Vous êtes sur la page 1sur 8

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan
interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002)
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen
atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002).
Pielonefritis adalah radang pada ginjal dan saluran kemih bagian atas. Sebagian besar
kasus pielonefritis adalah komplikasi dari infeksi kandung kemih (sistitis). Bakteri masuk
ke dalam tubuh dari kulit di sekitar uretra, kemudian bergerak dari uretra ke kandung
kemih. Kadang-kadang, penyebaran bakteri berlanjut dari kandung kemih dan uretra
sampai ke ureter dan salah satu atau kedua ginjal. Infeksi ginjal yang dihasilkan disebut
pielonefritis.
Pielonefritis adalah inflamasi atau infeksi akut pada pelvis renalis tubula dan jaringan
interstisiel. Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh bakteri enterit (paling umum adlah
escherichia coli) yang telah menyebar dari kandung kemih ke ureter dan ginjal akibat
refluks vesikouretral. Penyebab lain piolenefritis mencakup obstruksi urin atau infeksi,
trauma, infeksi yang berasal dari darah, penyakit ginjal lainnya, kehamilan, atau gangguan
metabolik (sandra M. Nettina, 2001)
Inflamasi pelvis ginjal disebut pielonefritis, penyebab radang pelvis ginjal yang paling
sering adalah kuman yang berasal dari kandung kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal.
Piolenefritis ada yang akut dan ada yang kronis (Tabayong, 2000)

2.2 Etiologi
1. Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis, dll).
Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi
Bakteri ini dalam keadaan normal di temukan di usus besar merupakan penyebab
dari 90 % infeksi ginjal di luar rumah rumah sakit dn penyebab dari 50% infeksi
ginjal di rumah sakit . infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke
kandung kemih
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa di cegah oleh
aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di
tempat masukknya ke kandung kemih
Pada saluran kemih yang sehat, naikknya infeksi ini biasanya bisa di cegah oleh
aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di
tempat masukknya ke kandung kemih .
Berbagai penyubatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau
pembesaran prostat ) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke alam ureter,
akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal. Infeksi juga bisa di
bawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
2. Basilus proteus dan Pseudomonas auroginosa.
3. Pseudomonas juga merupakan patogen pada manusia dan merupakan penyebab
infeksi pada saluran kemih.
4. Klebsiella enterobacter
Klebsiella enterobacter merupakan salah satu patogen menular yang umumnya
menyebabkan infeksi pernapasan, tetapi juga dapat menyebabkan infeksi saluran
kemih
5. Species proteus
Proteus yang pada kondisi normal ditemukan di saluran cerna, menjadi patogenik
ketika berada di dalam saluran kemih.
6. Enterococus
Mengacu pada suatu spesies streptococus yang mendiami saluran cerna dan bersifat
patogen di dalam saluran kemih
7. Lactobacillus
Lactobacillus dalah flora normal di rongga mulut, saluran cerna, dan
vagina,dipertimbangkan sebagai kontaminan saluran kemih. Apabila ditemukan
lebih dari satu jenis bakteri, maka spesimen tersebut harus di pertimbangkan
terkontaminasi. Hampir semua gambaran klinis disebabkan oleh endotoksemia.
Tidak semua bakteri bersifat patogen disaluran perkemihan, tetapi semua bakteri
tersebut ditemukan dalam sampel biakan urine. Namun, bakteri-bakteri tersebut
tetap merupakan kontaminan.
8. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat.
9. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih Kembali
kedalam ureter.
10. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi aliran darah dan aliran plasmaefektif ke ginjal dan
saluran kencing. Kecepatan filtrasi glomerulus dan fungsi tubuler meningkat 30-
50%. Dibawah keadaan yang normal peningkatan kegiatan penyaringan darah bagi
ibu dan janin yang tumbuhtidak membuat ginjal dan uretra bekerja ekstra.
Keduanya menjadidilatasi karena peristaltik uretra menurun. Sebagai akibat,
gerakan urin kekandung kemih lebih lambat. Stasis urin ini meningkatkan
kemungkinan pielonefritis.
Estrogen dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi yang terjadi pada kandung
kemih yang akan naik ke ginjal. Bendungan dan atoni ureter dalam kehamilan
mungkin disebabkan oleh progesteron, obstipasi atautekanan uterus yang membesar
pada ureter. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya
bisadicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan
oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal
atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke
dalamureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.
11. Keadaan keadaan menurunnya imunitas untuk melawan infeksi
12. Kencing manis

