Vous êtes sur la page 1sur 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan


infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi
rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun
penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui
kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan
cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal,
ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh
tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa
sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu
epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan
antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa
diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari
setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang
kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara
2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah
terbesar sejak tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31
Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 9 Februari

1
2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus
yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan
5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan
ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar
antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah
Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

1.2 Rumusan Masalah


Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
sebagai batasan dalam pembahasan bab ini.
Beberapa masalah tersebut antara lain:
1. HIV AIDS?
2. Asuhan Keperawatan pada klien dengan HIV AIDS?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini
agar kami dapat memahami Upaya Pencegahan Bahaya Fisik Radiasi, yang meliputi
sebagai berikut:
1. Untuk Memahami HIV AIDS
2. Untuk Memahami Asuhan Keperawatan pada klien HIV AIDS

1.4 Metode dan Sistematika Penulisan


Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini dengan menggunakan
studi literature untuk mempermudah dalam penyusunan makalah ini secara sistematik.
Adapun sistematika dalam pembuatan makalh ini adalah ;
Bab I : Berisi Tentang Pendahuluan
Bab II : Berisi Tentang Pembahasan
Bab III : Berisi Tentang Asuhan Keperawatan pada klien dengan HIV AIDS
Bab IV : Berisi Tentang Kesimpulan dan Saran

2
BAB II
PEMBAHASAN
PADA KLIEN DENGAN HIV AIDS

2.1 Definisi AIDS


Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrom) adalah sekumpulan gejala atau
penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk family retroviridae. AIDS merupakan
tahap akhir dari infeksi HIV. ( Nanda NicNoc 2015)
AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami
penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki
antibodi positif terhadap HIV. (Doenges,1999)
AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir
dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)
AIDS adalah kumpulan dari beberapa gejala penyakit akibat menurunnya system
kekebalan tubuh manusia karena terinfeksi HIV ( Dinkes Nganjuk, 2009)
HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu retrovirus yang secara khusus
menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai
tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang
mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN
(cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti replikasi ADN
inang. Pada saat ADN inang mengalami replikasi, secara langsung ADN virus ikut
mengalami replikasi.

3
2.2 Etiologi
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat
berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus, cacing,
jamur protozoa, dan basil tidak menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang
sistem kekebalannya normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah
terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS amat bervariasi.
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dari
kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopaty Associated Virus
(LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam
rebonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel
pejamu.
Penularan virus ditularkan melalui :
1) Hubungan seksual (anal,oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom)
dengan orang yang telah terinveksi HIV
2) Jarum suntik/tindik/ tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
3) Mendapatkan transfuse darah yang mengandung virus HIV
4) Ibu menderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan
atau melalui air susu ibu (ASI)
5) Jarum suntik/tindik/ tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
6) Mendapatkan transfuse darah yang mengandung virus HIV
7) Ibu menderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan
atau melalui air susu ibu (ASI)

2.3 Manifestasi Klinis


Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan
berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien
yang terinfeksi dengan HIV-1.Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005.
Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada
orang sehat.

4
Berdasarkan gambaran klinik WHO (2006) :
Tanpa gejala : fase klinik 1
Ringan : fase klinik 2
Lanjut : fase klinik 3
Parah : fase klinik 4

Fase klinik HIV


Fase klinik 1
Tanpa gejala, limfadenopati (gangguan kelenjar/ pembulu limfe) menetap dan menyeluruh
Fase klinik 2
Penurunan BB (<10% ) tanpa sebab. Infeksi saluran pernapasan atas (sinusitis, tonsillitis,
otitis media, pharyngitis) berulang. Herpes zoster, infeksi sudut bibir, ulkus mulut berulang,
popular pruritis eruption, seborrhoic dermatitis, infeksi jamur pada kuku.
Fase klinik 3
Penurunan BB (<10% ) tanpa sebab. Diare kronik tanpa sebab sampai >1 bulan. Demam
menetap (intermiten atau tetap >1 bulan). Kandidiasis oral menetap. TB pulmonal (baru),
plak putih pada mulut, infeksi bakteri berat misalnya : pneumonia, empyema (nanah
dirongga tu buh terutama pleura, abses pada otot skelet, infeksi sendi atau tulang),
meningitis, bakteremia, gangguan inflamasi berat pada pelvic, acute necrotizing ulcerative
stomatitis, gingivitis atau periodontitus anemia yang penyebabnya tidak diketahui,
neutropenia dan atau trombositopenia kronik.
Fase klinik 4
Gejala menjadi kurus, (HIV wasting syndrome), pneumocystis pneumonia, pneumonia
bakteri berulang, infeksi herpes simplex kronik (orolabial, genital atau anorektal > 1 bulan)
oesophageal candidiasis, TBC ekstraoulmonal, Cytomegalovirus, Toksoplasma di SSP,
HIV encephalopathy, meningitis, infection progressive multivocal, lymphoma, invasive
cervical carcinoma, leukoencepjalopathy.

