Vous êtes sur la page 1sur 5

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM

“PENYUSUNAN PROGRAM PELATIHAN (1)”

Disusun Oleh Kelompok 1:

Ketut Desi Trisnayanti 1607521064

Ni Putu Ade Intan Sesi 1607521055

Ni Kadek Rina Kristiani 1607521106

I Putu Kurniawan 1607521121

Ni Nyoman Sumianti 1607521122

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
Pentingnya Desain Program Pelatihan

Sebelum mendesain sebuah program pelatihan, sebuah organisasi atau perusahaan harus
menentukan tujuan-tujuan pelatihan. Setelah tujuan-tujuan pelatihan ditentukan, desain pelatihan
baru dapat diselesaikan. Baik bersifat spesifik menurut pekerjaan atau lebih luas, pelatihan harus
dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah dinilai. Desain program pelatihan
yang efektif sangan penting dalam mempertimbangkan konsep-konsep pembelajaran, masalah
hukum, dan pendekatan lain pada pelatihan.

Bekerja dalam organisasi haruslah menjadi proses pembelajaran yang berkelanjutan, dan
pembelajaran adalah focus dari semua aktivitas pelatihan. Meskipun dimungkinkan adanya
pendekatan yang berbeda, tetapi pembelajaran adalah proses psikologis kompleks yang tidak
seluruhnya dipahami oleh para praktisi atau psikolog peneliti. Terdapat tiga pertimbangan utama
ketika merancang pelatihan; 1. Menentukan kesiapan pelajar, 2. Memahami gaya-gaya
pembelajaran yang berbeda, dan 3. Merancang pelatihan untuk transfer. Masing-masing elemen
ini harus dipertimbangkan agar rancangan pelatihan tersebut dapat berkaitan satu sama lain.

Persiapan Program Latihan

Agar pelatihan dapat berhasil, para pelajar haruslah siap untuk belajar. Kesiapan ini
berarti mereka harus mempunyai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan untuk
belajar, motivasi untuk belajar, dan efektifitas diri.

Kemampuan Belajar

Para pelajar harus memiliki keterampilan dasar, seperti keahlian membaca dan
matematika dasar, serta kemampuan kognitif yang memadai. Perusahaan mungkin akan
menemukan bahwa beberapa pekerja tidak memiliki kemahiran yang memadai untuk memahami
pelatihan dengan efektif. Para pemberi kerja yang mencoba untuk mengatasi ketidak mahiran
dasar tersebut dapat menggunakan pendekatan terhadap masalah tersebut melalui beberapa cara:
1. Menawarkan pelatihan penigkatan kemahiran untuk orang-orang yang membutuhkan
dalam angkatan kerja.
2. Mempekerjakan karyawan-karyawan yang diketahui memiliki kekurangan dan kemudian
menerapkan pelatihan sama di tempat kerja tersebut.
3. Bekerja sama dengan sekolah-sekolah untuk membantu mendidik dan melatih orang-
orang agar dapat lebih terampil dalam bekerja.

Motivasi Belajar

Keinginan seseorang untuk mempelajari isi pelatihan disebut sebagai motivasi belajar dan
hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Tingkat motivasi juga dapat dipengaruhi oleh motivasi
dan kemampuan instruktur, dorongan teman-teman untuk berhasil, lingkungan fisik, dan metode-
metode pelatihan yang digunakan.

Efektivitas Diri

Para pelajar juga harus memiliki efektivitas diri (self-efficacy), yang menunjukkan
keyakinan seseorang bahwa dia dapat berhasil mempelajari isi program pelatihan. Agar para
pelajar dapat menyiapkan diri dan mampu menerima isi pelatihan, mereka harus merasa dapat
mempelajarinya.

Susunan Program Latihan

Menurut William B. Werther dan Keith Davis dalam bukunya “Human Resources and
Personnel Management” (1996:287) mengatakan bahwa langkah-langkah dalam mempersiapkan
program pelatihan adalah melalui langkah berikut.

1. Need Assessment (Penilaian dan Identifikasi Kebutuhan).


Untuk memutuskan pendekatan yang akan digunakan, organisasi perlu
mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan pelatihan. Penilaian kebutuhan mendiagnosa
masalah-masalah dan tantangan lingkungan yang dihadapi organisasi sekarang. Selain
pendekatan sumber daya manusia dalam mengidentifikasikan suatu tugas, pelatih
memulai dengan mengevaluasi gambaran suatu pekerjaan penting yang diperoleh.
2. Training and Development Program (Sasaran-sasaran Pelatihan dan
Pengembangan).
Setelah evaluasi kebutuhan-kebutuhan pelatihan dilakukan, maka sasaran
dinyatakan dan ditetapkan. Sasaran ini mencerminkan perilaku dan kondisi yang
diinginkan dan berfungsi sebagai standar-standar dimana prestasi kerja individual dan
efektivitas program pelatihan dapat diukur. Pada tahap ini, kriteria evaluasi sebaiknya
juga ditetapkan untuk memudahkan program evaluasi pelaksanaan program pelatihan.
3. Menyusun Program Content (Isi Program).
Isi program ditentukan oleh identifikasi kebutuhan-kebutuhan dan sasaran-sasaran
pelatihan. Apapun isinya, program pelatihan hendaknya memenuhi kebutuhan-kebutuhan
organisasi dan peserta. Pada peserta juga perlu meninjau isi program, apakah relevan
dengan kebutuhan atau motivasinya untuk mengikuti pelatihan tersebut rendah atau
tinggi. Agar isi program pelatihan efektif, prinsip-prinsip belajar harus diperhatikan.
4. Mendesain Learning Principle (Prinsip-prinsip Belajar).
Ada beberapa prinsip belajar yang bisa digunakan sebagai pedoman tentang cara-
cara belajar yang paling efektif bagi karyawan. Prinsip-prinsip ini adalah bahwa program
pelatihan bersifat partisipatif, relevan, pengulangan dan pemindahan serta memberikan
umpan balik mengenai kemajuan para peserta pelatihan. Semakin terpenuhinya prinsip-
prinsip tersebut, pelatihan akan semakin efektif. Disamping itu, perancang program
pelatihan perlu juga menyadari perbedaan individual, karena pada hakekatnya para
karyawan mempunyai kemampuan, sifat dan sebagainya yang berbeda satu sama lainnya.
5. Evaluation (Evaluasi).
Setelah program pelatihan dilaksanakan, maka program ini perlu dievaluasi untuk
mengetahui sampai sejauh mana tujuannya telah dicapai. Untuk itu manajemen harus
mengevaluasi kegiatan program pelatihan secara sistematis dengan tolak ukur yang
mencakup reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil.
REFRENSI:

1. Raymond A. Noe. Employee Training and Development. Seventh Edition.


2. Robert L. Mathis – John H. Jackson. Human Resource Management. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Edisi 10.

Vous aimerez peut-être aussi