Vous êtes sur la page 1sur 6

KODIKLAT ANGKATAN DARAT

PUSAT PENDIDIKAN KESEHATAN

Makalah Tugas Imunisasi dan Vaksinasi Polio

Oleh:
1. Misbahuddin/2018.10
2. Oktavianus Wewengkang/2018.11
3. Aaron Franklyn S. Simatupang/2018.12
4. Risky Ananda Desforando/2018.13
5. M. Fadlan Ramadhan/2018.14
6. Alamsyah Santosa/2018.15
7. Deby Yulia Sandra/2018.16
8. Muhammad Syaban/2018.17
9. Vito Cambodiawan/2018.18
10. Faisal Pajar Maulidi/2018.19

Jakarta, 18 September 2018


TUGAS MATERI IMUNISASI DAN VAKSINASI
POLIOMYYELITIS

PENDAHULUAN

Poliomielitis adalah suatu pernyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dan dapat mengakibatkan
terjadinya kelumpuhan. Sebagian besar kasus polio terjadi pada balita berusia antara 3-5 tahun.Virus
berkembang di dalam dinding faring atau saluran cerna bagian bawah, menyebar ke jaringan getah bening
dan menyebar masuk ke dalam aliran pembuluh darah sebelum menembus dan hari).

Dalam World Health Assembly 1988 yang diikuti sebagian besar negara di dunia, di buat kesepakatan
untuk melakukan Eradikasi Polio (ERAPO) tahun 2000. artinya dunia bebas polio pada tahun 2000.
Program Erapo pertama dilakukan imunisasi sesuai rekomendasi WHO sejak lahir 4 kali dengan interval 6-
8 kali per minggu.

Rendahnya tingkat imunitas masyarakat dan kebiasaan yang tidak higienis mempermudah penyebaran
penyakit. Tahun 2005 merupakan tahun munculnya kembali kasus polio), sejak Maret-Desember 2005 di
seluruh Indonesia terdapat 303 kasus dengan VPL positif (virus polio liar) yang terbanyak adalah di provinsi
Banten dan Jawa Barat.Mengatasi keadaan ini dilakukan Outbreak Respons Immunizaton (ORI) di lokasi
Kejadian Luar Biasa (KLB),melakukan penyuluhan imunisasi di beberapa desa,kecamatan serta
melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) sebanyak 5 putaran.

Tindakan penanggulangan tersebut di atas telah berhasil menekan kejadian polio, ditemukan 2 kasus pada
tahun 2006 yaitu di Aceh (Nanggroe Aceh Darussalam) dan ini di Jawa Timur masing-masing 1 kasus.

Pada tahun 2007 hingga tahun 2008, jumlah anak-anak yang menderita penyakit campak dan polio di
Sumut mencapai 555 orang, sementara hingga akhir Juli 2009, ditemukan sebanyak 164 anak-anak yang
menderita kedua penyakit itu.

Apakah Vaksin Aman di gunakan ?

• Standar keamanan vaksin lebih tinggi dari obat lain

• Semua vaksin sebelum beredar telah diuji untuk keamanan’

• Izin masuk indonesia : registrasi pada badan POM

• Pemantauan setelah beredar/ post marking surveillance; BPOM, produsen; KOMNAS PP, KIPI,
DEPKES

Apakah di dalam vaksin Terdapat lemak babi ?

• Dalam Vaksin tidak ada lemak babi

• Vaksin polio dalam proses pembuatannya pernah bersinggungan dengan tripsin tetapi sudah di
cuci >7x sehingga produk akhir tidak ada lagi tripsinnya

• MUI memperbolehkan penggunaan vaksin yang ada sekarang


• Vaksin Biofarma di ekspor ke 120 negara, 36 negara diantaranya negara dengan mayoritas
penduduk MUSLIM.

DATA EPIDEMIOLOGI POLIOMYELITIS

Kasus polio telah menurun lebih dari 99% sejak tahun 1988, dari 350 000 kasus diperkirakan lebih dari 125
negara endemik kemudian, untuk 1349 kasus yang dilaporkan pada tahun 2010. Pada tahun 2011, hanya
bagian dari empat negara di dunia tetap endemik untuk penyakit - wilayah geografis yang terkecil dalam
sejarah - dan kasus nomor tipe virus polio liar 3 yang turun.

