Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara
menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, sosial, dan bukan hanya bebas
dari penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsinya.
Kesehatan reproduksi bukan hanya membahas masalah kehamilan atau
persalinan, tetapi mencakup seluruh siklus kehidupan wanita yang salah
satunya adalah masa menopause, yaitu suatu masa yang dimulai pada akhir
masa reproduksi dan berakhir pada masa senium (lanjut usia), yaitu pada
usia 40-65 tahun (Pakasi, 2000). Pada usia ini akan banyak muncul
masalah kesehatan karena masalah kesehatan sangat erat kaitannya dengan
peningkatan usia (Curtis, Glade B, 2000). Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan Umur Harapan Hidup (UHH) orang Indonesia adalah 75
tahun. Umur harapan hidup wanita adalah 67 tahun dan pria 63 tahun
(yminti online, 2007). Hal ini berarti wanita memiliki UHH lebih tinggi
dari pada pria dan akan menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit.
(yminti online, 2007).
Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir
yang disebabkan menurunnya fungsi ovarium dan diagnosa dibuat setelah
terdapat Amenorea (tidak haid) sekurang-kurangnya satu tahun
(medicastore online, 2007). Sebenarnya menopause bukan merupakan
masalah patologis tetapi merupakan masalah fisiologis yang dialami setiap
wanita di dunia tetapi sangat mengganggu kebahagiaan sebuah keluarga
dan wanita itu sendiri. Di dalam pengalaman hidupnya, seorang wanita
akan mengalami perubahan-perubahan alamiah ini. Namun proses alamiah
ini berbeda pada setiap wanita menopause. Ada yang melewatinya tanpa
merasa terganggu, namun sebagian besar wanita menopause melalui
perubahan alamiah ini dengan cobaan yang berat, gangguan fisik dan
tekanan psikis yang menekan (Pakasi, 2000). Hal ini disebabkan karena

1
berhentinya produksi estrogen dan menurunnya daya tahan tubuh seiring
dengan bertambahnya usia (yminti online, 2007).
Perubahan fisik pada wanita biasanya terlihat pada perubahan kulit
yang terlihat semakin mengendor, mudah terbakar sinar matahari, dan
tumbuh bintik hitam (Manuaba, 1999). Perubahan fisik yang lain seperti
incontinentia urin, berkurangnya penglihatan, pendengaran, patah tulang,
dan sakit kepala (yminti online, 2007).
Berdasarkan penelitian Choirah pada tahun 2004 di Jakarta,
ditemukan hubungan antara penurunan kadar estrogen dengan perubahan
psikis yang terjadi pada masa menopause. Ditemukan adanya depresi
sebanyak 37,9 % pada wanita menopause yang mengalami penurunan
estrogen (Kusumawardhani, 2006), karena adanya ketidakseimbangan
pisikologis dan emosional (Nirmala, 2003). Sedangkan penelitian Gail
Saltz yang disitasi oleh Kusumawadhani tahun 2006 menemukan bahwa
sepertiga wanita yang berusia diatas 50 tahun mengalami disfungsi
seksual, tidak tertarik lagi dalam aktifitas seksual terjadi penurunan minat,
gairah, dan berkurangnya sensitifitas fisik.
Berdasarakan yang telah diuraikan di atas, maka penusun tertarik
untuk membuat makalah yang berjudul “Asuhan Keperaratan Kesehatan
Reproduksi pada Menopause”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah obstetri dan
ginekologi pada pendidikan S1 Keperawatan di STIKES Wira Husada
Yogyakarta TA 2012/2013
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep Menopause
b. Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan

