Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Sonya Manuputty
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat karunia dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan juduL “masalah
perawatan pada TBC’’
Kami menyadari atas kekurangan kemampuan kami dalam membuat makalah ini sehingga akan
menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila ada kritik dan saran yang membangun agar
makalah yang kami buat ini selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta komprehensif.
Demikian akhir kata dari kami semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan sebagai
pembelajaran bagi kita agar kedepannya bisa lebih menjaga kesehatan kita semua supaya kita tidak
terkena atau menderita penyakit tersebut.
Penyusun
Kelompok V
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian TBC
B. Anatomi fisiologi
C. Etiologi / penyebab
E. Manifestasi klinis
F. Patofisiologi
G. Cara penularan
H. Komplikasi
I. Penatalaksanaan
J. Pemeriksaan penunjang
A. Pengkajian
B. Diagnosa
C. Perencanaan / Implementasi
D. Evaluasi
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan urutan
teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India dan China dalam jumlah
penderita TBC di dunia. Penderita penyakit TBC dapat menjadi sangat lemah, dan tidak bisa
kerja, atau melakukan tugas harian biasa, misalnya jaga anak atau kerja kebun. Rata-rata,
seorang penderita penyakit TBC akan kehilangan 3-4 bulan waktu kerja produktif.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986
merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun
dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian
akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita
TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu
penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang
menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia.
Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus
waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.
Berdasarkan masalah yang kompleks di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun makalah
dengan judul “TBC” guna memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan professional
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis menarik beberap rumusan masalah,
yaitu :
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Pengertian TBC
TB adalah singkatan dari “Tubercle Bacillus” atau tuberculosis , dulu disingkat TBC. Penyakit
TB disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacteria, pada manusia terutama oleh Mycobacterium
Tuberculosis. Bakteri Tuberculosis biasanya menyerang paru-paru (sebagai TB paru) tetapi TB
bisa juga menyerang system syaraf pusat. Penyakit TB adalah penyakit yang umum dan sering
kali mematikan. TB menular melalui udara, ketika orang-orang yang memiliki penyakit TB batuk,
bersin, atau meludah.
Menurut Brunner & Suddarth, 2002, tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang
terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis adalah sebuah penyakit kronis, penyakit
menular yang biasanya mempengaruhi paru-paru, walaupun organ lainnya dapat juga dipengaruhi
(LeMone, 2000). TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Kemkes
RI, 2001).
B. Anatomi Fisiologi
Air conduction kepada saluran nafas bagian bawah untuk pertukaran gas.
Protection saluran nafas bagian bawah dari benda asing. Warming filtration dan
humadification dari udara yang inspirasi. Terdiri dari :
a) Hidung (cavum nasalis), Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya
akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir
sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam. rongga hidung
b) Sinus paranasalis, Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala.
Dinamakan sesuai dengan tulang dimana dia derada terdiri atas sinus frotalis,sinus
etmoidalis,sinus spenoidalis,dan sinus maksilaris.
d) Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah farinx yang mernisahkan dari columna
vertebrata, berjalan dari farinx. sampai ketinggian vertebrata servikals dan masuk ke dalarn
trachea di bawahnya. Larynx terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh
ligarnen dan membrane
Ditinjau dari fungsinya umum,saluran pernafasan bagian bawah terbagi menjadi dua
komponen,yaitu sebagai berikut :
Yaitu saluran udara konduktif,fungsi utamanya sebagai penyalur (konduksi) gas masuk dan
keluar dari satuan respiratorius terminal yang merupakan tempat pertukaran gas yang
sesungguhnya. Alveoli merupakan bagian dari satuan respiratorius terminal. Terdiri dari :
a) Trakea
Trachea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea berjalan dari larynx
sarnpai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi
dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak- lengkap yang
berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang
melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa
jaringan otot
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang
sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru.
Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl
arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut
bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan
berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang
berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan
kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus
yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu
saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus
terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin
tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh
saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar
udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas
paru-paru.
c) Alveoli
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas sinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang
terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-
paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm.
Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus
yang melapisi rongga toraksdipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
C. Etiologi / penyebab
Tuberkulosis disebabkan oleh kuman yaitu mycobacterium tuberculosis. Kuman ini berbentuk
batang dan tahan asam, serta banyak mengandung lemak yang tinggi pada membran selnya
sehingga menyebabkan kuman ini tahan asam dan pertumbuhannya sangat lambat, kuman ini
tidak tahan terhadap sinar ultraviolet karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari.
