Vous êtes sur la page 1sur 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan tidak akan diam begitu saja karena secara spontan rasa
ingin tahu manusia akan bergerak mencari yang belum diketahui. Hal tersebut
terjadi karena objek alam adalah misteri besaryang sedikit demi sedikit disibakkan
manusia dengan kegiatannya meneliti melalui pengamatan dan analisis. Selain itu,
dengan kreativitasnya setiap ilmu mempunyai bahasan dan tujuan-tujuan tersendiri,
melakukan pengetahuan sendiri dan “dihidupi” oleh pemirsanya untuk
memperoleh kebenaran-kebenaran lebih lanjut akan apa yang diamato dan menjadi
objeknya.
Metode ilmiah merupakan bagian yang paling penting dalam mempelajari
ilmu ilmiah. Langkah-langkah dalam menerapkan metode ini tidak harus selalu
berurutan. Langkah demi langkah seperti contoh yang tercantum berikut ini, yang
penting ialah pemecahan masalah untuk mendapatkan kesimpulan umum
(generalisasi) yang didasarkan atas data dan uji dengan data bukan oleh keinginan,
prasangka, kepercayaan atau pertimbangan lain.
Seorang ilmuwan memulai penelitian dengan membuat pertanyaan atau
keraguan. Setiap pertanyaan atau keraguan membutuhkan penjelasan yang
dipercaya atau diandalkan. Tidak pernah ada pertanyaan retoris dalam ilmu
pengetahuan. Pertanyaan selalu merupakan pertanyaan yang real yang menggugah
ilmuwan untuk mencari solusi atau penjelasan. Solusi ilmiah mengajak ilmuwan
untuk mencoba menemukan the imagined action. Maka dari itu, dalam solusi ilmiah
diperlukan metode ilmiah yang akan dibahas dalam makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud ilmu pengetahuan ?
2. Apa yang dimaksud metode ilmiah?
3. Apa yang dimaksud metode abduksi ?
4. apa yang dimaksud metode deduksi ?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui arti ilmu pengetahuan
2. Agar mengetahui arti metode ilmiah
3. Agar mengetahui arti metode abduksi
4. Agar mengetahui arti metode deduksi
D. Manfaat
1. Dapat memahami ilmu pengetahuan
2. Dapat memahami metode ilmiah
3. Dapat memahami metode abduksi
4. Dapat memahami metode deduksi
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN

Ilmu (sains) berasal dari Bahasa Latin scientia yang berarti knowledge. Ilmu
dipahami sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin. Ilmu bertujuan untuk
meramalkan dan memahami gejala-gejala alam. Ilmu pengetahuan ialah
pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis,
konsisten dan koheren. Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi
harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara
metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa
diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.

Metodis berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan


menggunakan metode tertentu, tidak serampangan. Sistematis berarti dalam usaha
menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh,
menggunakan langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga menjadi
suatu keseluruhan yang terpadu. Koheren berarti setiap bagian dari jabaran ilmu
pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian
(konsisten). Sedangkan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan disebut penelitian (research). Usaha-usaha
itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.

Ilmu pengetahuan dapat dibedakan atas:

1. Ilmu Pengetahuan Fisis-Kuantitatif, sering disebut pengetahuan empiris.


Pengetahuan ini diperoleh melalui proses observasi serta analisis atas data
dan fenomena empiris. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah geologi,
biologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain.
2. Ilmu Pengetahuan Formal-Kualitatif, sering disebut pengetahuan
matematis. Ilmu ini diperoleh dengan cara analisis refleksi dengan mencari
hubungan antara konsep-konsep. Termasuk dalam kelompok ilmu ini
adalah logika formal, matematika, fisika, kimia, dan lain-lain.
3. Ilmu Pengetahuan Metafisis-Substansial, sering disebut pengetahuan
filsafat. Pengetahuan filsafat diperoleh dengan cara analisis refleksi
(pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis, logis rasional) dengan
mencari hakikat prinsip yang melandasi keberadaan seluruh kenyataan.

