Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ANATOMI
Kelenjer palit ( glandula sebasea) terletak dis eluruh permukaan kulit manusia kecuali di
telapak tangan dan kaki. Kelenjer palit disebut juga kelenjer holokrin karena tidak
berlumen dan sekret kelenjer ini berasal dari dekomposisi sel- sel kelenjer. Kelenjer palit
biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut
( folikel rambut ). Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester,
dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen, pada anak- anak jumlah
kelenjer palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan banyak serta mulai berfungsi
secara aktif.
Kelenjar sebasea merupakan struktur unilobular atau multi lobular yang biasanya
berhubungan dengan folikel rambut. Kelenjar sebasea ini mengandung kelenjar asini yang
berhubungan dengan duktus eksretori yang tersusun dari epitelium skuamosa yang
berlapis-lapis. Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat.
Sebum
Pada sebum manusia yang dihasilkan dari kelenjar sebasea, mengandung squalen,
kolesterol, ester kolesterol, wax ester, dan trigliserida. Enzim dari bakteri yang
menghidrolisis trigliserida menghasilkan asam lemak bebas, sehingga lemak yang keluar
dari saluran folikel rambut memiliki komposisi yang berbeda dengan kelenjar sebasea (
adanya tambahan monogliserida dan digliserida ). Berikut kompisisi dari sebum :
diambil dari : Akne and Its Teraphy by Guy F.Webster DAN Antony V.
Rawlings.
Fungsi Sebum
Fungsi sebum pada manusia sendiri belum diketahui. Tapi dapat dipasikan bahwa Sebum
merupakan faktor utama dari penyebab akne. Beberapa ahli berpendapat bahwa sebum
mengurangi terjadinya proses hilangnya cairan dari kulit dan menghaluskan dan
melembutkan kulit. Sebum telah terbukti dapat melindungi kulit dari infeksi seperti
bakteri, jamur, karena mengandung imunoglobulin A yang disekresi dari kebanyakan
kelenjar eksorkrin.
Sekresi sebum meningkat saat mencapai pubertas yan dipengaruhi oleh androgen dan
seiring dengan pembesaran kelenjar sebasea. Pada pria sekresi sebum dapat mencapai usia
80 tahun, pada wanita hanya sampai 60 tahun ( setelah menopause). Pada orang tua,
kelenjar sebasea mengalami hiperplasia tetapi sekresi sebum tidak meningkat.
a. Faktor perangsang produksi Sebum
Androgen
Telah diketahui bahwa untuk produksi sebum, kelenjar sebasea
memerlukan hormon Androgen. Pasien yang memiliki keadaan genetik
pada androgen reseptor, tidak mempunyai sebum dan akne.
Retinoid
Isotretinoin adalah zat kimia yang paling ampuh dalam menginhibisi
produksi dari sebum. Hal ini dapat terlihat hasilnya dalam 2 minggu setelah
pemakaian. Kelenjar sebasea menjadi kecil, dan lemak yang dihasilkan dari
kelenjar sebasea pun berkurang.
Melanokortin
Pada binatang mencit melanokort meningkatkan produksi sebum. Rekayasa
genetik yang dilakukan pada tikus dengan kekurangan reseptor
melanokortin-5 mengalami hipoplasia dari kelenjar sebasea sehingga
produksi sebum berkurang. Reseptor melanokortin-5 pada manusia telah
teridentifikasi pada kelenjar sebasea, dimana produksi sebum dapat
dimodulasi.
Peroxisom Proliferator-Activated Receptors (PPRAs)
PPRAs mirip dengan reseptor retinoid. Setiap resepetor membentuk
heterodimer dengan reseptor retinoid X untuk mentranskiripsikan gen-gen
yang bersangkutan metabolisme lemak dan proliferasi dan diferensiasi
seluler.
Fibroblast Growth Factor Receptors
FGFR 1 dan FGFR 2 terdapat di epidermis kulit dan jaringan penyangga
kulit. FGFR 2 memiliki peran penting dalam embriogenesis pada formasi
kulit. Mutasi pada FGFR 2 menyebabkan Apert syndrom yang biasanya
disertai akne, tetapi prosesnya sendiri masih tidak diketahui.
Estrogen
Estrogen dapat mengurangi proses lipogenesis. Estrogen sendiri bekerja
sebagai inhibitor Androgen dan gonad via hipofisis. Pada Terapi Pengganti
Hormon (TPH) dapat meningkatkan produksi lemak pada kulit, dimana
tergantung Hormon dominan mana yang diberikan.
TPH ini dapat merefleksikan efek dari Progesteron, dimana Esterogen itu
sendiri menekan produksi sebum.
Progesteron
Efek progesteron terhadap produksi sebum masih kontradiksi. Pada wanita
menstruasi, peningkatan sekresi sebum dianggap sebagai efek dari
progesteron.
DEFINISI
Abses folikel rambut dan kelenjar sebasea yaitu suatu keadaan dimana terdapatnya pus
atau nanah pada folikel rambut dan kelenjar sebasea yang disebabkan oleh proses
perdangan atau inflamasi. Adanya beberapa penyakit yang dapat menimbulkan abses
pada foikel rambut dan kelenjar sebasea yaitu folikulitis, furnkel dan karbunkel.
Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut atau folikel rambut, yang
umumnya di sebabkan oleh bakteri gram positif staphylococcus aureus. Berdasarkan
lokasinya dalam jaringan, kulit folikulitis folikulitis terbagi atas 2 jenis yaitu :
1. Folikulitis superfisialis
Folikulitis Superfisialis adalah radang folikel rambut dengan pustul berdinding
tipis pada orifisium folikel yang terbatas pada epidermis.
2. Folikulitis Profunda
Folikulitis Profunda adalah radang folikel rambut dengan pustul perifolikular
kronik yang di tandai dengan adanya papul, pustul dan sering terjadi rekurensi,
merupakan folikulitis piogenik dengn infeksi yang meluas kedalam folikel
rambut sampai subkutan
EPIDEMIOLOGI
Furunkel dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, insiden terbesar penyakit ini pada
wajah, leher, ketiak, pantat atau paha. Setiap orang memiliki potensi terkena penyakit ini,
namun beberapa orang dengan penyakit diabetes, sistem imun yang lemah, jerawat atau
problem kulit lainnya memiliki resiko lebih tinggi.
