Vous êtes sur la page 1sur 21

ASUHAN KEPERAWATAN KELAINAN LETAK JANIN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus
tidak dapat diraba bagian keras dan bulat, yaitu kepala, dan kepala teraba di fundus. Denyut
jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam.
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya
sacrum, tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan.
Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar
dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
Sedangkan prolaps tali pusat dari beberapa etiologi yang dapat menyebabkan prolapsus
tali pusat diantaranya adalah kehamilan kembar, hidroamnion, kehamilan prematur, janin terlalu
kecil, kelainan presentasi dan plasenta previa.
Kehamilan kembar akan mengalami hidramnion, dimana cairan ketuban banyak dan inilah yang
menyebabkan janin dapat bergerak lebih leluasa dalam rahim. Dan keadaan ini dapat
mengakibatkan kelainan presentasi (letak sungsang, lintang, presentasi kepala).

1.2.Tujuan
Tujuannya dibuat Makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Mengembangkan wawasan dan pengetahuan tentang macam-macam kelainan pada kehamilan.
2. Sebagai modal awal untuk terjun langsung dalam dunia masyarakat serta dapat
mengaplikasikannnya dalam dunia keperawatan atau kesehatan.

BAB II
TINJAUAN TOERI
2.1.ASKEP GANGGUAN KEHAMILAN KELAINAN LETAK JANIN
A. DEFINISI
Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala janin di fundus uteri
(manuaba, 2001 : 237).

Letak sungsang adalah janin yang letaknya membujur atau memanjang dalam rahim,
kepala berada di fundus dan bokong di bawah (Mochtar, 1998 : 350).
Presentasi sungsang terjadi bila bokong atau tungkai janin berpresentasi ke dalam
pelvis ibu (Hacker, 2001 : 254).
Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (wiknjosastro, 2006 : 606).

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa letak sungsang adalah suatu
keadaan dimana letak pada janin memanjang dengan posisi kepala berada di fundus uteri.

B. KLASIFIKASI
Menurut Mochtar (1998) klasifikasi letak sungsang adalah :
a. Letak bokong (Frank Breech) merupakan letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas.
b. Letak sungsang sempurna (Complete Breech) merupakan letak bokong dimana kedua kaki
ada di samping bokong atau letak kaki bokong sempurna.
c. Letak sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech) adalah letak sungsang dimana selain
bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri atas :
1. Kedua kaki = letak kaki sempurna. Satu kaki = letak kaki tidak sempurna
2. Kedua lutut = letak lutut sempurna. Satu lutut = letak lutut tidak sempurna

C. ETIOLOGI
Menurut Wiknjosastro (2006) faktor-faktor yang menyebabkan letak sungsang antara
lain :
1. Multipritas.
2. Hamil kembar.
3. Hidramnion.
4. Hidrisefalus.
5. Plasenta previa.
6. Kelainan uterus.
7. Panggul sempit.

D. DIAGNOSIS
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di bagian
bawah uterus tidak dapat diraba bagian keras dan bulat, yaitu kepala, dan kepala teraba di fundus.
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada
umbilikus. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam.
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan
adanya sacrum, tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan
tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak
sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong,
sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di samping
bokong (Wiknjosastro, 2006 : 611).
E. TANDA DAN GEJALA
1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering merasa
benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3. Punggung anak dapat teraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang
berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

