Vous êtes sur la page 1sur 30

MODUL PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMIA (OTK) I

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PERTAMINA
2018
MODUL PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMIA (OTK) I

Tim Penyusun:

Ayu Dahliyanti, M.Eng.

Geby Otivriyanti, S.T.

Ikhsan Solikhudin, S.T.

Uswatun Khasanah, S.Tr.

ROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PERTAMINA
2018

2
MODUL 4
SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER

4.1 TUJUAN PRAKTIKUM


1. Memahami prinsip kerja shell and tube heat exchanger.
2. Menganalisis perpindahan panas aliran searah (cocurrent) dan aliran berlawanan arah
(countercurrent).
3. Menghitung overall efficiency (η), LMTD dan overall heat transfer coefficient (U).

4.2 DASAR TEORI


Heat Exchanger merupakan peralatan yang digunakan untuk melakukan proses
pertukaran energi kalor (pemanasan atau pendinginan) antara fluida yang mempunyai
temperatur berbeda. Prinsip kerja heat exchanger adalah perpindahan panas secara tidak
langsung dari fluida panas ke fluida dingin yang dipisahkan oleh dinding (tanpa disertai
perpindahan massa). Fluida panas yang dipakai dapat berupa steam, air panas, serta suatu
cairan atau gas dengan temperatur yang lebih tinggi. Sedangkan fluida dingin yang
digunakan dapat berupa air pendingin (cooling water), refrigerant, maupun cairan atau gas
dengan temperatur yang lebih tinggi rendah.
1. Sistem Aliran Penukar Kalor
Berdasarkan pada arah aliran fluida pertukaran panas dapat dibedakan menjadi :
 Aliran searah (cocurrent/parallel flow)
Kedua fluida (dingin dan panas) ke dalam heat exchanger pada sisi yang sama lalu
mengalir dengan arah aliran yang sama.

Hot side
T1

T2

t1 t2
Cold side
parallel flow

Gambar 4.1. Aliran searah (cocurrent)

3
 Aliran berlawanan arah (counter flow)
Kedua fluida (dingin dan panas) masuk ke dalam heat exchanger dari arah yang
berlawanan lalu mengalir dengan arah aliran yang juga berlawanan. Aliran keluaran
fluida dingin suhunya akan mendekati suhu dari masukan fluida panas.

Gambar 4.2. Aliran berlawanan arah (counter-current)

2. Shell and Tube Heat Exchanger


Shell & tube heat exchanger merupakan tipe yang paling umum digunakan di industri
terkait teknik kimia. Alat ini terdiri dari shell (bejana berbentuk pipa besar) yang berisi
sejumlah tubes (pipa-pipa kecil). Heat exchanger tipe ini dilengkapi dengan baffles
(penyekat) yang berfungsi untuk mengatur arah aliran dan meningkatkan kecepatan fluida
yang mengalir di dalam shell, sehingga memungkinkan terjadinya laju perpindahan panas
yang lebih tinggi. Bagian-bagian dari shell and tube heat exchanger dapat dilihat pada
gambar 4.3 dan 4.4 di bawah ini:

Gambar 4.3 HT33 Shell and Tube Heat Exchanger

4
Gambar 4.4 Bagian-bagian dalam Shell and Tube Heat Exchanger

4.3 Alat dan Bahan Percobaan


Alat yang akan digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. HT30XC Heat Exchanger Service Unit.
2. HT33 Shell and Tube Heat Exchanger.
3. Komputer yang telah dilengkapi dengan program Armsoft HT30XC.

Bahan yang akan digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Air

4.4 METODE DAN LANGKAH KERJA


1) Percobaan untuk Countercurrent Operation
a. Kondisikan bahwa semua peralatan dan koneksi kelistrikan telah terpasang
secara benar. Pastikan saklar pada bagian belakang heat exchanger service unit
sudah dalam keadaan ON.

Gambar 4.5 Tampak atas heat exchanger service unit

5
Gambar 4.6 Saklar pada bagian belakang heat exchanger service unit

Gambar 4.7 Koneksi kelistrikan dengan heat exchanger server unit

b. Setelah itu posisikan emergency stop pada posisi in front of button to power
(pulled out)

Gambar 4.8 Display emergency stop and indicator LED

6
c. Pastikan kabel USB dan heat exchanger unit ke PC sudah terpasang dengan
benar.
d. Run software HT33 shell and tube exchanger, startup screen dan pilih
countercurrent exercise,

Gambar 4.9 Countercurrent exercise

Gambar 4.10 Tampilan Software HT33 Shell and tube exchanger

7
e. Pilih power on pada controls.

f. Klik heater-controls, kemudian display PID controller dan set point temperature
50℃, ubah mode operation menjadi automatic.

g. Klik flow-controls, kemudian display PID controller dan ubah mode operation
menjadi automatis.

