Vous êtes sur la page 1sur 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan terdapat istilah pembelajaran terpadu. Yang mana
pembelajaran terpadu itu sangat membantu para Guru. Tapi celakanya ada
banyak guru yang tidak memahami dan mengetahui maksud dari
pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu sendiri terdiri dari beberapa
model. Dan dari setiap model yang ada mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing
Setiap tipe atau model dalam pembelajaran terpadu tidak mudah untuk
dicari perbedaan, kelebihan maupun kekuranganya. Itu bisa saja di sebabkan
karena tingkat pemahaman guru yang kurang luas atau terbatas tentang
pengertian atau inti dari tiap-tiap tipe.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang pembelajaran
terpadu. Tepatnya pembelajaran terpadu model Nested (tersarang). Model
Sequenced (terurut).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas, diantaranya:
1. Apa pengertian dari pembelajaran terpadu model Nested dan model
Sequenced?
2. Bagaimana karakteristik pembelajaran terpadu model Nested dan model
Sequenced?
3. Apa Kelebihan pembelajaran terpadu model Nested dan model Sequenced?
4. Apa kekurangan pembelajaran terpadu model Nested dan model
Sequenced ?
5. Langkah-langkah apa sajakah yang harus dilakukan untuk mewujudkan
pembelajaran terpadu model Nested dan model Sequenced?
6. Bagaimana cara penggunaan dan penyusunan model pembelajaran model
Nested dan model Sequenced ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami makna pembelajaran terpadu model Nested dan model
Sequenced
2. Mengetahui karakteristik pembelajaran terpadu model Nested dan model
Sequenced
3. Mengetahui kelebihan pembelajaran terpadu model Nested dan model
Sequenced
4. Mengetahui kelemahan pembelajaran terpadu model Nested dan model
Sequenced
5. Membuat atau menyusun langkah-langkah pembelajaran terpadu
model Nested dan model Sequenced.
6. Untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran sequence dengan
model pembelajaran yang lainnya menurut fogarty
7. Untuk mengetahui cara penggunaan dan penyusunan model pembelajaran
sequence.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Terpadu Model Nested
1. Pengertian
Pembelajaran terpadu model Nested adalah model pembelajaran
yang mengintegrasikan kurikulum di dalam satu disiplin ilmu secara
khusus meletakkan fokus pengintegrasian pada sejumlah keterampilan
belajar yang ingin dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanya dalam
suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran (content).
Keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi keterampilan bepikir
(thingking skill), keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan
mengorganisasi (organizing skill) (Fogarty, 1991, hlm. 23).

Gambar 2.1
Pembelajaran Terpadu Model Nested

Model pembelajaran terpadu tipe Nested atau tersarang adalah


integrasi desain guna memperkaya segala hal yang digunakan oleh guru
supaya terlihat lebih terampil. Mereka tahu bagaimana untuk mendapatkan
jarak tempuh yang paling efektif dari pelajaran apapun. Tapi, dalam
pendekatan Nested untuk instruksi perencanaan diperlukan beberapa
sasaran yang tepat untuk belajar siswa. Namun,
integrasi Nested mengambil keuntungan dari kombinasi alam sehingga
tugas tersebut tampaknya cukup mudah.
Model Sarang (Nested) adalah model pembelajaran terpadu yang
target utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan
keterampilan berpikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya
memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan
keterampilan proses, sikap dan komunikasi.
Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa
aspek kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. Model ini
dapat digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep
suatu materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu
kesatuan.
Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan tertentu
pada ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep
dan sikap melalui aktivitas yang telah terstruktur.

