Vous êtes sur la page 1sur 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ANC (ANTENATAL CARE) DAN HIPERTENSI

A. Pengertian Antenatal Care

1. Definisi Antenatal Care

a. Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama pada

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam lahir (Haen Forer,2009)

b. Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa

observasi, edukasi, dan penanganan medic pada ibu hamil untuk

memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan

memuaskan (Muchtar Rusta,2008)

c. Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang di lakukan untuk

memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan

upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan (Depkes

RI,2007).

2. Tanda dan Gejala

a. Persumtif Sign (subyektif)

1. Amenorrhea (tidak mendapat haid).

2. Mual muntah (morning sicknes) merupakan respon awal terhadap

tingginya kadar progesterone dan menghilang setelah tiga bulan.

3. Letih, sakit kepala.

4. Merasakan gerakan janin terjadi sekitar 22 minggu gestasi atau 20

minggu pada wanita hamil pertama.


5. Perubahan mamae.

6. Frekuensi berkemih meningkat karena adanya kongesti darah pada

organ-organ pelvic sehingga meningkatkan sensitivitas jaringan,

tekanan uterus pada kandung kencing menstimulusi saraf sehingga

BAK.

7. Lekore/keputihan peningkatan skresi vagina olek efek stimulasi

hormone estrogen dan progsteron pada kelenjar dan peningkatan

suplay darah ke pelvic.

b. Probabilitas (objektif)

1. Pembesaran uterus

a. Melunaknya daerah isthumus uteri (hegar sign) diketahui

melalui pemeeriksaan bimanual dan mulai terlihat pada

minggu ke 6 dan menjadi nyata pada minggu ke 7-8.

b. Servik terasa lebih lunak (Goodell’s) diketahui melalui

pemeriksaan bimanual.

c. Tanda ballotemen : pantulan yang terjadi saat jari pemeriksa

mengetuk janin yang mengapung dalam uterus, bayi menjauh

kemudian ke posisi semula.

d. Kontraksi Braxton hicks yaitu kontraksi intermiten yang

mungkin terjadi selama hamil dan tidak terasa sakit.

2. Perubahan warna kulit

Chlosma : warna kulit yang kehitam-hitaman pada dahi, punggung

hidung dan kulit daerah tulang pipi terutma pada warna kulit hitam
hal ini disebabkan oleh stimulasi MSH ( Melanosyt Stimulating

Hormone). Striae gravidarum, regangan kulit abdomen terlihat

garis tak teratur. Heg (Human Cronik Gonadotropin) meningkat.

c. Tanda positif kehamilan

1. Terdengar DJJ dapat didengar dengan stetoskop laenec pada

minggu 17-18. Dengan stetoskop ultrasonic Doppler, DJJ dapat di

dengarkan lebih awal lagi, sekitar minggu ke 12, normal DJJ 120-

160 kali permenit.

2. Adanya gerakan janin pada palpasi.

3. Teraba bagian janin pada palpasi.

4. Adanya kantong kehamilan (gestasional sac) dalam rongga uterus

pada pemeriksaan USG adanya skelet janin pada gambar X Ray.

d. Tes Kehamilan

Tes Hcg (hormone chorionic gonadotropin). Dilakukan dengan

mendeteksi hormone Hcg dalam urine kadar terendah yang memberi

hasil positif yaitu 0,5 Hcg per ml urine kadar tertinggi 500 SI Hcg.

3. Perubahan Fisiologis Ibu Hamil

a. Uterus

Uterus bertambah besar semula 30 gram menjadi 1000 gram,

pembesaran ini dikarenakan hipertropi oleh otot-otot rahim.

b. Vagina

1. Elastisitas vagina bertambah

2. Getah dalam vagina biasannya bertambah, reaksi asam PH :3,5-6


3. Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga waran selaput

lendirnya berwarna kebiru- biruan (Tanda chadwick).

c. Ovarium (Indung Telur)

Ovulasi terhenti masih terdapat corpus luteum graviditatis sampai

terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan

progesteron.

