Vous êtes sur la page 1sur 8

EMISI METANA ENTERIK

LIMBAH KELAPA SAWIT DENGAN RUMEN FLUID


GAS IN VITRO

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Ahmad Dahlan

Inas Salimah
1400017055

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor Peternakan memberikan kontribusi cukup besar terhadap emisi

gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Metana memberikan kontribusi emisi gas

rumah kaca sekitar 18% dari total gas rumah kaca di atmosfer setelah

dieqivalenkan dengan nilai GWP (Global Warming Potency) CO2 per 100

tahun (Kreuzer dan Soliva 2008). Pembentukan gas metan di dalam rumen

berpengaruh terhadap pembentukan produk akhir fermentasi di dalam rumen,

terutama jumlah mol ATP. Pada gilirannya, mempengaruhi efisiensi produksi

mikrobial rumen (Thalib 2008). Diantara gas rumah kaca utama (CO2, CH4 dan

N2O) metana merupakan gas rumah kaca yang diemisi oleh hewan ruminansia.

Metana terbentuk sebagai hasil degradasi makromolekul organik bahan pakan

melalui proses pencernaan rumen secara anaerobik. Estimasi emisi gas CH4

secara global oleh hewan ruminansia sekitar 80 juta ton pertahun, sementara

total emisi gas CH4 global sekitar 500 juta ton pertahun (Leng, 1991; Cicerone

dan Oremland dalam Neue, 1993).

Emisi gas metana pada hewan ruminansia berasal dari dua sumber yaitu

dari hasil fermentasi saluran pencernaan (enteric fermentation) dan kotoran

(manure). Kontributor emisi gas metana tertinggi di sektor peternakan berasal

dari sapi potong yaitu 546 Gg/tahun yaitu sekitar 59% dari total emisi hewan

65% dari emisi ternak ruminansia (Ditjennak, 2007; IPCC, 2006). Gas

karbondioksida dan hidrogen merupakan bahan dasar untuk sintesis gas


metana. Proses metabolisme pembentukan metana dalam sistem pencernaan

rumen (metanogenesis) dilaporkan dapat menyebabkan kehilangan energi

hingga 15% dari total energi kimia yang tercerna (Boccazzi dan Patterson,

1995).

Produksi metana sangat tergantung pada tingkat efisiensi pakan yang

dikonsumsi, maka peningkatan populasi sapi potong yang disertai optimasi

pemanfaatan bahan pakan berbasis serat tinggi diprediksi akan meningkatkan

produksi gas metana. Untuk mengantisipasi hal itu terjadi, diperlukan upaya

pendekatan integrasi antara tanaman dengan ternak untuk meningkatkan

pemanfaatan limbah atau yang dikenal dengan istilah Low External Input

Sustainable Agriculture (LEISA) dan zero waste. Suharto (2000) menyatakan

bahwa dengan penerapan model LEISA akan diperoleh beberapa keuntungan

antara lain: optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal; maksimalisasi daur

ulang (zero waste); minimalisasi kerusakan lingkungan; diversifikasi usaha;

pencapaian tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang.

Optimasi penggunaan pakan berupa limbah kelapa sawit sebagai pakan basal

ini diharapkan selain dapat menurunkan biaya ransum juga mampu

meningkatkan produktivitas ternak.

Produksi hasil samping perkebunan dan industri kelapa sawit yang

cukup besar ini sangat berpotensi digunakan sebagai bahan pakan ternak

ruminansia. Namun, penggunaan limbah kelapa sawit sebagai pakan dibatasi

oleh rendahnya tingkat kecernaan dan kualitas nutrisi pakannya, yang dicirikan

dengan tingginya serat kasar. Tingginya serat kasar pada pakan ternak dapat
menyebabkan terjadinya penurunan kecernaan, efisiensi penggunaan pakan

dan produktivitas ternak serta meningkatkan emisi gas metana enterik pada

ternak. Oleh karena itu, guna menurunkan serat kasar pada limbah kelapa sawit

maka dalam. penelitian ini dilakukan upaya penambahan feed additive berupa

indigofera sp. dan ekstrak singkong. Pemanfaatan ekstrak singkong merupakan

salah satu alternatif solusi untuk peningkatan jumlah karbohidrat terlarut dalam

ransum karena singkong dan prosuk sampingnya merupakan salah satu sumber

karbohidrat yang mudah dicerna, sehingga diharapkan mampu meningkatkan

nilai cerna pada pakan.