2. Karakteristik
Menurut Depdikbud (1996:3) pembelajaran terpadu sebagai suatu
proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri - ciri, yaitu :
a. Holistik
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu
fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat
siswa menjadi lebih arif dan bijaksana di dalam menyikapi atau
menghadapi kejadian yang ada di depan mereka.
b. Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang
dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar
konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan
berdampak kepada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Siswa
mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-
masalah yang muncul di dalam kehidupannya.
c. Otentik
Pembelajaran terpadu juga memungkinkan siswa memahami secara
langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan
belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya
sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan
pengetauhuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik. Misalnya,
hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui kegiatan
eksperimen. Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan
katalisator, sedang siswa bertindak sebagai actor pencari informasi dan
pengetahuan. Guru memberikan bimbingan kearah mana yang dilalui
dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan
tersebut.
d. Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran
baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosianal guna
tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan
hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi
untuk terus menerus belajar.
Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan beberapa
keterampilan dalam suatu proses pembelajaran. Selain mempunyai sifat
luwes, pembelajaran terpadu memberikan hasil yang dapat berkembang
sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Sedangkan menurut Trianto, Karakteristik mata pelajaran menjadi
pijakan untuk sebuah kegiatan awal. Seperti yang dicontohkan Fogarty
(1991:28) untuk jenis mata pelajaran sosial dan bahasa dapat dipadukan
keterampilan berpikir (thingking skill) dengan keterampilan sosial (social
skill). Sedangkan untuk pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan
keterampilan berfikir (thingking skill) dan keterampilan mengorganisir
(organizing skill) (2012: 45).
Sub-sub keterampilan yang dapat dilakukan melalui model nested
yang dikutip oleh Irianto dalam Model Pembelajaran Terpadu dari Forgaty
dapat dilihatkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1
Unsur - Unsur Keterampilan Berpikir, Keterampilan Sosial dan
Keterampilan Mengorganisasi
Keterampilan Keterampilan
Keterampilan Sosial
Berpikir Mengorganisasi
Memperhatikan Jaringan (jaring laba-
Memprediksi
pendapat orang laba)
Menyimpulkan Mengklarifikasi Diagram Venn
Membuat Hipotesis Menjelaskan Diagram alir
Membandingkan Memberanikan diri Lingkaran sebab akibat
Menerima pendapat Diagram akur/tidak
Mengklasifikasi
orang akur
Menolak pendapat
Menggeneralisasi Kisi-kisi/matrik
orang
Membuat skala
Menyepakati Peta Konsep
prioritas
Mengevaluasi Meringkas Diagram rangka ikan

3. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan tipe nested (tersarang) adalah guru dapat memadukan
beberapa keterampilan sekaligus dalam suatu pembelajaran di dalam satu
mata pelajaran. Menjaring dan mengumpulkan sejumlah tujuan dan
pengalaman belajar siswa, pembelajaran menjadi semakin diperkaya dan
berkembang. Memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berpikir,
keterampilan sosial, dan ide-ide penemuan lain, satu pelajaran dapat
mencakup banyak dimensi. Tipe tersarang juga memberikan perhatian
pada berbagai bidang yang penting dalam satu saat. Pada tipe ini, satu guru
dapat memadukan kurikulum secara meluas.
Kekurangan tipe nested terletak pada guru ketika tanpa
perencanaan yang matang memadukan beberapa keterampilan yang
menjadi target dalam suatu pembelajaran. Hal ini berdampak pada siswa,
prioritas pelajaran akan menjadi kabur karena siswa diarahkan untuk
melakukan beberapa tugas belajar sekaligus.
4. Penerapan
Model nested di sekolah dasar dapat diterapkan khususnya di kelas
tinggi, yang sudah pasti semuanya disesuaikan dengan tingkat
perkembangan pemahaman siswa.
Tipe nested sangat cocok digunakan ketika guru ingin
memasukkan kemampuan berpikir dan kemampuan sosial ke dalam isi
pelajaran. Tetap focus pada tujuan penguasaan materi, ditambahkan
dengan pembentukan kemampuan berpikir dan kemampuan sosial di
dalamnya. Penguasaan konsep pembentukan sikap, dan keterampilan
berpikir dipadukan dalam suatu kegiatan belajar. Upaya ini akan lebih
meningkatkan kualitas pengalaman belajar siswa.

