Vous êtes sur la page 1sur 10

AKHLAK ISLAM

ABSTRAK

Kata Akhlak bersasal dari bahasa arab, yaitu merupakan jamak dari khuluq.
Khuluq adalah ibarat dari kelakuan manusia yang membedakan baik dan buruk,
lalu disenangi dan dipilih yang baik untuk dipraktekkan dalam perbuatan, sedang
yang buruk di benci dan dihilangkan.
Dalam Ilmu akhlak, objek ilmu akhlak yang dipelajari adalah perilaku manusia,
dan penetapan nilai perilaku sebagai baik atau buruk. Dasar atau alat pengukur
yang menyatakan baik-buruknya sifat perilaku seseorang itu adalah Al-Qur’an
dan As-Sunah Nabi SAW. Apa yang baik menurut Al-Qur’an dan As-Sunah,
itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebaliknya, apa yang buruk menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, itulah yang tidak
baik dan harus dijauhi.
Eksistensi akhlak yang baik sangat berpengaruh bagi kelangsungan umat
muslim. Mempelajari Ilmu akhlak bertujuan sebagai pedoman atau pun penerang
bagi kaum manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk.
Akhlak tidak bisa menjadikan manusia baik atau buruk. Kedudukan akhlak
adalah sebagai dokter untuk pasien. Pasien bisa saja tidak mendengarkan
informasi yang diberikan dokter tentang kesehatannya. Hal ini mengibaratkan
bahwa hidup tanpa petunjuk akhlak yang baik maka akan mengalami keugian
yang mendalam. Jika petunjuk atau petuah dari dokter diikuti dengan baik maka
hal ini akan mendorong kita supaya membentuk hidup yang menghasilkan
kebaikan dan kesempurnaan.
Perbuatan baik membutuhkan pembiasaan setiap hari. Berusaha melakukan
perbuatan yang baik dan berusaha menjauhi perbuatan yang buruk. Perbuatan
yang baik akan banyak halangannya. Berbekal akhak yang mulia, seorang
mukmin akan semakin teruji dan menjadi insan yang terpuji.

Akhlak (brc-cibaduyut.com)

A. PENDAHULUAN
Akhlak merupakan tiang yang menopang hubungan yang baik antara hamba
dengan Allah SWT (habluminallah) dan antar sesama umat (habluminannas).
Akhlak yang baik akan hadir pada diri manusia dengan proses yang panjang,
yaitu melaui pendidikan akhlak. Banyak kalangan di dunia ini menawarkan
pendidikan akhlak yang mereka yakini kebaikannya, tetapi tidak semua dari
pendidikan tersebut mempunyai kaidah-kaidah yang benar dalam Islam. Hal
tersebut dikarenakan pengetahuan yang terbatas dari pemikiran manusia itu
sendiri.
Sementara pendidikan akhlak yang dibawa oleh Islam merupakan sesuata
yang benar dan tidak ada kekurangannya. Pendidikan akhlak yang ditawarkan
Ilslam berasal langsung dari Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW melaui malaikat Jibril dengan Al Quran dan Sunnah kepada
umat Rasulullah.
Rasulullah SAW sebagai teladan yang paling baik memberikan pengetahuan
akhlak kepada para keluarga dan para sahabat Rasulullah SAW, sehingga
orang-orang dekat Rasulullah SAW mampu memiliki akhlak yang tinggi di
hadapan umat lain dan akhlak mulia di hadapan Allah. Sebagai umat Islam yang
baik dan beriman kepada Allah, setiap langkah kita sebaiknya merupakan
implementasi dari keteladanan akhlak luhur yang dimiliki Rasullullah.
Pandangan bahwa kehidupan dengan landasan akhlak adalah sesuatu yang
kuno dan ketinggalan zaman serta jauh dari kemodernan harus kita hapuskan
dari pemikiran kita. Kemunduran moral yang terjadi di seluruh penghujung dunia
seharusnya menjadi keprihatian sendiri bagi seluruh umat. Semestinya manusia
sadar dan kembali kepada fitrahnya sebagai manusia yang diciptakan Allah
dengan akhlak yang mulia. Orang yang paling sempurna keimannannya adalah
orang yang baik akhlaknya. Akhlak Islam yang mulia ini akan membawa umat
untuk selamat hidupnya di dunia dan akhirat