Secara keseluruhan, sejak Global Polio Eradication Initiative diluncurkan, jumlah kasus telah menurun
lebih dari 99%. Pada tahun 2011, hanya empat negara di dunia tetap endemik polio. Persistent kantong
penularan polio di Nigeria utara dan di sepanjang perbatasan antara Afghanistan dan Pakistan adalah
tantangan epidemiologi kunci.

Pada tahun 1994, WHO Wilayah Amerika (36 negara) telah disertifikasi bebas polio, diikuti oleh WHO
Wilayah Pasifik Barat (37 negara dan daerah termasuk Cina) pada tahun 2000 dan WHO Wilayah Eropa
(51 negara) pada bulan Juni 2002. Pada tahun 2010, Wilayah Eropa menderita impor pertama polio
setelah sertifikasi. Pada tahun 2011, WHO Kawasan Pasifik Barat juga mengalami impor virus polio.

Pada tahun 2009, lebih dari 361 juta anak-anak diimunisasi di 40 negara selama 273 kegiatan imunisasi
tambahan (SIAs). Secara global, surveilans polio di tertinggi historis, yang diwakili oleh deteksi tepat waktu
kasus acute flaccid paralysis.

Kasus polio di Indonesia pada tahun 2005 terjadi pertama kali di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat yang
dengan cepat menyebar ke provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah , dan Lampung. Data
terakhir melaporkan secara total terdapat 295 kasus polio 1 tersebar di 10 provinsi dan 22 kabupaten/kota
di Indonesia.

Penyakit polio pertama terjadi di Eropa pada abad ke-18, dan menyebar ke Amerika Serikat beberapa
tahun kemudian. Penyakit polio juga menyebar ke negara maju belahan bumi utara yang bermusim
panas.Polio tersebar di seluruh dunia terutama di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika. Bayi dan anak
adalah golongan usia yang sering terserang polio. Penderita polio sebanyak 70-80% di daerah endemic
adalah anak berusia kurang dari 3 tahun, dan 80-90% adalah balita. Kelompok yang rentan tertular adalah
anak yang tidak di imunisasi, kelompok minoritas, para pendatang musiman, dan anak-anak yang tidak
terdaftar.

DEFINISI VAKSINASI

Vaksinasi adalah proses untuk menginduksi kekebalan aktif seseorang dengan cara memberikan vaksin.
Kekebalan yang aktif ini bersifat permanen, proses terbentuknya menyerupai infeksi alamiah, dan melalui
proses vaksinasi. Kehebatan dari vaksinasi adalah imunitas yang terbentuk meyerupai hasil infeksi alamiah
suatu penyakit (natural infection of disease) namun tanpa risiko terkena penyakit yang bersangkutan.

Tujuan dari vaksinasi dari segi individu adalah untuk mencegah atau mengurangi keparahan dari penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksin. Secara global, dengan diimplementasikannya vaksin secara serempak
dan menyulurh diharapkan dapat teradi eradikasi, eliminasi, atau setidaknya penurunan (reduction).
Eradikasi berarti penyakit tersebut sudah tidak terjadi lagi di muka bumi. Salah satu contoh penyakit yang
dapat dicegah dengan vaksinasi yang sudah mencapai tahhap eradikasi adalah Poliomyelitis (ERAPO).
Eradikasi ini dapat dicapai apabila hanya manusia yang berperan sebagai host dari penyakit tersebut dan
seluruh populasi terproteksi secara bersamaan.

Terdapat beberapa jenis dari vaksin, vaksin ada yang terdiri dari vaksin hidup dan vaksin inaktif. Vaksin
hidup berarti bahwa vaksing tersebut adalah bakteri/virus penyebab penyakit tersebut secara utuh dan
hidup tetapi sudah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit, namun masih mampu
menstimulasi respon imun tubuh seperti infeksi alamiahnya. Vaksin polio termasuk ke dalam jenis vaksin
hidup yang dilemahkan (live attenuated vaccine), jadi di dalamnya berisi virus Poliomyelitis yang masih
hidup namun telah dilemahkan.