B. Macam-macam Metode Ilmu Pengetahuan


1. Metode Ilmiah

Kata “metode’’ berasal dari kata Yunani, meta yang berarti “sesudah’’ dan
hodos yang berarti “jalan’’. Metode adalah langkah-langkah berurutan yang
diambil untuk mencapai pengetahuan yang benar. Langkah-langkah tersebut dapat
berupa tatacara, tehnik, teori beserta urutannya, atau jalan yang telah dirancang
sebelumnya, maupun langkah-langkah baru yang ditemukan dijalan. Pada
kenyataannya penyimpangan dari langkah-langkah yang telah ditentuka sangat
mungkin terjadi karena ditemukannya fakta-fakta baru yang mungkin lebih menarik
dan bahkan bisa mngubah hipotesis sebelumnya.
Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan
melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk
menjelaskan fenomena alam. prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut
diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali,
hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.Metode utama dalam sains
biasanya diwarnai pendekatan empiris. Hal ini disebabkan oleh sejarah sains yang
sangat berkembang karena adanya eksperimen-eksperimen yang dilakukandi
laboratorium untuk meniru ituasi dan kondisi alam. Dimulai dengan aliran empiris
John Locke dan David Hume, sains merupakan hasil “permainan’’ berbagai
variabel dan parameter buatan manusia.
Sains juga berkembang karena adanya kepentingan pragmatis dari
pengguna sains dan para pelaku teknologi. Untuk itu terciptalah berbagai metode
ilmiah baru yang berbeda dari metode sebelumnya yang telah dibahas oleh Francis
Bacon. Aliran positivisme menggunakan sains dan hasil-hasil sains empiris untuk
aplikasi ke semua bidang. Kaum positivisme zaman itu dipelopori Auguste Comte
dan John Stuart Mill yang sangat membantu dengan rumusan-rumusan logikanya,
membuat metode ilmiah meluas penggunaannya untuk ilmu-ilmu lainnya termasuk
ilmu sosial dan budaya, antropologi, sejarah, ekonomi dan sebagainya.
a. Tahap-tahap pelaksanaan metode ilmiah
Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan
oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode
ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan
terkontrol. Pelaksanaan metode ilmiah harus melalui tahap-tahap
berikut:

1. Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus


diselesaikan, yang dapat muncul karena adanya pengamatan dari
suatu gejala-gejala yang ada di lingkungan.
2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah
dan dekat pada pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji
teori atau kajian pustaka.
3. Merumuskan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara
yang disusun berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh
selama observasi atau telaah pustaka.
4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
5. Menganalisis data (hasil) percobaan untuk menghasilkan
kesimpulan.
6. Penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan ini berdasarkan pada
analisis data-data penelitian. Hasil penelitian dengan metode ini
adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan
peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja
akan memberikan hasil yang sama).
7. Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis
melalui hasil percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji
senantiasa mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi
kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.

b. sikap ilmiah
Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh setiap penelitian dan
ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :

1. Rasa ingin tahu


2. Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)
3. Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan
pribadi)
4. Tekun (tidak putus asa)
5. Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
6. Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain)