d. Kulit

Terdapat hiperpigmentasi antara lain pada areola normal, papila normal,

dan linea alba.

e. Dinding Perut

Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan

perobekan selaput elestis di bawah kulit sehingga timbul strie

gravidarum.

f. Payudara

Biasanya membesar dalam kehamilan disebabkan hipertropi dari alveoli

puting susu biasanya membesar dan berwarna lebih tua. Areola mammae

melebar dan lebih tua warnannya.

g. Sistem Respirasi

Wanita hamil tekadang mengeluh sering sesak nafas yang sering

ditemukan pada kehamilan 3 minggu ke atas. Hal ini disebabkan oleh

usus yang tertekan kearah diafragma akibat pembesaran rahim, kapasitas

paru meningkat sedikit selama kehamilan sehingga ibu akan bernafas

lebih dalam. Sekitar 20-25%.


h. Sistem urinaria

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh

uterus yang membesar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk

pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI.

4. Perubahan Psikologis Ibu Hamil

a. Trimester Pertama

Segera setelah terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron

dalam tubuh maka akan segera muncul berbagai ketidaknyamanan secara

fisiologis pada ibu misalnya mual muntah, keletihan dan pembesaran

pada payudara. Hal ini akan memicu perubahan psikologi seperti berikut

ini :

1. Ibu akan membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan,

penolakan, kecemasan dan kesedihan

2. Mencari tahu secara aktif apakah memang benar – benar hamil

dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan seringkali

memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya

3. Hasrat melakukan seks berbeda – beda pada setiap wanita. Ada

yang meningkat libidonya. Tetapi ada juga yang mengalami

penurunan. Pada wanita yang mengalami penurunan libido, akan

menciptakan suatu kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka

dan jujur dengan suami.


4. Bagi calon suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggan,

tetapi bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk

mencari nafkah bagi keluarga.

b. Trimester kedua

Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa dengan

kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan

sudah mulai berkurang. Perut ibu pun belum terlalu besar sehingga

belum terlalu dirasakan ibu sebagai beban. Ibu sudah menerima

kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan pikirannya

secara lebih kontruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan

gerakan janinnya dan ibu mulai meraskaan kehadiran bayinya sebagai

seseorang diluar dirinya dan dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa

terlepas dari kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya

pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.

c. Trimester ke tiga

Trimester ketiga biasanya disebut dengan periode menunggu dan

waspada sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran

bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang

mengingatkan ibu akan lahir sewaktu – waktu. Ini menyebabkan ibu

meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala

terjadinya persalinan pada ibu. Seringkali ibu merasa khawatir atau

takut kalu – kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal.

Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan


menghindari orang atau benda apa saja yang dianggap membahayakan

bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan

bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Trimester juga

saat persiapan aktif untuk kelahiran bayinya dan menjadi orang

tua.keluarga mulai menduga – duga apakah bayi mereka laki – laki atau

perempuan dan akan mirip siapa. Bahkan sudah mulai memilih nama

unutk bayi mereka.

B. Pengertian Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi dalam Kehamilan

Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan

dimana tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90

mmHg atau adanya peningkatan tekanan sisstolik sebesar 30 mmHg atau

lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai

dasar yang mana diukur dalam dua keadaan, minimal dalam jangka waktu

6 jam (Reeder dkk, 2011).

Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan sistolik

≥140/90 mmHg pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan

2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan

kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi

sudah tidak dipakai lagi (Prawirohardjo, 2013).

Adanya tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140 mmHg dan tekanan

diastolic sekurang-kurangya 90 mmHg. Nilai tersebut diukur sekuran-


kurangnya dua kali dengan perbedaan waktu 6 jam atau lebih dalam

keadaan istirahat (Manuaba,2008)

2. Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan

a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum usia

kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis

setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12

minggu pasca persalinan.

b. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

kehamilan disertai dengan proteinuria.

c. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai

dengan koma.

d. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi

kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai

proteinuria.

e. Menghilang setelah 3 bulan pascapersalin atau kehamilan dengan

preeklamsi tetapi tanpa proteinuria (prawirohardjo, 2013)

3. Etiologi

Prawirohardjo (2013), menjelaskan penyebab hipertensi dalam kehamilan

belum diketahui secara jelas. Namun ada beberapa faktor risiko yang

menyebabkan terjadinya hipertensi dan dikelompokkan dalam faktor

risiko. Beberapa faktor risiko sebagai berikut :


a. Primigravida, primipaternitas

b. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel,

diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar.

c. Umur

d. Riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia

e. Penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum

hamil

f. Obesitas.