8
h. Klik setup, pilih sample interval 30 s.

i. Kemudian tunggu sampai temperature mencapai set point yang diinginkan

j. Setelah temperature tercapai, klik Go pada display dan masuk ke table screen

9
k. Klik Stop, jika 10 interval data telah tercapai dan save as file.

l. Catat data pengamatan


m. Hitung perubahan temperature (Perubahan hot fluid temperature dan cold fluid
temperature)
n. Hitung heat power by hot fluid (Qe), heat power by cold fluid (Qa), heat power
lost (Qf) dan overall efficiency.
o. Hitung Temperature Efficiency for hot fluid, Temperature Efficiency for cold
fluid, and Mean Temperature Efficiency.
p. Hitung logartithmic mean temperature difference (LMTD)
q. Hitung Overall Heat Transfer Coefficient (U)

2) Percobaan Cocurrent Operation


a. Kondisikan bahwa semua peralatan dan koneksi kelistrikan telah terpasang secara
benar. Pastikan saklar pada bagian belakang heat exchanger service unit sudah
dalam keadaan ON.

10
Saklar pada bagian belakang heat exchanger service unit

Koneksi kelistrikan dengan heat exchanger server unit

b. Setelah itu posisikan emergency stop pada posisi in front of button to power (pulled
out)

Display emergency stop and indicator LED

11
c. Pastikan kabel USB dan heat exchanger unit ke PC sudah terpasang dengan benar.
d. Run software HT33 shell and tube exchanger, startup screen dan pilih cocurrent
exercise,

e. Pilih power on pada controls.

12
f. Klik heater-controls, kemudian display PID controller dan set point temperature
50℃, ubah mode operation menjadi automatic.

g. Klik flow-controls, kemudian display PID controller dan ubah mode operation
menjadi automatis.

13
h. Klik setup, pilih sample interval 30 s.

i. Kemudian tunggu sampai temperature mencapai set point yang diinginkan

j. Setelah temperature tercapai, klik Go pada display dan masuk ke table screen

14
k. Klik Stop, jika 10 interval data telah tercapai dan save as file.

l. Catat data pengamatan


m. Hitung perubahan temperature (Perubahan hot fluid temperature dan cold fluid
temperature)
n. Hitung heat power by hot fluid (Qe), heat power by cold fluid (Qa), heat power lost
(Qf) dan overall efficiency.
o. Hitung Temperature Efficiency for hot fluid, Temperature Efficiency for cold fluid,
and Mean Temperature Efficiency.
p. Hitung logartithmic mean temperature difference (LMTD)
q. Hitung Overall Heat Transfer Coefficient (U)

15
4.5 HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.6.1 Data Pengamatan Percobaan Countercurrent 1
No T1 T2 T3 T4 Fhot Fcold ∆Thot ∆Tcold
Sample (℃) (℃) (℃) (℃) (qmh) (qmc) (℃) (℃)
Qe Qa Qf ᶯ
1
2
3
4
5
dst

Tabel 4.6.2 Data Pengamatan Percobaan Countercurrent 2


No ᶯh ᶯc ᶯm LMTD ∆Tlm U
dm (m) L (m) A (m2)
Sample (℃)
1
2
3
4
5
dst
5
Tabel 4.6.3 Data Pengamatan Percobaan Cocurrent 1
No T1 T2 T3 T4 Fhot Fcold ∆Tho ∆Tcold
Sample (℃) (℃) (℃) (℃) (qmh) (qmc) t (℃) (℃)
Qe Qa Qf ᶯ
1
2
3
4
5
dst

16
Tabel 4.6.4 Data Pengamatan Percobaan Cocurrent 2
No ᶯh ᶯc ᶯm LMTD ∆Tlm U
dm (m) L (m) A (m2)
Sample (℃)
1
2
3
4
5
dst