Indigofera sp. merupakan jenis legum dengan produktivitas tinggi yaitu

mencapai 30 ton bahan kering per ha per tahun. Kualitas gizinyapun cukup baik

yaitu protein 2124% dan kandungan serat yang relatif rendah serta tingkat

kecernaan yang tinggi mencapai 77%. Tingginya protein dan rendahnya serat

akan merubah komposisi asam lemak rantai pendek (CSFA) dari produksi

asetat yang tinggi menjadi lebih banyak memproduksi propionat, sehingga

akan menekan produksi metan. Beberapa sumber menyebutkan upaya mitigasi

enteric fermentation (inhibisi metanogenesis) dapat dilakukan melalui

pendekatan dengan cara meningkatkan kualitas hijauan (rumput) atau sebagian

hijauan disubstitusi dengan leguminosa. Keunggulan lain tanaman ini adalah

kandungan tanninnya sangat rendah berkisar antara 0,6 – 1,4 ppm jauh dibawah

taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi (Ginting, 2012). Rendahnya

kandungan tannin ini berdampak positif terhadap palatabilitasnya (disukai

ternak), sehingga memicu peningkatan konsumsi pakan. Berdasarkan


pemaparan diatas, hal ini menarik untuk diteliti mengenai pengaruh pemberian

pakan limbah kelapa sawit dengan penambahan feed additive berupa ekstrak

singkong dan indigofera sp. terhadap emisi metana enterik yang ditimbulkan

dari fermentasi yang terjadi di rumen dengan rumen fluid (RF) in vitro di

Laboratorium Nutrisi Pakan, Laptiab, Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi (BPPT), Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Oleh

karena itu peneliti mengangkat judul penelitian yaitu Emisi Gas Metana Eterik

pada Limbah Kelapa Sawit dengan Rumen Fluid in vitro.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi

masalah diantaranya adalah sebagai berikut yaitu pada konsentrasi limbah

kelapa sawit dengan penambahan feed additive ekstrak singkong dan

indigofera sp. level mana yang mampu meningkatkan nilai cerna pakan dan

menurunkan persentase emisi gas metana enterik yang dihasilkan oleh ternak

ruminansia, khususnya sapi potong.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan terpusat maka penelitian ini dibatasi

pada hal-hal sebagai berikut yaitu obyek penelitian berupa emisi gas metana

enterik sedangkan subjek dari penelitian ini adalah limbah kelapa sawit dengan

penambahan feed additive berupa ekstrak singkong dan indigofera sp.

Parameter dalam penelitian ini adalah persentase emisi gas metana enterik.
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah penambahan feed additive berupa ekstrak singkong dan

indigofera sp. pada limbah kelapa sawit mampu meningkatkan nilai

cerna pakan?

2. Apakah penambahan feed additive berupa ekstrak singkong dan

indigofera sp. pada limbah kelapa sawit mampu menurunkan

persentase emisi metana enterik efek gas rumah kaca (GRK) di

atmosfer?

E. Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh penambahan feed additive berupa ekstrak

singkong dan indigofera sp. pada limbah kelapa sawit terhadap nilai

cerna pakan.

2. Mengetahui pengaruh penambahan feed additive berupa ekstrak

singkong dan indigofera sp. pada limbah kelapa sawit terhadap

persentase emisi gas metana enterik efek gas rumah kaca (GRK).

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, manfaat pengembangan dalam

penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang

pemanfaatan hasil samping pertanian dan perkebunan khususnya


limbah kelapa sawit untuk pakan basal sapi potong dengan

persentase emisi gas metana yang rendah.

2. Menambah pengetahuan bagi peneliti dan masyarakat tentang

efektivitas penambahan feed additive berupa ekstrak singkong dan

indigofera sp. pada pakan ternak berbahan dasar limbah kelapa sawit

untuk upaya peningkatan nilai cerna pakan.

Vous aimerez peut-être aussi