Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Ita Adri Supriati (2282160013)
Raika Nadilla Sari (2282160025)
M. Asep Hidayat Amin (2282160040)
A. Latar Belakang
Penjaminan mutu pendidikan formal, nonformal, dan informal telah diatur dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan. Sistem penjaminan mutu pendidikan merupakan kegiatan yang sistemik
dan terpadu pada penyelenggaraan pendidikan untuk meningkatkan tingkat kecerdasan
bangsa. Tidak dipungkiri bahwa upaya strategis jangka panjang untuk mewujudkannya
menuntut satu sistem pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan yang dapat
membangun kerjasama dan kolaborasi di antara berbagai pemangku kepentingan (stake
holders) yang terkait dalam satu keterpaduan jaringan kerja tingkat nasional, regional, dan
lokal.
Masalah-masalah sarana pendidikan yang dihadapi sekolah antara lain sarana
penunjang pendidikan belum sepenuhnya berada dalam kondisi yang memadai. Hal ini
dapat dilihat misalnya sarana belajar yang rusak atau belum tersedia. Kondisi yang
demikian, selain akan berpengaruh pada ketidaklayakan, ketidaknyamanan pada proses
belajar mengajar, juga akan berdampak pada keengganan orang tua untuk menyekolahkan
anaknya ke sekolah-sekolah tersebut.
Agar sarana pendidikan dapat difungsikan dengan baik, maka diperlukan manajemen
sarana dan prasarana pendidikan. Dengan adanya manajemen sarana dan prasarana
pendidikan, maka sekolah akan mampu mengelola sarana dan prasarana pendidikan
secara lebih terkonsep dan terarah.
Dari sekian banyak sumber daya pendidikan yang dianggap penting adalah masalah
biaya. Biaya dipandang ibarat darah dalam tubuh manusia yang mati hidupnya ditentukan
oleh sirkulasi darah dalam tubuh. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa biaya ini ibarat
kuda dan pendidkan sebagai gerobak. Gerobak tidak akan berjalan tanpa ditarik oleh
kuda. Jadi pendidkan tidak akan berjalan tanpa adanya biaya. Biaya ini termasuk sumber
daya yang langka dan terbatas.
Oleh karena itu biaya perlu dikelola dengan efektif dan efisien agar membantu
pencapaian tujuan pendidikan.Pendidikan sebagai investasi yang akan menghasilkan
manusia-manusia yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan
dalam pembangunan suatu bangsa. Manfaat individu, sosial atau institusional akan
diperoleh secara bervariasi. Akan tetapi manfaat individual tidak diperoleh dalam waktu
seketika atau diperoleh secara cepat, tetapi perlu waktu yang cukup lama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Penjamin Mutu Pendidikan?
2. Faktor-faktor apasaja yang menjadi penyebab rendahnya mutu Pendidikan?
3. Apa tantangan dalam peningkatan mutu Pendidikan?
4. Apa upaya – upaya untuk meningkatkan mutu Pendidikan?
5. Apa yang dimaksud dengan mutu manajemen non akademik berupa sarana prasarana?
6. Bagaimana administrasi non akademik berupa sarana prasarana?
7. Bagaimana prinsip dasar pengelolaan sarana prasarana Pendidikan?
8. Bagaimana pengelolaan sarana prasarana pendidikan?
9. Bagaimana merehabilitasi sarana prasarana pendidikan?
10. Bagaimana sekolah memperoleh dana pembiayaan untuk anggaran dan pendapatan
belanja sekolah?
11. Bagaimana perencanaan, upaya, evaluasi, dan pertanggungjawaban sekolah terhadap
anggaran pendapatan dan belanja sekolah?
C. Tujuan
1. Pembaca dapat mengerti arti Mutu Pendidikan.
2. Mengetahui penyebab apa saja yang mempengaruhi rendahnya Pendidikan di
Indonesia.
3. Mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu Pendidikan.
4. Memahami mutu manajemen non akademik berupa pengelolaan Pendidikan
5. Memahami mutu manajemen non akademik berupa sarana prasarana Pendidikan.
6. Memahami mutu manajemen non akademik berupa pembiayaan Pendidikan.
7. Dapat mengetahui sumber dana pembiayaan pendidikan di sekolah
8. Dapat mengetahui pelaksanaan, upaya, evaluasi dan pertanggungjawaban anggaran
pendapatan dan belanja sekolah
BAB II
ISI
Pengelolaan satuan pendidikan yang dijiwai oleh semangat amanah. Konsep amanah
menghendaki niat yang berporos dalam hati sebagai acuan bersama, dengan visi
mengutamakan pelayanan publik. Visi bersama ini menciptakan pengertian, nilai, norma,
atribut, dan kebiasaan-kebiasaan tertentu yang dalam jangka panjang menjelma sebagai
budaya korporasi.
Visi dan misi dirumuskan dalam strategi dan rencana kerja oleh majelis syuro yang
berpijak pada kejernihan dan kecerdasan pikiran. Dalam proses pengambilan keputusan
terjadi brainstorming, perdebatan, dan bahkan perebutan kepentingan. Majelis syuro
adalah otaknya organisasi. Pada level birokrasi terdapat dua kelompok kerja dengan tugas
pokok yang saling mengisi, yakni pengawas dan pelaksana program. Birokrasi sebagai
kaki tangan majelis syuro bekerja dengan sistem prosedur, dan aturan yang berisi
tatatertib.
Secara keseluruhan kelembagaan pendidikan ibarat organisme terdiri dari jiwa, hati,
pikiran, dan badan. Organisme sebagaimana makhluk hidup secara umum tumbuh dan
berkembang dari sederhana menjadi kompleks. Standar pengelolaan pendidikan berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan agar tercapai
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan
menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) yang ditandai dengan pencapaian
indicator kinerja kunci sebagai berikut:
Penghasilan yang diterima setiap bulan rata-rata 6.100.000 kalau ini kita
bagi empat maka gaji tiap minggu adalah 1.525.000, jika guru tersebut masuk
selama enam hari mulai jam tujuh sampai jam satu maka dia akan mendapat gaji
lebih dari 250.000,- setiap harinya, jika dihitung berdasar jam mengajar 24 JP
tiap minggu maka gaji setiap 1 JP (40 menit) adalah 63.500, sebuah angka yang
“fantastis”.
d. UpayaMeningkatkanMutuPendidikan
Berikut ini langkah-langkah dalam meningkatkan mutu pendidikan:
1) Memperkuat Kurikulum
Kurikulum adalah instrumen pendidikan yang sangat penting dan strategis
dalam menata pengalaman belajar siswa, dalam meletakkan landasan-landasan
pengetahuan, nilai, keterampilan,dan keahlian, dan dalam membentuk atribut
kapasitas yang diperlukan untuk menghadapi perubahan-perubahan sosial yang
terjadi. Saat ini, memang telah dilakukan upaya-upaya untuk semakin
meningkatkan relevansi kurikulum dengan melakukan revisi dan uji coba
kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Kurikulum uji coba tersebut didasarkan
pada pendekatan yaitu: (1) Pengasaan aspek kognitif dalam bentuk kemampuan,
(2) penguasaan aspek afektif yang lebih komprehensif, dan (3) penguasaan aspek
keterampilan dalam bentuk kapasitas profesional. Kompetensi itu hendaknya
dapat membentuk suatu kapasitas yang utuh dan komprehensif sehingga tidak
diredusir menjadi keterampilan siap pakai. Michael, (2002), Charles quengly
(2000) mengemukakan kompetensi yang berada dalam suatu keutuhan dan
komprehensif dengan kapasitas lainnya. Kompetensi mensyaratkan tiga elemen
dasar yaitu basic, knowledge, skill ( intellectual skill, participation skill), and
disposition. Melalui proses pembelajaran yang efektif, dari tiga elemen dasar ini
dapat dibentuk kompetensi dan komitmen untuk setiap keputusan yang diambil.