5
Fase Lama Fase Antibodi yang Gejala Dapat
Terdeteksi ditularkan

Periode jendela 4 minggu – 6 Ya Tidak ada Ya


Bulan infeksi

Infeksi HIV 1-2 minggu Ya Sakit seperti flu Ya


primer akut

Infeksi 1-1,5 thn /lebih Ya Tidak ada Ya


Asimptomatik

Supresi Imun Sampai 3 tahun Ya Demam, Ya


simptomatik keringat pada
malam hari,
penurunan BB,
diare,
neuropatik,
keletihan, ruam
kulit,
limadenopati,
perlambatan
kognitif, lesi
oral

AIDS 1-5 tahun dari Ya Infeksi Ya


pertama oportunistik
penentuan berat dan tumor,
kondisi AIDS manifestasi
neurologik

6
2.4 Patofisiologi
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut
sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu
berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegalpegal di badan), pembesaran
kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran
menurun. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3
– 6 bulan kemudian, tes serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3
– 6 bulan ini disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan namun
secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.
Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa tanpa gejala.
Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di kelenjar limfe. Masa ini
berlangsung cukup panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah masa ini pasien akan masuk ke fase
full blown AIDS. Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang
bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon
imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon
imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat
tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu
ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan
jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru
akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang

7
didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah,
atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1) Mendeteksi antigen virus dengan PCR (Polimerase Chain Reaction)
2) Tes ELSA memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi
3) Hasil positif dikonfirmasi dengan pemeriksaan western blot
4) Serologis : skrining HIV dengan ELISA, tes wester blot, limfosit T
5) Pemeriksaan darah rutin
6) Pemeriksaan neurologist
7) Tes fungsi paru, bronkoscopi

2.6 Penatalaksanaan
 Medis
1. Pengobatan supporting
a. Pemberian nutrisi yang baik
b. Pemberian multivitamin
2. Pengobatan simptomatik
3. Pencegahan infeksi oportunistik, dapat digunakan antibiotic kotrimoksazol
4. Pemberian ARV (antiretroviral)
ARV dapat diberikan saat pasien sudah siap terhadap kepatuhan berobat seumur
hidup.
Pedoman terapi ARV (Gulick RM) :
a. Jangan gunakan obat tunggal atau 2 obat
b. Selalu gunakan minimal kombinasi 3 ARV yang disebut HAART (Highly
Active Anti Retroviral Therapy)
c. Kombinasi ARV ini pertama pasien naïve (belum pernah pakai ARV
sebelumnya) yang dianjurkan : 2 NRTI ( nucleoside atau nucleotide reverse
transcriptase inhibitor ) + 1 NNRTI (non-nucleoside atau nucleotide reverse
transcriptase inhibitor)

8
 Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :
1) Memberikan dukungan mental-psikologis
2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko tinggi
menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko.
3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa mempertahankan
kondisi tubuh yang baik.
4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang berkaitan dengan
penyakitnya, antara lain bagaimana mengutarakan masalah-masalah pribadi dan
sensitif kepada keluarga dan orang terdekat.

2.7 Komplikasi
1) Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,
nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2) Neurologik Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian,
kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
3) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala,
malaise, demam, paralise, total / parsial.
4) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
5) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
6) Gastrointestinal 1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora
normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi. 2) Hepatitis karena bakteri dan virus,
limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah,
nyeri abdomen, ikterik,demam atritis. 3) Penyakit Anorektal karena abses dan

9
fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek
inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
7) Respirasi Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia,
keletihan,gagal nafas.
8) Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
9) Sensorik 1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan 2)
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri.