c. Penelitian ilmiah
Salah satu hal yang penting dalam ilmu pengetahuan adalah
penelitian (research). Research berasal dari kata re yang berarti
kembali dan search yang berarti mencari, sehingga research atau
penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk
mengembangkan dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan.
Penelitian ilmiah didefinisikan sebagai rangkaian pengamatan yang
sambung menyambung, berakumulasi dan melahirkan teori-teori yang
mampu menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena.
Penelitian ilmiah sering diasosiasikan dengan metode ilmiah
sebagai tata cara sistimatis yang digunakan untuk melakukan
penelitian. Penelitian ilmiah juga menjadi salah satu cara untuk
menjelaskan gejala-gejala alam. Adanya penelitian ilmiah membuat
ilmu berkembang, karena hipotesis-hipotesis yang dihasilkan oleh
penelitian ilmiah seringkali mengalami retroduksi.
Dalam proses pencarian yang dilakukan manusia, ada dua momen yang
melahirkan metode ilmiah. Momen yang pertama adalah momen kesadaran akan
adanya masalah. Momen yang kedua adalah proses berpikir baru untuk
mengusahakan pemecahan masalah. Dan proses yang terjadi di antara kesadaran
akan masalah dan pemecahan masalah ini merupakan penelitian dimana di
dalamnya digunakan metode. Jika diteliti lebih lanjut, momen-momen kesadaran
ini sangatlah rumit dinamikanya, dan banyak menarik perhatian para pemikir di
abad pertengahan.
Rene Descartes yang juga dijuluki Bapak Filsafat Modern pernah
merenungkan perihal pengetahuan dan kesadaran, dan hasil pemikiran Descartes
sanagat berpengaruh pada lahirnya metode-metode dalam ilmu pengetahuan.
“Kesadaran’’ dari subjek yang berpikir mendapat tempat istimewa dalam
penggalian pengetahuan menurut Descartes.
Dalam salah satu buku utamanya yaitu “Wacana Metode’’ (Discours de la
Methode, 1637) Descartes mengatakan bahwa beberapa kaidah pokok perihal
metode adalah sebagai berikut :
a. Jangan pernah menerima apapun sebagai benar kecuali jika mengetahui secara
jelas bahwa hal itu memang benar, artinya hindari secara berhati-hati penyimpulan
terlalu cepat prasangka; dan jangan memasukkan apapun ke dalam pandangan Anda
kecuali apa yang ditampilkan sangat jelas dan gamblang di dalam nalar, sehingga
tidak akan ada kesempatan untuk meragukannya.
b. Memilah-milah satu per satu kesulitan yang akan ditelaah menjadi bagian-bagian
kecil sebanyak mungkin atau sejumlah yang diperlukan, untuk lebih memudahkan
menyelesaikannya.
c. Memikirkan secara runtut, mulai dari objek-objek yang paling sederhana dan
paling mudah dikenali, lalu meningkat setahap demi setahap sampai ke masalah
yang paling rumit, dan bahkan dengan menata urutan objek-objek yang secara alami
tidak beraturan.
d. Membuat perincian selengkap mungkin dan memeriksa secara menyeluruh
sampai yakin bahwa tidak ada yang terlupakan.
Objek kajian juga dapat menentukan metode. Ada keterkaitan tersendiri antara
objek
formal dengan metode dan juga hukum yang berlaku. Dalam ilmu alam, data
pengamatan awal adalah hasil persepsrena objek indrawi manusia, dan diolah dan
dicari tahu sebab-sebabnya serta komponen-komponennya. Untuk
penyelidikannya, diperlukan berpikir abstrak, mengidentifikasi, memilah,
menggolongkan, menjelaskan, dan lain-lain dengan atau tanpa alat bantu.
Dalam menelaah memerlukan metodologi yang tepat karena objek antara
sama lain mempunyai proses dan karakteristik yang berbeda. Akan tetapi pada
umumnya ada empat karakteristik penelitian ilmiah, yaitu:

1. Sistematik, yang berarti suatu penelitian harus disusun dan


dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar,
dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan
berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung
menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika.
Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara
berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus
individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk
menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang
bersifat umum.
3. Empirik, artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada
pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan
indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian
diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada
tiga yaitu :

a). Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada


penggolongan atau perbandingan satu sama lain).

b). Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.


c). Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada
penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).

Komponen umum siklus empirik mencakup tahapan-tahapan :

Tahap I : Observasi

Ilmuwan bekerja lebih dari sekedar mengamati, melainkan termasuk


mengumpulkan data, mendaftar, mengidentifikasi, memilah-milah,
menggolongkan, mengklasifikasi secara ilmiah, serta mengadakan
evalusi awal

Tahap II : Induksi awal

Induksi awal selalu dibantu oleh logika dan kadang-kadang oleh


matematika.