Akne vulgaris biasanya mengenai remaja. Pria dan wanita memiliki derajat yang
sama biasanya mengenai usia 12 dan 14 tahun, dimana wanita lebih pertama kali terkena
lebih dahulu. Usia puncak untuk derajat keparahan pada wanita adalah 16-17 tahun dan
laki-laki 17-19 tahun. Pada penelitian yang lebih lanjut, AV bukan hanya dapat
menyerang remaja tetapi dapat menyerang bayi dan orang tua (usia 40 tahun).
ETIOLOGI
Folikulitis
Abses sebagian besar disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Infeksi dimulai dengan
adanya peradangan pada folikel rambut di kulit (folikulitis), kemudian menyebar
kejaringan sekitarnya. Setiap rambut tumbuh dari folikel, yang merupakan suatu kantung
kecil di bawah kulit. Selain menutupi seluruh kulit kepala, folikel juga terdapat pada
seluruh tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak kaki dan membrane mukosa bibir.
Folikulitis bisa di sebabkan oleh karena minyak ataupun pelumas dan keringat berlebihan
yang menutupi dan menyumbat saluran folikel rambut. Bisa juga di sebabkan oleh
gesekan saat bercukur atau gesekan pakaian pada folikel rambut maupun trauma atau
luka pada kulit. Hal ini merupakan port de entry dari berbagai mikroorganisme terutama
staphylococcus aureus sebagai penyebab folikulitis. Folikulitis, dapat disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain akibat iritasi, kebersihan yang kurang, dan daya tahan tubuh
yang kurang.
Akne vulgaris
1. Penebalan pada lapisan keratin dan tersumbatnya duktus sebasea yang
menyebabkan terjadinya komedo tertutup (whiteheads) atau terbuka (blackheads)
(berikut akan dijelaskan mengenai komedo).
2. Meningkatnya sekresi sebum.
3. Meningkatnya pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes pada saluran
sebasea.
4. Peradangan pada sekitar kelenjar sebasea.
Faktor Pencetus
Banyak faktor pencetus yang menyebabkan akne yaitu :
Hormon
Hormon Androgen merupakan pencetus utama meningkatnya sekresi
sebum pada laki dan perempuan.
Diet
Faktor makanan terutama makanan yang manis seperti permen, coklat,
dianggap oleh beberapa dokter dan pasien sebgai pencetus terjadinya AV.
Tetapi berdasarkan penelitian tidak ada korelasi yang bermakna antara AV
dan diet. Menurut penelitian, coklat bukan sebagai faktor pencetus AV.
Studi lain mengatakan bahwa ada hubungan antara intak susu dan AV.
Berkeringat
Sampai 15% pada pasien dengan AV memiliki riwayat bekeringat yang
banyak terutama di tempat panasdan pekerjaan; seperti koki.
Faktor eksternal
Oil, seperti minyak sayur atau minyak oli yang dapat menyebabkan
terjadinya ‘folikulitis oil’. Menyebabkan terjadinya lesi seperti AV. Ter,
DDT, Kosmetik yang mengandung komedogenik oil.
Iatrogenik
Kortikosteroid, baik topikal maupun sistemik, dapat menyebabkan
hiperkeratosis pada pilosebaseus yang akhirnya menyebabkan AV.
Stress
Menurut hasil penelitian, sebanyak 55% dari pasien yang datang dengan
keadaan dermatologi, mengeluhkan adanya AV yang meluas di wajah
mereka yang berkaitan dengan stress. Tidak ditemukannya adanya korelasi
antara stress dengan AV. Hasil data terbaru mengatakan bahwa kelenjar
sebasea memiliki reseptor neuropeptida, dimana reseptor ini bertanggung
jawab atas terjadinya inflamasi, proliferasi, dan produksi dari sebum.
Merokok
Beberapa Inverstigasi mengemukakan bahwa asap rokok mengandung
asam arakidonat yang tinggi dan aromatik hidrokarbon polisiklik yang
menginduksi jalur inflamasi fosfolipase A2. Efek lebih lanjut dapat
merangsang sintesis asam arakidonat.
Radiasi UV
Beberapa Inverstigasi mengemukakan bahwa asap rokok mengandung
asam arakidonat yang tinggi dan aromatik hidrokarbon polisiklik yang
menginduksi jalur inflamasi fosfolipase A2. Efek lebih lanjut dapat
merangsang sintesis asam arakidonat.
PATOFISIOLOGI
Folikulitis
Secara umum, hampir 20% populasi manusia membawa bakteri Staphylococcus
aureus dalam tubuh mereka. Lokasi yang paling sering adalah hidung, aksila dan
perineum. Staphylococcus aureus memproduksi beberapa toksin yang dapat
meningkatkan kontribusi untuk invasi dan membantu mempertahankan kehidupan
stafilokokus dalam jaringan. Produk-produk yang dihasilkan di dinding sel bakteri ini
menimbulkan berbagai efek pada sistem kekebalan tubuh penderita.
Produk-produk yang dihasilkan pada dinding sel ini adalah asam teichoic, peptidoglycan
dan protein A. Protein A ini membantu pelekatan bakteri pada sel host. Selanjutnya,
bakteri akan terikat pada porsi Fc dari IgG sebagai tambahan pada fragmen Fab pada IgE.
Pada follikulitis superfisial, populasi sel neutrofil dapat memfiltrasi pada bagian
infundibulum pada folikel rambut dan mencetuskan suatu infeksi. Ini merupakan satu
contoh yang disebut sebagai suatu invasi secara langsung.
Gambar 3. Folikulitis
Akne Vulgaris
Kelenjar Sebasa mengandung sel holokrin yang menghasilkan sebum. Patogenis utama
terjadinya AV adalah :
a. Penebalan pada lapisan keratin dan tersumbatnya duktus sebasea yang menyebabkan
terjadinya komedo tertutup (whiteheads) atau terbuka (blackheads) (berikut akan
dijelaskan mengenai komedo).
b. Meningkatnya sekresi sebum.
c. Meningkatnya pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes pada saluran sebasea.
d. Peradangan pada sekitar kelenjar sebasea.
Komedo hitam sering disangka sebagai partikel debu oleh orang awam, melainkan
melanin yang teroksidasi. Pembentukan komedo dimulai dari deskuamasi yang abnormal
dari lapisan folikel. Epitel tidak rontok sebagai partikel halus, melainkan terlepas dalam
bentuk lembaran yang tidak bisa keluar melalui lubang pada folikel, maka itu terjadi
sumbatan. Penyebab terjadinya deskuamasi epitel yang abnormal masih belum diketahui.