2.8 Masalah yang lazim muncul


1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d pneumonia carini (PCVP) peningkatan
sekresi bronkus dan penurunan kemampuan untuk batuk menyertai kelemahan serta
keadaan mudah letih.
2) Ketidak efektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernapasan dan penurunan ekspansi paru.
3) Ketidakefektifan termoregulasi b.d imunitas tubuh.
4) Intoleransi aktivitas b.d keadaan mudah letih, kelemahan, malnutrisi, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
5) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan asupan oral.
6) Gangguan harga diri
7) Resiko infeksi b.d imunodefisiensi
8) Resiko ketidakseimbangan elektrolit
9) Defisiensi pengetahuan b.d cara-cara mencegah penularan HIV dan perawatan
mandir

10
2.9 Discharge Planning
1) Memberikan pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja, dewasa muda,
keluarga dan pasien tentang bahaya penularan dan perawatan pasien.
2) Anjurkan bagi yang telah terinveksi virus ini untuk tidak mendonorkan darahnya
organ atau cairan semen dan mengubah kebiasaan seksual guna mencegah
terjadinya penularan.
3) Gunakan kondom lateks dengan pelumas yang larut air dan mengandung
spermasida nonoxynol -9.
4) Jangn menggunakan jarum suntik, pisau cukur, sikat gigi atau barang-barang yang
terkontaminasi darah, bersamaan dengan orang lain.
5) Jika wanita disarankan tidak hamil, dan apabila sudah hamil konsultasikan dengan
dokter untuk mencegah penularan kejanin pemberian obat ARV (obat anti
retroviral).
6) Anjurkan keluarga ikut serta dalam memberikan dukungan psikososial dan
dukungan agama kepada penderita.
7) Beri asupan nutrisi yang mempunyai nilai gizi yang lebih baik dan tambahan
suplemen untuk menjaga daya tahan tubuh.
8) Tidur yang cukup dan selalu menjaga kebersihan.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN HIV AIDS

1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Ny.D
Umur : 23 tahun
Tanggal Lahir : 07-01-1995
Agama : Islam
Alamat : Kebon Turi, Arjawinangun
Nomor Medrek : 001471
Tanggal Masuk RS : Selasa, 20 Februari 2018
Tanggal Pengkajian : Selasa, 20 Februari 2018
Diagnosa Medis : HIV AIDS
2. Identitas Orang tua / Keluarga
1) Ayah/Ibu
Nama : -
Umur : -
Agama : -
Suku Bangsa : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Alamat : -
2) Suami/Anak/Saudara terdekat
Nama : Tn. N
Status : Suami
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Aborigin

12
Pendidikan : S1-Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Pekerjaan : Guru
Alamat : Jalan Siliwangi, Kota Cirebon
2. Keluahan Utama
Klien mengeluh Sesak Nafas
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien Merasa Sesak Nafas, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan Demam
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di alaminya saat ini.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan bahwa tidak memiliki silsilah penyakit keturunan.
6. Riwayat Kesehatan Sosial
perubahan interaksi keluarga/ orang terdekat aktivitas yang tak terorganisasi.
7. Riwayat Kesehatan Spiritual
Klien mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya saat ini sebagai bentuk cobaan dari
Allah SWT.
8. Riwayat Kesehatan Transkultural
Klien tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik, dan sebagian keluarga lebih memilih
menggunakan pengobatan alternatif.
9. Pemeriksaan Umum
Berat Badan Sebelum : 56 kg
Berat Badan Sesudah : 45 kg
Tinggi Badan : 156 cm (1,56 m)
BMI : 18,5 (Underweight)
Tingkat Kesadaran : Compos Metis
Eyes : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Pulse Rate : 120 kali/menit
Respiration Rate : 30 kali/menit
Suhu : 39˚C

13
SPO² : 95%
GDS : 84 mg/dL
Cholesterol total : 263 mg/dL
10. Pendekatan Pengkajian Fisik
a. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : - Kulit kasar, pucat terdapat adanya lesi
atau dan terdapat bintik-bintik kemerahan
- Bentuk kuku normal namun
pertumbuhannya buruk dan terlihat
sianosis
- IC tidak tampak
Palpasi : - IC tidak kuat angkat
- Turgor kulit tidak elastic
- Terdapat nyeri tekan pada bagian sinistra
dada
- CRT > 3 detik
Perkusi : - Resonan (batas jantung tidak melebar)
Auskultasi : - Suara jantung normal S1 dan S2
b. Sistem Respirasi
Inspeksi : - Bentuk hidung normal, tidak ada lesi
- Lubang hidung tampak kotor
- Gerakan pernapasan tidak simetris
Palpasi : - Nyeri apabila ditekan
- Ekspansi dada tidak simetris.
Perkusi : - Napas pendek yang progresif. Batuk
(mulai dari sedang sampai parah),
produktif/non-produktif sputum.
Bendungan atau sesak pada dada
Auskultasi : - Takipneu, disters pernapasan. Perubahan
bunyi napas/bunyi napas adventius.