Tahap III : Deduksi


Logis

Deduksi logis untuk mengolah lebih lanjut data empiris awal tadi
yang akan dirumuskan hipotesis.

Tahap IV : Verifikasi

Verifikasi adalah tahap pengukuhan dugaan sementara tadi dengan


memperlakukan eksperimen empiris terhadap objek

Tahap V: Klasifikasi Empirik

Hasil yang didapat akan diamati dan dianalisis, yang merupakan


tahap klarifikasi ilmiah, dimana hasil analisis akan menentukan
diterima atau ditolaknya hipotesis sebelumnya
4. Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus
diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang
sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama.
Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel
menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

2. Metode abduksi
Menurut C. S. Pierce metode abduksi adalah semua proses yang
terdiri dari mencari dan merumuskan hipotesis terjadi dalam
pemikiran ilmuwan dan berkisar seputar hipotesis dan proses
penyimpulan. Proses abduksi terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Pemikiran Peirce tentang abduksi
Awal mulanya Peirce memandang abduksi terdiri dari tiga
proposisi yaitu: proposisi tentang hokum (rule), tentang
suatu kasus (case) dan proposisi tentang kesimpulan (result).
Ketiga hal itu dibentuk dalam suatu silogisme hipotesis yang
terdiri dari premis mayor, minor dan kesimpulan. Bentuk
silogisme hipotesis:
Jika A, maka B
Dan A:
Maka B

Pada perkembangannya, Peirce sadar bahwa abduksi


merupakan tahap pertama dari penelitian ilmiah. Secara
formal, abduksi sebenarnya suatu bentik silogisme yang
bertolak dari fakta. Dari fakta tersebut lalu dirumuskan
sebuah hipotesis untuk menjelaskan fakta tersebut. Terdapat
dua ciri abduksi, yaitu:
1. Abduksi menawarkan suatu hipotesis yang
memberikan eksplanasi yang probable. Kebenaran hipotesis
masih harus dibuktikan melalui proses verifikasi.
2. Hipotesis dapat memberikan eksplanasi terhadap fakta-
fakta lain yang belum dijelaskan dan bahkan tidak dapat
diobservasi secara langsung. Contoh teori Kopernikus
tentang heliosentrisme.
Kesimpulannya bahwa abduksi hanya menghasilkan
hipotesis sebagai penjelasan sementara. Hipotesis yang coba
ditawarkan melalui abduksi tidak lebih dari suatu vague
ideas, yang masih harus dibuktikan melalui induksi dan
deduksi.
b. Beberapa syarat dalam pemilihan hipotesis
Berikut akan dijelaskan beberapa syarat-syarat yang harus
diperhatikan dalam memilih suatu hipotesis, yaitu:
1. Hipotesis yang dipilih dapat di verifikasi secara
eksperimental, namun sebelum itu pemilihan hipotesis
perlu mendapat pertimbangan ekonomi (dilihat dari
finansial dan waktu). Hipotesis yang dipilih adalah
hipotesis yang sudah ada dan yang membuka jalan lebih
besar bagi pengetahuan.
2. Dampak positif dari hipotesis bagi ilmu. Jika sebuah
hipotesis dapat menjelaskan fenomena lain secara
bersamaan, hipotesis itu perlu dipertimbangkan untuk di
verifikasi lebih lanjut.
3. Nilai suatu hipotesis. Hipotesis yang baik adalah
hipotesis yang dapat diuji sekaligus dapat membantu bagi
perkembangan ilmu itu sendiri secara dinamis.
c. Kesimpulan: nilai teoritis fase abduksi
1. Abduksi menghasilkan suatu proposisi yang
mengandung konsep universal (generalitas). Suatu
hipotesis mempertegas bahwa suatu kasus individual
ditempatkan dalam suatu kelas yang lebih umum.
2. Abduksi merupakan suatu proses yang tidak dapat
dipatok dengan satu jenis penalatan formal (reason) saja.
Hipotesis abduktif tidak muncul dari suatu proses logis
yang ketat, tetapi dari suatu kilatan insight, pengertian,
ide, dibawah imajinasi dan diluar kemampuan penalaran
kritis.
3. Proses abduksi menegaskan bahwa ilmu pengetahuan
selalu berusaha menangkap orisinalitas realistis. Abduksi
menawarkan hipotesis yang harus diuji, bukan sesuatu
yang diketahui kebenarannya.