Sekresi sebum bukan faktor dari pembentukan komedo. Terdapat beberapa faktor yang
diduga sebagai pencetus komedo, yaitu agen fisik contohnya sinar matahari yang pernah
di teliti pada kuping kelinci; sunblock; cocoa powder, infeksi dari bakteri yang
menyebabkan inflamasi.
Gmb 6 : Deskuamasi yang abnormal dari lapisan folikel
BAKTERI
Mikroflora tergantung dari masa pubertas. Sebelum meningkatnya produksi
hormon kelenjar sebasea belum aktif dan populasi bakteri di kulit masih rendah. Folikel
yang steril menjadi tempat perkembangan dari dari Propionibacterium acnes, anaerob,
dan memetabolisme trigliserida yang merupakan fraksi dari gliserol. Trigliserida
merupakan sumber makanan untuk populasi bakteri ini. P. Acnes ini tidak ditemukan
pada hewan, karena sebum pada hewan tidak mengandung Trigliserida.
P. acnes menimbulkan peradangan pada kulit yang merupakan faktor terjadinya
AV. Predileksi tempat dengan kelenjar sebasea yang terbanyak dan paling aktif terletak
di wajah, tubuh bagian atas, dan lengan. Aktifitas kelenjar sebasea di extermenitas bawah
sangat sedikit, sehingga sangat sedikit sekali populasi dari P.acnes dan terjadinya AV,
tidak ada.
MANIFESTASI KLINIS
Folikulitis
Secara umum folikulitis menimmbulkan rasa gatal seperti terbakar pada daerah rambut.
Gejala konstitusional yang sedang juga dapat muncul pada folikulitis seperti badan panas,
malaise dan mual. Pada folikulitis superfisialis gambaran klinisnya di tandai dengan
timbulnya rasa gatal dan agak nyeri, tetapi biasanya tidak terlalu menyakitkan hanya seperti
gigitan serangga, tergores atau akibat garukan dan trauma kulit lainnya. Kelainan di kulitnya
dapat berupa papul atau pustul yang erimatosa yang dan di tengahnya terdapat rambut dan
biasanya multiple serta adanya krusta di sekitar daerah inflamasi. Tempat predileksi biasanya
pada tungkai bawah. Folikulitis superfisialis ini dapat sembuh sendiri setelah beberapa hari
tanpa meninggalkan jaringan parut. Pada folikulitis profunda gambaran klinisnya hampir
sama seperti folikulitis superfisialis. Folikulitis profunda ini terasa sangat gatal yang di sertai
rasa terbakar serta teraba infiltrat di subkutan yang akhirnya dapat meninggalkan jaringan
parut apabila taelah sembuh.
Gambar 7. Efloresensi folikulitis
Akne Vulgaris
Kebanyakan pasien dengan AV datang dengan lesi onset yang bertahap saat memasuki
masa puber. Beberapa kasus dapat ditemukan pada neonatus atau bayi. Karena AV
lesinya yang bertahap, onset yang tiba-tiba, praktisi harus mencari dasar etiologi tersebut.
Lokasi
Tempat predileksi AV adalah di muka, bahu, dada bagian atas. Lokasi kulit lain,
misalnya leher, lengan atas, dan glutea kadang terkena. AV memiliki lesi polimorfik. Lesi
bisa inflamasi dan non inflamasi. Lesi Non-inflamasi adalah komedo, dimana bisa
terbuka (komedo hitam) atau yang tertutup (komedo putih). Lesi Inflamasi yaitu
papulopustular, papulonodular, nodulokistik, Akne Konglobata. Komedo hitam tampak
sebagai lesi yang datar atau sedikit menonjol dengan bagian tengahnya hitam. Komedo
putih mungkin tampak sukar untuk dapat dilihat karena letaknya lebih dalam dan tidak
mengandung unsur melanin. Gambarannya bisa pucat, sedikit menimbul, papul-papul
kecil. Peregangan kulit dapat membantu untuk mendeteksi lesi.
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
Pada folikulitis superfisial biasanya inflamasi terkena pada folikel rambut di daerah kulit
kepala, dagu, ketiak dan ektremitas. Kelainan kulit diawali dengan pustul pada folikel
rambut. Pustul pecah diikuti pembentukan krusta. Erupsi papulopustular umumnya
terlokalisir. Sering disertai dengan keluhan pruritus dan secara klinisnya penderita tidak
akan merasakan nyeri serta pustul yang tumbuh akan membaik sendiri.
Pemeriksaan lab
Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu pewarnaan Gram, preparat KOH, dan kultur. Pada
pewarnaan Gram didapatkan coccus gram positif. Preparat KOH digunakan untuk
mengidentifikasi spesies jamur. Golongan dermatofit dapat diidentifikasi dari gambaran hifa
dan spora, M. furfur diidentifikasi dengan adanya bentuk ragi multipel dan Candida dengan
bentuk miselial. Kultur digunakan untuk menentukan organisme penyakit, yaitu bakteri,
jamur atau pun virus. Untuk kasus folikulitis relaps yang kronis, perlu dilakukan kultur dari
swab hidung dan perianal untuk mengidentifikasi adanya S. aureus.
Pemeriksaan histopatologi
Secara histologis, pada kasus folikulitis superficial terdapat infiltrasi sel-sel inflamasi di
ostium folikuler dan di daerah folikel bagian atas. Dalam kebanyakan kasus, peradangan
awalnya terdiri dari neutrofil dan kemudian menjadi lebih beragam dengan penambahan
limfosit dan makrofag. Apabila infeksi adalah penyebab terjadinya folikulitis, maka berbagai
organisme dapat diidentifikasi dalam folikel.
Gambar 10. Folikulitis Superficial dengan neutrofil terkonsentrasi pada bagian atas folikel.
Furunkel dan Karbunkel
Diagnosis dapatditegakkan secara klinis, yaitu berdasarkan gambaran klinisnya yang khas.
Tetapi untuk lebih menegakkan diagnosis bias dari segi anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Furunkel dimulai dengan nodul folikulosentrik yang keras, lunak, merah (kelainan
berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut, di tengahnya terdapat pustul) pada daerah
yang terdapat bulu (hair-bearing) dan biasanya menjadi besar serta dirasakan nyeri.
