Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
CHANDRA ANGGARA
NIM. P07220215012
Pengkajian
Sekunder Primer
B. Tatalaksana
Penatalaksanaan umum adalah dengan memperbaiki oksigenasi jaringan.1
Penataksanaan khusus adalah dengan mengatasi faktor pencetus koma hepatik, misalnya
asupan protein dikurangi atau dihentikan sementara, kemudian baru dinaikkan secara
bertahap.1,2 Namun, pembatasan asupan protein masih merupakan kontroversi dalam
penatalaksanaan EH. Sumber protein yang diberikan pada ensefalopati hepatik terutama
merupakan asam amino rantai cabang dengan harapan neurotransmiter asli dan palsu akan
berimbang, dan dengan ini, metabolisme amonia di otot dapat bertambah. Selain itu,
diberikan laktulosa dengan dosis 10-30 ml, 3 kali/hari dengan harapan pH asam pada usus
akan menghambat penyerapan amonia. Sterilisasi usus juga harus dilakukan dengan
pemberian neomisin 4 x 1-2 gram/hari per oral.
L-ornitin-L-aspartat (LOLA) saat ini sudah mulai banyak digunakan untuk mengatasi
EH, karena terbukti dapat menurunkan kadar amonia darah.21,23 Dengan adanya LOLA,
maka upaya menurunkan kadar amonia darah tidak perlu melalui pembatasan asupan
protein. Protein yang tidak dibatasi akan menguntungkan penderita EH yang malnutrisi,
karena status nutrisi dapat diperbaiki tanpa kuatir terjadi EH.22 LOLA bekerja melalui
stimulasi siklus urea, maka tidak dianjurkan pada gangguan fungsi ginjal dengan kadar
kreatinin di atas 3 mg/ dL.
Karena EHM dan malnutrisi meningkatkan mortalitas dan morbiditas pada sirosis
hati, maka perlu dipikirkan pemberian LOLA bersama-sama dengan upaya perbaikan
gizi. Ndraha, dkk.22,24 dalam penelitiannya telah melaporkan manfaat pemberian LOLA
dan diet protein 1,5 g/kgBB/hari pada EHM di Indonesia. Dalam penelitiannya, pada
sirosis hati dengan malnutrisi, pemberian LOLA digabungkan dengan perbaikan gizi
bersama substitusi asam amino rantai cabang (AARC), dengan perbaikan klinis dan
parameter laboratorium yang signifi kan. Didapatkan peningkatan kadar prealbumin yang
merupakan parameter perbaikan status nutrisi, dan peningkatan nilai CFF yang
merupakan parameter perbaikan ensefalopati hepatik.
C. Pernana LOLA
LOLA adalah garam asam amino ornitin dan aspartat yang stabil dan telah terbukti
menurunkan kadar amonia darah dan memperbaiki psychometric performance pasien EH
dengan hiperamonia. LOLA menstimulasi siklus urea dan sintesis glutamin, yang
merupakan mekanisme penting dalam detoksifi kasi amonia (Gambar 4).21
Pada hepatosit periportal, amonia akan diubah menjadi urea melalui siklus urea.
Ornitin berfungsi mengaktifkan enzim carbamyl phosphate synthetase (Cbm-P), sehingga
siklus urea bisa berlangsung, di samping itu ornitin juga menjadi substrat dalam siklus
urea itu sendiri. Pada hepatosit perivenous, amonia akan diubah menjadi glutamin melalui
siklus glutamin. Aspartat berfungsi membentuk dan mengaktifkan enzim glutamin
sintetase, di mana enzim tersebut akan mengubah amonia menjadi glutamin. Pada sirosis,
sel hati yang sehat tinggal sedikit sehingga dibutuhkan lebih banyak ornitin dan aspartat
untuk mengimbangi detoksifikasi secara cepat. Demikian juga pada organ lain
membutuhkan tambahan ornitin dan aspartat yang dibutuhkan juga dalam siklus glutamin.
DAFTAR PUSTAKA