BAB II
TINJAUAN TORITIS
A. Defenisi

2
Menopause berasal dari bahasa Yunani yaitu “Men” Dan “Pauseis”
yang menggambarkan berhentinya haid. Menurut kepustakaan abad 17 dan
18, menopause dianggap tidak berguna dan tidak menarik lagi. Menopause
kadang-kadang juga dinyatakan sebagai masa berhentinya haid sama sekali.
Dapat didiagnosa setekah 1 tahun tidak mengalami menstruasi. Masa
pancaroba ini disertai dengan gejala-gejala yang khas. Pada premenopause
timbul kelainan haid, sedangkan dalam postmenopause terjadi gangguan
vegetatif seperti panas, berkeringat dan palpitari, gangguan psikis berupa
labilitas emosi dan gangguan organis yang bersifat atrofi alat kandungan dan
tulang.
Menopause adalah haid terakhir pada wanita, yang juga sering
diartikan sebagai berakhirnya fungsi reproduksi seorang wanita. Oleh karena
itu, tidak jarang seorang wanita takut menghadapi saat menopausenya.
Kehidupan menjelang dan setelah menopause inilah yang sering disebut
sebagai ‘masa senja’ atau masa klimakterium. Istilah menopause seringkali
disalah-artikan dengan klimakterium
Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang
wanita sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif
dari kehidupan sampai masa non-reproduktif.
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi,
berakhir pada awal senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun.
Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi
menuju fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi
generatif ataupun endokrinologik dari ovarium. (Baziad, 2003, hal 1)
Klimakterium yaitu fase peralihan antara pramenopause dan
pascamenopause. (Baziad, 2003, hal 1).
Klimakterium adalah fase terakhir dalam kehidupan wanita atau
setelah masa reproduksi berakhir. (Kasdu, 2002, hal 2 ).
Klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari
periode reproduktif ke periode non reproduktif. (Kasdu, 2002, hal 2 ).
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi
sampai awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun.
B. Masa Klimakterium

3
1. Pramenopause
Adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause, keluhan klimakterik sudah
mulai timbul, hormon estrogen masih dibentuk. Bila kadar estrogen
menurun maka akan terjadi perdarahan tak teratur.
2. Menopause
Adalah henti haid yang terakhir yang terjadi dalam masa klimakterium dan
hormon estrogen tidak dibentuk lagi, jadi merupakan satu titik waktu
dalam masa tersebut. Umumnya terjadi pada umur 45-55 tahun.
a. Tanda dan gejala
1) Tidak mendapat haid
2) Hot flush, berdebar-debar, sakit kepala, tangan dan kaki dingin,
mudah tersinggung, vertigo, cemas, depresi, insomnia, keringat
pada malam hari, pelupa, tidak dapat berkonsentrasi, penambahan
BB.
3) Tanda khas kulit merah dan hangat terutama pada kepala dan leher,
kapan saja selama beberapa detik sampai 2 menit diikuti menggigil,
kedinginan.
4) Kulit genetalia, dinding vagina, uretra menipis dan lebih kering
sehingga mudah terjadi iritasi, infeksi, disparemia, labia, klitoris,
uterus, ovarium mengecil/atrofi. Bertambahnya pertumbuhan
rambut pada wajah dan tubuh akibat menurunnya kadar estrogen
dan efek androgen dalam sirkulasi yang tidak terimbangi.
5) Osteoporosis pada sekitar 25 % wanita dalam waktu 15 – 20 bulan
setelah menopause.
Menurut Varney, H (2007: 306), tanda dan gejalanya adalah:
1) Perubahan Pola Perdarahan
Pola yang paling umum adalah penurunan bertahap jumlah dan
durasi aliran menstruasi, menyebabkan terjadinya bercak darah dan
kemudian berhenti. Beberapa wanita akan mengalami menstruasi
yang lebih sering atau lebih berat, hal ini biasanya refleksi dan
produksi estrogen folikuler yang terus-menerus dengan atau tanpa
ovulasi.
2) Hot flash

4
Periode berulang dan sementara terjadinya kemerahan, berkeringat,
dan perasaan panas, sering kali disertai palpitasi dan perasaan
ansietas, dan kadang-kadang diikuti dengan demam.
3) Gangguan tidur
Masalah tidur yang berkaitan dengan menopause mungkin
berkaitan dengan hot flash. Wanita menopause dengan keluhan hot
flash berat beresiko gangguan tidur.
4) Perubahan Atropik
Efek jangka panjang penurunan kadar estrogen termasuk penipisan
epitelium vagina dan serviks, lapisan kapiler menjadi lebih tampak
sebagai kemerahan yang terputus-putus. Ukuran serviks biasanya
mengecil dengan menurunnya produksi mukus yang dapat
menyebabkan disparenia. Traktus urinarius juga menunjukkan
perubahan setelah menopause. Gejalanya dapat meliputi kering
atau gatal pada vulva dan vagina atau dispareunia.