Biasanya akan menghilang sendiri dalam masa 7-10 hari tanpa meninggalkan bekas
(tidak menjadi merah dan tidak nyeri). Apabila terjadinya ruptur, pus dan sel-sel nekrotik
akan keluar. Furunkel pada daerah bokong biasa ditemukan dalam bentuk lesi yang
soliter atau lesi yang multipel. Karbunkel biasanya pertama muncul sebagai tonjolan yang
nyeri, permukaannya halus, berbentuk kubah dan berwarna merah. Tonjolan tersebut
biasanya juga indurasi. Ukuran tonjolan tersebut meningkat dalam beberapa hari dan
dapat mencapai diameter 3-10 cm atau bahkan lebih. Supurasi terjadi setelah kira-kira 5-7
hari dan pus dikeluarkan melalui saluran keluar yang multipel (multiple follicular
orifices). Demam dan malaise sering muncul dan pasien biasanya tampak sakit berat.
Karbunkel yang pecah dan kering kemudian membentuk lubang yang kuning keabuan
ireguler pada bagian tengah dan sembuh perlahan dengan granulasi.Walaupun beberapa
karbunkel menghilang setelah beberapa hari, kebanyakan memerlukan waktu dua minggu
untuk sembuh. Jaringan parut permanen yang terbentuk biasanya tebal dan jelas.
Gambar 8. Furunkel pada bibir atas. Lesinya nodular dan sumbatan nekrotik pusat ditutupi oleh
kerak purulen. Beberapa pustul kecil terlihat di lateral pusat lesi tersebut.
Gambar 9. Karbunkel. Lesi ini menampakkan multipel furunkel yang berkumpul dan
mengandung pus.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis furunkel dan karbunkel ialah dermapatologi,
pewarnaan Gram, kultur bakteri, dan sensitivitas antibiotik.Furunkolosis dan karbunkel
yang tidakbisamembaik di hubungkan dengan penyakit leukositosis.
a) Furunkel
Terlihat abses perifolikuler setempat. Pembuluh darah setempat mengalami dilatasi dan
tempat terinfeksi diserang oleh leukosit polimorfonuklear. Terjadi nekrosis kelenjar dan
jaringan sekitar, membentuk inti yang di kelilingi oleh daerah dilatasi vaskuler, leukosit,
dan limfosit.
Gambar 11. Histopatologi furunkel
b) Karbunkel
Terdapat abses folikuler dan perifolikuler multipel yang kemudian membentuk massa
nekrotik yang luas, terjadi reaksi radang yang jelas di sekitar intinekrotik di dalam
jaringan ikat yang mendasarinya dan di dalam lemak subkutan.
Pewarnaan gram akan menunjukkan sekelompok kokus berwarna ungu (gram positif) dan
kultur bakteri pada medium agar darah domba memberikan gambaran koloni yang lebar
(6-8 mm), permukaan halus, sedikit cembung, dan warna kuning keemasan. Uji
sensitivitas antibiotik diperlukan untuk penggunaan antibiotik secara tepat.
.
Gambar 13. Hasil Kultur S. aureus dalam Medium MSA.
Akne Vulgaris
Diagnosa akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan
ekskohlesasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan ekstraktor komedo
(sendok Unna). Sebum dapat tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa
lunak seperti nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam. Pemeriksaan histopatologis
tidak memperlihatkan gambaran yang spesifik berupa sebukan sel radang pada
pilosebasea. Pemeriksaan mikrobiologi terhadap jasad renik yang memiliki peran
pada etiologi dan patogenesis penyakit dapat dilakukan di laboratorium mikrobiologi.
Namun hasilnya sering tidak memuaskan.
Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit dapat pula dilakukan
untuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris kadar asam lemak bebas meningkat dan oleh
karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk menurunkannya.
PENATALAKSANAAN
Folikulitis
Folikulitis kadang dapat sembuh sendiri setelah dua atau tiga hari, tetapi pada beberapa
kasus yang persisten dan rekuren perlu penanganan.
1. Umum
Cukup dengan menjaga kebersihan diri terutama kulit, menghindari garukan dan
faktor pencetus seperti gesekan pakaian atau mencukur dan luka atau trauma.
2. Khusus, terbagi 2 yaitu secara tropikal dan secara sistemik :
Topikal, dapat di berikan antibiotik misalnya (2) :
1. Kemicetin salap 2 %
2. Kompres PK 1/ 5000 solusio sodium chloride 0,9 %( jika ada
eksudasi)
3. Salep natrium fusidat.
Pengobatan furunkel tergantung kepada lokasi dan kematangan lesi. Lesi permulaan
yang belum berfluktuasi dan belum bermata dikompres panas dan diberi antibiotik
oral. Kompres panas akan memperkecil ukuran lesi dan mempercepat penyerapan.
Insisi terhadap lesi awal jangan dilakukan untuk mencegah inokulasi lebih dalam
infeksi tersebut. Jika lesi telah matang dan bermata dilakukan insisi dan drainase.
Insisi jangan dilakukan jika lesi terdapat di kanalis auditorius external, bibir atas,
hidung, dan pertengahan dahi karena infeksi yang tidak ditangani dapat
menyebabkan trombosis sinus kavernosus. Sewaktu penderita mendapat antibiotik,
semua pakaian, handuk, dan alas kasur yang telah mengenai daerah yang sakit harus
dicuci dengan air panas.
2. Farmakologis
Setiap episode bisa diobati sistemik dengan flucloxacillin atau antibiotik resisten
penisilin. Antibakteri biotik mengurangi kombinasi bakteri di kulit.
a) Topikal:
Mupirocin
Asam Fusidat
b) Sistemik:
Ampisilin 4x500 mg/hari
Bila lesi besar, nyeri dan fluktuasi, insisi dan drainase diperlukan. Bila infeksi
terjadi berulang atau memiliki komplikasi dengan komordibitas, kultur dapat
dilakukan. Terapi anti mikrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi
berkurang dan berubah apalagi ketika hasil kultur tersedia. Lesi yang di drainase
harus ditutupi untuk mencegah autoinokulasi dan mencuci tangan harus sering
dilakukan. Pasien dengan furunkolosis atau karbunkel berulang memberikan masalah
yang spesial dan sering menyulitkan.
Akne vulgaris
Terapi Sistemik :
Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang sering digunakan
dalam pengobatan akne. Walaupun tidak mengurangi produksi sebum, tetapi
mengurangi proses terbentuknya asam lemak bebas yang merupakan
indikator aktifitas dari P. acne.
Eritromisin, Clindamisin, dan Dapson.
Terapi Hormonal
Tujuan utama dari pengobatan ini adalah untuk meniadakan efek androgen
pada kelenjar sebasea. Hal ini dapat dicapai dengan anti-androgen, atau agen-agen
yang dapat mengruangi produksi dari hormon androgen melalui indung telur, atau
kelenjar adrenal.