5. Langkah-Langkah
Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu tipe nested
(tersarang) mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran
terpadu yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
a. Tahap Perencanaan
1) Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang
dipadukan.
Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal.
Seperti contoh yang diberikan Fogary (1991:28) untuk jenis mata
pelajaran sosial dan bahasa dapt dipadukan keterampilan berpikir
dengan keterampilan sosial. Sedangkan untuk mata pelajaran sains
dan matematika dapat dipadukan keterampilan berpikir dan
keterampilan mengorganisir.
2) Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indicator
Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub
keterampilan dari masing-masing keterampilan yang dapat
diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.
3) Menentukan sub keterampilan yang dipadukan
Secara umum katerampilan-keterampilan yang harus dikuasai ada
tiga, yaitu: (1) keterampilan berpikir, (2) keterampilan sosial, dan (3)
keterampilan mengorganisasi.
4) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (indikator)
Berdasarkan kompetensi dasar dan sub kterampilan yang telah
dipilih dirumuskan tujuan pembelajaran khusus (indikator). Setiap
indikator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan tujuan
pembelajaran khusus (indikator) yang meliputi; audience,
baehaviour, condition dan degree.
5) Menentukan langkah-langkah pembelajaran
Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru untuk mengintegrasikan
setiap sub keterampilan yang telah dipilih pada setiap langkah
pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Dalam Depdiknas (1996:6), prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran
terpadu, meliputi :
1) Guru hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi
dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran memungkinkan siswa menjadi pelajar mandiri
2) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam
setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok
3) Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali
tidak terpikirkan dalam proses perencanaan.
Tahap pelaksanaan pembelajaran mengikuti skenario langkah-langkah
pembelajaran, menurut Muchlas (2002:7), tidak ada model
pembelajaran tunggal yang cocok untuk suatu topic dalam pembelajaran
terpadu. Artinya dalam satu tatap muka dipadukan beberapa model
pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memahami model-model
pebelajaran terpadu dengan baik.
c. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan
evaaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Depdiknas
(1996:6) hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran
terpadu.
1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di
samping bentuk evaluasi lainnya
2) Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan
belajar yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan
pencapaian tujuan yang akan dicapai.

B. Pembelajaran Terpadu Model Sequenced


1. Pengertian
Model sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar
mata pelajaran yang berbeda secara paralel. Isi cerita dalam roman sejarah,
misalnya; topik pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang sama
dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa, karakteristik
kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang
menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik tersebut dapat dipadukan
pembelajarannya pada alokasi jam yang sama. Pembelajaran terpadu
bertahap merupakan pembelajaran yang ditempuh dengan cara
mengajarkan yang secara material (bahan ajar) memiliki kesamaan materi
dan keterkaitan antar keduanya. Terpadu ini ditempuh dalam upaya
mengutuhkan atau menyatukan materi-materi yang bercirikan sama dan
terikat agar lebih menyeluruh dan utuh. Dengan demikian siswa mudah
menerima, memahami, menyimpan dan memproduksi serta menghayati
makna yang terkandung dalam dua mata pelajaran tersebut. Penerapan
pendekatan ini secara metodologis lebih praktis dan hemat. Hal tersebut
karena materi yang seharusnya disampaikan dalam dua mata pelajaran,
cukup disampai-gabungkan menjadi satu mata pelajaran. Untuk itu,
penggabungan dalam penyampaian materi dapat ditempuh dengan cara
mengatur sedemikian rupa waktu, materi secara bertahap.
Gambar 2.2
Pembelajaran Terpadu Model Sequenced