1) Perhitungan untuk Countercurrent Operation


a. Perubahan Temperatur
Perubahan hot fluid temperature dan cold fluid temperature secara umum dapat
ditulis:
∆T = T − T (℃ ) ( 2.1)
∆T = T − T (℃ ) ( 2.2)
b. Transfer panas
(qm) = (qv) x Densitas fluida (ρ) ( 2.3)
(Q) = (qm) x ℎ (Cp) x perubahan temperatur (∆T) ( ) (2.4)
ℎ (Q ) = q x Cp x (T − T ) (W) ( 2.5)
(Q ) = q x Cp x (T − T ) (W) ( 2.6)
(Q ) = (Q − Q ) (W) ( 2.7)
c. Overall Efficiency

η= x 100% ( 2.8)

d. Temperature Efficiency
 Temperature efficiency for hot fluid
= 100 (%) ( 2.9)

 Temperature efficiency for cold fluid


= 100 (%) (3.0)

 Mean Temperature Efficiency

= 100 (%) (3.1)

17
2) Perhitungan untuk Cocurrent Operation
a. Perubahan Temperatur
Perubahan hot fluid temperature dan cold fluid temperature:
∆T = T − T (℃ ) ( 3.2)
∆T = T − T (℃ ) ( 3.3)
b. Transfer panas
ℎ (Q ) = q x Cp x (T − T ) (W) ( 3.4)
(Q ) = q x Cp x (T − T ) (W) ( 3.5)
(Q ) = (Q − Q ) (W) ( 3.6)
c. Overall Efficiency

η= x 100%

( 3.7)
d. Temperature Efficiency
 Temperature efficiency for hot fluid

= 100 (%) ( 3.8)

 Temperature efficiency for cold fluid

= 100 (%) ( 3.9)

 Mean Temperature Efficiency

= 100 (%) ( 4.0)

3) Logarithmic Mean Temperature Difference (LMTD)

Selisih temperatur rata-rata logaritmik (∆tlm) :

∆t − ∆t (4.1)
LMTD ∆ =
∆t
ln ∆t

Di mana:

∆t = T − T (℃)

∆t = T − T (℃)

18
4) Overall Heat Transfer Coefficient
 Arithmetic mean diameter
= + ( ) ( 4.2)
Dimana :
do = 0,00515 m (diameter tube luar)
di = 0,00635 m (diameter tube dalam)
 Heat transmission length
L = n x l (m) ( 4.3)
n = 7 (number of tubes)
 Heat Transmission area
= × × ( ) ( 4.4)
 Overall Heat Transfer Coefficient (U)
= ∆ ( 4.5 )

4.6 REFERENSI
1. Armfield, 2015, Instruction Manual Shell and Tube Heat exchanger.
2. Kern, Donald.Q, 1965, Process Heat Transfer, Mcgraw-Hill Co. : New York
3. Serth R.W, 2007, Process Heat Transfer Principles and Applications, 1st Edition,
Elsevier

4.7 TES AWAL


1. Jelaskan prinsip kerja dan rangkaian alat shell & tube heat exchanger.
2. Jelaskan perbedaan antara cocurrent dan countercurrent operation.
3. Jelaskan definisi dan cara overall efficiency.
4. Jelaskan definisi dan cara perhitungan LMTD.
5. Jelaskan definisi dan cara perhitungan overall heat transfer coefficient.

19
LAMPIRAN MODUL 4

Tabel 4.8 Specific heat capacity of water (Cp Kj/Kg.oK)

Tabel 4.9 Density of water (Cp Kg/m3)

20
MODUL 5
POMPA SENTRIFUGAL

5.1 TUJUAN PRAKTIKUM


1. Memahami prinsip kerja pompa sentrifugal.
2. Menganalisis pengaruh kecepatan putaran motor dan debit terhadap head dan efficiency
pompa.
3. Menganalisis pengaruh perbedaan rangkaian pompa terhadap head dan debit.

5.2 DASAR TEORI


Pompa secara umum didefinisikan sebagai suatu alat atau mesin yang digunakan
untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan cara mengubah
energi mekanis dari penggerak atau motor menjadi energi kinetis (kecepatan) pada fluida
yang dipompa dan akhirnya menjadi energi tekanan.
Pada pompa sentrifugal, fluida yang masuk pada suction akan meningkat energi
kinetiknya karena dorongan gaya sentrifugal yang diciptakan oleh putaran baling-baling
impeller pada kecepatan tinggi. Kecepatan fluida yang tinggi setelah melewati impeller
diubah menjadi energi tekanan pada bagian yang bernama volute (rumah keong) sebelum
keluar pada discharge.