Agen yang memblok reseptor androgen
- Spironolakton.
- Ciproterone asetat.
- Flutamide.
Inhibitor produksi androgen
- Glukokortikoid
Inhibitor produksi androgen ovarium
Agonis Gonadotropin-releasing hormon. Seperti leuprolide yang bekerja pada
hipofise untuk mengganggu proses siklus gonadotropin. Obat ini efektif
untuk mengatasi akne dan hirsutisme. Tetapi akibatnya pembentukan
estrogen pun terganggu, sehingga dapat menyebabkan gejala menopause
lebih awal. Obat kontrasespsi. Mengandung estrogen yang dapat mensupresi
produksi sebum.
Isotretinoin
Isotretinoin merupakan retinoid yang digunakan untuk pengobatan akne
yang parah. Isotretinoin merupakan indikasi untuk akne yang parah,
bernodul, skar, dan untuk pengobatan akne yang sebelumnya gagal.
Isotretinoin juga efektif untuk terapi pasien dengan hidradenitis supurativa,
rosasea, dan akne gram-negatif yang tidak respon terhadap terapi
sebelumnya.
Isotretinoin merupakan bahan teratogen. Pada kehamilan yang
menggunakan isotretinoin, dapat mengalami keguguran spontan, malformasi
pada fetus. Efek samping lainnya adalah keringnya pada kulit, bibir, dan
mata, mukosa, malaise, hipertrigliseridemia, dan depresi bahkan sampai
bunuh diri.
Fototerapi dan Laser
Dari berbagai macam fototerapi sedang dalam penilitan yang lebih lanjut.
Sampai 70% pasien dengan akne yang terekspos dengan sinar matahari mengalami
perbaikan.
Sasaran dari penggunaan fototerapi ini adalah :
Propionibacterium acnes jelas merupakan target dari penggunaan fototerapi
karena merupakan sumber reaksi peradangan pada kelenjar sebasea.
Organisme ini membentuk porfirin, yang teradapat di folikel. Komponen
fotoaktif ini dapat diaktifkan dengan cahaya untuk mengaktifkan oksigen,
dimana sangat toxic untuk P. acne. Terapi harus dilakukan sesering mungkin.
Ada yang penelitian yang mengatakan bahwa diperlukan waktu 30 menit.
Produksi sebum. Sebum, dalam arti, merupakan faktor utama dalam
menyebabkan akne. Tanpa sebum, P.acnes tidak dapat berploriferasi dan akne
tidak akan terjadi. Isotetrionin merupakan obat yang paling efektif dalam
menurunkan sekresi sebum. Terapi berbasis cahaya dengan sasaran produksi
kelenjar sebum memiliki potensi dalam menyembuhkan akne.
Modulasi Keratinisasi. Sampai saat ini belum ada bukti fototerapi dapat
memodulasi keratin.
Modulasi respon imun. TLRs telah terbukti ikut peran dalam terbentuknya
jerawat. Mungkinkah fototerapi ini dapat memodulasi imunitas kulit
Beberapa hasil penelitian bisa terjadi. Hal ini juga dapat dijelaskan dengan
sinar matahari dan fototerapi yang mengurangi aktivasi dari sel Langerhans di
kulit.
Operasi pada akne
Operasi pada akne dilakukan untuk ekstraksi komedo, dan pustul superfisial.
Dahulu, tindakan ini sering dilakukan, tetapi dengan perkembangan dalam
pengobatan akne jarang dilakukan. Tindakan ini dilakukan apabila penghilangan
komedo tidak dapat dilakukan oleh pengobatan sebelumnya. Kepatuhan pasien
terhadap pengobatan akne merupakan salah satu faktor penting dalam
penyembuhan akne. Beberapa hasil studi mengemukakan bahwa pada pasien yang
tidak kontrol dalam pengobatan akne diakibatkan karena tidak mengertinya pasien
tentang akne, cara pengobatan, atau harapan pasien yang tidak realistis. Biasanya
pasien akan lepas kontrol setelah kunjungan 1 kali, dan juga setelah kunjungan
yang ke tiga kalinya. Kepatuhan pasien dengan tidak kontrol merupakan hal yang
berbeda. Banyak pasien yang tidak kontrol tetap menggunakan obat yang telah
diberikan, karena pengobatan yang didapat efektif dan kulit mereka menjadi lebih
bersih.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pengertian
Mastitis adalah inflamasi atau infeksi payudara. Mastitis adalah radang pada payudara yang
terjadi biasanya pada masa nifas atau sampai 3 minggu setelah persalinan dan penyebabnya
adalah sumbatan saluran susu serta pengeluaran ASI yang kurang sempurna.
2. Klasifikasi
Mastitis lazim dibagi dalam (1) mastitis gravidarum, dan (2) mastitis peurperalis, karena
memang penyakit ini boleh dikatakan hampir selalu timbul pada waktu hamil dan laktasi.
c. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar – kelenjar yang menyebabkan abses
a. Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita diusia menjelang menopause, penyebab
utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duct
ecstasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya penyumbatan pada saluran di
payudara
b. Mastitis puerperinalis/lactational
Mastitis puerperinalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui. Penyebab utama
Mastitis puerperinalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang ditransmisi ke
3. Patofisiologi
Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman penyebab ialah puting susu yang
luka atau lecet, dan kuman per kontinuitatum menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan
penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi. Statis ASI terjadi jika ASI tidak
dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah
melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada
payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada
saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua/lebih.
Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah organisme
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI)
akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang
berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan,
kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan
sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi,
melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran
hematogen pembuluh darah). Kadang-kadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang
menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa
4. Faktor resiko
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :8,9
a. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah
b. Paritas
c. Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik
d. Melahirkan
e. Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya
mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko
mastitis.
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.
g. Stres dan kelelahan
Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat, tetapi tidak
Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan
i. Trauma
Trauma pada payudara karena dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu dan hal
Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat kebanyakan ibu
Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum
Bayi yang hanya menghisap puting (tidak termasuk areola) menyebabkan puting
terhimpit diantara gusi atau bibir sehingga aliran ASI tidak sempurna.
mobil.
Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI, jamur,serpihan kulit, dan
lain-lain.