2. Ciri-ciri
Berikut ini adalah ciri-ciri model sequenced:
a. Berpusat pada anak. Siswa lebih mudah memahami konsep karena
adanya mata pelajaran yang saling berkaitan.
b. Konsep dari berbagai bidang studi disajikan dalam suatu proses
pembelajaran.
c. Guru bidang studi melakukan kerjasama dengan partner untuk
mengurutkan konsepkonsep yang sama, yang akan diajarkan pada
siswa.
3. Kelebihan dan kekurangan
a. Kelebihan
Melalui penataan ulang urutan topik, bab, dan unit; guru dapat
menetapkan prioritas kurikuler, ini lebih baik daripada harus mengikuti
urutan yang ditetapkan oleh redaksi buku teks. Dengan cara ini, guru
dapat membuat keputusan penting mengenai isi materi pelajaran yang
akan diajarkan. Dari sudut pandang siswa, pengurutan yang disengaja
pada topik yang berhubungan antar disiplin ilmu dapat membantu
siswa memahami pelajaran mereka baik pada subjek maupun konten.
Pengintegrasian dapat membantu transfer ilmu. Ketika siswa melihat
guru pada area konten yang berbeda, ruangan yang berbeda, periode
yang berbeda, membuat pokokpokok yang sama, maka siswa dapat
memperkuat pengetahuannya dan mendapat pembelajaran yang lebih
bermakna.
b. Kekurangan
Sebuah kelemahan dari model sequenced adalah diperlukan
kompromi untuk membentuk model. Guru harus mengalah pada
otonomi dalam membuat urutan kurikulum karena guru bermitra
dengan yang lain, artinya guru tidak boleh menang sendiri atau
mementingkan diri sendiri namun guru harus banyak mengalah karena
dalam penggunaan model ini melibatkan dua guru yang bermitra.
Untuk urutan yang sesuai dengan kejadiankejadian yang terakhir
membutuhkan kerjasama yang berkelanjutan dan fleksibilitas yang
tinggi dari semua orang yang area kontennya terlibat. Hal ini tidak
semudah kedengarannya. Namun, dalam waktu yang sangat singkat,
bahkan dengan hanya satu sore bersama, mitra guru dapat dengan
mudah melakukan beberapa penataan ulang dan pengurutan sebagai
langkah awal. Jika usaha pertama ini dalam menghubungkan dua area
subjek berhasil, maka dua guru dapat mencoba mengurutkan lebih
banyak unit untuk pengajaran paralel.
4. Penggunaan
Model sequenced berguna pada tahap awal proses integrasi,
menggunakan dua bidang disiplin yang mudah dikaitkan satu sama lain.
Guru harus bekerja dengan seorang mitra, mulai dari membuat daftar isi
kurikuler secara terpisah. Kemudian, tim mencoba menyulap
potonganpotongan konten yang terpisah menjadi "cocok" atau urutan
beberapa hal bersinggungan. Guru mencoba menyamakan konten yang
berbeda untuk membuat lebih masuk akal bagi para siswa yang belajar
kedua bidang disiplin ilmu tersebut. Dalam model ini, kedua disiplin ilmu
tetap murni. Penekanan khusus masih dalam domain materi pelajaran,
tetapi siswa mendapatkan manfaat dari konten yang terkait.
5. Langkah-langkah
Untuk mengaplikasikan model sequence pada proses pembelajaran
di sekolah, langkah-langkah pengembangan dapat dilakukan, sebagai
berikut :
a. Menganalisis isi kurikulum.
b. Think Back (Re-design): Memilih dua mata pelajaran sejenis dan
mengurutkan topik atau konsep dari masing-masing mata pelajaran
dengan periode waktu yang sejajar.
c. Think Ahead (Design): Memikirkan urutan yang logis dari kedua mata
pelajaran dan menempatkan ke dalam urutan yang tepat.
d. Think Again (Refine): Mendesain atau meredesain unit, topik, atau
konsep dari kedua mata pelajaran yang secara logis dapat diajarkan
dengan periode waktu yang sejajar.

C. Pengembangan RPP Terpadu


1. Model Nested

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Pembelajaran Terpadu : Model Nested

Tema : Benda Disekitar Kita

Kelas / semester : III / I

Alokasi Waktu : 1 x 35 menit

A. Standar Kompetensi
3. Memahami sifat-sifat benda dan kegunaanya dalam kehidupan sehari-
hari

B. Kompetensi Dasar
3.1 Mengindentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan pengamatan meliputi
benda padat, cair dan gas.
C. Indikator
1. Mengidentifikasi sifat benda padat, cair, dan gas.
2. Mengklasifikasikan benda-benda yang telah dikenalnya sebagai benda
padat, cair, dan gas
3. Membandingkan sifat benda padat, cair, dan gas.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui pengamatan, siswa dapat menyebutkan sifat benda padat
2. Melalui pengamatan, siswa dapat menyebutkan sifat benda cair
3. Melalui penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan sifat benda gas
4. Melalui pengamatan, siswa dapat mengklasifikasikan benda yang telah
dikenalnya sebagai benda padat, cair, dan gas.
E. Materi Ajar
Benda dan Sifatnya :