14
c. Sistem Neurologi dan Sistem Indra
Kepala dan Leher : - Bentuk kepala normal, rambut berwarna
hitam tampak beruban, kulit kepala bersih,
tidak menunjukan adanya lesi.
- Bentuk leher normal, tidak ada lesi atau
pembengkakan limfa.
- Reflek menelan normal.
Raut Wajah : - Wajah tampak pucat, lesu, lemas dan
cemas
Mata : - Bentuk mata normal
- Konjungtiva anemis
- Sclera mata ikteri
- Pergerakan bola mata isikor
Mulut : - Bentuk bibir agak bengkak dan tampak
sianosis.
- Gigi tidak bersih
- Terdapat sputum dalam rongga mulut
- Indra pengecapan normal
Telinga : - Bentuk telinga normal
- Antara sisi telinga dextra dan sinistra
simetris
- Telinga tampak bersih, terlihat adanya
serumen
- Tidak ada nyeri tekan (kelenjar parotid)
- Reflek saraf Tochlear normal (S.III)
Neurosensori : - Perubahan status mental, dngan rentang
antara kacau mental sampai demensia,
lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran
menurun, apatis, retardasi
psikomotor/respon lambat. Ide paranoid,

15
ansietas yang berkembang bebas, harapan
yang tidak realistis. Timbul reflek tidak
normal, menurunnya kekuatan otot, dan
gaya berjalan ataksia. remor pada motorik
kasar/halus, menurunnya motorik fokalis.
Hemoragi retina dan eksudat.
d. Sistem Gastrointestinal
Inspeksi : - Bentuk abdomen normal tidak ada lesi,
namun tampak asites
Perkusi : - Tymphani disebabkan karena adanya
distensi abdomen
Auskultasi - Peristaltic usus 12 kali/menit
Palpasi : - Nyeri tekan abdominal
e. Sistem Genito-Urinary
- Bagian genital kotor, bentuk normal, tidak ada lesi.
- Perfusi ginjal menurun ditandai dengan aliran darah ke ginjal menurun >> GFR
menurun >> output urine merunun, feses enCer atau tanpa disertai mucus atau
darah. nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan dalam
jumlah, warna, sdan karakteristik urine.
f. Sistem Muskuloskeletal
- Bentuk dan struktur tulang, sendi dan otot mengalami penurunan, refleks sendi
menurun
- Sulit tidur disebabkan karena Sesak nafas
- Tampak lemah dengan rentang gerak (ROM) 3.

11. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik


a. Pemeriksaan Darah Rutin
Hematokrit : 32.3 %
Leukosit : 12000 mm³

16
Hemaglobin : 10.5 mgdL
Trombosit : 122000 mm³
b. Kolesistografi Oral
c. Ultrasonography
d. Bilirubin total : 0,6 mg/dL
e. Serum amilase : 120 unit/100 ml

2. Analisa Data
NO Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
1. Ds : klien mengeluh Sesak nafas HIV AIDS Ketidakefektifan pola
Do : nafas b.d jalan nafas
- Tampak lemas Respon Imun terganggu akibat spasme
- Respirasi : 30x/menit otot-otot pernafasan dan
- Tekanan Darah 110/70 Penurunan Sistem penurunan ekspansi paru
mmHg kekebalan tubuh
- Suhu 39˚C
- Nadi 120x/menit Menginfeksi paru-
- SPO² 95% paru
- Terpasang O² Nasal Canul
delivery 2-3 L
Inhalasi dan ekhalasi
terganggu

Gangguan Jalan nafas

Supai O2 Menurun

17
Ketidakefektifan
pola Nafas
2. Ds : klien mengatakan : HIV AIDS Ketidakefektifan
- lemas termoregulasi b.d
- demam Respon Imun penurunan imunitas
- dehidrasi tubuh

Do : Penurunan Sistem
- Tampak lemas kekebalan tubuh
- Respirasi : 30x/menit
- Tekanan Darah 110/70 Rentan Infeksi
mmHg
- Suhu 39˚C Peningkatan Suhu
- Nadi 120x/menit tubuh oleh
- SPO² 95% hipotalamus anterior
Terpasang O² Nasal Canul
delivery 2-3 L Demam

Ketidakefektifan
termoregulasi
3. Ds : klien mengatakan : HIV AIDS Intoleransi aktivitas b.d
- Lemas keadaan mudah letih,
- Mudah Letih Respon Imun kelemahan, malnutrisi,
- Tidak Bisa beraktivitas gangguan keseimbangan
seperti biasanya cairan elektrolit
Do : Penurunan Sistem
- Tampak lemas kekebalan tubuh
- Respirasi : 30x/menit
- Tekanan Darah 110/70 Menginfeksi paru-