Impeller

volute

Gambar 5.1 Centrifugal Pump


Sumber: Armfield (2013:14)
Neraca energi pada sistem aliran pompa dan fluida:

− = ( ⁄2 ) + . + . +

Di mana: (5.1)
-Ws = kerja poros (shaft work) yang dilakukan oleh pompa,
( ⁄2) = perubahan energi kinetik fluida,.
g.dz = perubahan energi potensial fluida.
F = hilangnya energi akibat gesekan..
∫ . = perubahan dalam energi tekanan, dimana v adalah volume per satuan massa
fluida. untuk incompressible fluid dengan density :

. = ⁄ = 2 − 1

di mana mengacu pada tekanan discharge pompa dan adalah tekanan suction
pompa.

Adapun kerja aktual yang diterima oleh fluida per satuan massa (Wo):
= (( − )⁄2) + ( − ) + (( − )⁄ ) (5.2)
Persamaan di atas dapat juga dinyatakan dalam bentuk head total, H (selisih energi
per satuan massa (head) antara suction dan discharge pompa) yang memiliki satuan panjang,
dengan cara membagi semua suku dengan percepatan gravitasi.
= (( − ) ⁄2 ) + ( − ) + (( − )⁄ . ) (5.3)
Pada rangkaian pompa ini, diameter pipa pada suction dan discharge besarnya
seragam, sehingga dapat diasumsikan bahwa velocity head ( − )⁄2 dapat
diabaikan:
=( − ) + (( − )⁄ . ) (5.4)
Pressure gauges mengukur tekanan suction dan discharge dalam besaran head (h),
di mana h = p⁄ρ . g (tekanan hidrostatis), sehingga total head:
=( − ) + (ℎ − ℎ ) (5.5)
Karakteristik Instalasi Pompa Seri dan Paralel
Pompa Seri
Apabila head dari single pump kurang memenuhi untuk suatu aplikasi proses, maka pompa
dapat disusun secara seri untuk meningkatkan head dengan flowrate yang sama ketika
menggunakan single pump.

Gambar 5.1 Operasi Pompa Seri dengan Karakteristik Sama


Sumber: Armfield (2013:17)
Grafik pada gambar 5.1 menunjukkan bahwa ketika dua pompa memiliki karakteristik head
– debit yang sama, maka head untuk pompa yang dioperasikan secara seri merupakan
penjumlahan dari head pompa 1 dan head pompa 2.
Pompa Paralel
Apabila debit dari single pump kurang memenuhi untuk suatu aplikasi proses, maka pompa
dapat disusun secara paralel untuk meningkatkan debit dengan head yang sama ketika
menggunakan single pump.

Gambar 5.2 Operasi Pompa Paralel dengan Karakteristik Sama


Sumber: Armfield (2 013:20)
Grafik pada gambar 5.2 menunjukkan bahwa ketika dua pompa memiliki karakteristik head
– debit yang sama, maka debit untuk pompa yang dioperasikan secara parallel merupakan
penjumlahan dari debit pompa 1 dan pompa 2.

5.3 ALAT DAN BAHAN


1. Hydraulic Bench
2. Centrifugal Pump F1-27

Gambar 5.3 Centrifugal Pump Apparatus

Head Correction Values:


Datum to manifold gauge : hd = 0.960 m
Datum to F1-27 discharge gauge : hd = 0.170 m
Datum to F1-27 suction gauge : hd = 0.020 m
Datum to Bench pump suction : hd = 0.240 m
5.4 METODE DAN LANGKAH KERJA
A. Single Pump
1. Hubungkan suction pompa F1-27 pada sump tank drain valve di hydraulic bench, dan
buka penuh valvenya.
2. Hubungkan discharge pompa F1-27 pada discharge manifold pada hydraulic bench.
3. Atur bukaan discharge manifold valve 1 putaran.
4. Nyalakan pompa F1-27. Atur kecepatan pada motor listrik menjadi 30 Hz. Tekan run.
5. Catat P suction (hi) dan P discharge (ho), serta pump power input (Wi) pada pompa F1-
27.
6. Ukur debit pompa dengan cara menyumbat aliran hydraulic bench kemudian catat
volume dan waktu hasil pengamatan.
7. Ulangi langkah 3 sampai 6 dengan variasi bukaan discharge manifold valve 2 sampai 5
putaran.
8. Ulangi langkah 3 sampai 7 dengan variasi frekuensi 40 Hz dan 50 Hz.