F. PENANGANAN
a. Penanganan selama kehamilan.
Versi kepala luar dapat dicoba bila presentasi sungsang didiagnosis sebelum permulaan
persalinan dan setelah 37 minggu kehamilan. Tujuan dari usaha ini adalah mengangkat sungsang
keluar dari pelvis ibu sementara memandu kepala janin ke dalam pelvis, dengan demikian
presentasi kepala dicapai (Hacker, 2001 : 255).
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut janin
harus dalam keadaan baik. Selam versi dilakukan dan setelah versi luar berhasil denyut jantung
janin harus selalu diawasi. Sesudah janin berada dalam keadaan presentasi kepala, kepala
didorong masuk ke dalam rongga panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan
ringan tanpa mengadakan paksaan. Versi luar tidak akan berhasil jika versi luar dilakukan
apabila air ketuban hanya sedikit. Kontraindikasi lain untuk melakukan versi luar adalah panggul
sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa (Wiknjosastro, 2006 :
615).
Menurut Mochtar (1998) syarat versi luar yaitu pembukaan kurang dari 5 cm, ketuban
masih ada, bokong belum turun atau masuk pintu atas panggul. Teknik versi luar yaitu
1. Lebih dahulu bokong lepaskan dari pintu atas panggul dan ibu dalam posisi trendelenburg.
2. Tangan kiri letakkan di kepala dan tangan kanan pada bokong.
3. Putar kearah muka atau perut janin.
4. Lalu tukar tangan kiri diletakkan di bokong dan tangan kanan di kepala.
5. Setelah berhasil pasang gurita, dan observasi td, djj serta keluhan.
 Penanganan selama persalinan.
1. Kelahiran Pervaginam.
Penanganan sewaktu melahirkan pada presentasi sungsang bergantung pada pelvis ibu,
jenis sungsang, dan umur gestasi (Hacker, 2001 : 256).
Menurut Mochtar (1998) terdiri dari partus spontan atau pada letak sungsang janin dapat
lahir secara spontan seluruhnya dan manual aid. Waktu memimpin partus dengan letak sungsang
harus diingat bahwa ada 2 fase yaitu :
1. Fase menunngu dimana sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila
tangan tidak menjungkit ke atas, persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan ekspresi Kristeller,
karena hal ini akan memudahkan terjadinya nurchae arm.
2. Fase untuk bertindak cepat yaitu bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan
tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit. Untuk
mempercepat lahirnya janin dapat dilakukan manual aid.
3. Seksio sesarea.
Menurut Hacker (2001) sungsang prematur biasanya dilahirkan dengan seksio sesarea
karena perbedaan yang besar antara ukuran kepala janin dan badan janin, dimana kepala jauh
lebih besar. Pada sungsang tidak lengkap yang cukup bulan, kelahiran harus dicapai dengan
seksio sesarea.

 LETAK LINTANG
Letak lintang adalah Bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu
secara tegak lurus atau mendekati 90 derajat (Mochtar, 1998 : 366).
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain (Wiknjosastro, 2006 :
622).
Letak lintang adalah bila sumbu janin melintang dan biasanya bahu merupakan bagian
terendah janin (Buku Acuan Nasional). Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan
bahwa letak lintang adalah keadaan dimana posisi janin melintang.
a. ETIOLOGI
Sebab terpenting dari letak lintang adalah multiparitas disertai dinding uterus dan perut
yang lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan kembar, janin sering
dijumpai dalam letak lintang. Keadaan ini yang dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam
rongga panggul seperti misalnya panggul sempit, tumor di daerah panggul dan plasenta previa.
Demikian pula kelainan bentuk rahim seperti uterus arkutus atau uterus subseptus (Wiknjosastro,
2006 : 624).
b. DIAGNOSIS
a. Inspeksi : Perut membuncit ke samping
b. Palpasi
1. Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
2. Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke dalam pintu
atas panggul
3. Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
4. Auskultasi : Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.
5. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
a. teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk menentukan
tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.
b. Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri,
ketiak menutup ke kiri.
c. Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula.
d. Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namun pada
letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
Menurut Wiknjosastro (2006) adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya
dengan inspeksi. Uterus tampak lebih lebar dan fundus uteri lebih rendah tidak sesuai dengan
umur kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping, dan di
atas simfisis juga kosong, kecuali bila bahuturun ke dalam panggul. Denyut jantung janin
ditemukan di sekitar umbilikus.
Pada pemeriksaan dalam teraba tulang iga, scapula, dan kalau tangan menumbung teraba
tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman. Terababahu
dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup
ke kiri. Letak punggung ditentukan dengan adanya scapula, letak dada dengan klavikula.
Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namum pada
letak lintang biasanya ketuban cepat pecah (mochtar, 1998 : 368).
c. MEKANISME LETAK LINTANG
Menurut Mochtar (1998) anak normal dan cukup bulan tidak mungkin lahir secara spontan
dalam letak lintang. Janin hanya dapat lahir spontan, bila kecil atau premature, sudah mati dan
menjadi lembek atau panggul luas. Pada cara Denman bahu tertahan pada simpisis dan dengan
fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di
rongga panggul dan lahir, kemudian disusul badan bagian atas dan kepala.
Pada cara Douglas bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong
dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjunya disusul oleh lahirnya kepala. Dua
cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang, akibat fleksi
lateral yang maksimal dari tubuh janin (Wiknjosastro, 2006 : 625).
d. PENANGANAN LETAK LINTANG
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan
mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus
dilakukan pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam pnggul, atau plasenta
previa, sebab dapat membahayakan janin meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan
memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan menggunakan korset,
dan dilakukan pemeriksaan antenatalulangan untuk menilai letak janin.
Pada seorang primigravida bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan
seksio sesarea. Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung pada beberapa
faktor. Apabila riwayat obstetric wanita yang bersangkutan baik, tidak didapatkan kesempitan
panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks
lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstrasi. Selama menunggu ketuban harus diusahakan
supayua utuh dan melarang untuk meneran dan bangun.
Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolaps funikuli,
harus dilakukan seksio sesarea. Dan apabila ketuban pecah, tetapi tidak terjadi prolaps funikuli,
maka bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian
dilakukan versi ekstrasi atau dengan seksio sesarea. Pada letak lintang ksep atau persalinan lama,
versi ekstrasi akan mengakibatkan rupture uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya
dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan pada janin mati dilahirkan secara pervaginam
dengan dekapitasi (Wiknjosastro, 2006 : 627).