18
mmHg paru
- Suhu 39˚C Gangguan Jalan nafas
- Nadi 120x/menit
- SPO² 95%
- Terpasang O² Nasal Canul Supai O2 Menurun
delivery 2-3 L

Metabolisme sel
menurun

ATP Menurun
kelemahan

Intoleransi Aktivitas
4. Ds : klien mengatakan : HIV AIDS Resiko Infeksi b.d
- Kulitnya terdapat bintik Imunodefisiensi
bintik merah Respon Imun
Do :
- Tampak lemas Penurunan Sistem
- Respirasi : 30x/menit kekebalan
- Tekanan Darah 110/70
mmHg
Sel rentan
- Suhu 39˚C
- Nadi 120x/menit
Rentan Infeksi
- SPO² 95%
- Terpasang O² Nasal Canul
Aktifkan Flora
delivery 2-3 L normal

Resiko Infeksi
(Oportunistik)

19
3. Diagnosa Keperawatan
NO DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI/TANGGAL PARAF
FOKUS
1 DX 1 Ketidakefektifan pola nafas b.d Selasa, 29 Mei
jalan nafas terganggu akibat 2018
spasme otot-otot pernafasan dan
penurunan ekspansi paru
2 DX 2 Ketidakefektifan termoregulasi Selasa, 29 Mei
b.d penurunan imunitas tubuh 2018

3 DX 3 Intoleransi aktivitas b.d keadaan Selasa, 29 Mei


mudah letih, kelemahan, 2018
malnutrisi, gangguan
keseimbangan cairan elektrolit
4 DX 4 Resiko Infeksi b.d Imunodefisiensi Selasa, 29 Mei
2018

4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Ketidakefektifan pola NOC : NIC :
nafas b.d jalan nafas  Respirasy status : Airway Management
terganggu akibat ventilation - Posisikan pasien - Agar pasien
spasme otot-otot  Resprasy stastus : untuk mendapatkan
pernafasan dan Airway patency memaksimalkan ventilasi yang
penurunan ekspansi  Vital sign status ventilasi nyaman
paru. - Identifikasi pasien - Membantu pasien
Definisi : Kriteria Hasil : perlunya pemasangan agar dapat

20
Inspirasi dan atau  Mendemonstrasikan alat jalan nafas buatan bernafas dengan
ekspirasi yang tidak batuk efektif dan - Auskultasi suara normal
memberikan ventilasi suara nafas yang nafas. - Untuk
Batasan karakteristik bersih, tidak ada mengidentifikasi
: sianosis dan adanya suara
- Perubahan dysnpneu (mampu tambahan
kedalaman mengeluarkan
Oxygen Therapy
pernafasan sputum, mampu
- Perubahan ekskursi bernafas dengan - Pertahankan jalan - Agar RR klien
dada mudah, tidak ada nafas yang paten dalam rentang
- Mengambil posisi pursed lips). - Monitor alat oksigen normal
tiga titik  Menunjukan jalan - Perhankan posisi - Untuk
- Bradipneu nafas yang paten pasien mengetahui alat
- Penurunan tekanan (klien tidak merasa - Observasi adanya oksigen berkerja
ekspirasi tercekik, irama tanda-tanda dalam keadaan
- Penurunan ventilasi nafas, frekuensi hipoventilasi lancar
semenit pernafasan dalam - Monitor adanya - Untuk
- Penurunan rentang normal, kecemasan pasien meminimalisir
Kapasitas Vital tidak ada suara terhadap oksigenasi terjadinya sesak
- Dipneu nafas abnormal). nafas
- Peningkatan  Tanda-tanda vital - Agar tidak terjadi
diameter anterior alam rentang Hipoventilasi
posterior normal tekanan - Untuk
- Pernapasan cuping darah, nadi, mengetahui
hidung pernafasan tingkat
- Ortopneu kenyamanan klien
- Fase ekspirasi
memenjang
- Pernapasan bibir Vital Sign Monitoring - Untuk
- Monitor TD, Nadi,

21
- Takipneu suhu, dan RR mengetahui TTV
- Penggunaan otot - Monitor frekuensi dan dalam keadaan
aksesorius untuk irama pernapasan nornmal
bernapas - Identifikasi penyebab - Untuk
dari perubahan vital mengetahui
Faktor yang sign frekuensi dan
berhubungan : irama pernafasan
- Posisi tubuh dalam rentang
- Ansietas normal
- Deformitas tulang - Untuk
- Deformitas dinding mengetahui
dada penyebab
- Keletihan terjadinya
- Hiperventilasi perubahan TTV
- Sindrom
Hipoventilasi
- Gangguan
Muskuloskeleta
- Kerusakan
neurologis
- Imaturitas
Neurologis
- Disfungsi
Neuromuskular
- Obesitas
- Nyeri
- Keletihan Otot
pernapasan cedera
medula spinalis