5) Perubahan Psikofisiologis
Trias gejala psikologis yang sering kali disebut dalam hubungannya
dengan menopause adalah depresi alam perasaan, insomnia, dan
penurunan minat seksual. Terdapat perbedaan antara insomnia
sejati dengan perubahan tidur yang dikaitkan dengan keringat
malam berlebihan. Hilangnya libido dapat dipengaruhi sejumlah
faktor termasuk peningkatan depresi atau ansietas.
6) Perubahan Berat Badan
Menopause seringkali dianggap sebagai penyebab peningkatan
berat badan pada wanita usia paruh baya. Rekomendasi untuk
meningkatkan olahraga dan diet sehat yang meliputi pengawasan
asupan kalori dan lemak harus dibuat untuk wanita seiring
pertambahan usia mereka.
7) Perubahan Kulit
Sebagian besar perubahan kulit yang diperhatikan wanita pada
masa menopause adalah kerusakan karena sinar matahari.
Perubahan lain meliputi kulit kering, banyak berkeringat,

5
pengerutan, perubahan fungsi pelindung, penipisan, dan penurunan
penyembuhan luka.
8) Seksualitas
Selama bertahun-tahun telah menjadi anggapan bahwa semakin tua
usia wanita, maka minat seks dan responsif wanita akan menurun.
Mayoritas wanita yang mengalami menopause alami tidak
melaporkan penurunan dalam hasrat seksual, kesenangan erotik,
atau orgasme dan penurunan potensi seksual lebih sedikit pada
wanita dibanding pria selama proses penuaan.
9) Perubahan Fungsi Tiroid
Disfungsi tiroid menjadi lebih umum terjadi seiring pertambahan
usia wanita.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi menopause (Baziad. A,
2003) yaitu:
1) Status gizi
Faktor yang juga mempengaruhi menopause lebih awal bisa
dikarenakan konsumsi yang sembarangan. Jika ingin mencegah
menopause lebih awal dapat dilakukan dengan menerapkan pola
hidup sehat seperti berhenti merokok, serta mengonsumsi
makanan yang baik misalnya sejak masih muda rajin
mengonsumsi makanan sehat seperti kedelai, kacang merah,
bengkoang, atau pepaya (Baziad. A, 2010).
2) Sosial ekonomi
Menopause dipengaruhi oleh status ekonomi, disamping
pendidikan dan pekerjaan suami. Begitu juga hubungan antara
tinggi badan dan berat badan wanita yang bersangkutan termasuk
dalam pengaruh sosial ekonomi.
3. Pascamenopause
Adalah masa 3-5 tahun setelah menopause, dijumpai hiper-
gonadotropin (FSH dan LH), dan kadang-kadang hipertiroid.

C. Etiologi

6
Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi berbagai
perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium seperti, berkurangnya jumlah
folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, penurunan sekresi estrogen.
Perkembangan dan fungsi seksual wanita secara normal dipengaruhi oleh
sistem poros hipotalamus-hipofisis-gonad yang merangsang dan mengatur
produksi hormon-hormon seks yang dibutuhkan. Hipotalamus menghasilkan
hormon gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang akan merangsang
kelenjar hipofisis untuk menghasilkan follicle stimulating hormone (FSH)
dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon FSH dan LH ini yang akan
mempersiapkan sel telur pada wanita. FSH dan LH akan meningkat secara
bertahap setelah masa haid dan merangsang ovarium untuk menghasilkan
beberapa follicle (kantong telur). Dari beberapa kantong telur tersebut hanya
satu yang matang dan menghasilkan sel telur yang siap dibuahi. Sel telur
dikeluarkan dari ovarium (disebut ovulasi) dan ditangkap oleh fimbria (organ
berbentuk seperti jari-jari tangan di ujung saluran telur) yang memasukkan sel
telur ke tuba fallopii (saluran telur). Apabila sel telur dibuahi oleh
spermatozoa maka akan terjadi kehamilan tetapi bila tidak, akan terjadi haid
lagi. Begitu seterusnya sampai mendekati masa klimakterium, dimana fungsi
ovarium semakin menurun.
Masa pramenopause atau sebelum haid berhenti, biasanya ditandai
dengan siklus haid yang tidak teratur. Pramenopause bisa terjadi selama
beberapa bulan sampai beberapa tahun sebelum menopause. Pada masa ini
sebenarnya telah terjadi aneka perubahan pada ovarium seperti sklerosis
pembuluh darah, berkurangnya jumlah sel telur dan menurunnya pengeluaran
hormon seks. Menurunnya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya
kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Hal ini akan
mengakibatkan interaksi antara hipotalamus-hipofisis terganggu. Pertama-
pertama yang mengalami kegagalan adalah fungsi korpus luteum. Turunnya
produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik
negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini akan mengakibatkan peningkatan
produksi dan sekresi FSH dan LH. Peningkatan kadar FSH merupakan