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


KELAINAN LETAK
A. Pengkajian
1. Aktifitas / Istirahat : Melaporkan keletihan, kurang energy, Letargi, penurunan penampilan
2. Sirkulasi : Tekanan darah dapat meningkat
3. Eliminasi : Distensi usus atau kandung kencing mungkin ada
4. Integritas ego : Mungkin sangat cemas dan ketakutan
5. Nyeri / Ketidaknyamanan
Dapat terjadi sebelum awitan(disfungsi fase laten primer) atau setelah persalinan terjadi
(disfungsi fase aktif sekunder).
Fase laten persalinan dapat memanjang : 20 jam atau lebih lama pada nulipara (rata- rata adalah
8 ½ jam), atau 14 jam pada multipara (rata – rata adalah 5 ½ jam)
6. Keamanan
Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34minggu dalam upaya untukmengubah
presentasi bokong menjadi presentasi kepala
Pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi (mis.,dagu wajah, atau posisi
bokong)
Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam padanulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada
multipara
7. Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara. Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion,
gestasi multipel,janin besar atau grand multiparit
8. Pemeriksaan Diagnosis
a. Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion, janin besar atau gestasi multiple
b. Ultrasound atau pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis,presentasi janin ,posisi dan
formasi.

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir
2. Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi pada penurunan janin
3. Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin
4. Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi

C. INTERVENSI
Dx1 : Nyeri (akut ) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir
ditandai dengan : Peningkatan tonus otot, pengungkapan, Prilaku distraksi
(gelisah, meringis, menangis),wajah menunjukan nyeri.
Kriteria Evaluasi :
1. Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan
meningkatkan kanyamanan
2. Tampak rileks diantara kontraksi
3. Melaporkan nyeri berulang / dapat diatasi
INTERVENSI RASIONAL
 Buat upaya yangmemungkinkan  Jawaban pertanyaan dapat
klien/pelatih untuk merasa nyaman menghilangkan rasa takut dan
mengajukan peningkatan pemahaman
pertanyaanBerikan instruksi 
dalam Mendorong relaksasi dan memberikan
tehnik pernafasan klien cara mengatasi dan mengontrol
sederhana tingkat ketidaknyamanan.
 