22
2. Ketidakefektifan NOC : NIC :
termoregulasi b.d  Hidration Temperature Regulation
- Untuk mengetahui
penurunan imunitas  Adherence behavior - Rencanakan Monitoring
suhu dalam
tubuh  Immune Status Suhu secara continue
rentang normal
 Risk Control - Monitor TD, Nadi dan
- Untuk mengetahui
Definisi :  Risk detection RR
TTV
Fruktuasi tubuh - Selimuti pasien untuk
- Agar kondisi tubuh
diantara hipotermi dan Kriteria Hasil : mencegah hilangnya
klien tidak
hipertermia  Keseimbangan kehangatan tubuh
kedinginan
antara produksi - Diskusikan tentang
- Agar klien
Batasan panas, panas yang pentingnya pengaturan
mengetahui efek
karakteristik: diterima dan suhu
negatif dari
- Dasar kuku kehilangan panas - Tingkatkan intake
kedinginan
sianostik suhu  Seimbang antara cairan dan nutrisi
- Untuk mencegah
tubuh diatas dan produksi panas , - Ajarkan indikasi dari
terjadinya
dibawah kisaran panas yang hipotermi dan
hipotermi
normal diterima, dan penanganan yang
- Kulit kemerahan kehilangan panas diperlukan
- Hipertensi selama 28 hari
- Peningkatan subu pertama kehidupan
tubuh diatas  Keseimbangan
kisaran normal asam basa bayi baru
- Peningktan lahir
frekuensi  Temperature stabil
pernafasan 36,5-370C
- Sedikit mengigil,  Tidak ada kejang
kejang  Tidak ada
- Pucat sedang perubahan warna
- Piloereksi kulit

23
- Penurunan suhu  Glukosa darah
tubuh dibawah stabil
kisaran normal  Pengendalian
- Kulit dingin, kulit Resiko Hipertermia
hanngat  Pengendalian
- Pengisia tulang Resiko Hipotermia
kapiler yang  Pengendalian
lambat, Takikardi Resiko proses
menular
Faktor yang  Pengendalian resiko
berhubungan : paparan sinar
- Usia yang eksktrem Matahari
- Fluktuasi suhu
Lingkungan
- Penyakit
- Trauma
3 Intoleransi aktivitas b.d NOC NIC
keadaan mudah letih,  Energy Activity Therapy
- Agar klien dapat
kelemahan, malnutrisi, Conservation - Bantu klien untuk
melakukan
gangguan  Activity Tolerance melakukan aktivitas
aktivitas seperti
keseimbangan cairan  Self care: ADLs yang dilakukan
biasanya
elektrolit - Bantu untuk memilih
- Untuk melatih
Kriteria hasil ; aktivitas konsisten yang
aktivitas klien
Definisi :  Berpartisipasi sesuai dengan
- Agar klien dapat
Ktidakcukupan energi dalam aktivitas kemampuan fisik,
melakukan
psikologis atau fisik tanpa disertai psikologi dan sosial
aktifitas yang
fisiologis untuk peningkatan - Bantu mengidentifikasi
diinginkan
melanjutkan atau tekanan darah, dan mendapatkan
- Untuk membantu
meneyelesaikan nadi dan RR sumber yang diperlukan
klien dalam

24
aktifitas kehidupan  Mampu untuk aktivitas yang melakukan
sehari-hari yang harus melakukan diinginkan aktivitas
atau yang ingin aktivitas sehari- - Bantu untuk menda- - Agar klien
dilakukan. hari (ADLs) patkan sumberalat semangat untuk
secara mandiri bantuan aktivitas seperti melakukan
Batasan Karakteristik  Tanda-tanda vital kursi roda aktivitas
: normal - Bantu untuk mengi- - Untuk mengetahui
- Respon tekanan  Energy dentifikasi aktivitas response fisik klien
darah abnormal Psikomotor yang disukai
terhadap aktivitas  Level Kelemahan - Bantu pasien untuk
- Respon frekuensi  Mampu berpindah mengembangkan
jantung abnormal : dengan atau motivasi diri dan
terhadap aktivitas tanpa bantuan alat penguatan
- Perubahan EKG  Status - Monitor Respon fisik,
yang kardiopulmonalri Emosi, Social dan
mencerminkan adekuat spiritual
aritmia  Sirkulasi status
- Perubahan EKG baik
yang  Status Resprasi:
mencerminkan pertukaran gas dan
iskemia ventilasi adekuat
- Ketidaknyamanan
setelah berktivitas
- Menyatakan
merasa letih
- Menyatakan
merasa lemah

