pendidikan gratis bagi
siswa yang berada di jenjang pendidikan SD. Pelaksanaan BOS ini pun masih perlu
monitoring dan evaluasi oleh petugas yang ditunjuk dari sekolah sebagai usaha bagi
pemerintah dan pemerintah daerah untuk merealisasikan penuntasan pendidikan wajib
belajar dasar 9 tahun yang bermutu, agar dapat menciptakan masyarakat yang beradab
dan berdaya saing global.
Pada dasarnya penciptaan masyarakat beradab adalah usaha untuk membuat kehidupan
yang lebih baik, apabila mengingat sejarah bangsa kita pada abad sebelum merdeka kita
berada pada suatu kondisi yang sangat jauh dari kehidupan yang cerdas. Maka bangsa
Indonesia perlu perubahan melalui transformasi budaya. Pendidikan adalah jawaban dari
pernyataan sebelumnya. Dengan pendidikan, budaya-budaya yang ada dapat terjamin
keberadaannya, terutama pada pendidikan dasar.
3) Biaya pribadi peserta didik adalah biaya personal yang meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti
proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Selain itu pada pasal 6 biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4,
dan Pasal 5 yang merupakan tanggung jawab Pemerintah dialokasikan dalam anggaran
Pemerintah, dan yang merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dialokasikan dalam
anggaran pemerintah daerah sesuai dengan sistem penganggaran dalam peraturan
perundangundangan. Tanggung jawab pendanaa pendidikan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah dalam bantuan biaya pendidikan dan beasiswa, dijelaskan pada pasal
27 bab II yaitu tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam pendanaan
pendidikan sebagai berikut:
Pada pasal 28, bantuan biaya pendidikan mencakup sebagian atau seluruh biaya
pendidikan yang harus ditanggung peserta didik, termasuk biaya pribadi peserta didik dan
diatur dengan peraturan Menteri atau peraturan menteri sesuai kewenangan masing-
masing serta diatur dengan peraturan kepala daerah.
Beasiswa harus mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung
peserta didik, termasuk biaya pribadi peserta didik. Pemberian beasiswa oleh pemerintah
diatur dengan peraturan menteri atau peratutan menteri agama sesuai dengan
wewenang masing-masing. Pemberian yang diberikan oleh pemerintah daerah harus
sesuai dengan pertauran kepala daerah ini semua pada pasal 29.
Satuan pendidikan yang diselanggarakan oleh pemerintah atau Pemda wajib menerima
biaya nonpersonalia dari pemerintah atau pemerintah daerah bial terjadi penolakan
terhadap bantuan biaya nonpersonalia maka satuan pendidikan harus sesuai dengan
yang telah diselenggarakan pemerintah atau pemerintah daerah dan satuan pendidikan
dilarang memungut biaya tersebut dari peserta didik, orang tua atau wakil peserta didik.
Dan jika terjadi pemungutan maka satuan pendidikan tersebut dikenakan sanksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Di bab 3 tentang tanggung jawab pendanaan pendidikan oleh penyelenggara atau satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat pada bantuan biaya pendidikan dan beasiswa pasal
44 yaitu Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat memberi
bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik atau orang tua atau
walinya yang tidak mampu membiayai pendidikannya dan memberi beasiswa kepada
peserta didik yang berprestasi. Sumber nya bisa dari :
Pasal 45 bantuan biaya pendidikan dan beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung peserta didik,
termasuk biaya personal. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian bantuan biaya
pendidikan dan beasiswa oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 diatur dengan peraturan
penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.
Pada dasarnya kebutuhan tenaga ahli berisi susunan personalia/anggota tim pelaksana
yang harus disediakan oleh konsultan yang terdiri dari: tenaga ahli dan tenaga pendukung
yang akan terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan, dan harus dilengkapi dengan daftar
riwayat hidup, fotokopi ijazah/sertifikat, surat pernyataan kesediaan untuk ditugaskan,
dan kelengkapan administrasi lainnya, sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan
dalam KAK beserta addendumnya.
Maksud dari pelaksanaan kegiatan adalah sebagai dasar penyusunan kebijakan, program,
kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja guna mengukur tingkat keberhasilan
pencapaian kinerja, pencapaian visi dan misi serta tujuan organisasi serta pelaksanaan
kebijakan dan program BOS.
Tujuan merupakan penjabaran dari maksud dilaksanakannya suatu kegiatan. Tujuan yang
ingin dicapai melalui pelaksanaan kegiatan ini adalah membantu Direktorat Pembinaan
SD dalam rangka tata kelola program BOS SD tingkat nasional pada Direktorat Pembinaan
SD, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta memberikan pedoman dalam
pemilihan konsultan, sehingga diperoleh konsultan yang tepat dan mampu melaksanakan
tugas dengan baik.
Pada prinsipnya, sasaran merupakan penjabaran dari tujuan pelaksanaan suatu kegiatan
dalam bentuk langkah-langkah yang lebih spesifik dan terukur. Sasaran yang ingin dicapai
melalui pelaksanaan kegiatan ini adalah: tersedianya panduan/pedoman/petunjuk teknis
terkait program BOS; tersedianya pendataan yang terkait dengan program BOS
Tersosialisasikannya program BOS; adanya panduan dan instrument monitoring evaluasi
program BOS; adanya dokumen analisis terkait program BOS; terlaporkannya semua
kegiatan program BOS; terlaksananya tata kelola kegiatan BOS secara efektif dan baik
bagi Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.