Vaksin polio terdiri dari dua jenis, yaitu IPV (Inactivated Polio Virus) dan OPV (Oral Polio Virus). Perbedaan
dari keduanya adalah cara pemberiannya, bahwa OPV diberikan melalui jalur per oral sedangkan IPV
diberikan dalam bentuk injeksi di tangan atau kaki. Penggunaan vaksin ini bergantung kepada status
kekebalan di suatu komunitas, karena sifat kedua vaksin ini berbeda dan memiliki keuntungan masing-
masing. Namun, vaksin yang umum digunakan di Indonesia adalah tipe OPV.

JADWAL PEMBERIAN VAKSIN POLIO

Di Indonesia, terdapat dua regulasi yang mengatur pemberian imunisasi, yaitu dari Kementreian
Kesehatan RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia. Menurut jadwal dari Kemenkes RI, OPV diberikan pada
bayi usia 0, 2, 3, dan 4 bulan di mana bulan ke-4 diiringan dengan pemberian vaksin IPV 1 kali. IPV
diberikan pada daerah yang telah diverifikasi memiliki herd immunity yang baik (contoh: D.I. Yogyakarta).
Pada jadwal imunisiasi menurut IDAI untuk annak usia 0 – 18 tahun, vaksin polio harus diberikan kepada
bayi pada usia 0 bulan sebelum dipulangkan dari RS paska lahir. Lalu selanjutnya untuk polio-1, polio-2,
polio-3 dan booster dapat diberikan vaksin OPV atau IPV, paling sedikit menerima satu kali pemberian
vaksin IPV.

PROSES PEMBERIAN VAKSIN POLIO

Proses pemberian vaksin meliputi dari proses penyimpanan sampai pemberian vaksin dengan benar.
Proses penyimpanan vaksin sering dikenal dengan rantai dingin (cold chain). Proses ini penting guna
menjaga efektivitas dari vaksin (mencegah suatu vaksin kkehilangan potensinya), menurunkan risiko efek
samping, mencegah kerusakan vaksin yang bersifat ireversibel sehingga menjadi tidak dapat diberikan
kepada pasien yang mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Rantai dingin ini meliputi proses
transportasi dan penyempinan vaksin pada suhu 2-8 oC mulai dari produsen hingga sampai kepada pasien
dan tidak boleh terputus. Teknik yang sering digunakan adalah dengan mengatur suhu pada 5oC sehingga
ada toleransi suhu 3oC. Hindari vaksin dari panas dan sinar matahari secara langsung, terutama vaksin
hidup. Hindari juga penyetelan suhu yang terlalu dingin terutama untuk vaksin inaktif. Pada lemari es,
idealnya menggunakan pintu yang membuka ke atas. Jarak lemari es dengan dinding belakang adalah 15
cm, lemari es terhindar dari sinar matahari langsung. Pastikan sirkulasi udara di ruangan tempat
menyimpan vaksin cukup. Jangan menggunakan lemari es rumah tangga karena fluktuasi suhu dan kontrol
suhu yang tidak seketat lemari es khusus.

Pemakaian menggunakan asa EEFO (early expired first out) dan FIFO (first in first out). Maksud dari EEFO
adalah dengan kualitas vaksin yang sama, yang hampir kadaluarsa dipakai terlebih dahulu. FIFO adalah
vaksin yang diterima lebih duku diapakai terlebihh dahulu apabila kualitas dan tanggal kadaluarsnya sama.
Penilaian kualitas vaksin menggunakan suatu alat bantu yaitu VVM (vaccine vial monitor), yaitu suatu
metode visual dengan alat bantu indikator yang terdapat di vial yang menggambarkan kualitas vaksin
secara umum.

Dari lemari penyimpanan, kita akan membawa vaksin ke lapangan tentu dengan perlakuan yang benar.
Ketika membawa vaksin masukkan ke dalam cold box atau vaccone carrier. Bila jarak perjalanan dekkat
masukkan cool pack cair sedangkan bila jarak jauh masukkan cold pack beku. Masukkan termommeter ke
bagian tengah cold box guna memonitor suhu.

Sebelum memberikan vaksin kepada penerima vaksin siapkan alat dan vaksin yang akan diberikan, spuit
dan jarum (pada IPV, OPV menggunakan jarul oral), kapas dan plester hipoalergik, air hangat/alkohol,
tempat sampah medis/non-medis, obat-obatan (adrenalin, difenhidramin, deksametasone). Sebelum
memberikan vaksin pastikan administrasi medis sudah sesuai; gali informasi tentang identitas, vaksinasi
sebelumnya, riwayat kejadian ikutan paska imunisasi, jadwal imunisasi selanjutnya; pastikan tidak ada
kontraindikasi temporer (sedang sakit berat/sedang, kehamilan, imunodefisiensi, paska transfusi/terapi
imunoglobulin) dan permanen (syok anafilaktik paska vaksin sebelumnya). Pastikan pemberi vaksin
melakukan tindakan antiseptik dalam pemberian vaksin guna mencegah infeksi. Sebelum memberikan,
teliti kondisi vaksin meliputi nama vaksin, tanggal kadaluarsa, warna vaksin, dan indikator VVM. Jika vaksin
memerlukan pelarut, maka harus dilarutkan sesuai dengan pasangannya dilakukan secara hati-hati dan
perlahan. Berikan vaksin sesuai dengan rutenya. Vaksin OPV diberikan secara oral, sedangkan vaksin IPV
diberikan secara intramuskuler dengan dosis untuk OPV 2 tetes dan IPV sebanyak 0,5 mL di paha kanan.
Pada saat penyuntikan dan penetesan vaksin pastikan terlebih dahulu lokasinya, posisikan penerima
dengan nyaman dan aman, pada penyuntikan IPV pastikan meregangkan kulit sekitar area penyuntiikan,
perhatikan sudut/dosis/cara penyuntikan (untuk IM tegak lurus dengan kulit). Jika ada vaksin oral dan
injeksi yang akan diberikan bersamaan, berikan vaksin oral terlebih dahulu.

Setelah vaksinasi pantau penerima di ruang tunggu selama 15-30 menit, sambil memperhatikan keadaan
umum penerima vaksin. Jika baik, dapat diperbolehkan kembali.

Vaksin polio diberikan melalui jalur injeksi dan melalui oral. Sebelum memberikan pastikan terlebih dahulu
kondisi penerima vaksin. Jika terdapat riwayat alergi terhadap vaksin, sebaiknya segera menghubungi
petugas kesehatan yang tersedia (meskipun reaksi alergi ini sangat jarang). Jika penerima vaksin sedang
sakit ringan, masih memungkinkan untuk diberikan. Namun jika terkena penyakit sedang atau berat, maka
pemberian vaksin dapat ditunda sampai penerima vaksin sembuh dari sakitnya.

KIPI (KEJADIAN PASKA IMUNISAS) PEMBERIAN VAKSIN POLIO

KIPI menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI (KN PP KIPI) didefinisikan sebagai
semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Sama seperti
pengobatan lainnya, vaksin polio juga memiliki efek samping yang mungkin terjadi. Namun perlu
digarisbawahi bahwa vaksin polio merupakan salah satu vaksin yang paling aman yang pernah diciptakkan
bahkan dapat diberikan kepada anak-anak dan neonatus yang sedang sakit. Secara teori, virus
poliomyelitis pada vaksin OPV dapat bermutasi dan menjadi virulen kembali, namun kemungkinannya
adalah sangat kecil. Anak-anak cenderung lebih berbahaya akibat terkena polio daripada efek samping
dari vaksinasi polio.

Beberapa hal yang dapat terjadi paska pemberian vaksin adalah nyeri pada daerah injeksi pada vaksin IPV
(injeksi intramuskuler secara umum dapat mengakibatkan hal ini), pingsan, dan reaksi alergi ringan hingga
berat.

Vous aimerez peut-être aussi