4. Abduksi merupakan suatu fase interpretasi dalam arti


proposisi hipotesis yang berhasil dirumuskan tidak lain
dari cara pandang ilmuwan terhadap fakta atau
pengalaman.

3. Metode Deduksi

Deduksi berasal dari bahasa inggris deduction yang berarti penarikani


kesimpulan dari keadaan-keadaan umum, menemukan yang khusus dari yang
umum. (Kamus umum bahasa Indonesia hal. 273 W.J.S. Poerwadarminta, Balai
pustaka, 2006)
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif
biasanya mempergunakan pola pikir silogisme yang secara sederhana digambarkan
sebagai penyusun dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang
mendukung silogisme disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai
premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat
dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.1[1][3]
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang
umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang
khusus. Contoh penarikan kesimpulan berdasarkan metode deduktif adalah sebagai
berikut :
Semua makhluk hidup perlu makan untuk mempertahankan hidup (premis mayor)
Anton adalah seorang makhluk hidup (premis
minor)
Jadi, Anton perlu makan untuk mempertahankan hidupnya. (kesimpulan)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai kata benda dan kata kerja.
Sebagai kata benda ilmu pengetahuan merupakan hasil yang sudah jadi.
Sedangkan sebagai kata kerja, ilmu pengetahuan adalah proses yang
melibatkan ilmuwan dalam mencapai kebenaran atau dapat juga dikatakan
sebagai metode atau cara atau kegiatan yang dipraktekkan. Metode ilmu
pengetahuan berasal dari permasalahan atau keraguan. Keraguan
menunjukkan beberapa dimensi, yaitu 1). Bahwa kita tidak mengetahui
sesuatu, 2). Bahwa kita memiliki hasrat untuk mengetahuinya, 3). Bahwa
kita berusaha untuk menemukan kebenaran. Motivasi terdalam dari seorang
ilmuwan adalah cinta pada pengetahuan teoritis, hal ini akan membawanya
memilih metode yang terbaik untuk mencapai pengetahuan.

a. Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah prosedur yang mencakup penalaran ilmiah berupa
pemikiran dan disertai tindakan, pola kerja empiris dan prosedur pengujian yang
sudah ada beserta strukturnya.
b. Metode Abduksi
Metode abduksi adalah semua proses yang terdiri dari mencari dan
merumuskan hipotesis terjadi dalam pemikiran ilmuwan dan berkisar seputar
hipotesis dan proses penyimpulan.

c. Metode deduksi
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus

B. SARAN
Metode yang digunakan dalam suatu masalah dengan masalah lain berbeda-
beda. Maka kita harus menganalisa dulu permasalahannya dan
menggunakan metode yang sesuai dengan permasalahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Agustinus. 2013. “Metode Ilmiah”. Dalam


http://agusthinuz.blogspot.com/2013/03/metode-ilmiah.html
Prabowo, Mulyono. 2013. “Metode Ilmiah”. Dalam
http://mulyonoprabowo.wordpress.com/2013/06/06/metode-ilmiah/
Sridianti. 2014. “Tahap Langkah Metode Ilmiah”. Dalam
http://www.sridianti.com/tahap-langkah-metode-ilmiah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/metode-deduksi-induksi

Vous aimerez peut-être aussi