4. Patofisiologis

Prawirohardjo (2013) menjelaskan beberapa teori yang mengemukakan

terjadinya hipertensi dalam kehamilan diantaranya adalah :

a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta

Kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah

dari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh

darah tersebut menembus miometrium berupa uteri arkuarta dan

memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium

menjadi arteri basalis dan artrei basalis memberi cabang arteri spiralis.

Kehamilan normal akan terjadi invasi trofoblas ke dalam

lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot

tersebutsehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga

memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks

menjadi gembur dan memudahkan arteri spiralis mengalami distensi

dan dilatasi. Keadaan ini akan memberi dampak penurunan tekanan


darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan tekanan darah

pada daerah utero plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup

banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin

pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini sering dinamakan dengan

remodeling arteri spiralis.

Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi

invasi selsel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan

matriks sekitarrya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan

keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami

distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami

vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis.

Sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadi hipoksia dan

iskemia plasenta.

b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel

Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan

menghasilkan oksidan yang disebut juga radikal bebas. Iskemia

plasenta tersebut akan menghasilkan oksidan penting, salah satunya

adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap

membran sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil tersebut akan

merusak membrane sel yang mengandung banyak asam lemak tidak

jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak tersebut selain akan

merusak membran sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel

endotel.
Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar diseluruh tubuh

dalam aliran darah dan akan merusak membran sel endotel. Akibat sel

endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel

endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel.

Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi

endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel.

c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin

HLA-G (human leukocyte antigen protein G) merupakan prakondisi

untuk terjadinya invasi trofoblas kedalam jaringan desidua ibu,

disamping untuk menghadapi sel natular killer. HLA-G tersebut akan

mengalami penurunan jika terjadi hipertensi dalam kehamilan. Hal ini

menyebabkan invasi desidua ke trofoblas terhambat. Awal trimester

kedua kehamilan perempuan yang mempunyai kecendrungan terjadi

pre-eklampsia, ternyata mempunyai proporsi helper sel yang lebih

rendah bila dibanding pada normotensif.

d. Teori adaptasi kardiovaskuler

Daya refrakter terhadap bahan konstriktor akanhilangjika terjadi

hipertensi dalam kehamilan, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan

terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh

darah terhadap bahan vasopresor hilang hingga pembuluh dara

menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor.


e. Teori Genetik

Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan

secara familial jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah

terbukti bahwa pada ibu yang mengalami pre-eklampsia, 2,6% anak

perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya

8% anak menantu mengalami preeklampsia.

f. Teori defisiensi gizi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi

berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Misalnya

seorang ibu yang kurang mengkonsumsi minyak ikan, protein dan

lain-lain.

g. Teori stimulus inflamasi

Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di

dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses

inflamasi. Plasenta juga akan melepaskan debris trofoblas dalam

kehamilan normal. Sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik

trofoblas, akibar reaksi steress oksidatif.

Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian

merangsang timbulnya proses inflamasi. Proses apoptosis pada

preeclampsia terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga terjadi

peningkatan produksi debris apoptosis dan dan nekrotik trofoblas.

Makin banyak sel trofoblas plasenta maka reaksi stress oksidatif

makin meningkat sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin


meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam

darah ibu menjadi jauh lebih besar dibanding reaksi inflamasi pada

kehamilan normal(Prawirohardjo, 2013).