Kapasitas ini harus menjadi muatan utama kurikulum dan menjadi landasan bagi
pengembangan proses pembelajaran dalam rangka pembentukan kompetensi.
2) Memperkuat Kapasitas Manajemen Sekolah
Telah banyak digunakan model-model dan prinsip-prinsip manajemen modern
terutama dalam dunia bisnis untuk kemudian diadopsi dalam dunia pendidikan.
Salah satu model yang diadopsi dalam dunia pendidikan. Salah satu model yang
diadopsi adalah, School Based Management. Dalam rangka desentralisasi di
bidang pendidikan, model ini mulai dikembangkan untuk diterapkan.
Diproposisikan bahwa manajemen berbasis sekolah (MBS) : (1) akan
memperkuat rujukan referensi nilai yang dianggap strategis dalam arti
memperkuat relevansi, (2) memperkuat partisipasi masyarakat dalam keseluruhan
Kegiatan pendidikan, (3) memperkuat preferensi nilai pada kemandirian dan
kreativitas baik individu maupun kelembagaan, dan (4) memperkuat dan
mempertinggi kebermaknaan fungsi kelembagaan sekolah.
3) Memperkuat Sumber Daya Tenaga Kependidikan
a. Memperkuat Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan
Dalam jangka panjang, agenda utama upaya memperkuat sumber daya tenaga
kependidikan ialah dengan memperkuat sistem pendidikan dan tenaga
kependidikan yang memiliki keahlian. Keahlian baru itu adalah modal
manusia (human investmen), dan memerlukan perubahan dalam sistem
pembelajarannya. Menurut Thurow (sularso,2002), di abad ke-21 perolehan
keahlian itu memerlukan perubahan dalam sistem pembelajaran karena
alasan:
2. Ruang
Secara umum jenis ruang di tinjau dari fungsinya dapat di kelompokkan dalam :
a) Ruang pendidikan
Ruang pendidikan berfungsi untuk menampung proses kegiatan belajar
mengajar teori dan praktek diantaranya ruang perpustakaaan, ruang
laboratorium, ruang kesenian, ruang olah raga, dan ruang keterampilan.
b) Ruang administrasi
Ruang administrasi berfungsi untuk melaksanakan berbagai kegiatan
kantor. Ruang administrasi terdiri dari : ruang kepala sekolah, ruang tata usaha,
ruang guru, dan gudang.
c) Ruang penunjang
Ruang penunjang berfungsi untuk menunjang kegiatan yang mendukung
proses kegiatan belajar mengajar antara lain : ruang ibadah, ruang serbaguna,
ruang koperasi sekolah, ruang UKS, ruang OSIS, ruang WC / kamar mandi, dan
ruang BP.
3. Perabot
Jenis perabot sekolah di kelompokkan menjadi 3 macam.
a) Perabot pendidikan adalah semua jenis mebel yang di gunakan untuk proses
kegiatan belajar mengajar.
b) Perabot administrasi adalah perabot yang di gunakan untuk mendukung
kegiatan kantor.
c) Penunjang perabot yang di gunakan atau di butuhkan dalam ruang
penunjang. Seperti perabot perpustakaan, perabot UKS, perabot OSIS.
4. Alat dan Media Pendidikan
Setiap mata pelajaran sekurang-kurangnya memiliki satu jenis alat peraga
praktek yang sesuai dengan keperluan pendidikan dan pembelajaran, sehingga
dengan demikian proses pembelajaran tersebut akan berjalan dengan optimal.