7
petunjuk hormonal yang paling baik untuk mendiagnosis sindrom
klimakterik.
Secara endokrinologis, klimakterik ditandai oleh turunnya kadar estrogen
dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Pada wanita masa reproduksi,
estrogen yang dihasilkan 300-800 ng, pada masa pramenopause menurun
menjadi 150-200 ng, dan pada pascamenopause menjadi 20-150 ng.
Menurunnya kadar estrogen mengakibatkan gangguan keseimbangan
hormonal yang dapat berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis,
gangguan somatik, metabolik dan gangguan siklus haid. Beratnya gangguan
tersebut pada setiap wanita berbeda-beda bergantung pada:
1. Penurunan aktivitas ovarium yang mengurangi jumlah hormon steroid
seks ovarium. Keadaan ini menimbulkan gejala-gejala klimakterik
dini (gejolak panas, keringat banyak, dan vaginitis atrofikans) dan
gejala-gejala lanjut akibat perubahan metabolik yang berpengaruh
pada organ sasaran (osteoporosis).
2. Sosio-budaya menentukan dan memberikan penampilan yang berbeda
dari keluhan klimakterik.
3. Psikologik yang mendasari kepribadian wanita klimakterik itu, juga
akan membe-rikan penampilan yang berbeda dalam keluhan
klimakterik.

D. Patofisiologi
Menopause terjadi karena habisnya folikel (sel telur) pada indung
telur. Ini terjadi Seiring dengan pertambahan usia, sistem neurohormonal
tidak mampu untuk berstimulasi periodik pada sistem endokrin yang
menyebabkan ovarium tidak memproduksi progesterone dalam jumlah
yang bermakna. Jumlah sel telur ketika seorang dilahirkan adalah ±
733.000 dan jumlah ini terus berkurang selama masa kanak-kanak dan
masa reproduksi. Pada usia 39-45 tahun jumlah sel telur kira-kira 10.900.
Pada setiap siklus haid sebanyak 20-1000 sel telur akan dipersiapkan
untuk berkembang, tetapi umumnya hanya 1 folikel yang akan
berkembang pesat dan mengalami ovulasi ( pelepasan sel telur dari folikel
indung telur ). Sisanya dan juga sebagian besar sel telur akan mengalami
hambatan perkembangan, penyusutan dan penyerapan. Estrogen hanya