Gambar 5.4 Rangkaian Single Pump Operation


B. Series Pump
1. Hubungkan suction pompa F1-27 pada discharge pompa hydraulic bench.
2. Hubungkan discharge pompa F1-27 pada discharge manifold di hydraulic bench.
3. Atur bukaan discharge manifold valve 3 putaran.
4. Nyalakan pompa hydraulic bench kemudian pompa F1-27. Atur kecepatan pada motor
listrik menjadi 30 Hz dan tekan run.
5. Catat P discharge untuk h o dan pump power input (Wi) pada pompa F1-27
6. Ukur debit pompa, dengan cara sumbat aliran recycle pada hydraulic bench dan ukur
volume dan waktu hasil pengamatan.
7. Ulangi langkah 3 - 6 dengan variasi bukaan discharge manifold valve 4 dan 5 putaran.
8. Ulangi langkah 3 – 7 dengan variasi kecepatan motor listrik menjadi 40 dan 50 Hz.

Gambar 5.5 Rangkaian Series Pump Operation


C. Parallel Pump
1. Hubungkan suction pompa F1-27 pada sump tank drain valve di hydraulic bench.
2. Hubungkan discharge pompa F1-27 dengan tee connector
3. Hubungkan juga discharge pompa hydraulic bench dengan tee connector.
4. Hubungkan bagian tee connector yang tersisa pada discharge manifold hydraulic bench.

5. Pastikan flow control valve hydraulic bench tertutup, kemudian buka penuh sump tank
drain valve.
6. Buka penuh flow control valve, kemudian nyalakan pompa hydraulic bench.
7. Buka discharge manifold valve secara perlahan hingga penuh.
8. Nyalakan pompa F1-27. Atur kecepatan pada motor listrik menjadi 30 Hz dan tekan run.
9. Atur discharge manifold valve 4 putaran.
10. Catat P suction (hi) dan P discharge manifold (hm), serta pump power input (Wi) pada
pompa F1-27
11. Ukur debit pompa, dengan cara sumbat aliran recycle pada hydraulic bench dan ukur
volume dan waktu hasil pengamatan.
12. Ulangi langkah 8 sampai 11 dengan variasi bukaan discharge manifold valve 5 putaran.
13. Ulangi langkah 9 sampai 12 dengan variasi kecepatan motor listrik menjadi 40 Hz.
Gambar 5.6 Rangkaian Parallel Pump Operation
5.5 HASIL PENGAMATAN
Tabel 5.1 Data Pengamatan (Single/ Series/ Parallel Pump)

Suction Discharge Datum Pump Pump


Suction Discharge Total
Motor Head Head Head Power Flowrate Power
Volume Waktu Head Head Head
Speed Correction Correction Correction Input Qt Output
air (m3) (s) hi ho / hm H
(Hz) hd hd Hd Wi (m3/s) Wo
(mH2O) (mH2O) (mH2O)
(m) (m) (m) (Watts) (Watts)
Prosedur Perhitungan
Digunakan untuk perhitungan single, series dan parallel pump.
 Menghitung Debit

Di mana:
Q = Debit (m3/s)

V = Volume (m3)

t = Waktu (s)

 Menghitung Total Head


H = (z2 - z1) + (h 2 - h 1)

Hd = (z2 - z1) = hd (discharge) – hd (suction)

H = Hd + (h2 - h1)

Di mana:

H = Total Head (mH2O)

Hd = Datum Head difference (m)

h2 = Discharge Head (mH2O)

h1 = Suction Head (mH2O)


 Actual Pump Power Output
Wo = ρ x g x Q x H
Di mana:
Wo = Actual Pump Power
ρ = Densitas (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (kg/m2)
Q = Debit (m3/s)
H = Total Head (mH2O)
 Overall Efficiency

η= 100%

Di mana:
Wo = kerja aktual
Ws = Pump power input
 Plot grafik hubungan Q dengan H

5.6 REFERENSI
1. Armfield, Centrifugal Pump Characteristics Instruction Manual, 2012.
2. Armfield, Hydraulics Bench Instruction Manual, 2015.
3. Sularso, Haruo Tahara, “Pompa & Compressor: Pemilihan, Pemakaian dan
Pemeliharaan”, Jakarta-Pradnya Paramita, 2000.
4. Geankoplis, Christie J., Transport Processes & Unit Operations Third Edition, PTR
Prentice-Hall, Inc, 1993.

5.7 TES AWAL


1. Jelaskan prinsip kerja pompa sentrifugal.
2. Jelaskan perbedaan antara single, series, dan paralel pump.
3. Jelaskan penurunan persamaan berserta asumsi yang dipakai dalam menghitung total
head (H).

Vous aimerez peut-être aussi