Faktor yang
Berhubungan :

25
- Tirah baring atau
mobilisasi
- Kelemahan umum
- Ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
- Imoblitias
- Gaya hidup
monoton

4 Resiko Infeksi b.d NOC NIC


Imunodefisiensi  Immune Status Infection Control
- Mencegah
 Knowledge : - Bersihkan lingkungan
terjadinya infeksi
Definisi : Infection control setelah dipakai pasien
nosokomial
Mengalami  Risk Control lain
- Untuk Mencegah
peningkatan Resiko - Pertahankan teknik
Kriteria Hasil : terjadinya
terserang organisme isolasi
 Klien bebas dari penularan
patogenik - Batasi pengunjung bila
tanda dan gejala - Mencegah
perlu
infeksi terjadinya infeksi
Faktor-faktor Resiko - Gunakan sabun
 Mendeskripsikan - Untuk
: antimikroba untuk cuci
proses penularan meminimalkan
 Penyakit Kronis tangan
penyakit, faktor resiko infeksi
- Diabetes Melitus - Cuci tangan setiap
yanng - Untuk mengetahui
- Obesitas sebelum dan sesudah
mempengaruhi gejala infeksi
 Pengetahuan yang tindakan keperawatan
penularan serta sistemik dan lokal
tidak cukup untuk - Pertahankan lingkungan
penatalaksanaannya - Agar klien tidak
menghindari aseptik selama
 Menunjukan terjadi resiko

26
pemajanan paogen kemampuan untuk pemasangan alat infeski
pertahanan tubuh mencegah - Monitor tanda dan - Untuk mengetahui
primer yang tidak timbulnya infeksi gejala infeksi sistemik tanda dan gejala
adekuat  Jumlah leukosit dan lokal infeksi
 Pertahanan tubuh dalam batas normal - Dorong nutrisi yang
primer yang tidak  Menunjukan cukup
adekuat perilaku hidup sehat - Ajarkan pasien dan
- Gangguan keluarga tanda dan
peristaltis gejala infeksi
- Kerusakan
intregitas kulit
(pemasangan
kateter intravena,
prosedure invasif)
- Perubahan sekresi
PH
- Penurunan kerja
siliaris
- Pecah ketuban
dini
- Pecah ketuban
Lama
- Merokok
- Stasis cairan
tubuh
- Trauma jaringan
(Mis., trauma
destruksi
jaringan)

27
 Ketidakadekuata
pertahanan sekunder
- Penurunan
hemoglobin
- Imunosupresi
(mis., imunitas
didapat tidak
adekuat, agen
farmaseutikal
termasuk
imunosupresan,
steroid, antibodi,
antibodi
monoklonal,
imunomudulator)
- Supresi respon
inflamasi
 Vaksinasi tidak
adekuat
 Pemajanan terhadap
patogen lingkungan
mengingkat
- Wabah
 Prosedu Invasif
 Malnutrisi

5. Impelentasi
No Hari/Tanggal Jam Tindakan Diagnosa Nama &
Keperawatan Tanda Tangan

28
Perawat
1. Rabu, 30 mei 11.00 - Memposisikan pasien Ketidakefektifan
2018 untuk memaksimalkan pola nafas b.d jalan
ventilasi nafas terganggu
- Mengidentifikasi pasien akibat spasme otot-
perlunya pemasangan otot pernafasan dan
alat jalan nafas buatan penurunan ekspansi
- Mengauskultasi suara paru
nafas, catat adanya suara
tambahan
- Mempertahankan jalan
nafas yang paten
- Memonitor alat oksigen
- Mempertahankan posisi
pasien
- Mengobservasi adanya
tanda-tanda hipoventilasi
- Memonitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
- Memonitor TD, Nadi,
suhu, dan RR
- Memonitor frekuensi dan
irama pernapasan
- Mengdentifikasi
penyebab dari perubahan
vital sign
2. Rabu, 30 mei 11.00 - Merencanakan Monitoring Ketidakefektifan
2018 Suhu secara continue termoregulasi b.d