2.3 Klasifikasi
1. Pyelonefritis akut
biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak sempurna
atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah
terapi selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini
akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan
selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi
interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut
kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus
terjadi.KronisPielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga
karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.
2. Pyelonefritis kronis
Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi
yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal
failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif,
berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari
infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi
yang gawat.Pembagian PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan pada wanita
hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi
ureter karena uterus yang membesar.

2.4 Patofisiologi
Pielonefritis dapat timbul dalam bentuk akut maupun kronis. Dimana
Pielonefritis akut disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi bakteri terjadi karena
bakteri menjalar ke saluran kemih dari aliran darah. Walaupun pielonefritis akut
secara temporer dapat mempengaruhi fungsi renal, jarang sekali menjadi suatu
kegagalan ginjal.
Pielonefritis kronis juga berasal dari infeksi bakteri, namun juga faktorfaktor
lain seperi refluks urine dan obstruksi saluran kemih turut berperan. Pielonefritis
kronis merusak jaringan ginjal untuk selamanya (irreversible) akibat inflamasi yang
berulang kali dan timbulnya jaringan parut. Proses perkembangan kegagalan ginjal
kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau
setelah infeksi yang gawat. Diduga bahwa pielonefritis menjadi diagnose yang
sungguh-sungguh dari satu pertiga orang yang menderita kegagalan ginjal kronis.
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar)
merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari
50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang
naik ke kandung kemih. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini
biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme
dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai
penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran
prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal. Infeksi juga bisa dibawa ke
ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
2.5 Manifestasi Klinis
Piolenefritis akut : pasien piolenefritis akut mengalami demam dan menggil,
nyeri tekan pada kostovertebrel (CVA), leukositosis dan adanya bakteri dan sel
darah putih dalam urin . selain itu, gejala saluran urinarius bawah seperti disuria
dan sering berkeih umumnya terjadi.
Infeksi saluran urinarius atas di kaitkan dengan selimut antibodi bakteri dan sel
darah putih dalam urin. Ginjal pasien piolenefritis biasanya membersar di sertai
infiltrasi interstitial sel-sel inflamasi. Abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan
pada taut kortiko medularis . pada akhirnya atrofi dan kerusakan tubulus serta
glomerulus terjadi. Ketika piolenefritis menjadi kronis, ginjal membentuk jaringan
parut, berkontraksi dan tidak berfungsi.
Pielonefritis kronik bisanya tanpa gejala infeksi, kecuali terjadi eksaser basi
tanda-tanda utama mencakup keletihan sakit kepala, nafsu makan rendah, poliuria,
haus yang berlebihan, dan kehilangan berat badan. infeksi yang menetap atau
kambuh dapat menyebabkan jaringan parut progresif di ginjal di sertai agagal ginjal
pada akhirnya.
namun gejala yang paling umum dapat demam secara tiba-tiba kemudia dapat
di sertai menggil, nyeri punggung bagian bawah, mual dan muntah pada beberapa
kasus juga mununjukan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih
dan frekuensi berkemih yang meningkat dapat terjadi kolik renalis, dimana
penderita merasa nyeri hebat yang di sebabkan oleh kejang ureter. kejang dapat
terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi. dapat terjadi pembesaran pada salah satu
atau kedua ginjal. kadang juga di sertai otot perut berkontraksi kuat.