B. Pengertian Akhlak Islam


Kata akhlak berasal dari bahasa Arab khuluq yang jamaknya akhlak. Menurut
bahasa, akhlak adalah peragai, tabiat, dan agama. Kata tersebut mengandung
segi-segi persesuaian dengan perkataan khalq yang berarti “kejadian”, serta erat
hubungannya denga kata khaliq yang berarti “Pencipta” dan makhluq yang
berati “yang diciptakan” (Rosihon Anwar 2010:11).
Khuluq adalah ibarat dari kelakuan manusia yang membedakan baik dan buruk,
lalu disenangi dan dipilih yang baik untuk dipraktekkan dalam perbuatan, sedang
yang buruk di benci dan dihilangkan. (Marzuki 2012:173 (Ainan, 1985:186).
Terkadang defini akhlak (moral) sebagaimana disebutkan atas dalam batas-
batas tertentu berbaur dengan definisi kepribadian, hanya saja perbedaan yang
pokok antara keduanya sebagai berikut:
- Moral lebih terarah pada kehendak dan diwaranai dengan nilai-nilai.
- Kepribadian mencakup pengaruh fenomena sosial bagi tingkah laku.
Demikian para pakar ilmu-ilmu sosial mendefinisikan akhlak (moral). Ada sebuah
definisi ringkas yang bagus tentang akhlak (moral) dalam kamus la Lande, yaitu
moral mempunyai empat makna berikut:
1) Moral adalah sekumpulan kaidah bagi perilaku yang diterima dalam satu
zaman atau oleh sekelompok, buruk, atau rendah.
2) Moral adalah sekumpulan kaidah bagi perilaku yang dianggap baik
berdasarkan kelayakan bukannya berdasarkan syarat.
3) Moral adalah teori akal tentang kebaikan dan keburukan, ini menurut filsafat.
4) Tujuan-tujuan kehidupan yang mempunyai warna humanisme yang kental
yang tercipta dengan adanya hubungan-hubungan sosial. (Ali Abdul Halim
mahmud, 2004: 27).
Baik dan buruk akhlak manusia sangat tergantung pada tata nilai yang
dijadikan pijakannya. Abul A’la al-Maududi membagi sistem moralitas menjadi
dua. Pertama, sistem moral yang berdasar kepada kepercayaan kepada Tuhan
dan kehidupan setelah mati. Kedua, sistem moral yang tidak mempercayai
Tuhan dan timbul dari sumber-sumber sekuler (Marzuki, 2013:175 (al-Maududi,
1971:9)
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Jika kita mengatakan bahwa
si A misalnya sebagai orang yang berakhlak dermawan, maka sikap dermawn
tersebut telah mendarah daging, kapan dan di manapun sikapnya itu
dibawanya, sehingga menjadi identitas yang membedakan dirinya dengan orang
lain. Jika si A tersebut kadang-kadang dermawan dan kadang-kadang bakhil,
maka si A tersebut belum dapat dikatakan sebagai seorang yang dermawan.
Demikian juga jika kepada si B kita mengatakan bahwa ia termasuk orang yang
taat beribadah, maka sikap taat beribadah tersebut telah dilakukannya di
manapun ia berada. (Nata, Abuddin 2011:4-5)
Dikutip dari (Rosihon Anwar 2010: 13-15) bahwa pengertian akhlak menurut
ulama akhlak antara lain:
a. Ibnu Maskawaih(941-1030 M)

‫ منها ما يكون طبيعيا من‬: ‫وهذه الحال تنقسم الى قسمين‬.‫حال للنفس داعية لها الى افعالها من غير فكر والروية‬
‫ ثم يستمر عليه اْوال فاْوال حتى‬, ‫ وربما كان مبدؤه الفكر‬,‫ ومنها مايكون مستفادا باالعادة والتدريب‬....‫اصل المزاج‬
‫يصير ملكة وخلقا‬.
Artinya :
“keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Keadaan ini
terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya … adapula yang diperoleh dari
kebiasaan berulang-ulang. Boleh jadi,pada mulanya tindakan itu melalui pikiran
dan pertimbangan,kemudian dilakukan terus menerus,maka jadilah suatu bakat
dan akhlak.”
b. Imam Al-Ghazali (1055-1111 M)