29
- Memonitor TD, Nadi dan penurunan imunitas
RR tubuh
- Menyelimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
- Mendiskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negative dari
kedinginan
- Meningkatkan intake
cairan dan nutrisi
- Mengajarkan indikasi dari
hipotermi dan penananan
yang diperlukan
3. Rabu, 30 mei 13.00 - Membantu klien untuk Ketidakefektifan
2018 melakukan aktivitas yang termoregulasi b.d
dilakukan penurunan imunitas
- Membantu untuk memilih tubuh
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial
- Membantu
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untu aktivitas
yang
diinginkan
- Membantu untuk menda-

30
patkan sumberalat bantuan
aktivitas seperti kursi roda
- Membantu untuk mengi-
dentifikasi aktivitas yang
disukai
- Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
- Memonitor Respon fisik,
Emosi, Social dan spiritual
4. Rabu, 30 mei 13.00 - Membersihkan lingkungan Resiko Infeksi b.d
2018 setelah dipakai pasien lain Imunodefisiensi
- Mempertahankan teknik
isolasi
- Membatasi pengunjung
bila perlu
- Mengguunakan sabun
antimikroba untuk cuci
tangan
- Mencuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
- Mempertahankan
lingkungan aseptik selama
pemasangan alat
- Memonitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal
- Mendorong nutrisi yang

31
cukup
- Mengajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi

6. Evaluasi Keperawatan

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Nama dan Ket


perawat
1 Kamis, 31 Mei Ketidakefektifan pola nafas S : klien mengatakan Sesak nafas
2018 b.d jalan nafas terganggu O :
akibat spasme otot-otot - Tampak lemas
pernafasan dan penurunan - RR 30x/menit
ekspansi paru - Tekanan Darah 110/70
mmHg
A : klien mengatakan Sesak
nafas Lanjutkan Intervensi
P : Tetap memonitor status klien
2 Kamis, 31 Mei Ketidakefektifan S : klien mengatakan :
2018 termoregulasi b.d penurunan - lemas
imunitas tubuh - demam
- dehidrasi
O:-
- Lemas
- Demam
- Suhu 390C
- Respirasi : 30x/menit
- Tekanan Darah 110/70
mmHg
- A : Masalah belum teratasi

32
- P : Tetap memonitor suhu klien
sesering mungkin
3 Kamis, 31 Mei Intoleransi aktivitas b.d S : klien mengatakan :
2018 keadaan mudah letih, - Lemas
kelemahan, malnutrisi, - Mudah Letih
gangguan keseimbangan - Tidak Bisa beraktivitas
cairan elektrolit seperti biasanya
O:
- Lemas
- Klien tampak letih
setelah melakukan
aktivitas
- Respirasi : 30x/menit
- Tekanan Darah 110/70
mmHg
A : Klien belum bisa beraktivitas
seperti biasanya masalah belum
teratasi
P : tetap monitor perkembangan
status Intoleransi aktivitas klien
4 Kamis, 31 Mei Resiko Infeksi b.d S : klien mengatakan :
2018 Imunodefisiensi - Lemas
- Kulitnya masih terdapat
bintik-bintik merah
O:
- Lemas
- Klien tampak cemas
- Respirasi : 30x/menit
- Tekanan Darah 110/70

33
mmHg
A : Masalah belum teratasi
P : tetap monitor adanya tanda
dan gelaja Infeksi pada klien

BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut
sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu

34
berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran
kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran
menurun. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu setelah itu virus
akan menjadi penyakit AIDS. Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral
yang disebut HIV dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut
Lympadenopaty Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (retrovirus).
Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA)
setelah masuk kedalam sel pejamu. Penularan virus ditularkan melalui : 1) Hubungan
seksual (anal,oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah
terinveksi HIV. 2) Jarum suntik/tindik/ tato yang tidak steril dan dipakai bergantian. 3)
Mendapatkan transfuse darah yang mengandung virus HIV. 4) Ibu menderita HIV positif
kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI).
5) Jarum suntik/tindik/ tato yang tidak steril dan dipakai bergantian. 6) Mendapatkan
transfuse darah yang mengandung virus HIV. 7) Ibu menderita HIV positif kepada bayinya
ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI).

4.2 Saran
Berdasarkan hasil penyusunan makalah ini, maka dapat dibuat saran sebagai berikut :
Penulis berharap akademik dapat menyediakan sumber buku dengan tahun dan penerbit
terbaru sebagai bahan informasi yang penting dalam pembuatan makalah ini dan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan terutama dengan pembuatan asuhan keperawatan dalam
praktek maupun teori bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan mutu pelayanan,
lebih ramah lagi terhadap pasien dan dapat memberikan asuhan keperawatan dengan
sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA

1) Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.

35
2) Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG.
3) Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis
Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC.
4) Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I
Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta: ECG

36

Vous aimerez peut-être aussi