8
dibentuk dalam jumlah kecil melalui aromatisasi androsteredion dalam
sirkulasi. penurunan fungsi ovarium menyebabkan ovarium mengecil dan
akhirnya folikel juga menghilang.Dengan demikian sel-sel telur yang tidak
berhasil tumbuh menjadi matang akan mati. Hal ini yang ditandai dengan
masih datangnya haid secara teratur. Seiring dengan tumbuh dan
berkembangnya sel telur dalam indung telur maka hormon estrogen dan
progesteron akan mengalami peningkatan sehingga semakin sedikit folikel
yang berkembang semakin berkurang pembentukan hormon estrogen dan
progesteron. (Departemen Kesehatan Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan,
1992, hal 49).
Tidak adanya estrogen ovarium merupakan penyebab timbulnya
perubahan-perubahan pasca menopause, misalnya: kekeringan vagina,
yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman sewaktu berhubungan seks,
dan atrofi gradual organ-organ genetalia, serta perubahan fisik lainnya.
Namun wanita pasca menopause tetap memiliki dorongan seks karena
androgen adrenal mereka.
Selain itu, kekuatan atau kelenturan alat kelamin luar ( vagina dan
vulva ) menurun. Demikian juga jaringan alat tubuh lainnya yang berada
di bawah pengaruh hormon estrogen. Penurunan fungsi ovarium
menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab
rangsangan gonadotropin, sehingga terganggunya interaksi antara
hipotalamus-hipofise. Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi luteum
kemudian menurunnya fungsi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya
reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini
meningkatkan produksi FSH serta LH dan dari kedua gonadotropin itu,
ternyata yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH.
Masih tidak jelas apakah gejala-gejala emosional yang berkaitan
dengan fungsi ovarium, misalnya depresi dan iritabilitas, disebabkan oleh
penurunan estrogen akan merupakan reaksi psikologis terhadap dampak
menopause.

E. Manifestasi Klinis

9
Sekitar 40-85% dari semua wanita dalam usia klimakterik mempunyai
keluhan. Gejala yang tetap dan tersering adalah gejolak panas dan keringat
banyak. Gejolak panas merupakan sensasi seperti gelombang panas yang
meliputi bagian atas dada, leher, dan muka. Keluhan ini biasanya diikuti
oleh gejala-gejala psikologik berupa rasa takut, tegang, depresi, lekas
marah, mudah tersinggung, gugup dan jiwa yang kurang mantap.
Keluhan lain dapat berupa sakit kepala, sukar tidur, berdebar-debar, rasa
kesemutan di tangan dan kaki, serta nyeri tulang dan otot. Keringat malam
hari merupakan keluhan yang sangat mengganggu, sehingga menimbulkan
lelah dan kesukaran bangun pagi. Semua keluhan ini kurang
menggembirakan bagi seorang wanita, dan mendorong penderita mencari
pengobatan.
Atrofi epitel genital dapat mengakibatkan vaginitis senilis. Gejala-
gejalanya mencakup: iritasi, rasa terbakar, pruritus, leukorea, dispareunia,
perdarahan vaginal, penurunan sekresi vaginal, penipisan epitel dan mudah
kena trauma, pemendekan dan pengurangan kelenturan vagina.
Kebanyakan masalah seksual dialami oleh wanita pascamenopause adalah
karena status fisis dari mukosa vagina, yang harus memelihara
kelembaban protektif yang cukup dan memberikan pelumas selama
sanggama. Setelah menopause, perubahan atrofik dapat menyebabkan
dispareunia, vaginitis, vaginismus, taknyaman fisis, dan hilang minat
seksual.
Kulit wanita banyak dipengaruhi oleh estrogen sehingga menimbulkan
kulit kehilangan elastisitasnya, berkerut, kering dan menjadi lebih tipis.
Hal tersebut mengurangi kecantikan seorang wanita, sehingga wanita
merasa kurang percaya diri lagi (dan dapat menambah ketidakseimbangan
emosi wanita tersebut).
Gangguan psikogenik, ini mencakup : peningkatan rasa gelisah, depresi,
mudah cemas, insomnia, dan sakit kepala. Keadaan lain yang dapat
diperberat oleh gejala menopause mencakup : masalah psikosomatik yang
telah ada yang diperkuat oleh gejolak panas, pola tidur yang diganggu oleh

10
keringat malam, penurunan libido karena vaginitis atrofikans yang
mengakibatkan dispareunia.
Osteoporosis adalah gangguan tulang yang terutama menyerang tulang
trabekular, menyebabkan pengurangan kuantitas tulang sehingga
mengakibatkan tulang keropos. Meskipun kedua jenis kelamin mengalami
kehilangan massa tulang dengan proses menua, jarang bagi pria
mengalami gejala osteoporosis sebelum usia 70.