1. Benda padat
2. Benda cair
3. Benda gas

F. Metode, Pendekatan, Model Pembelajaran


1. Metode : Demonstrasi, tanya jawab,
penugasan, ceramah.
2. Pendekatan : Tematik
3. Model pembelajaran : Nested

G. Langkah – Langkah Pembelajaran


1. Kegiatan awal ( +15menit)
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
b. Guru mengecek kehadiran siswa dan mengkondisikan siswa
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
d. Guru mengadakan apersepsi dengan menyanyikan lagu
‘’balonku”
2. Kegiatan inti ( +45menit)
a. Guru memperlihatkan sebuah gambar “anak yang sedang berada
di dapur”, salah satu siswa menceritakan isi gambar dan siswa
lain menyimaknya (sosial skill = mendengarkan, menyimak)
b. Guru dan siswa mengadakan tanya jawab mengenai isi gambar
c. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
d. Guru membagikan LKS dan media berupa benda padat dan cair
e. Siswa bersama kelompoknya mengklasifikasikan benda yang ada
kedalam kelompok benda padat dan benda cair (thinking skill :
mengklaifikadikan)
f. Siswa bersama kelompoknya melakukan percobaan memasukan
alat tulis secara bergantian (pensil, buku, penggaris) ke dalam
gelas, piring, dan toples. Kemudian mengamati apa yang terjadi.
g. Siswa melakukan percobaan memasukan (air,minyak) kedalam
toples, gelas, dan piring secara bergantian, kemudian mengamati
apa yang terjadi.
h. Siswa menjawab pertanyaan dalam LKS mengenai sifat penggaris
yang tidak berubah bentuk saat dimasukan kedalam gelas,
sementara air berubah bentuk saat dimasukan kedalam gelas
(thinking skill : membandingkan)
i. Siswa menjawab soal dalam LKS yang berkenaan dengan sifat
benda gas
j. Siswa mempresentasikan tentang sifat benda berdasarkan
percobaan tadi (thinking Skill: menyimpulkan)
k. Guru memberikan tugas untuk membuat “Peta konsep benda dan
sifatnya” (organization skill: membuat peta konsep)
l. Salah seorang siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan
peta konsepnya, siswa lain menyimak dan menanggapi (social
skill: menyimak)
m. Guru memberikan penguatan kepada siswa yang berani ke depan

3. Kegiatan akhir ( +10menit)


a. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan kegiatan
pembelajaran
b. Guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran
c. Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah
d. Guru menutup pembelajaran

H. Sumber dan Media


1. Sumber:
a. KTSP 2006 mata pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas 3 SD
b. Sularmi, 2008. Sains Ilmu Pengetahuan Alam SD dan MI kelas
III. Jakarta: Pusat Perbukuan Departeman Pendidikan Nasional.
2. Media:
a. Benda padat (penggaris, buku, pensil)
b. Benda cair (air, minyak)
c. Piring
d. Gelas
e. Toples
f. Gambar
I. Evaluasi
a. Prosedur : tes proses dan tes akhir
b. Jenis tes : tes proses dan hasil
c. Bentuk tes : Essay
d. Alat tes : Butir-butir soal

J. Format Penilaian Hasil


Setiap soal benar mendapatkan skor 25, skor tertinggi 100.

Lembar pengamatan
Format penilaian proses

No Nama Aspek yang dinilai

Keaktifan Ketepatan Kerapihan


peta peta
konsep konsep

Deskriptor penilaian

1. Keaktifan siswa
Skor 3 : jika siswa sering menjawab saat guru dan siswa melakukan tanya
jawab
Skor 2 : jika siswa kadang-kadang menjawab
Skor 1 : jika siswa jarang menjawab
2. Ketepatan/kesesuaian peta konsep dengan materi yang diajarkan
Skor 3 : jika siswa menggambarkan isi peta konsep sesuai dengan materi
yang di ajarkan dan lengkap
Skor 2 : jika siswa menggambarkan isi peta konsep sesuai dengan materi
yang diajarkan tetpi kurang lengkap
Skor 1: jika siswa menggambarkan isi peta konsep kurang sesuai dengan
materi
3. Kerapihan peta konsep
Skor 3: jika siswa menggambar peta konsep dengan rapih dan terbaca
Skor 2 : jika siswa menggambar peta konsep dengan rapih namun tidak
terbaca
Skor 1 : jika siswa menggambar peta konsep tidak rapih dan tidak terbaca

2. Model Sequenced
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Pembelajaran Terpadu : Model Sequenced
Tema : Benda Disekitar Kita
Kelas / semester : III / I
Alokasi Waktu : 1 x 35 menit
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran terpadu model Nested adalah model pembelajaran
yang mengintegrasikan kurikulum di dalam satu disiplin ilmu secara
khusus meletakkan fokus pengintegrasian pada sejumlah keterampilan
belajar yang ingin dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanya dalam
suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran. Model
sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran
yang berbeda secara paralel. Isi cerita dalam roman sejarah, misalnya;
topik pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang sama dapat
dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa, karakteristik
kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang
menyangkut perubahan makna kata. Setiap model pembelajaran memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Model pembelajaran yang
diterapkan dalam kelas harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siap
belajar siswa, agar siswa dapat memahami dan mengikuti pelajaran dengan
semangat.
B. Saran

Vous aimerez peut-être aussi