1. Gejala biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di


punggung bagian bawah, mual dan muntah.
2. Beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian bawah,
yaitu sering berkemih dan nyeri ketika berkemih.
3. Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut
berkontraksi kuat.
4. Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang
disebabkan oleh kejang ureter. Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi akibat
infeksi atau karena lewatnya batu ginjal.
5. Pada infeksi menahun (pielonefritis kronis), nyerinya bersifat samar dan demam
hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama sekali. Pielonefritis kronis
hanya terjadi pada penderita yang memiliki kelainan utama, seperti
penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar atau arus balik air kemih
dari kandung kemih ke dalam ureter (pada anak kecil). Pielonefritis kronis pada
akhirnya bisa merusak ginjal sehingga ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya (gagal ginjal).

2.6 Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi
Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002):
1. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada
area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal, terutama
pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.
2. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat
sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks
mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.
3. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke
dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
4. komplikasi piolenefritis kronik mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai
hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut),
hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik di sertai
organisme pengurai urea, yang mengakibatkan terbentuknya batu) (Brunner &
Suddarth, 2002 : 1437)

2.7 Penatalaksanaan
1. Pielonefritis Akut: pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakteremia dan
memerlukan terapi antimikrobial yang intensif. Terapi parentral di berikan
selama 24-48 jam sampai pasien afebril. Pada waktu tersebut, agens oral dapat
diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan efektif apabila
ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mencegah berkembangbiaknya
bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis akut biasanya lebih lama
daripada sistitis. Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah
infeksi kronik atau kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun
tanpa gejala. Setelah program antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk
terus dibawah penanganan antimikrobial sampai bukti adanya infeksi tidak
terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi
ginjal stabil. Kadarnya pada terapi jangka panjang.
mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obatan anti mikrobial
seperti trimethroprin-sulfamethoxazole (TMF-SMZ,septal) gentamicin atau
tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari.
2. Pielonefritis kronik:agens antimikrobial pilihan di dasarkanpada identifikasi
patogen melalui kultur urin, nitrofurantion atau kombinasi sulfametoxazole dan
trimethoprim dan digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal
yang ketat, terutama jika medikasi potensial toksik.
piolenefritis sering sebagai akibat dari refluks uretervesikal, diamana katup
uretervesikal yang tidak kompeten menyebabkan urine mengalir balik (refluks)
ke dalam ureter. obstruksi traktus urinarius (yang neningkatkan kerentanan
ginjal terhadap infeksi), tumor kandung kemih, struktur hiperplasia, prostatik
benigna, dan batu urinarius merupakan penyebab yang lain.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. urinalisis
a. Leukosuria atau piuria : merupakan salah satu petunjuk penting adanya
ISK. leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit / lapang
pandang besar (LPB) Sediment air kemih.
b. Hematuria : hematuri positif bila terdapat 5-10 eritrosit / LPB sediment
air kemih. hematuria di sebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis : suatu bakteri lapang pandang minyak emersi . 102-103
organisme koliform/Ml urin plus piuria.
b. Biakan bakteri
c. Test Kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada
uji carik.
3. Kultur urine unruk mengidentifikasi mekanisme spesifik
4. Hitung Koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per mililiter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter di anggap
sebagai kriteria utama adanya infeksi
5. Metode Test
a. Test dipstik multistrip untuk WBC (test esterase lekosit)dan nitrit (test
griess untuk pengurangan nitrat)
b. Test esterase lekosit positif : maka pasien mengalami pluria
c. Test pengurangan nitrat, griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi itrat urin normal menjadi nitrit
6. Test-test tambahan
a. Urogram intravena ( IVU )
b. Pieolografi (IPV) Sistografi dan ultra sonografi juga dapat di lakukan
untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, massa renal atau abses hidronefrosis atau
hiperplasie prostate
c. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic .

Vous aimerez peut-être aussi