Berdasarkan teori di atas, akan mengakibatkan terjadinya

kerusakan membran sel endotel. Kerusakan ini mengakibatkan

terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel

endotel. Keadaan ini disebut dengan disfungsi sel endotel. Apabila

terjadi disfungsi sel endotel, maka akan terjadi beberapa gangguan

dalam tubuh, diantaranya adalah :

1. Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel

endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya

produksi prostasiklin (PGE2) yang merupakan suatu fasodilator

kuat.

2. Perubahan pada sel endotel kapiler glomerulus

3. Peningkatan permeabilitas kapiler

4. Peningkatan produksi bahan- bahan vasopresor, yaitu endotelin.

Kadar vasodilator menurun sedang endotelin (vasokontriktor)

meningkat.

5. Peningkatan faktor koogulasi

6. Agresi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami

kerusakan. Agresi sel-sel trombosit ini untuk menutupi tempat-

tempat di lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Terjadinya

agresi trombosit akan memproduksi tromboksan yang mana


tromboksan tersebut merupakan suatu vasokonstriktor kuat. Ibu

hamil yang mengalami hipertensi akan terjadi perbandingan kadar

tromboksan (vasokonstriktor kuat) lebih tinggi dari pada

prostasiklin (vasodilator kuat), sehingga menyebabkan pembuluh

darah cendrung mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kenaikan

tekanan darah.

5. Manifestasi Klinis

Jhonson (2014), menjelaskan beberapa manifestasi klinis dari hipertensi

dalam kehamilan adalah sebagai berikut :

a. Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk

dapat mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan kelahiran

prematur.

b. Mengalami hipertensi diberbagai level.

c. Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4.

d. Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper

refleksia mungkin akan terjadi.

e. Berpotensi gagal hati.

f. Kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas.

g. Meningkatnya enzim hati.

h. Jumlah trombosit menurun.


6. Komplikasi

Purwaningsih & Fatmawati (2010) dan Mitayani (2011), menyebutkan

beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi dalam

kehamilan pada ibu dan janin.

I. Pada ibu :

a. Eklampsia

b. Pre eklampsia berat

c. Solusio plasenta

d. Kelainan ginjal

e. Perdarahan subkapsula hepar

f. Kelainan pembekuan darah

g. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low

platellet count).

h. Ablasio retina.

II. Pada janin

a. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus

b. Kelahiran premature

c. Asfiksia neonatorum

d. Kematian dalam uterus

e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.


7. Penatalaksanaa

Manuaba dkk (2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang dapat

dilaukan pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :

a. Hipertensi Ringan

Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi nasehat

untuk menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2 jam/hari

dengan posisi miring. Untuk mengurangi darah ke vena kava inferior,

terjadi peningkatan darah vena untuk meningkatkan peredaran darah

menuju jantung dan plasenta sehingga menurunkan iskemia plasenta,

menurunkan tekanan darah, meningkatkan aliran darah menuju ginjal

dan meningkatkan produksi urin.Pasien juga dianjurkan segera berobat

jika terdapat gejala kaki bertambah berat (edema), kepala pusing,

gerakan janin terasa berkurang dan mata makin kabur.

b. Hipertensi Berat

Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan

tirah baring ke satu sisi dalam suasana isolasi. Pemberian obat-obatan

untuk menghindari kejang (anti kejang), antihipertensi, pemberian

diuretik, pemberian infus dekstrosa 5%, dan pemberian antasida.

c. Hipertensi Kronis

Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk

evaluasi menyeluruh, pemeriksaan laboratorium lengkap serta kultur,

pemeriksaan kardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG, fungsi paru).


Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut

juga dijelaskan oleh Purwaningsih dan Fatmawati (2010) dan

Prawirohardjo (2013), beberapa penatalaksanaan hipertensi dalam

kehamilan diantaranya :

a. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan

tirah baring.

b. Hindari kafein, merkok, dan alkohol.

c. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan

mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup protein, rendah

karbohidrat, garam secukupnya, dan rendah lemak.

d. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur,

yaitu minimal 4 kali selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu

hamil dengan hipertensi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan

kehamilan yang lebih sering, terutama selama trimester ketiga,

yaitu harus dilakukan pemeriksaan setiap 2 minggu selama 2 bulan

pertama trimester ketiga, dan kemudian menjadi sekali seminggu

pada bulan terakhir kehamilan.

e. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin

dengan USG.

f. Pembatasan aktivitas fisik.

g. Penggunaan obat-obatan anti hipertensi dalam kehamilan tidak

diharuskan, karena obat anti hipertensi yang biasa digunakan dapat

menurunkan perfusi plasenta dan memiliki efek yang merugikan


bagi janin. Tetapi pada hipertensi berat, obat-obatan diberikan

sebagai tindakan sementara. Terapi anti hipertensi dengan agen

farmakologi memiliki tujuan untuk mengurangi tekanan darah

perifer, mengurangi beban kerja ventrikel kiri, meningkatkan aliran

darah ke uterus dan sisitem ginjal serta mengurangi resiko cedera

serebrovaskular.

8. Pemeriksaan Diagnostik

Manuaba dkk (2013) dan Purwaningsih & Fatmawati(2010) menyebutkan

pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil dengan hipertensi

diantaranyana :

a. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria

b. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan

protein.

c. Fungsi hati meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine

aminotransferase atau meningkatnya aspartate ). Fungsi ginjal: profil

kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit abnormal, karena

gangguan fungsi ginjal.

d. Tes non tekanan dengan profil biofisik.

e. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin

f. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu.
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN HIPERTENSI

I. PENGKAJIAN

A. Anamnese

Pengkajian pada pasien dengan kasus hipertensi dalam kehamilan

meliputi :

1. Identitas umum ibu, seperti:nama, tempat tanggal lahir/umur,

pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, dan alamat rumah

2. Data Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya ibu akan mengalami: sakit kepala di daerah frontal,

terasa sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium, bisa terjadi gangguan

visus, mual dan muntah, tidak nafsu makan, bisa terjadi

gangguan serebral, bisa terjadi edema pada wajah dan

ekstermitas, tengkuk terasa berat, dan terjadi kenaikan berat

badan 1 kg/ minggu.

b. Riwayat kesehatan Dahulu

Biasanya akan ditemukan riwayat: kemungkinan ibu menderita

penyakit hipertensi pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan

ibu mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia pad

kehamilan terdahulu, biasanya mudah terjadi pada ibu dengan

obesitas, ibu mungkin pernah menderita gagal ginjal kronis.


c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan dengan

hipertensi dalam keluarga.

3. Riwayat Perkawinan

Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun

atau di atas 35 tahun.

4. Riwayat Obstetri

Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi pada ibu

hamil primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan

molahidatidosa dan semakin semakin tuanya usia kehamilan

(Prawirohardjo, 2013).

B. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan

mengalami kelemahan.

2. Tekanan darah: Pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan

tekanan darah darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90

mmHg.

3. Nadi : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan

denyut nadi yang meningkat bahkan pada ibu yang mengalami

eklampsia akan ditemukan nadi yang semakin cepat.

4. Nafas : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemuksn

nafas pendek, dan pada ibu yang mengalami eklampsia akan

terdengar bunyi nafas yang berisik dan ngorok.


5. Suhu : Ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam kehamilan

biasanya tidak ada gangguan pada suhunya, tetapi jika ibu hamil

tersebut mengalami eklampsia maka akan terjadi peningkatan

suhu.

6. BB : Biasanya akan terjadi peningkatan berat badan lebih dari 0,5

kg/minggu, dan pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia

akan terjadi peningkatan BB lebih dari 1 kg/minggu atau sebanyak

3 kg dalam 1 bulan.

7. Kepala : Biasanya ibu hamil akan ditemukan kepala yang

berketombe dan kurang bersih dan pada ibu hamil dengan

hipertensi akan mengalami sakit kepala.

8. Wajah : Biasanya pada ibu hamil yang mengalami

preklampsia/eklampsia wajah tampak edema

9. Mata : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan

konjungtivasub anemis, dan bisa juga ditemukan edema pada

palvebra. Pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia atau

eklampsia biasanya akan terjadi gangguan penglihat yaitu

penglihatan kabur.