5. Cara Diagnosis
a. Anamnesis
1. Mastitis akut. Pada peradangan dalam taraf permulaan penderita hanya merasa nyeri
setempat pada salah satu lobus payudara yang diperberat jika bayi menyusu.5
2. Mastitis lanjut. Hampir selalu orang datang sudah dalam tingkat abses. Dari tingkat radang
edematous,air susu terbendung, dan air susu yang terbendung itu segera bercampur dengan
nanah. Gejala nyeri dapat diikuti gejala lain seperti flu, demam, nyeri otot, sakit kepala,
keputihan.5
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan anda-tanda vital ibu dengan mastitis biasanya mengalami peningkatan
suhu badan hingga lebih dari 38oC. Keadaan payudara pada ibu dengan mastitis biasanya
berwarna kemerahan, bengkak, nyeri tekan, lecet pada putting susu, dan terdapat nanah jika
terjadi abses. Pada abses, nyeri bertambah hebat di payudara, kulit diatas abses mengkilat dan
bayi dengan sendirinya tidak mau minum pada payudara yang sakit, seolah-olah dia tahu bahwa
susu disebelah itu bercampur dengan nanah. Tanda dan gejala lain mastitis meliputi:1,2
- Menggigil
- Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu karena ASI
terasa asin
Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir 10 % resiko terbentuknya abses. Tanda
- Pembengkakan payudara dan sangat nyeri; massa besar dan keras dengan area kulit berwarna
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis tidak selalu
diperlukan. World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji
pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2 hari
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang langsung
ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan bibir
penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang
terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur. Pada ibu dengan abses
6. Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan mastitis adalah pencegahan terhadap infeksi dan komplikasi
lanjut. Penatalaksanaan berupa non medikamentosa berupa tindakan suportif dan medikamentosa
a. Non medikamentosa
Jika diduga mastitis, intervensi dini adalah berupa tindakan suportif yang dapat mencegah
4. Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu, Jangan lakukan pemijatan
jika dikhawatirkan justru membuat kuman tersebar ke seluruh bagian payudara dan
6. Edukasi ibu
7. Bayi sebaiknya terus menyusu, dan jika menyusui tidak memungkinkan karena nyeri
payudara atau penolakan bayi pada payudara yang terinfeksi, pemompaan teratur harus terus
dilakukan. Pengosongan payudara dengan sering akan mencegah statis air susu. Tetap
berikan ASI kepada bayi, terutama gunakan payudara yang sakit sesering mungkin dan
selama mungkin sehingga sumbatan tersebut lama-kelamaan akan menghilang. Bayi masih
boleh menyusu kecuali bila terjadi abses. Kalau demikian keadaannya, untuk mengurangi
bengkak, ASI harus tetap dipompa keluar. Bayi sebaiknya tetap menyusu pada payudara
b. Medikamentosa
1. Antibiotik
Terapi antibiotik diberikan jika antara 12-24 jam tidak terdapat perbaikan, terapi antibiotik
meliputi :1,5
Terapi awal yang paling umum adalah dikloksasilin 500 mg peroral 4 kali sehari untuk
10-14 hari. Amoxicillin-clavulanate 500 mg atau 875 mg untuk 10-14 hari atau
tunggal untuk 10-14 hari. Pada setiap kasus, penting untuk dilakukan tindak lanjut dalam
72 jam untuk mengevaluasi kemajuan. Jika infeksi tidak hilang maka kultur air susu
harus dilakukan.
2. Analgesik
Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang berguna dalam
proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada mastitis.
Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih
parasetamol atau asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi
pada ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.
Penanganan abses
Dalam keadaan abses mamae perlu dilakukan insisi agar nanahnya dapat dikeluarkan
untuk mempercepat kesembuhan. Sesudah itu dipasang pipa ke tengah abses, agar nanah bisa
keluar terus. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan
jalannya duktus-duktus itu. Pengalaman menunjukkan bahwa drainase ini sesudah 72 jam
bertukar sifat menjadi kebocoran air susu yang tidak sedikit melalui luka insisi. Dianjurkan
memakai perban elastic yang ketat pada payudara, untuk menghentikan laktasi.6
Pada persiapan insisi, kulit di atas abses akan dibersihkan oleh swabbing lembut dengan
larutan antiseptik. Pada tahap rehabilitasi, sebagian besar sakit di sekitar abses akan lenyap
sesudah pembedahan. Penyembuhan biasanya sangat cepat. Setelah tabung diambil keluar,
antibiotik dapat dilanjutkan untuk beberapa hari. Menerapkan panas dan menjaga wilayah yang
Pemantauan
Respon klinik terhadap penatalaksanaan di atas dibagi atas respon klinik cepat dan respon
klinik dramatis. Jika gejalanya tidak berkurang dalam beberapa hari dengan terapi yang adekuat
mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi kuman-kuman yang resisten, adanya abses atau
massa padat yang mendasari terjadinya mastitis seperti karsinoma duktal atau limfoma non
Hodgkin. Berulangnya kejadian mastitis lebih dari dua kali pada tempat yang sama juga menjadi
alasan dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
7. Komplikasi
a. Abses
Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan terlambat
atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras, merah dan tegang walaupun
ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih 3%
dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses. Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk
mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan
aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin
diperlukan aspirasi jarum secara serial. Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan
tindakan bedah. Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapat antibiotik. ASI dari
sekitar tempat abses juga perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis
kumannya.7
Gambar 1.4 Abses Payudara
b. Mastitis berulang/kronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Ibu
harus benar-benar beristirahat, banyak minum, makanan dengan gizi berimbang, serta
mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri diberikan antibiotik
c. Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur seperti candida
albicans. Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat terapi antibiotik. Infeksi jamur
biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang
saluran ASI. Di antara waktu menyusu permukaan payudara terasa gatal. Puting mungkin
tidak nampak kelainan. Ibu dan bayi perlu diobati. Pengobatan terbaik adalah nistatin krim
yang juga mengandung kortison dan dioleskan ke puting dan areola setiap selesai bayi
menyusu dan bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama.7
8. Pencegahan