Anjurkan klien menggunakan tehnik Relaksasi dapat membantu
relaksasi.Berikan menurunkan tegangan dan rasa
instruksi bila perlu takut,yang memperberat nyeri dan
 Berikan tindakan kenyamanan (mis. menghambat kemajuan persalinan
Masage,gosokan  Meningkatkan relaksasi,menurunkan
punggung, sandaran bantal, tegangan dan ansietas dan
pemberian kompres sejuk, pemberian es meningkatkan koping dan kontrol klien
batu)  Mencegah dan membatasi keletihan
 Anjurkan dan bantu klien otot, meningkatkan sirkulasi
dalamperubahan posisi 
dan Menghilangkan nyeri, meningkatkan
penyelarasan EFM relaksasi dan koping dengan
 Kolaborasi : Berikan obat analgetik kontraksi,memungkinkan klien tetap
saat dilatasi dan kontaksi terjadi focus

Dx2 : Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan obstruksi


mekanis pada penurunan janin
Kriteria Evaluasi :
1) Tidak terdapat cedera pada ibu
INTERVENSI RASIONAL
 
Tinjau ulang riwayat persalinan, Membantu dalam
awitan, dan durasi mengidentifikasi kemungkinan
 Evaluasi tingkat keletihan yang penyebab, kebutuhan

menyertai,serta aktifitas dan istirahat pemeriksaan diagnostik, dan intervensi
sebelum awitan persalinan yang tepat
 
Kaji pola kontraksi uterus secara Kelelahan ibu yang berlebihan
manual atau secara elektronik menimbulkan disfungsi
 Catat penonjolan , posisi janin dan sekunder atau mungkin akibat dari
presentasi janin persalinan lama
 
Tempat klien pada posisi rekumben Disfungsi kontraksi
lateral dan anjurkan tirah baring dan memperlama
ambulasi sesuai toleransi persalinan,meningkatkan risiko
 Gunakan rangsang putting untuk komplikasi maternal / janin
menghasilkan oksitosin endogen. Indikator kemajuan persalinan ini dapat

 Kolaborasi : Bantu untuk persiapan mengidentifikasi timbulnya penyebab


seksio sesaria sesuai indikasi,untuk persalinan lama
malposisi Relaksasi dan peningkatan perfusi
uterus dapat memperbaiki pola
hipertonik.Ambulasi dapat membantu
kekuatan grafitasi dalam merangsang
pola persalinan normal dan dilatasi
serviks
Oksitosin perlu untukmenambah atau
memulai aktifitas miometrik untuk pola
uterus hipotonik
Melahirkan sesaria diindikasikan
malposisi yang tidak mungkin
dilahirkan secara vagina

Dx3 : Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi


janin
Kriteria Evaluasi :
1. Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik tidak ada
deselerasi lambat
INTERVENSI RASIONAL
 Kaji DDJ secara manual 
atau Mendeteksi respon abnormal ,seperti
elektronik,perhatikan variabilitas yang berlebih – lebihan,
variabilitas,perubahan periodik dan bradikardi & takikardi, yang mungkin
frekuensi dasar. disebabkan oleh stres, hipoksia,
 Perhatikan tekanan uterus asidosis, atau sepsis
selamaistirahat dan fase 
kontraksi Tekanan kontraksi lebih dari 50 mmHg
melalui kateter tekanan intrauterus bila menurunkan atau mengganggu
tersedia oksigenasi dalam ruang intravilos
 
Kolaborasi : Perhatikan frekuenasi Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit
kontraksi uterus.beritahu dokter bila atau kurang tidakmemungkinkan
frekuensi 2 menit atau kurang oksigenasi adekuat dalam ruang
 Siapkan untuk metode melahirkanyang intravilos

paling layak, bilabayi dalam presentasi Presentasi ini meningkatkan risiko ,
bokong karena diameter lebih besar dari jalan
 Atur pemindahan pada lingkungan masuk ke pelvis dan sering memerlukan
perawatan akut bila malposisi dideteksi kelahiran secara seksio sesaria
klien dengan PKA  (Rasional : Risiko cedera atau
kematian janin meningkat dengan
malahirkan pervagina bila presentasi
selain vertex

Dx4 : Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi

Kriteria Evaluasi :
1.Mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi
2.Mengidentifikasi /menggunakan tehnik koping efektif
INTERVENSI RASIONAL
 