ْ ‫هيئة راسخة في النفس تصدر عنها ا‬


‫الفعال بيسر وسهولة من غير حاجة الى فكر‬
‫وروية‬.
Artinya :
“akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang mendorong
perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.”
c. Muhyiddin Ibnu Arabi (1165-1240 M)

‫ وفى بعض‬,‫ والخلق قد يكون فى بعض الناس غريزة وطبعا‬,‫حال للنفس به يفعل االنسان افعاله بالروية والاختيار‬
‫الناس اليكون االباالرياضة واالجتهاد‬.

Artinya :
“keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat tanpa melalui
pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu. Keadaan tersebut pada seseorang
boleh jadi merupakan tabiat atau bawaan dan boleh jadi juga merupakan
kebiasaan melalui latihan dan perjuangan.”
d. Syekh Makarim Asy-Syirazi

ْ ‫ا‬
‫الخالق مجموعات الكماالت المعنوية والسجايا الباطنية‬
‫لالنسان‬.
Artinya :
“akhlak adalah sekumpulan keutamaan maknawi dan tabiat batini manusia.”
e. Al-Faidh Al-Kasyani(w. 1091 H)

ْ ‫الخلق هو عبارة عن هيئة قائمة فى النفس تصدر منها ا‬.


‫الفعال بسهولة من دون الحاجة الى تدبر و تفكر‬

Artinya :
“akhlak adalah ungkapan untuk menunjukkan kondisi yag mandiri dalam jiwa
yang darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa digahului
perenungan dan pemikiran.”
Dari semua pengertian diatas memberikan gambaran bahwa tingkah laku
merupakan bentuk kepribadian seseorang tanpa dibuat-buat atau tanpa
dorongan dari luar. Jika baik menurut agama dan pandangan akal tindakan
spontan ini disebut akhlak baik (akhlakul karimah/akhlakul mahmudah)
sebaliknya jika akhlak tersebut buruk tindakan spontan ini disebut akhlak tercela
(akhlakul madzmudah).

C. Ruang Lingkup Akhlak


Dalam perkembangan selanjutnya akhlak tumbuh menjadi suatu ilmu yang
berdiri sendiri, yaitu ilmu yang memiliki lingkup pokok bahasan, tujuan, rujuakn,
aliran dan para tokoh yang mengembangkannya. Kedemua aspek yang
terkandung dalam akhlak ini kemudian membentuk satu kesatuan yang saling
berhubungan dan membentuk suatu ilmu. (Nata Abuddin 2011:7).
Objek ilmu akhlak adalah perilaku manusia, dan penetapan nilai perilaku
sebagai baik atau buruk. Melihat secara lahiriyah perilaku manusia dapat
digolongkan menjadi
1. Perilaku yang lahir dengan kehendak dan disengaja.
2. Perilaku yang lahir tanpa kehendak dan tanpa disengaja
Jenis perilaku yang pertama yakni yang lahir dengan kehendak dan disengaja,
inilah perilaku yang menjadi objek dari ilmu akhlak. Jenis yang kedua tidak
menjadi objek ilmu akhlak sebab perilaku-perilaku yang lahir tanpa kehendak
manusia (seperti gerakan reflek mengedipkan mata karena ada benda akan
masuk) tidak menjadi kajian ilmu akhlak. Perilaku ini tidak dapat dinilai baik atau
buruk karena perilaku tersebut terjadi dengan sendirinya tanpa dikehendaki dan
tanpa disengaja. (Ajad Sudrajat, dkk 2013:92)
Menurut Rohison Anwar dalam Buku Akhlak tasawuf, mengenai ruang lingkup
akhlak, Abdullah Darraz dalam buku Dustur al-Akhlaq fi Al-Quran, membagi
ruang lingkup akhlak atas lima bagian:
1) Akhlak Pribadi
a) yang diperintahkan (al-awamir)
b) yang dilarang ( al-nawahi)
c) yang diperbolehkan ( al-mubahat), dan
d) akhlak dalam keadaan darurat (al-mukhalafah bi al-idhthirar).
2) Akhlak berkeluarga
a) kewajiban orang tua dan anak (wajibat nahwa ushul wa al-furu)
b) kewajiban suami & isteri ( wajibat baina al-azwaj)
c) kewajiban terhadap karib dekat (wajibat nahwa al-aqarib).
3) Akhlak bermasyarakat,
a) yang dilarang (al-makhdzurat)
b) yang diperintahkan (al-awamir), dan
c) kaidah-kaidah adab (qawa’id al-adab).
4) Akhlak bernegara
a) hubungan antara pemimpin dan rakyat (al-‘alaqah baina al-rais wa al-sya’b)
b) hubungan luar negeri (al-alaqah al-kharijiyyah).
5) Akhlak beragama;
a) kewajiban terhadap Allah swt
b) kewajiban terhadap Rasul