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan. Perawatan puting susu pada
waktu laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas
membersihkan putting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu
yang sudah mengering. Selain itu, yang memberi pertolongan kepada ibu yang menyusui bayinya
risiko di atas. Bila payudara penuh dan bengkak (engorgement), bayi biasanya menjadi sulit
melekat dengan baik, karena permukaan payudara menjadi sangat tegang. Ibu dibantu untuk
mengeluarkan sebagian ASI setiap 3-4 jam dengan cara memerah dengan tangan atau pompa
ASI yang direkomendasikan. Sebelum memerah ASI pijatan di leher dan punggung dapat
merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang menyebabkan ASI mengalir dan rasa nyeri
berkurang. Teknik memerah dengan tangan yang benar perlu diperlihatkan dan diajarkan kepada
ibu agar perahan tersebut efektif. ASI hasil perahan dapat diminumkan ke bayi dengan
menggunakan cangkir atau sendok. Pembengkakan payudara ini perlu segera ditangani untuk
mencegah terjadinya feedback inhibitor of lactin (FIL) yang menghambat penyaluran ASI.11
Pengosongan yang tidak sempurna atau tertekannya duktus akibat pakaian yang ketat
dapat menyebabkan ASI terbendung. Ibu dianjurkan untuk segera memeriksa payudaranya bila
teraba benjolan, terasa nyeri dan kemerahan. Selain itu ibu juga perlu beristirahat, meningkatkan
frekuensi menyusui terutama pada sisi payudara yang bermasalah serta melakukan pijatan dan
Pada kasus puting lecet, bayi yang tidak tenang saat menetek, dan ibu-ibu yang merasa
ASInya kurang, perlu dibantu untuk mengatasi masalahnya. Pada peradangan puting dapat
diterapi dengan suatu bahan penyembuh luka seperti atau lanolin, yang segera meresap ke
jaringan sebelum bayi menyusu. Pada tahap awal pengobatan dapat dilakukan dengan
mengoleskan ASI akhir (hind milk) setelah menyusui pada puting dan areola dan dibiarkan
mengering. Tidak ada bukti dari literatur yang mendukung penggunaan bahan topikal lainnya.5
Kelelahan sering menjadi pencetus terjadinya mastitis. Seorang tenaga kesehatan harus
selalu menganjurkan ibu menyusui cukup beristirahat dan juga mengingatkan anggota keluarga
lainnya bahwa seorang ibu menyusui membutuhkan lebih banyak bantuan. Ibu harus senantiasa
kesehatan rumah sakit, ibu yang baru pertama kali menyusui dan keluarganya untuk mengetahui
teknik mencuci tangan yang baik. Alat pompa ASI juga biasanya menjadi sumber kontaminasi
sehingga perlu dicuci dengan sabun dan air panas setelah digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alasiry, E. (2012). Buku Indonesia Menyusui. Terdapat pada: www.idai.or.id. diakses tanggal
4 November 2013.
4. Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta
http://www.fadlie.web.id/?p=2355.DiUnduh,25november2017–18:20PM.html
http://www.detikhealth.com
7. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Jilid I. 2001. Media Aesculapius. Pelayanan Antenatal.
10. Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
11. WHO, 2003. Mastitis Penyebab dan Penatalaksanaannya. Jakarta: Perpustakaan Nasional
CRACKED NIPPLE
DEFINISI
Trauma kulit pada papilla mamae, nama lain fissura papilla mamae. Sebagian besar
karena breastfeeding atau menyusui, dan terasa nyeri saat menyusui. Fisura terjadi pada hari
pertama sampai beberapa pekan setelah melahirkan (postpartum). Fisura tersebut dapat menjadi
tempat masuknya bakteri piogenik patogen dan beberapa jenis jamur, fisura papilla mamae juga
berhubungan dengan keadian mastitis setelahnya.
Cracked nipple merupakan papilla mammae yang lecet terjadi pada masa menyusui yang
ditandai dengan lecetnya pada putting, berwarna kemerahan dan puting pecah serta terasa panas.
Lecetnya putting susu ( nipple) ibu yang sebelumnya memberikan atau sedang dalam masa
menyusui sehingga menyebabkan kesakitan saat menyusui. Hal ini berpengaruh terhadap
berkurangnya produksi ASI. Cracked nipple sering terjadi pada ibu muda yang baru pertama
kali menyusui. Hal ini disebabkan karena, posisi menyusui yang salah, tidak sempurnanya
perlekatan antara mulut bayi dengan puting ibu atau saat bayi mulai tumbuh gigi, bayi hanya
menghisap dibagian putting tidak mencapai areola. Cracked nipple dapat sembuh sendiri dalam
waktu 48 jam.
EPIDEMIOLOGI
Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah
puting susu lecet atau nyeri. Sekitar 57% dari ibu-ibu menyusui
dilaporkan pernah menderita kelecetan pzada putingnya dan payudara bengkak.
Payudara bengkak sering terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah ibu
melahirkan, karena terdapat sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus dan
mastitis serta abses payudara yang merupakan kelanjutan atau komplikasi dari
mastitis yang disebabkan karena meluasnya peradangan payudara. Sehingga
dapat menyebabkan tidak terlaksananya Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Cracked nipple dapat
meyebabkan bengkak pada payudara yang mengarah ke mastitis dan biasanya terjadi pada hari
ketiga dan keempat sesudah ibu melahirkan.
ETIOLOGI
Kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai areola tertutup oleh
mulutbayi.Bila bayi hanya menyusui pada putting susu, maka bayi akan mendapatkan ASI
sedikit
Putting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan
putting susu
Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu
Hisapan bayi yang terlalu kencang, gigitan bayi, goresan benda tajam, kuku bayi atau ibu.
Infeksi jamur yang terjadi di puting (disebabkan oleh Candida Albicans) dapat pula
menyebabkan puting lecet
Vasospasme yang disebabkan oleh iritasi pada saluran darah di puting akibat pelekatan
PATOGENESIS
Terjadinya papilla mammae lecet di awal menyusui pada umumnya disebabkan oleh
salah satu atau kedua hal berikut: posisi dan pelekatan bayi yang tidak tepat saat
menyusu, atau bayi tidak mengisap dengan baik. Meskipun
demikian, bayi dapat belajar untuk mengisap payudara dengan baik ketika ia
melekat dengan tepat saat menyusu (mereka akan belajar dengan sendirinya).
Jadi, proses mengisap yang bermasalah seringkali disebabkan oleh pelekatan yang
kurang baik. Infeksi jamur yang terjadi di papilla mammae (disebabkan oleh Candida Albicans)
dapat pula menyebabkan puting lecet. Vasospasme yang disebabkan oleh iritasi pada saluran
darah di puting akibat pelekatan yang kurang baik dan/atau infeksi jamur, juga dapat
menyebabkan puting lecet. Rasa sakit yang disebakan oleh pelekatan yang kurang baik dan
proses mengisap yang tidak efektif akan terasa paling sakit saat bayi melekat ke payudara
danbiasanya akan berkurang seiring bayi menyusu. Namun jika lecetnya cukup parah, rasa
sakit dapat berlangsung terus selama proses menyusu akibat pelekatan kurang
baik/mengisap tidak efektif. Rasa sakit akibat infeksi jamur biasanya
akan berlangsung terus selama proses menyusui dan bahkan setelahnya.