Tentukan kemajuan persalinan , kaji Persalinan yang lama yang berakibat
derajat nyeri dalam hubungannya keletihan dapat menurunkan
dengan dilatasi / penonjolan kemampuan klien untuk mengatasi atau
 Kenali realitaskeluhan klien akan nyeri mengatur kontraksi
/ketidaknyamanan  Ketidaknyamanan dan nyeri dapat
 Tentukan tingkat ansietas klien dan disalahartikan pada kurangnya
pelatih perhatikan adanya frustasi kemajuan yang tidak dikenali sebagai
 Berikan informasi faktual tentang apa masalah disfungsional
yang terjadi  Ansietas yang berlebihan
 Berikan tindakan kenyamanan dan meningkatkan aktifitas adrenal
pengubahan posisi klien.Anjurkan /pelepasan katekolamin,menyebabkan
penggunaan tehnik relaksasi dan ketidak seimbangan endokrin,kelebihan
pernafasan yang dipelajari epinefrin menghambat aktifitas
miometrik
 Dapat membantu reduksi ansietas dan
meningkatkan koping
 Menurunkan ansietas, meningkatkan
kenyamanan , dan membantu klien
mengatasi situasi secara positif

2.2.ASKEP GANGGUAN PROLAPS TALI PUSAT

A. DEFINISI
Prolaps tali pusat adalah kejadian dimana di samping atau melewati bagian terendah
janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Terhentinya aliran darah yang melewati tali
pusat dapat berakibat fatal karena terkait dengan oksigenasi janin

B. ETIOLOGI
Faktor predisposisi prolaps tali pusat terjadi akibat gangguan adaptasi bagian bawah janin
terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin tersebut.
Sering ditemukan pada kasus-kasus :
a. Presentasi bokong kaki
b. Posisi melintanG
c. Letak sungsang
d. Kehamilan premature
e. Hidramnion
f. Janin kembar
g. Janin terlalu kecil

D. PATOFISIOLOGI/WOC
Beberapa etiologi yang dapat menyebabkan prolapsus tali pusat diantaranya adalah
kehamilan kembar, hidroamnion, kehamilan prematur, janin terlalu kecil, kelainan presentasi dan
plasenta previa.
Kehamilan kembar akan mengalami hidramnion, dimana cairan ketuban banyak dan
inilah yang menyebabkan janin dapat bergerak lebih leluasa dalam rahim. Dan keadaan ini dapat
mengakibatkan kelainan presentasi (letak sungsang, lintang, presentasi kepala).
Sedangkan pada kehamilan prematur selain terjadi hidramnion juga terjadi ukuran janin
yang kecil karena usia gestasi yang masih muda sehingga janinnya memiliki ukuran kepala yang
kecil. Pada plasenta previa, plasenta akan mendekati atau menutup jalan lahir. Semua keadaan
tersebut akan menyebabkan janin sulit beradaptasi terhadap panggul ibu,sehingga PAP tidak
tertutupi oleh bagian bawah janin, dan inilah yang mengakibatkan tali pusat bergeser atau turun
dari tempatnya sehingga terjadilah prolapsus tali pusat.
Prolapsus tali pusat akan mengakibatkan tali pusat terjepit antara bagian terendah janin
dan jalan lahir sehingga sirkulasi janin akan terganggu dan ini mengakibatkan terjadi hipoksia
fetal dan bila berlanjut dapat mengakibatkan fetal distress yang ditandai dengan melemahnya
DJJ. Bila eadaan ini terus berlangsung dapat mengakibatkan terjadinya kematian pada janin. Tapi
bila dapat ditangani maka janin tetap hidup, ini ditandai dengan adanya teraba denyutan pada tali
pusat.