Ukuran dari kuman tuberkulosis ini kurang lebih 0,3 x 2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil dari
pada ukuran sel darah merah (Sumantri, 2008).
Kemampuan untuk melawan infeksi adalah kemampuan pertahanan tubuh untuk mengatasi
organisme yang menyerang. Kemampuan tersebut tergantung pada usia yang terinfeksi.
Namun kekebalan tubuh tidak mampu bekerja baik pada setiap usia. Sistem kekebalan tubuh
lemah pada saat kelahiran dan perlahan-lahan menjadi semakin baik menjelang usia 10 tahun.
Hingga usia pubertas seorang anak kurang mampu mencegah penyebaran melalui darah,
sekalipun lambat laun kemampuan tersebut akan meningkat sejalan dengan usia.
Pekerjaan kesehatan yang merawat Pasien TB. Pasien-pasien dengan dahak yang positif pada
hapusan langsung (TB tampak di bawah mikroskop) jauh lebih menular, karena mereka
memproduksi lebih banyak TB dibandingkan dengan mereka yang hanya positif positif pada
pembiakan. Makin dekat seseorang berada dengan pasien, makin banyak dosis TB yang
mungkin akan dihirupnya.
3. Gizi Buruk
Terdapat bukti sangat jelas bahwa kelaparan atau gizi buruk mengurangi daya tahan terhadap
penyakit ini. Faktor ini sangat penting pada masyarakat miskin, baik pada orang dewasa
maupun pada anak. Kompleks kemiskinan seluruhnya ini lebih memudahkan TB berkembang
menjadi penyakit. Namun anak dengan status gizi yang baik tampaknya mampu mencegah
penyebaran penyakit tersebut di dalam paru itu sendiri.
Pengaruh infeksi HIV/AIDS mengakibatkan kerusakan luas system daya tahan tubuh, sehingga
jika terjadi infeksi seperti tuberculosis maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah
bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah
penderita TBC akan meningkat, dengan demikian penularan TBC di masyarakat akan
meningkat pula.
Tanda – tanda klinis dari penderita tuberkulosis paru sangat beragam tergantung pada kondisi
tubuh penderita, akan tetapi gejala klinis yang paling sering ditemui pada penderita antara lain
(Smeltzer & Bare, 2002 ) :
1. Batuk/Batuk darah
Pada penderita biasanya tampak batuk yang lama, batuk dapat mengakibatkan iritasi pada
saluran pernafasan, akan tetapi batuk juga berfungsi mengeluarkan produk radang keluar
seperti dahak.
2. Demam
Sering terjadi demam pada kondisi tertentu malahan kadang kadang terjadi peningkatan suhu
tubuh biasa mencapai 39 – 40 ˚C, karena kondisi ini terpengaruh akan daya tahan tubuh
terhadap infeksi kuman tuberkulosis.
3. Sesak nafas
Biasa terjadi jika kondisi penyakit sudah pada tahap yang kronis, dimana telah terjadi
komplikasi pada paru–paru seperti terjadi efusi pleura, pneumothorak dan abses paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini jarang terjadi, ini akibat terjadi infiltrasi radang yang sudah mencapai pleura
sehingga menimbulkan pleuritis atau radang pleura. Tampak inspirasi dan ekspirasi yang tidak
normal.
5. Malaise
Gejala sering ditemukan berupa tidak nafsu makan (anoreksia), berat badan turun secara
drastis, pusing, nyeri otot dan lain sebagainya.
E. Patofisiologi
Partikel dapat masuk ke dalam alveolar, bila ukuran vartikel kurang dari 5 mikrometer. Kuman
akan dihadapi terlebih dulu oleh neutropil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini
akan dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakea bronkhial bersama gerakan sillia
dengan sekretnya. Bila kuman menetap di jaringan paru maka ia akan tumbuh dan berkembang
biak dalam sitoplasma makrofag.
Kuman yang bersarang ke jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil
dan disebut sarang primer atau efek primer atau sarang ghon (fokus). Sarang primer ini dapat
terjadi pada semua jaringan paru, bila menjalar sampai ke pleura maka terjadi efusi pleura.
Kuman dapat juga masuk ke dalam saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit.
Kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar keseluruh organ, seperti paru, otak, ginjal,
tulang. Bila masuk ke dalam arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran keseluruh bagian paru dan
menjadi TB milier.