10. Hidung : Biasanya pada ibu hamil tidak ditemukan gangguan

11. Bibir : Biasanya akan ditemukan mukosa bibir lembab

12. Mulut : Biasanya terjadi pembengkakan vaskuler pada gusi,

menyebabkan kondisi gusi menjadi hiperemik dan lunak, sehingga

gusi bisa mengalami pembengkakan dan perdarahan.


13. Leher : Biasanya akan ditemukan pembesaran pada kelenjer tiroid

14. Thorax :

a. Paru-paru : Biasanya akan terjadi peningkatan respirasi, edema

paru dan napas pendek

b. jantung : Pada ibu hamil biasanya akan terjadi palpitas jantung,

pada ibu yang mengalami hipertensi dalam

kehamilan,khususnya pada ibu yang mengalami preeklampsia

beratakan terjadi dekompensasi jantung.

c. Payudara : Biasanya akan ditemukan payudara membesar,

lebih padat dan lebih keras, puting menonjol dan areola

menghitam dan membesar dari 3 cm menjadi 5 cm sampai 6

cm, permukaan pembuluh darah menjadi lebih terlihat.

d. Abdomen :Pada ibu hamil akan ditemukan umbilicus menonjol

keluar, danmembentuk suatu area berwarna gelap di dimding

abdomen, serta akanditemukan linea alba dan linea nigra. Pada

ibu hamil dengan hipertensibiasanya akan ditemukan nyeri

pada daerah epigastrum, dan akanterjadi anoreksia, mual dan

muntah.

e. Pemeriksaan janin : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa

terjadi bunnyi jantung janin yang tidak teratur dan gerakan

janin yang melemah (Mitayani, 2011).


f. Ekstermitas : Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam

kehamilan bisa ditemukan edema pada kaki dan tangan juga

pada jari-jari.

g. Sistem persarafan : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa

ditemukan hiper refleksia, klonus pada kaki

h. Genotourinaria : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan

didapatkan oliguria dan proteinuria, yaitu pada ibu hamil

dengan preeklampsia (Reeder, 2011;Mitayani, 2011).

C. Data sosial ekonomi

Hipertensi pada ibu hamil biasanya lebih banyak terjadi pada wanita

dengan golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang

mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan juga melakukan

perawatan antenatal yang teratur.

D. Data Psikologis

Biasanya ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan berada

dalam kondisi yang labil dan mudah marah, ibu merasa khawatir akan

keadaan dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya, dia takut

anaknya nanti lahir cacat ataupun meninggal dunia, sehingga ia takut

untuk melahirkan (Prawihardjo, 2013).

II. Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang

suplai oksigen ke jaringan


3. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen

4. Resiko cedera dengan faktor resiko internal (disfungsi integrasi

sensori)

III. Rencana Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hipoventilasi

Kriteria Hasil :

1. Frekunsi pernapasan normal

2. Irama pernafasan normal

3. Tidak ada dyspnea pada saat istirahat

4. Tidak ada suara mendengkur

Batasan Karakteristik :

1. Dispnea
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Penggunaan otot bantu pernapasan
4. Penurunan kapasitas vital
5. Penurunan tekanan ekspirasi
6. Penurunan tekanan inspirasi
7. Penurunan ventilasi semenit
8. Pola napas abnormal
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan partisipan

menunjukkan keefektifan dalam bernafas dan dengan indikator :


NIC :

a. Monitor vital sign

1. Memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan,

2. Memonitor denyut jantung

3. Memonitor suara paru-paru

4. Memonitor warna kulit

5. Meniai CRT

b. Monitor pernapasan

1. Memonitor tingkat, irama, kedalaman, dan kesulitan bernafas

2. Memonitor gerakan dada

3. Monitor bunyi pernafasan

4. Auskultasi bunyi paru

5. Memonitor pola nafas

6. Monitor suara nafas tambahan

c. Pengaturan posisi

Posisikan pasien untuk mengurangi dispnea, misalnya posisi

semifowler.

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang

suplai oksigen ke jaringan.