E. MANIFESTSI KLINIS
Prolaps dapat lengkap, dimana tali pusat terlihat saat pembukaan vagina. Dapat pula
tidak dapat terlihat tetapi dapat dipalpasi saat pemeriksaan vagina yang berdenyut seirama
dengan jantung janin. Prolaps dapat dicurigai dari perubahan denyut janin, seperti bradikardi
Adanya tali pusat menumbung atau tali pusat terdepan pada umumnya baru dapat
diketahui dengan pemeriksaan dalam setelah pembukaan ostium uteri. Pada tali pusat terdepan,
dapat diraba bagian yang berdenyut di belakang selaput ketuban, sedangkan prolapsus tali pusat
dapat diraba dengan dua jari . Tali pusat yang berdenyut menandakan bahwa janin masih hidup.
Karena diagnosis pada umumnya dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan dalam maka
pemeriksaan dalam mutlak harus dilakukan pada saat ketuban pecah. Bila bagian terendah janin
belum masuk ke dalam rongga panggul. Pemeriksaan dalam perlu dilakukan apabila terjadi
keterlambatan denyut jantung janin tanpa adanya sebab yang jelas
F. KOMPLIKASI
Pada presentasi kepala, prolapsus funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat
tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan
oksigensi janin. Pada tali pusat terdepan, sebelum ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak
seberapa besar, tetapi setelah ketuban pecah bahaya kematian janin sangat besar. Myles
melaporkan hasil penelitiannya dalam perpustakaan dunia, bahwa angka kejadian berkisar antara
9,3-0,6% persalinan.
Sedangkan pada ibu karena terjadi prolapsus maka dilakukan seksio atau persalinan
normal yang dapat menimbulkan terjadinya trauma jaringan dan leserasi pada vagina servik
G. MANAJEMEN TERAPEUTIK
Panduan praktis untuk menangani prolapsus tali pusat :
 Tali pusat Berdenyut
Jika tali pusat berdenyut berarti janin masih hidup.
1. Beri oksigen 4-6 liter/menit melalui masker atau kanula nasal.
2. Posisi ibu trendelenburg.
3. Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera.
4. Jika ibu pada persalinan kala I :
a. Dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) masukan
b. tangan dalam vagina dan bagian terndah janin segera didorong keatas sehingga tahapan tali pusat
dapat dikurangi.
c. Jika bagian terbawah janin telah terpegang dengan kuat diatas ronggal pangul, keluarkan tangan
dari vagina letakan tangan tetap diatas abdomen sampai dilakukab seksio sesarea.
d. Jika tersedia berikan salbutamol 0,5 mg IV, secara perlahan untuk mengurangi kontaraksi rahim.
e. Segera lakukan sesio sesarea.
5. Jika ibu pada persalinan kala II :
a. Pada presentasi kepala lakukan segera persalinan dengan ektrasi vakum atau ektraksi cunam /
forceps
b. Jika presentasi bokong / sungsang lakukan ektradisi bokong atau
Kaki gunakan forsep piper atau panjang untuk melahirkan kepala
yang menyusul.
c. Jika letak lintang, siapkan segera seksio sesarea
d. Siapkan segera resuitasi neonates
 Tali pusat tak berdenyut
Jika tali pusat tak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah tidak
merupakan tindakan darurat lagi dan lahirkan bayi sealamiah mungkin tanpa mencederai ibu.
Pergunakan waktu untuk memeriksa konseling pada ibu dan keluarganya tentang apa yang
terjadi dan tindakan apa yang akan dilakukan. Diharapkan persalinan dapat berlangsung spontan
pervaginam.