F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan umum Merupakan pendapat umum yang salah bahwa
semua masalah klimakterik dan menopause dapat dihilangkan dengan
hanya pemberian estrogen saja. Tujuan pengobatan dengan estrogen
bukanlah memperlambat terjadinya menopause, melainkan
memudahkan wanita-wanita tersebut memasuki masa klimakterium.
Hubungan pribadi yang baik, saling percaya antara suami-istri,
maupun antara dokter-penderita akan memberikan harapan yang besar
akan kesembuhan. Pemberian obat-obat penenang bukanlah cara
pengobatan yang terbaik. Psikoterapi superfisial oleh dokter keluarga
sering sekali menolong.
2. Pengobatan hormonal Menopause merupakan suatu peristiwa fisiologis
dari keadaan defisiensi estrogen. Sindrom klimakterik pada umumnya
terjadi akibat kekurangan estrogen, sehingga dengan sendirinya
pengobatan yang tepat adalah pemberian estrogen, meski bukan tanpa
risiko. Pada masa lalu, estrogen diberikan untuk selang waktu yang
singkat dan kemudian berangsur-angsur dikurangi sehingga gejolak
panas sirna. Konsep ini tidak berlaku lagi. Seorang wanita yang
mengalami gejala-gejala menopause telah mengidap defisiensi
estrogen dan akan tetap begitu sepanjang hayatnya. Defisiensi estrogen
jangka panjang dapat menyebabkan berkembangnya osteoporosis,
penyakit jantung aterosklerotik, dan mungkin perwujudan psikogenik.
Program yang seimbang dari pengobatan estrogen-pengganti yang
dikombinasikan dengan progestogen siklik merupakan pengobatan
terbaik, karena tujuan nyata dari estrogen-pengganti adalah tidak hanya

11
untuk meredakan gejala-gejala vasomotor melainkan juga untuk
mencegah akibat metabolik seperti osteoporosis dan ateroskletosis.
G. Pencegahan
1. Mengonsumsi makanan-makanan bergizi yang secara alami bersifat
anti-inflamasi, seperti whole grain, buah-buahan, ikan, sayuran
berdaun hijau tua, kacang-kacangan, dan memasak dengan minyak
zaitun. Hindari konsumsi makanan yang mengandung trans fat, seperti
margarin.
2. Berolahraga yang teratur, sebab olahraga teratur akan mengurangi
jumlah deposit lemak.
3. Merokok, minum alkohol, dan obat-obatnan harus dihindari karena
bersifat pro-inflamasi dan merusak jaringan yang sehat.
4. Hindari stres, karena stres dapat merusak sistem pertahanan tubuh.
5. Tidur yang cukup akan sangat bermanfaat untuk mencegah proses
inflamasi kronik

12
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian yang dilaksanakan pada pasien dengan gangguan masa
klimakterium selain pengkajian secara umum juga dilakukan pengkajian
khusus yang ada hubungannya dengan gangguan masa klimakterium yang
meliputi :
1. Haid
a. Menarche
b. Lamanya
c. Banyaknya
d. Siklus
e. Dismenore

2. Riwayat penyakit keluarga

3. Riwayat obstetri
a. Kehamilan
b. Abortus
c. Pemakaian obat kontrasepsi

4. Riwayat perkawinan

5. Kebiasaan hidup sehari-hari


a. Istirahat
b. Pola kegiatan
c. Diet
6. Penyakit yang pernah diderita

7. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang masalah yang sedang dialami

8. Keluhan-keluhan yang sedang dialami

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien :

13
1. Ganguan pola tidur berhubungan dengan stress psikologis
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis
proses penuaan
3. Nyeri berhubungan dengan fisik/psikologik ( contoh : spasme otot , usia
lanjut )
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan feminitas atau
ketidakmampuan mempunyai anak.
5. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan
perubahan fungsi (penurunan libido).