Sarang primer akan timbul peradangan getah bening menuju hilus (limfangitis lokal), dan
diikuti pembesaran getah bening hilus (limfangitis regional). Sarang primer limfangitis lokal serta
regional menghasilkan komplek primer (range). Proses sarang paru ini memakan waktu 3–8
minggu. Berikut ini menjelaskan skema tentang perjalanan penyakit TB Paru hingga terbentuknya
tuberkel ghon.
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi
umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di
dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan
tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-
paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun
demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa
berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk
globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha
dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut
dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya
terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen.
H. Komplikasi
Penyakit TB Paru apa bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi
dibagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini:
b) Efusi pleura : Memecahnya kavitas TB dan keluarnya udara atau cairan masuk kedalam
antara paru dan dinding dada.
c) Empisema :pengumpulan cairan puluren (pus) dalam kavitas pleural, cairan yang
dibentuk akibat penyakit paru pada orang dengan usia lebih lanjut.
2. Komplikasi lanjut :
b) Kerusakan parenkim berat seperti fibrosis paru, kor pulmonal disebabkan oleh Karena
tekanan balik akibat kerusakan paru.
c) Amiloidosis.
e) Sindrom gagal nafas dewasa, sering terjadi pada TB milier dan kavitas tuberkulosis.
I. Penatalaksanaan TBC
1. Nonbedah
Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita
TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak
ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan
pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari.
INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-). Terapi profilaksis dihentikan bila hasil
uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada.
2.) Pencegahan (profilaksis) sekunder
Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC.
Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir,
sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
b.) Pencegahan
1.) Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih
kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
2.) Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai
tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.
5.) Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan kontak
udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan hidup secara
sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi
masuk ke dalam rumah.
6.) Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak
di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan
lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan
pikiran.
2. Bedah
Reseksi bedah dari jaringan paru yang terinfeksi adalah pengobatan umum untuk Tuberkulosis
di awal abad ke-20 tetapi jarang digunakan saat ini. Pembedahan dapat diindikasikan untuk
menghapus sebagian dari paru-paru ketika penyakit ini lokal atau kavitasi telah terjadi dan
menginfeksi basil resisten terhadap beberapa obat.
J. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Soeparman (1994), ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
pemeriksaan TB Paru, sebagai berikut:
1. Radiologi
Pada hasil foto toraks posterior anterior (PA), lateral terlihat gambaran infiltrat atau nodular
terutama pada lapangan atas paru, terlihat kavitas, serta tuberkuloma atau tampak seperti
bayangan atau coin lesion. Pada TB primer tampak gambaran radiologi berupa infiltrat pada
paru-paru unilateral yang disertai pembesaran kelenjar limfe di bagian infiltrat berada.
2. Mikrobiologi
Pemeriksaan sputum sebanyak 3 kali setiap hari, berdasarkan pemeriksaan pada basil tahan
asam (BTA) guna memastikan hasil diagnosis. Akan tetapi hanya 30% – 70% saja yang dapat
didiagnosis dengan pemeriksaan ini karena diduga tidak terlalu sensitif.
3. Biopsi jaringan
Dilakukan terutama pada penderita TB kelenjar leher dan bagian lainnya, dimana dari hasil
terdapat gambaran perkejuan dengan sel langerhan akan tetapi bukanlah merupakan diagnosis
positif dari tuberkulosis oleh karena dasar dari diagnosis yang positif adalah ditemukannya
kuman mycobacterium tuberkulosa.
4. Bronkoskopi
Hasil dari biopsi pleura dapat memperlihatkan suatu gambaran dan dapat digunakan untuk
bahan pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA).
5. Tes tuberculosis
Tes mantouk diberikan dengan menyuntikan 0,1 cc Derivat Protein Murni (PPD) secara intra
muskuler (IM), kemudian dapat terlihat dalam 48 – 72 jam setelah dites, dikatakan positif bila
diameter durasi lebih besar dari 10 mm. Gambar berikut ini merupakan gambaran pemeriksaan
tes mantouk.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat:
a) Kaji sejarah perjalanan klien: apakah pernah pergi ke tempat dengan insiden tinggi TBC.