ASUHAN KEPERAWATAN PROLAPS TALI PUSAT


A. PENGKAJIAN
Ketika kondisi menunjukan adanya prolaps tali pusat, pemeriksaan vagina yang sering
dan perhatian yang ketat terhadap perubahan denyut jantung janin dapat merupakan pengkajian
awal. Pemeriksaan rutin yang penting dilakukan setelah ruptur pada membran adalah mendengar
dan melaporkan denyut jantung janin sendiri mungkin setelah ruptur uteri dan diulangi dalam 10-
15 menit untuk mendeteksi melemah atau tidak teraturnya irama jantung ketika terjadi prolaps
tali pusat
1. Aktifitas atau Istrihat
Melaporkan keletihan kurang energi letargi dan penurunan penampilan
2. Sirkulasi
Tekanan darah ibu meningkat, dapat terjadi hipoksi pada janin karena kurangnya sirkulasi
dari ibu ketali pusat.
3. Eliminasi
Distensi usus dan kandung kemih mungkin ada
4. Integritas ego
Kontaksi melemah, dengan intensitas lemah sampai sedang
5. keamanan
a. Pemeriksaan vagina dilakukan untuk menentukan posisi dari tali pusat
b. Kaji adanya kelainan pada jalan lahir atau janin seperti panggul yang sempit,
c. letak lintang, letak sunsang, polihidramnion, janin kembar, janin yang terlalu kecil
6. seksualitas
a. Dapat primigravida atau multipara
b. Uterus dapat distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multiple,
Janin yang besar atau grand multpara
7. Pemeriksaan diagnostic
a. Tes prenatal dapat memasukan polihidramnion, janin besar atau gestasi Multipara
b. Pemeriksaan vagina menunjukkan perubahan posisi tali pusat
c. Fundoskop digunakan untuk mendeteksi denyut jantung janin atau
monotoring DJJ
d. Ultrasound atau pelvimetri sinar x, mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi
janin, posisi dan formasi
8. Prioritas keperawatan
a. Mengidentifikasi dan mengatasi letak tali pusat abnormal
b. Lakukan reposisi tali pusat atau sectio caseria jika diperlukan
c. Memantau perubahan denyut janin dan respon fisik maternal atau janin
terhadap kontraksi dan lamanya persalinan
d. Memberikan dukungan emosional dan mencegah komplikasi
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Kerusakan pertukaran gas b.d aliran darah ke plasenta atau melalui tali pusat (prolapsi)
2. Ketakutan ; kecemasan b.d krisis situasi, ancaman yang dirasakan pada klien
3. atau janin, penyimpangan yang tidak diantisipasi dari harapan
4. Resiko cidera terhadap janin b.d hipoksia janin dan abnormalitas pelvis ibu
5. Koping individu tidak efektif b.d komplikasi persalinan
6. Resiko infeksi b.d prosedur invasive

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
 Diagnosa I : Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan aliran darah ke plasenta atau melalui tali
pusat (prolaps)
 Kemungkinan dibuktikan dengan : Perubahan DJJ (DJJ melemah),
 ditemukannya tali pusat alam posisi abnormal pada pemeriksaan vagina
 Tujuan yang diharapkan : Menunjukkan DJJ dalam batas normal,
 menaifestasikan variabilitis pada strip pemantau, bebas dari deselerasi
 lambat dan menunjukkan perilaku yang meningkatkan keamanan janin
IIINTERVENSIduksi Rasional
persalinan

Menentukan kelainan

 
Perhatikan maturitas janin Usia gestasi janin harus 36
berdasarkan riwayat klien, minggu atau lebih untuk
dan pengukuran uterus dilakukan
 Lakukan meniver  pada letak jantung apakah
Leapold dan presentasi verteks, presentasi
pemeriksaan vagina,steril, bokong dll
perhatikan presentasi 
dan Membantu mendapatkan strip
posisi janin. pemantauan janin eksternal
 Posisikan klientelentang adekuat untuk mengevaluasi
dengan bagian kepala ibu pola kontraksi dan irama
lebih rendah dari jantung janin