Kriteria Hasil :

1. Pengisian kapiler jari normal

2. Pengisian kapiler jari kaki normal

3. Kekuatan denyut nadi karotisnormal


4. Edema perifer tidak ada

Batasan Karakteristik :

Edema Nyeri ekstermitas Penurunan nadi perifer Perubahan

karakteristik kulit (misalnya warna,elastisitas, rambut,kelembapan

kuku,sensasi, dan suhu). Perubahan tekanan darah waktu pengisian

kapiler > 3 detik,warna tidak kembali ke tungkai 1 menit setelah

tungkai diturunkan.

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan partisipan

menunjukkan keefektifan perfusi jaringan perifer dengan indikator :

NIC :

a. Terapi Oksigen

1. Monitor kemampuan pasien dalam mentoleransi kebutuhan

oksigen saat makan

2. Monitor perubahan warna kulit pasien

3. Monitor posisi pasien untuk membantu masuknya oksigen

4. Memonitor penggunaan oksigen saat pasien beraktivitas

b. Manajeman sensasi perifer

1. Memonitor perbedaan terhadap rasa tajam,tumpul,panas atau

dingin

2. Monitor adanya mati rasa, rasa geli.

3. Diskusikan tentang adanya kehilangan sensasi atau perubahan

sensasi
4. Minta keluarga untuk memantau perubahan warna kulit setap

hari.

3. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen

Batasan Karakteristik :

a. Dispnea setelah beraktifitas

b. Keletihan

c. Ketidaknyamanan setelah beraktifitas

d. Respon frekwensi jantung abnormal terhadap aktivtas

e. Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas

NOC :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan partisipan

menunjukkan toleransi dalam beraktivitas dengan indikator :

NIC :

a. Terapi aktivitas

1. Bantu klien menngidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

2. Bantu klien untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan

kemampuan fisik,psikologi, dan sosial

3. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang

diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

4. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

5. Bantu pasien atau keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan

dalam beraktivitas
6. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan

pengutan

7. Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual.

Kriteria hasil toleransi terhadap aktivitas

1. Saturasi oksigen dengan beraktivitas normal

2. frekuensi nadi ketika beraktivitas normal frekuensi pernapasan

bila beraktivitas normal

3. Warna kulit normal

4. Tekanan darah ketika beraktifitas normal.

Kriteria hasil tingkat kelelahan :

1. Kelelahan sedang

2. Gangguan konsentrasi menurun tidak ada

3. Tingkat stres sedang

4. Sakit kepala tidak ada

5. Kualitas tidur sedang

6. Kegiatan sehari-hari normal

7. Kualitas istirahat normal

Kriteria Hasil TTV :

1. Tingkat pernapasa nnormal

2. Irama pernapasan normal

3. Tekanan nadinormal

4. Kedalaman inspirasinormal
4. Resiko cedera dengan faktor resiko internal (disfungsi integrasi

sensori)

NOC :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cedera

teratasi dengan indicator

Kriteria Hasil Kejadian Jatuh :

a. Tidak ada jatuh saat sendiri

b. Tidak ada Jatuh saat berjalan

c. Tidak ada jatuh saat kekamar mandi

NIC :

a. Manajeman Lingkungan

1. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien

2. Lindungi pasien dengan pegangan pada sisi/bantalan pada sisi

ruangan yang sesuai

3. Letakkan benda yang sering digunakan dalam jangkauan pasien

4. Anjurkan keluarga atau orang terdekat tinggal dengan pasien

b. Perawatan resiko tinggi kehamilan

1. Kaji kondisi medis aktual yang berhubungan dengan kondisi

kehamilan (misalnya diabetes,hipertensi, dll)

2. Kaji riwayat kehamilan dan kelahiran yang berhubungan

dengan faktor resiko kehamilan (misalnya premature

preeklampsia,dll)
3. Kenali faktor resiko sosio demografi yang berhubungan dengan

kondisi kehamilan (misalnya usia kehamilan

kemiskinan,ketiadaan pemeriksaan kehamilan,dll)

4. Kaji pengetahuan klien dalam mengidentifikasi faktor resiko

Vous aimerez peut-être aussi