2. Pemeriksaan Fisik:
c) Timbang BB klien
3. Pemeriksaan diagnostik
a) Foto Rontgen
b) Sputum
Bila ditemukan adanya bakteri TB di dalam 2 sampel dari 3 sampel dahak seseorang,
berarti orang tersebut dikatakan positif mengidap TBC paru aktif. Pengambilan sampel
dilakukan secara SPS, maksudnya Sewaktu kunjungan pertama, esok Paginya, dan
Sewaktu kunjungan berikut (kedua) yaitu sebagai berikut:
1) Hari 1 – Dahak diperiksa di lab sewaktu seorang datang dengan gejala penyakit TBC.
2) Keesokan harinya sehabis bangun tidur, dahak keluarkan di rumah dan dibungkus,
akan diperiksa pada saat orang mengantarkannya ke lab.
Pemeriksaan dahak dilakukan selama 3 hari dengan tujuan untuk yang dua hari pertama akan
dijadikan indikasi oleh dokter apakah ada kuman TBC nya atau tidak. Untuk yang hari ke-3
untuk melilhat perkembangan kuman tersebut selama 3 bulan mendatang.
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk
mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Atau juga bisa diambil sputum sewaktu.
Pengambilan sputum juga harus dilakukan sebelum pasien menyikat gigi. Agar sputum mudah
dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum
pengambilan sputum. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur
dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu (bila ada). Sputum diambil dari batukkan
pertama(first cough). Cara membatukkan sputum dengan Tarik nafas dalam dan kuat (dengan
pernafasan dada) batukkan kuat sputum dari bronkustrakea ke mulut wadah penampung.
Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup(Screw Cap Medium).
Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air liur/saliva, maka
pasien harus mengulangi membatukkan sputum. Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung
unsur-unsur khusus, seperti, butir keju, darah dan unsur-unsur lain. Bila sputum susah
keluarlakukan perawatan mulut Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril guayakolat
(expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum
pengambilan sputum.
c) Tes tuberkulin
Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil (0,1 ml) kuman TBC, yang telah
dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas (lapisan dermis) kulit pada lengan bawah.
Lalu, 48 sampai 72 jam kemudian, tenaga medis harus melihat hasilnya untuk diukur. Yang
diukur adalah indurasi (tonjolan keras tapi tidak sakit) yang terbentuk, bukan warna
kemerahannya (erythema). Ukuran dinyatakan dalam milimeter, bukan sentimeter. Bahkan
bila ternyata tidak ada indurasi, hasil tetap harus ditulis sebagai 0 mm.
d) Psikososial
Klien dengan TB biasanya tidak cemas karena dispnea, seperti dispnea tidak umum kecuali
ada efusi pleura masif. Namun, klien mungkin menyadari adanya kecemasan tidak jelas atau
gugup yang terkait dengan keadaan kesehatan yang berubah. Perawat mempertimbangkan
kemungkinan ini dalam pengkajian awal dan menjelaskan perlahan-lahan tujuan dari setiap
aspek diagnosis.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. spasme jalan nafas dan hipersekresi jalan nafas.
- sputum berlebih
- Sulit bicara
- Ortopnea
Objektif : - gelisah
- Sianosis
- Merasa lemah
- Sianosis
1. Perencanaan / intervensi
c. Pengetahuan sangat
banyak dengan metode
untuk memantau
tingkat pernafasan
2. Implementasi / Pelaksanaan
D. Evaluasi
b. Memberi dorongan pada individu yang kontak erat untuk melaporkan diri guna
pemeriksaan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penderita awal TBC mempunyai tanda dan gejala, yaitu demam, batuk, sesak nafas, nyeri dada
dan malaise. TBC dapat menyebabkan komplikasi seperti hemoptisis berat, pneumothoraks dan
yang paling parah adalah penyebaran TB ke jaringan lain sperti ginjal, tulang dan otak.
Pasien TBC akan mendapat terapi farmakologi berupa obat OAT, yang harus diminum secara rutin
selama 6-9 bulan. TBC dapat dicegah dengan memberikan vaksin BCG, tutup mulut dengan sapu
tangan bila batuk dan meminum susu sapi yang sudah dimasak.
B. Saran
2. Menutup mulut waktu batuk dan tempat khusus untuk dahak dan pembuangan dahak tidak
sembarangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ignatavicius, Donna D. & Workman M.L. 1991. Medical-Surgical Nursing, A Nursing Process
Approach. Philadelphia: WB Saunders Company.
LeMone, P & Burke, K.M. 2000. Medical-Surgical Nursing, Critical Thinking in Client Care. New
Jersey: Prentice Hall Health Upper Sadle River.
Soeparman, dkk. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI