Vous êtes sur la page 1sur 5

TUGAS

“ORANG-ORANG LUAR PERSEKUTUAN DAPAT MENGGUNAKAN TANAH”

Oleh :

Nama : Anak Agung Istri Mira Diamanda Putra


Nim : 1704551027
Kelas : A Reguler Pagi
Mata Kuliah : Hukum Adat Lanjutan
Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH., MS

Fakultas Hukum
Universitas Udayana
Denpasar
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Persoalan tentang tanah di negara Indonesia dewasa ini merupakan suatu persoalan yang
banyak sekali mendapat perhatian dari berbagai pihak, yang meninjaunya dari berbagai disiplin
ilmu. Hal ini disebabkan oleh karena sensitifnya masalah tanah dalam kehidupan
bermasyarakat, yang bukan hanya sekedar menyangkut aspek ekonomis dan kesejahteraan
semata, akan tetapi mempunyai kaitan yang erat sekali dengan masalah sosial, politis, yuridis,
psikologis, kultural dan religius.

Tumbuh dan berkembangnya hukum adat dari suatu masyarakat adalah tergantung dari
struktur masyarakat hukum adat (adatrecht gemeenschap) yang merupakan pendukung dan
pelaksana hukum adat dalam proses kehidupan mereka. Di samping itu hukum adat secara
keseluruhan adalah merupakan pendukung dari pada infrastruktur masyarakat hukum adat
bersangkutan dan sekaligus merupakan dasar kewenangan bagi masyarakat untuk bertindak
dalam proses hukum. Masyarakat hukum adat (adatrecht gemeenschap) adalah tidak lain dari
pada kesatuan manusia yang teratur, menetap di suatu daerah tertentu, mempunyai penguasa-
penguasa dan mempunyai kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud, di mana para
anggota kesatuan masing-masing mengalami kehidupan yang wajar menurut kodrat alam dan
tidak seorangpun di antara para anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk
membubarkan ikatan yang telah bertumbuh itu atau meninggalkan dalam arti melepaskan diri
dari ikatan itu untuk selama-lamanya.

1.2.Rumusan Masalah
(1) Bagaimana orang luar persekutuan dapat menggunakan tanah pada satu daerah?

1.3.Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui, memahami dan menambah wawasan mengenai orang-orang diluar
persekutuan apakah dapat menggunakan hak tanah pada suatu daerah
BAB II

PEMBAHASAN

Kedudukan tanah dalam hukum adat adalah merupakan satu-satunya benda kekayaan
yang meskipun mengalami keadaan yang bagaimanapun juga, masih bersifat tetap dalam
keadaannya. Bahkan terkadang menjadi lebih menguntungkan karena menurut sifatnya tanah
tersebut adalah

1. Merupakan tempat tinggal persekutuan


2. Memberikan penghidupan bagi persekutuan
3. Merupakan tempat bagi bagi warga persekutuan yang meninggal dunia dikebumikan.

Hak atas tanah yang bersumber pada hukum adat adalah Hak Ulayat. Hak Ulayat yakni
disebut juga sebagai Hak Purba (Djojodigoeno) , Hak Pertuanan (Soepomo) yaitu hak yang
dimiliki oleh suatu persekutuan hukum adat sehingga sifatnya merupakan hak bersama untuk
menguasai seluruh tanah beserta segala isinya dalam lingkungan wilayah persekutuan tersebut.
Hak Ulayat merupakan hak atas tanah yang tertinggi dalam hukum adat.

Kriteria adanya hak Ulayat tercantum pada pasal 2 Permen Agragria / Kepala BPN No.
5 Tahun 1999 menyatakan bahwa :

1. Adanya masyarakat hukum adat tertentu


2. Adanya hak ulayat yang menjadi lingkungan hidup dan tempat mengambil keperluan
hidup masyarakat hukum adat
3. Adanya tatanan hukum adat mengenai pengurusan, penguasaan dan penggunaan tanah
ulayat yang berlaku dan ditaati oleh masyarakat hukum adat.

Menurut ketentuan hukum adat, Hak Ulayat ini memiliki konsekuensi berlaku ke dalam
persekutuan dan berlaku keluar persekutuan dalam menggunakan tanah. Berlaku kedalam
persekutuan pada penggunaan tanah berarti anggota masyarakat mengambil keuntungan dari
tanah, tumbuhan dan binatang yang terdapat di situ.