5. Buku dan Alat Ajar
Bahan ajar ini terdiri dari;
a) Buku pegangan
Buku pegangan di gunakan oleh guru dan peserta didik sebagai
acuan dalam pembelajaran yang bersifat Normatif, adaptif dan produktif.
b) Buku pelengkap
Buku ini di gunakan oleh guru untuk memperluas dan memperdalam
penguasaan materi.
c) Buku sumber
Buku ini dapat di gunakan oleh guru dan peserta didik untuk
memperoleh kejelasan informasi mengenai suatu bidang ilmu /
keterampilan.
d) Buku bacaan
Buku ini dapat di gunakan oleh guru dan peserta didik sebagai
bahan bacaan tambahan (nonfiksi) untuk memperluas pengetahuan dan
wawasan serta sebagai bahan bacaan (fiksi ) yang bersifat relatif.
a. Untuk mengoptimalkan usia pakai perlatan. Hal ini sangat penting terutama jika dilihat
dari aspek biaya, karena untuk membeli suatu peralatan akan jauh lebih mahal jika
dibandingkan dengan merawat bagian dari peralatan tersebut.
b. Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan untuk mendukung kelancaran
pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal.
c. Untuk menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan melalui pencekkan secara
rutin dan teratur.
d. Untuk menjamin keselamatan orang atau siswa yang menggunakan alat tersebut.
Menurut Darma (2007: 32), ada lima manfaat dari pemeliharaan sarana dan
prasarana. Manfaat pemeliharaannya yaitu:
a. Jika peralatan terpelihara baik, umurnya akan awet yang berarti tidak perlu
mengadakan penggantian dalam waktu yang singkat.
b. Pemeliharaan yang baik mengakibatkan jarang terjadi kerusakan yang berarti biaya
perbaikan dapat ditekan seminim mungkin.
c. Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka akan lebih terkontrol sehingga
menghindar kehilangan.
d. Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka enak dilihat dan dipandang.
e. Pemeliharaan yang baik memberikan hasil pekerjaan yang baik.
Didalam pemeliharaan sarana dan prasarana terdapat beberapa tahapan. Menururt
Barnawi dan Arifin (dikutip dari Fardiyono, 2015: 43), ada lima tahapan pemeliharaan
sarana dan prasarana disekolah.
1) Penyadaran, kepala sekolah perlu mengundang Kelompok Kerja Rencana Kerja
Sekolah (KK-RKS) dan memebentuk tim kecil untuk menginisiasi pengantar
pemahaman pentingnya pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.
2) Pemahaman, diberikan kepada stakeholders dengan cara menjelaskan program
pemeliharaan yang dibuat oleh sekolah. Program pemeliharaan mencakup manfaat
pemeliharaan, tujuan dan sasaran, hubungan pemeliharaan dengan manajemen aset
sekolah, jenis pemeliharaan dan lingkup masing-masing serta peran serta seluruh
stakeholders.
3) Pengorganisasian, pada tahap ini diatur dengan jelas siapa yang bertanggung jawab,
siapa yang melaksanakan, dan siapa yang mengendalikannya. Pengorganisasian
pengelola pemelihara melibatkan semua warga sekolah, yaitu kepala sekolah, guru,
peserta didik, komite sekolah, dan tim teknis pemeliharaan.
4) Pelaksanaan, terbagi atas pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala.
5) Pendataan, dilakukan dengan menginventarisasi sarana dan prasarana sekolah sesuai
dengan ketersediaan dan kondisinya.
3. Pelaksana sekolah dalam melaksanakan pengawasan terhadap pendapatan dan belanja sekolah
Kegiatan pengawasan pelaksanaan anggaran dilakukan dengan maksud untuk mengetahui:
(a) kesesuaian pelaksanaan anggaran dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan dengan
prosedur yang berlaku, (b) kesesuaian hasil yang dicapai baik di bidang teknis administratif
maupun teknis operasional dengan peraturan yang ditetapkan, (c) kemanfaatan sarana yang ada
(manusia, biaya, perlengkapan dan organisasi) secara efesien dan efektif, dan (d) sistem yang
lain atau perubahan sistem guna mencapai hasil yang lebih sempurna.
Sebagaimana telah dikatakan bahwa pengawasan itu terdiri dari berbagai aktivitas yang
bertujuan agar pelaksanaan menjadi sesuai dengan rencana. Dengan demikian pengawasan itu
merupakan proses, yaitu kegiatan yang berlangsung secara berurutan. Menurut (Pigawahi dalam
Manullang, 1990), proses pengawasan mencakup kegiatan berikut: pemahaman tentang
ketentuan pelaksanaan dan masalah yang dihadapi, menentukan obyek pengawasan,
menentukan sistem, prosedur, metode dan teknik pengawasan, menentukan norma yang dapat
dipedomani, menilai penyelenggaraan, menganalisis dan menentukan sebab penyimpangan,
menentukan tindakan korektif dan menarik kesimpulan atau evaluasi.
Selanjutnya mengukur atau mengevaluasi prestasi kerja terhadap standar yang telah
ditentukan dan membetulkan penyimpangan yang terjadi. Jika ada penyimpangan dapat segera
dan cepat dilakukan pembetulan. Pengawasanpembiayaan memiliki fungsi mengawasi
perencanaan pembiayaan dan pelaksanaan penggunaan pembiayaan. Walaupun perencanaan
yang baik telah ada, yang telah diatur dan digerakkan, belum tentu tujuan dapat tercapai,
sehingga masih perlu ada pengawasan. Pada dasarnya pengawasan merupakan usaha sadar untuk
mencegah kemungkinan-kemungkinan penyimpangan pelaksanaan dari rencana yang telah
ditetapkan. Apakah pelaksananya telah tepat dan telah menduduki tempat yang tepat, apakah
cara bekerjanya telah betul dan aktivitasnya telah berjalan sesuai dengan pola organisasi. Kalau
terdapat kesalahan dan penyimpangan, maka segera diperbaiki.
Oleh sebab itu setiap manajer pada setiap tingkatan organisasi berkewajiban melakukan
pengawasan. Evaluasi yang dilakukan dalam setiap tahapan pelaksanaan program dilakukan
yang hasil evaluasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan penyempurnaan
kegiatan selanjutnya. Hal ini senada dengan temuan penelitian yang dirumuskan dalam proposisi
sebagai berikut. Jika dalam pelaksanaan evaluasi terhadap pembiayaan sekolah berupaya
menggali saran dan masukan dari komponen sekolah maka akan mendukung efektivitas
pembiayaan sekolah yang baik.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini alangkah lebih baik diberi metode yang digunakan dan
bagi sekolah harus semakin ditingkatkan koordinasi antara wali murid, pemerintah,
siswa/siswi dan staff sekolah supaya terjadi kerja sama yang baik dalam mencapai
tujuan.
Daftar Pustaka
Arikunto, S., & Yuliana, L. 2008. Manajemen pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media .
Fadhilah, N. I. 2014. Peranan sarana dan prasarana pendidikan guna menunjang hasil belajar
siswa di SD Islam al syukro universal. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Fardiyono, A. 2015. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dasar kanisius
eksperimental (SDKE) Mangunan. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Dawous, G.G., Suharto, N., & Rosalin, E. 2013. Pengaruh manajemen sarana dan prasarana
terhadap mutu layanan sarana dan prasaranadiklat di pusat pendidikan dan pelatihan
pusdiklat. Jurnal Administrasi dan Manajemen Pendidikan Vol 1.
Fattah, N. 2006. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah, Teknik Dasar dan Praktik. Cetakan Pertama, PT. Rafika
Aditama. Bandung
Sirodjuddin, Ardan. 2014. Mengapa Pendidikan Indonesia Saat ini Tidak Mampu Menciptakan
Generasi Hebat?. Penerbit :Guraru
Tamam, Rosid. 2014. Tunjangan Profesi Guru Meningkatkan Mutu Pendidikan ?
. Penerbit :Guraru