panggul ibu yang ditopang Penurunan volume sirkulasi
dengan bantal atau vasospasme dalam plasenta
 Perhatikan adanya pada menurunkan
pada ibu faktor-faktor yang ketersediaan oksigen untuk
secara negatif mempengaruhi ambilan janin
sirkulasi plasenta 
dan Menentukan kesejahteraan
oksigenasi janin janin dan memberikan
 Gunakan EFM pengkajian dasar DJJ dan
(electronic fatal aktivitas uterus
monitoring) 15-20 mnt Distress janin dapat terjadi
sebelum prosedur karena hipoksia mungkin
induksi dimanifestasikan dengan
 Lanjutkan pemantauan penurunan viabilitas,
DJJ,Perhatikan perubahan deselerasi lambat, dan
denyut perdenyut takikardia yang diikuti
deselrasi selama dan dengan bradikardai
setelah kontraksi  Kompres tali pusat diantara
 Perhatikan adanya jalan lahir dan bagian
variabel deselarasi, presentasi dapat dihilangkan
perubahan posisi klien dari dengan perubahan posisi
sisi ke sisi Distress janin pada
Perhatikan warna dan presentasi vertex
jumlah cairan amnion dimanifestasikan dengan
bila pecah ketuban kandungan mekonium yang
pecah merupakan akibat dari
 Kaji reaksi DJJ terhadap respon vagal pada hipoksia
kontruksi, perhatikan  Pengkajian yang tepat perlu
bradikardi atau dilakukan untuk mencegah
deselerasi lambat terjadinya hipoksia. Rentang
 Auskultasi jantung normal DJJ adalah 120-160 dpm
janin bila 
pecah Prolaps terlihat atau samar dari
ketuban tali pusat pada tidak adanya
 Pantau respon dilatasi servik penuh dapat
jantung janin untuk memerlukan kelahiran sesaria

obat pra operasi atau Narkotik biasanya
anastesi regional menurunkan variabilitas DJJ
dan memerlukan pemberian
naloksoa (narcan) setelah
melahirkan untuk
memperbaiki depresi
pernafasan narkotik.
Hipotensi maternal pada
respon terhadap Anastasia
secara umum menyebabkan
bradikardi janin sementara,
menurunkan variabilitas dan
tidur

Diagnosa 2 :Ketakutan ; kecemasan b.d krisis situasi, anacaman yang dirasakan pada klien/janin,
penyimpangan yang tidak diantisipasi dari harapan
Tujuan : Ansietas pada klien dapat teratasi
Kriteria Hasil : Perubahan DJJ (DJJ melemah), ditemukannya tali pusat alam
posisi abnormal pada pemeriksaan vagina
Tujuan yang diharapkan : Klien dapat menggunakan system pendukung secara efektif
Melaporkan ansietas berkurang dan atau teratasi Klien tampak rileks
Menyelesaikan persalinan denagn sukses

INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI  Adanya gangguan kemajuan
 Kaji status psikologis dan normal dari persalinan dapat
emosional memperberat perasaan ansietas
 Anjurkan pengungkapan dan kegagalan. Perasaan ini
perasaan dapat mengganggu kerja sama
 Gunakan terminologis klien dan menghalangi proses
positif ; hindari induksi
penggunaan istilah 
yang Klien mungkin takut atau tidak
menandakan abnormalitas memahami dengan jelas
prosesdur atau proses kebutuhan terhadap induksi
Dengarkan keterangan persalinan. Rasa gagal karena
klien yang dapat tidak mampu melahirkan secara
menandakan kehilangan alamiah dapat terjadi
harga diri Membantu klien pasangan
Berikan kesempatan pada menerima situasi tanpa
klien untuk member menuduh diri sendiri
masukan pada proses Klien dapat meyakinkan
pengambilan keputusan bahwa adanya intervensi untuk
Anjurkan penggunaan atau membantu proses persalinan
kontinuitas teknik adalah refleksi negatif pada
pernafasan dan latihan kemampuan dirinya sendiri
relaksasi Meningkatkan rasa kontrol klien
meskipun kebanyakan
dari apa yang telah terjadi diluar
kontrolnya
Menurunkan ansietas,
memungkinkan klien untuk
berpartisipasi secara aktif

BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Posisi abnormal letak janin pada kandungan dan prolaps tali pusar merupakan merupakan hal
yang berbeda akan tetapi keduanya merupakan kelainan pada proses kehamilan sampai pada
proses persalinan, letak yang tidak sesuai dengan anatomi janin yang hendak lahir
memmungkinkan ketidk normalan proses persalinan, sedangkan prolaps tali pusar dapat
menancam keselamatan janin dikarenakan sebagaimana yang kita tahu bahwasanya
nutrisi,oksigenisasi janin berasal dari ibu melalui plasenta dan tali pusar. Dengan penangan yang
tepat dan cepat pada kelainan kehamilan tersebut maka akan memperkecil resiko ancaman
keselamatan bagi ibu dan bayi.

Vous aimerez peut-être aussi