C. Intervensi keperawatan
1. Ganguan pola tidur berhubungan dengan stress psikologis
Tujuan :
a. Pasien melaporkan perubahan dalam pola tidur/istirahat
b. Pasien mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera atau segar
Intervensi Rasoinal
1. Tentukan kebiasaan tidur dan 1. Mengkaji perlunya dan
perubahan yang terjadi mengidentifikasi intervensi yang tepat
2. Berikan tempat tidur yang 2. Meningkatkan kenyamanan tidur serta
nyaman dukungan fisiologis dan psikologis
3. Tingkatkan kenyamanan waktu 3. Meningkatkan efek relaksasi
tidur misal: mandi air hangat,
masase
4. Kurangi kebisingan dan lampu
4. Memberikan situasi kondusif untuk
5. Dorong posisi yang nyaman tidur
5. Perubahan posisi mengubah area
6. Berikan sedatif sesuai indikasi
tekanan dan meningkatkan istirahat
6. Mungkin diberikan untuk membantu
pasien tidur/istirahat

2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis


proses penuaan
Tujuan :
a. Pasien mamapu mempertahankan orientasi realita sehari-hari
b. Pasien mampu mengenali perubahan pola pemikiran dan tingkah
laku
Intervensi Rasoinal

14
1. Sediakan waktu adekuat bagi pasien 1. Waktu reaksi mungkin
untuk memberikan respon terhadap diperlambat dengan proses
pertanyaan penuaan
2. Catat masalah pasien tentang daya 2. Kehilangan ingatan jangka
ingat jangka pendek dan sediakan pendek dapat berguna untuk
bantuan mengetahui bahwa hal ini
merupakan sesuatu yang wajar
3. Evaluasi tingkat stess individu dan
3. Tingkat stess mungkin dapat
hadapi dengan tepat
meningkat dengan pesat karena
kehilangan yang baru
4. Reorientasikan pada orang/ waktu/
terjadi,seperti proses penuaan
tempat sesuai kebutuhan 4. Membantu pasien untuk
5. Catat perubahan siklik dalam
mempertahankan fokus
mental / tingkah laku 5. Mungkin timbul sebagai respon
dari penurunan fisiologis tubuh

3. Nyeri berhubungan dengan fisik/psikologik ( contoh : spasme otot , usia


lanjut).
Tujuan :
a. Keluhan nyeri berkurang/terkontrol
b. Pasien tampak rileks
c. Pasien mampu melakukan aktivitas
Intervensi Rasoinal
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan 1. Sebagai dasar pengawasan
intensitas (skala 0 – 10 ), keefektifan intervensi
lamanya dan lokasi
2. Menurunkan ketegangan otot ,
2. Berikan tindakan kenyamanan
memfokuskan kembali perhatian dan
meningkatkan kemampuan koping
3. Mengurangi pengeluaran energi
3. Batasi aktivitas fisik pasien 4. Memfokuskan kembali perhatian
4. Dorong teknik managemen
dan kontrol individu
stress (relaksasi) 5. Menghilangkan nyeri dan
5. Berikan analgesik sesuai
mengurangi ketidaknyamanan
indikasi

15
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan feminitas atau
ketidakmampuan mempunyai anak
Tujuan :
a. Pasien menyatakan masalah dan menunjukkan pemecahan masalah
yang sehat
b. Pasien menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi
terhadap perubahan pada citra tubuh

Intervensi Rasoinal
1. Berikan waktu untuk 1. Memberikan kesempatan untuk
mendengar masalah dan memperbaiki kesalahan konsep,
ketakutan pasien seperti: perubahan tubuh karena
menopause
2. Kaji stress emosi pasien.
2. Biasanya wanita takut tak mampu
Dorong pasien untuk
memenuhi peran reproduksi dan
mengekspresikan dengan tepat
mengalami kehilangan
3. Berikan informasi akurat
3. Memberikan kesempatan pada pasien
tentang masalah pasien
untuk bertanya dan mengasimilasi
4. Berikan lingkungan terbuka informasi
4. Meningkatkan keyakinan dan
pada pasien untuk
mengidentifikasi kesalahan konsep/
mendiskusikan masalah
mitos yang dapat mempengaruhi
seksualitas
penilaian situasi

5. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan


perubahan fungsi (penurunan libido)
Tujuan :
a. Pasien menyatakan pemahaman perubahan fungsi seksual
b. Pasien mampu mendiskusikan masalah tentang hasrat seksual
pasangan dengan orang terdekat
c. Pasien mampu mengidentifikasi kepuasan seksual yang diterima
Intervensi Rasoinal
1. Kaji informasi pasien / orang 1. Masalah seksual sering tersembunyi
terdekat tentang fungsi seksual sebagai pernyataan humor atau hal

16
2. Dorong pasien untuk berbagi yang gamblang
2. Komunikasi terbuka dapat
masalah dengan teman
mengidentifikasi masalah dan
3. Solusi pemecahan masalah
meningkatkan diskusi dan resolusi
potensial seperti : menunda 3. Membantu pasienkembali pada hasrat/
koitus saat kelelahan, kepuasan aktivitas seksual
menggunakan minyak vagina
4. Diskusikan sensasi/
ketidaknyamanan fisik,
4. Perubahan kadar hormon dan
perubahan pada respon
kehilangan sensasi irama kontraksi
individu
uterus selama orgasme mengganggu
5. Rujuk ke konselor/ahli
kepuasan seksual
seksualitas
5. Mungkin dibutuhkan bantuan
tambahan untuk meningkatkan
kepuasan hasil

D. Evaluasi
Menurut Doenges (1999), setelah dilakukan implementasi keperawatan
maka evaluasi yang di harapkan untuk pasien dengan klimakterium si
antaranya sebagai berikut :
1. Pasien melaporkan perubahan dalam pola tidur/istirahat
2. Pasien mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera atau segar
3. Pasien mamapu mempertahankan orientasi realita sehari – hari
4. Pasien mampu mengenali perubahan pola pemikiran dan tingkah laku
5. PAsien menyatakan nyeri berkurang/terkontrol
6. Pasien tampak rileks
7. Pasien mampu melakukan aktivitas
8. Pasien menyatakan masalah dan menunjukkan pemecahan masalah
yang sehat
9. Pasien menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi terhadap
perubahan pada citra tubuh
10. Pasien menyatakan pemahaman perubahan fungsi seksual
11. Pasien mampu mendiskusikan masalah tentang hasrat seksual pasangan
dengan orang terdekat
12. Pasien mampu mengidentifikasi kepuasan seksual yang diterima

17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menopause adalah berhentinya masa menstruasi pada wanita yang
rata-rata umurnya mencapai 50 tahun dengan rentang antara 48 dan 52
tahun.
Penyebab Menopause adalah adanya degenerasi atau penuaan
secara alamiah pada organ reproduksi wanita.
Gejala-gejala menopause meliputi rasa panas, sembelit, gangguan
tulang, sakit kepala, bengkak, linu dan rasa nyeri.
Nafsu seksual tidak ada hubungannya dengan produksi hormon
pada saat atau sesudah menopause.
Menopause tidak dapat dicegah tetapi gejala-gejala menopause
dapat ditekan dengan terapi estetogen pengganti, olah raga, berhenti
merokok, mengkonsumsi kalsium, vitamin tambahan dan kedelai.

B. Saran
1. Sebaiknya seorang wanita yang umurnya sudah mendekati 40 tahun
harus berolahraga secara teratur, mengkonsumsi kalsium dan vitamin-
vitamin yang berguna bagi tubuh agar masa menopausenya tidak
terlalu cepat.
2. Sebaiknya seorang waniya mempersiapkan mentalnya untuk
menghadapi masa menopause.

18
DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali. 2003. Menopause dan Andropause. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Pramihardjo

Departemen Kesehatan Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1992. Asuhan


Keperawatan dan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi.
Jakarta : Departemen Kesehatan.

Doenges, M.E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Kasdu, Dini. 2002. Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Jakarta :
Puspa Swara

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.


Jakarta : Arcan

Scott, James R. 2002. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya
Medika

Musrifin. (2012). Askep klimakterium dan menopause. Diunduh dari


http://musrifin.blogspot.com. Diakses tanggal 16 juni 2013.

Joesafira. (2012). Makalah masa menopause pada wanita. Diunduh dari


http://newjoesafirablogspot.blogspot.com. Diakses tanggal 16 juni 2013

19

Vous aimerez peut-être aussi