Menurut sistematika yang lain, ruang lingkup akhlak, antara lain:


1. Akhlak terhadap Allah SWT
2. Akhlak kepada Rasul SAW
3. Akhlak untuk diri pribadi
4. Akhlak dalam keluarga
5. Akhlak dalam masyarakat
6. Ahlak bernegara.

Akhlak dibagi berdasarkan sifatnya dan berdasarkan objeknya.


Berdasarkan sifatnya, akhlak terbagi menjadi dua bagian: (Anwar, Rosihon
2010:30-31)
1. Akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak karimah (akhlak yang ,mulia),
di antaranya:
a. Rida kepada Allah SWT
b. Cinta dan beriman kepada Allah SWT
c. Beriman kepada Malaikat, Kitab, Rasul, hari Kiamat, dan takdir
d. Taat beribadah
e. Selalu menepati janji
f. Melaksanakan amanah
g. Berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan
h. Qanaah (rela terhadap pemberian Allah SWT)
i. Tawakal
j. Sabar
k. Syukur
l. Tawadhu’ (merendahkan diri) dan segala perbuatan yang baik menurut
pandangan Al-Quran dan Al-Hadis.
2. Akhlak mazhmumah (akhlak tercela) atau akhlak sayyiyah (akhlak yang
jelek), di antaranya:
a. Kufur
b. Syirik
c. Murtad
d. Fasik
e. Riya’
f. Takabur
g. Mengadu domba
h. Dengki/iri
i. Hasut
j. Kikir
k. Dendam
l. Khianat
m. Memutuskan silaturahmi
n. Putus asa
o. Segala perbuatan tercela menurut pandangan Islam
Berdasarkan objeknya, akhlak dibedakan menjadi dua:
1. Akhlak kepada khalik
2. Akhlak makhluk
a. Akhlak terhadap Rasulullah SAW
b. Akhlak terhadap keluarga’akhlak terhadap diri sendiri
c. Akhlak terhadap sesama atau orang lain
d. Akhlak terhadap lingkungan alam

D. Sumber Akhlak Islam


Dalam Islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan baik-buruknya sifat
seseorang itu adalah Al-Qur’an dan As-Sunah Nabi SAW. Apa yang baik
menurut Al-Qur’an dan As-Sunah, itulah yang baik untuk dijadikan pegangan
dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang buruk menurut al-Qur’an dan
as-Sunnah, itulah yang tidak baik dan harus dijauhi. (M. Ali Hasan, 1978:11)
Dasar akhlak yang dijelaskan dalam al-Qur’an yaitu:
َ ‫س ْو ِل هللاِ أُس َْوة ٌ َح‬
‫سنَةٌ ِل َم ْن َكانَ يَ ْر ُجوا هللاَ َو ْاليَ ْو َم ْاْل ِخ َر َوذَك ََر هللاَ َك ِثي ًْرا‬ ُ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َر‬
Artinya :”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S.al-Ahzab : 21)
Sedangkan dalam Alquran hanya ditemukan bentuk tunggal dari akhlak yaitu
khuluq (QS. Al Qalam (68): 4) (Marzuki:2012)
‫ق َع ِظي ٍْم‬ ٍ ُ‫وإنكَ لَ َعلَى ُخل‬
“Dan sungguh-sungguh engkau berbudi pekerti yang agung.”
(QS. Al Qalam (68): 4)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:


ً ‫سنُ ُه ْم ُخلُقا‬ َ ْ‫أ َ ْك َم ُل ال ُمؤْ ِمنِيْنَ ِإ ْي َمانا ً أَح‬
Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya.”
(HR. At-Tirmidzi)
Sungguh Rasulullah memiliki akhlak yang sangat mulia. Segala perbuatan dan
perilaku Beliau berpedoman pada Al Quran. Aisyah memberikan gambaran yang
sangat jelas akan akhlak beliau dengan mengatakan:
‫َكانَ ُخلُقُهُ القُ ْرآن‬
Artinya: “Akhlak beliau adalah Al Quran.”
(HR Abu Dawud dan Muslim)
Maksud perkataan ‘Aisyah adalah bahwa segala tingkah laku dan tindakan
Rasul, baik yang lahir maupun batin senantiasa mengikuti petunjuk dari al-
Qur’an. Al-Qur’an selalu mengajarkan umat Islam untuk berbuat baik dan
menjauhi segala perbuatan yang buruk. Ukuran baik dan buruk ini ditentukan
oleh Al-Qur’an. (A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari 1999: 74)
Setiap orang yang dekat dengan Rasulullah SAW dalam akhlaknya maka ia
dekat dengan Allah, sesuai kedekatannya dengan beliau. Setiap orang yang
memiliki kesempurnaan akhlak tersebut, maka ia pantas menjadi seorang raja
yang ditaati yang dijadikan rujukan oleh seluruh manusia dan seluruh
perbuatannya dijadikan panutan. Sementara orang yang tak punya seluruh
akhlak tersebut, maka ia bersifat dengan lawannya, sehingga ia pantas terusir
dari seluruh negeri dan oleh manusia. Karena ia sudah dekat dengan setan yang
terlaknat dan terusir, sehingga ia harus diusir. (Mahmud, Ali Abdul Halim
2004:31)
Dasar akhlak dari hadits yang secara eksplisit menyinggung akhlak tersebut
yaitu sabda Nabi:
ِ ‫اِن َما بُ ِعثْتُ ِِلُت َِم َم َمك‬
َ‫َار َم ْاِل َ ْخ َالق‬
Artinya : “Bahwasanya aku (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan
keluhuran akhlak”. (HR. Ahmad)
Jika telah jelas bahwa al-Qur’an dan hadits rasul adalah pedoman hidup yang
menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber
akhlaqul karimah.

E. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak


Dengan mempelajari ilmu akhlak, diharapkan setiap muslim mampu
mengaplikasikan ajaran-ajaran terpuji yang bersumber dari Alquran dan Al
Hadits. Berkenaan dengan hal ini dalam kutipan buku “Akhlak Tasawuf” krangan
Abudin Nata, Ahmad Amin mengatakan sebagai berikut:
Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat
menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagaian yang baik dan sebagian
yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk
perbuatan buruk, membayar hutang kepada pemiliknya termasuk perbuatan baik
, sedangkan mengingkari hutang termasuk perbuatan buruk.
Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu, ialah
untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah
sehingga hati menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima nur
cahaya tuhan. (Abudin Nata 1996: 13)
Keterangan tersebut memberi petunjuk bahwa ilmu akhlak berfungsi memberikan
panduan kepada manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu
perbuatan untuk selanjutnya menetapkan bahwa perbuatan tersebut termasuk
perbuatan yang baik dan buruk. (Abudin Nata 1996: 14)
Perbuatan-perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma ajaran Islam lahir
dari cinta yang tulus dan sempurna kepada Allah yang mendalam dalam hati
seorang mukmin. Hamka mengemukakan pendapat Imam Ghazali yang
menyatakan bahwa yang mendorong hati seseorang berbuat baik adalah: (Ajad
Sudrajat, dkk 2013:103 (Asmaraman 2004:148)
1. Karena bujukan atau ancaman dari orang yang diingini
rahmatnya atau ditakuti siksanya.
2. Mengharap pujian dari yang akan memuji, atau
menakuti celaan dari yang akan mencela.
3. Mengerjakan kebaikan karena memang dia baik, dan
Bercita-cita hendak menegakkan budi yang utama
Tujuan lain dari mempelajari akhlak adalah mendorong kita menjadi orang-orang
yang mengimplementasikan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Ahmad
Amin menjelaskan etika (akhlak) tidak dapat menjadikan semua manusia baik.
Kedudukannya hanya sebagai dokter. Ia menjelaskan kepada pasien tentang
bahaya minuman keras dan dampak negatifnya terhadap akal. Si pasien boleh
memilih informasi yang disampaikan dokter tersebut: meninggalkannya agar
tubuhnya sehat atau tetap meminumnya dan dokter tidak dapat mencegahnya.
Etika tidak dapat menjadikan manusia baik atau buruk. Etika tidak akan
bermanfaat apa-apa jika petunjuk-petunjuknya tidak diikuti. Tujuan etika bukan
hanya sebagai teori, tetapi juga mempengaruhi dan mendorong kita supaya
membentuk hidup suci serta menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan.
(Anwar, Rosihon 2010:29)
Akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai
aktivitas kehidupan manusia di degala bidang. Seseorang yang memiliki ilmu
pengetahuan dan teknologi yang maju yang disertai dengan akhlak yang mulia,
niscaya ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang ia milikinya itu akan
dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya orang
yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki pangkat, harta,
kekuasaan dan sebagainya namun tidak disertai dengan akhlak yang mulia,
maka semuanya itu akan disalahgunakan yang akibanya akan menimbulkan
bencana di muka bumi. (Nata, Abuddin 2011:15)
Dengan demikian Ilmu akhlak bertujuan sebagai pedoman atau pun penerang
bagi kaum manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk.
Perbuatan baik membutuhkan pembiasaan setiap hari. Berusaha melakukan
perbuatan yang baik dan berusaha menjauhi perbuatan yang buruk. Perbuatan
yang baik akan banyak halangannya. Berbekal akhak yang mulia, seorang
mukmin akan semakin teruji dan menjadi insan yang terpuji.

F. Penutup
Akhlak merupakan bekal diri yang membawa kebaikan dan keberuntungan bagi
mereka yang mengerjakannya. Akhlak yang ditawarkan Islam berdasar pada
nilai-nilai Al-Quran dan Al-Hadis. Dalam pelaksanaannya, Akhlak Islam perlu
dijabarkan oleh pemikiran-pemikiran manusia melalui usaha ijtihad.
Dengan akhlak Islam, manusia diharapkan dapat menempuh jalan yang baik.
Jalan yang sesuai ajaran-ajaran Islam, pandangan akal tentang kebaikan dan
keburukan. Memiliki akhlak islam, manusia akan dapat kebersihan batin yang
membawanya melakukan perilaku terpuji. Dengan perilaku terpuji akan
melahirkan keadaan antar umat menjadi harmonis, damai serta sejahtera lahir
dan batin. Sehingga setiap aktivitas akan dilakukan karena untuk mendapatkan
kerahmatan Allah yang akan membawa insan mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.
Dapat dikatakan bahwa Akhlak Islam bertujuan memberikan pedoman atau
penerangan bagi manusia untuk mengetetahui perbuatan yang baik dan buruk.
Terhadap perbuatan yang baik ia berusaha melakukannya dan terhadap
perbuatan yang buruk ia berusaha menghindarinya.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon.2010. Akhlak Tasawuf. Bandung.: CV Pustaka Setia.

A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari. 1999. Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak,


CV. Bandung: Pustaka Setia.

Mahmud, Ali Abdul Hamid. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani Press

M. Ali Hasan. 1978.Tuntunan Akhlak.Jakarta: Bulan Bintang.

Nata, Abuddin.2011.Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudrajat, Ajad, dkk.2013. Din Al-Islam. Yogyakarta: UNY Press.


©Khoirudin

Vous aimerez peut-être aussi