Hak Ulayat berlaku keluar persekutuan pada penggunaan tanah berarti :

1. Orang dari luar persekutuan pada dasarnya tidak boleh menggunakan tanah milik
persekutuan
2. Orang luar persekutuan hanya dapat menggunakan tanah milik persekutuan apabila
telah mendapat ijin dari kepala persekutuan
3. Untuk mendapatkan ijin kepala persekutuan, orang asing yang bersangkutan harus
membayar uang pemasukan / upeti/mesi (recognitie) kepada persekutuan
4. Uang mesi bukanlah bersifat sebagai uang sewa, melainkan sebagai tanda bahwa ia
adalah orang asing (bukan warga persekutuan), dan hak yang akan diperolehnya tidak
akan sama dengan hak warga asli persekutuan

Hal ini memiliki artian bahwa ketika pendatang yang hendak menggunakan tanah harus
membayar uang pemasukan sebagai bukti ia orang asing. Ia hanya dianggap sebagai
penumpang, sehingga hak yang diperolehnya tidak sama dengan hak warga asli. Walaupun
telah lama tinggal dan mendapat hak-hak yang lebih kuat menyerupai hak warga asli, namun
hak ini akan hilang apabila orang asing tersebut meninggalkan tempat kediamannya, haknya
kembali menjadi orang asing

Tujuan pada setiap penggunaan tanah baik oleh warga negara persekutuan ataupun oleh
orang asing, harus mendapat ijin dari kepala persekutuan karena :

1. Bagi warga persekutuan adalah agar tidak ada benturan kepentingan


2. Bagi orang asing adalah sebagai tanda bahwa ia adalah orang diluar persekutuan
sehingga tanah yang ia garap bukanlah miliknya.

Contoh :

Mida adalah orang asli Batak yang membeli rumah dan ingin tinggal di desa Ubud untuk jangka
waktu yang cukup lama. Namun Mida tidak dapat langsung menempati rumah tersebut karena
Mida bukanlah warga asli desa Ubud. Mida harus mencari persetujuan dari kepala persekutuan
atau kepala adat dari Desa Ubud agar dapat menempati rumah barunya. Untuk mendapatkan
ijin tersebut Mida harus membayar uang mesi yang menunjukan bahwa Mida adalah orang
asing atau orang diluar persekutuan kepada kepala adat dan hak yang diperoleh Mida tidak
sama dengan warga asli desa Ubud lainnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hak Ulayat yaitu hak yang dimiliki oleh suatu persekutuan hukum adat sehingga sifatnya
merupakan hak bersama untuk menguasai seluruh tanah beserta segala isinya dalam lingkungan
wilayah persekutuan tersebut. Hak Ulayat merupakan hak atas tanah yang tertinggi dalam
hukum adat. Kriteria adanya hak Ulayat tercantum pada pasal 2 Permen Agragria / Kepala BPN
No. 5 Tahun 1999.

Hak Ulayat ini memiliki konsekuensi berlaku ke dalam persekutuan dan berlaku keluar
persekutuan dalam menggunakan tanah. Berlaku kedalam persekutuan pada penggunaan
tanah berarti anggota masyarakat mengambil keuntungan dari tanah, tumbuhan dan binatang
yang terdapat di situ. Dan berlaku keluar persekutuan pada penggunaan tanah berarti bahwa
orang luar hanya boleh memungut hasil tanah (selama satu panen saja) sesudah mendapat ijin
dari kepala adat/masyarakat dan membayar uang pengakuan yang disebut mesi. Tujuan pada
setiap penggunaan tanah harus mendapat ijin dari kepala persekutuan adalah jika bagi warga
persekutuan adalah agar tidak ada benturan kepentingan dan jika bagi orang asing adalah
sebagai tanda bahwa ia adalah orang diluar persekutuan sehingga tanah yang ia garap bukanlah
miliknya.

B. Saran

Bagi masyarakat hukum adat agar mematuhi rule/peraturan atau hukum adat yang berlaku
pada daerah masing-masing tentang penggunaan atas tanah baik itu dalam persekutuan maupun
diluar persekutuan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadinya suatu benturan kepentingan antar
sesama persekutuan atau adanya kesalahpahaman dalam memanfaatkan fungsi dari tanah
tersebut.

Vous aimerez peut-être aussi