Banyak ibu mendeskripsikan rasa sakit seperti teriris sebagai akibat pelekatan
yang kurang baik atau proses mengisap yang kurang efektif. Rasa sakit akibat
infeksi jamur seringkali digambarkan seperti rasa terbakar. Jika rasa sakit
pada puting terjadi padahal sebelumnya tidak pernah merasakannya, maka rasa
sakit tersebut mungkin disebabkan oleh infeksi Candida, meskipun
infeksi tersebut dapat pula merupakan lanjutan dari penyebab lain sakit pada
puting, sehingga periode tanpa sakit hampir tidak pernah terjadi. Lecet /fisura pada papilla
mammae dapat terjadi karena infeksi jamur. Kondisi dermatologis dapat pula menyebabkan sakit
pada papilla mammae.
MENIFESTASI KLINIS
• Luka lecet kekuningan
DIAGNOSIS:
Anamnesis
Pemeriksaan fisik sesuai dengan temuan gejala klinis, Pemeriksaan
payudara bisa dilakukan dengan teknik SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). SADARI
sebaiknya dilakukan sebulan sekali, kira-kira satu minggu setelah masa menstruasi karena
disaat inilah payudara lebih lunak karena pengaruh hormon. Wanita usia 20-an awal bisa
memulai memeriksa payudara sendiri
Pemeriksaan penunjang mammografi dan USG payudara
DIAGNOSIS BANDING
Mastitis
Abses payudara
Ca mammae
PENATALAKSANAAN
1. Bayi harus disusuikan terlebih dahulu pada puting yang normal yang lecetnya lebih sedikit.
Untuk menmghindari tekanan local pad puting maka posisi menyusu harus sering diubah,
untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. Di
samping itu, kita harus yakin bahwa teknik menyusui yang diguanakan bayi benar, yaitu
harus menyusu sampai ke kalang payudara. Untuk menghindari payudara yang bengkak, ASI
dikeluarkan dengan tangan pompa, kemudian diberikan dengan sendok, gelas, dan pipet.
2. Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi diangin-anginkan
sebentar agar melembutkan puting sekaligus sebagai anti-infeksi.
3. Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk membersihkan payudara.
4. Pada papilla mammae dapat dioleskan minyak lanolin atau minyak kelapa yang telah
dimasak terlebih dahulu.
5. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak sampai terlalu
penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu terlalu rakus.
6. Periksakanlah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang dapat menyebabkan lecet pada
puting susu ibu. Jika ditemukan gejala moniliasis dapat diberikan nistatin.
Prinsipnya adalah memroteksi luka dengan memberi pengobatan antibiotic topical yaitu
asam fusidat cream, menyusui lebih diutamakan kepada papilla yang sehat (papila yang lain),
sedangkan papila yang trauma air susunya harus tetap dikeluarkan secara berkala dengan
menggunakan pompa atau pijatan sampai luka benar-benar sembuh untuk mencegah statis air
susu. Tatalaksana dibagi menjadi 3, yaitu saat menyusui, setelah menyusui, dan diantara
menyusui (apabila tidak menyusui).
a. Saat menyusui
Pakai papilla yang sehat dahulu, lalu pakai papilla yang sakit. Karena isapan bayi
pada papilla yang sakit tidak sekuat pada isapan yang pertama
Mencoba berbagai posisi menyusui yang paling nyaman, namun tetap benar
Apabila menyusui sakit, pakai breastpump, apabila tetap sakit, stimulasi dengan
pijatan pada papilla mamae. Hal ini dilakukan untuk mencegah statis asi, mencegah
mastitis, dan mempertahankan supply dari asi sendiri.
b. Setelah menyusui
Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tapi diangin-anginkan
sebentar agar melembutkan puting sekaligus sebagai anti infeksi
Jangan pernah mencuci daerah areola dan puting dengan sabun
Observasi keadaan umum dan vital sign
Bayi tetap disusui pada putting yang tidak lecet dgn teknik yang benar
Setelah menyusui tidak perlu dibersihkan dan cukup dianginkan karna sisa ASI
sudah merupakan anti infeksi dan pelembut putting susu
Sebaiknya untuk melepaskan putting dari hisapan bayi pada saat bayi selesai
menyusu, tidak dengan memaksa menarik putting, tetapi dengan menekan dagu
bayi atau dengan memasukan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi
Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan utk sementara waktu kurang lebih
1x24 jam dan sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan
c. Diantara menyusui
Menjaga personal hygene dari payudara.
Menggunakan sabun non-antibakterial dan non-perfume apabila ingin membersihkan
payudara, menggunakan sabun pada daerah papila mamae yang luka tidak dianjurkan.
Edukasi
Edukasi mengenai prinsip dasar menyusui yaitu teknik benar, susui sesuai permintaan
bayi, ibu rileks dan percaya diri saat menyusui.
Penilaian proses menyusui.
B= Body Position : Rileks, nyaman, ibu memegang seluruh tubuh bayi, kepala tegak lurus,
dagu bayi menyentuh payudara, seluruh tubuh bayi menghadap ibu, payudara ibu mendekati
bayi, bukan bayi mendekati payudara ibu.
R= Response : Bayi mencari puting, menghisap tenang, dan asi keluar. Isapan bayi lambat
dan tenang, ada jeda diantra isapan, ada gerakan menelan dari bayi.
E= Emotion : Ibu merangkul dengan yakin, atensi ibu baik (menatap bayi).
A= Anatomy : Payudara lunak setelah menyusui dan terasa lebih ringan
S= Suckling: Isapan bayi, kekuatan normal. Kelekatan mulut bayi yang baik:
- Dagu menyentuh payudara
- Mulut bayi terbuka lebar
- Bibir Bawah keluar
- Areola mama sedikit terlihat, biasanya bagian bawah tidak terlihat, bagian atas sedikit
terlihat.
T= Time : 15-20 menit bayi akan melepas sendiri apabila teknik dan posisi menyusui benar.
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa
3. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi
terletak dibawah putting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu
menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi
membuka lebar
Wanita dan orang yang merawatnya juga perlu memahami bahwa hal – hal berikut ini
dapat mengganggu, membatasi, atau mengurangi jumlah isapan dalam proses menyusui, dan
meningkatkan risiko stasis ASI, yaitu :
Penggunaan dot
Pemberian makanan dan minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama, terutama dari
botol susu.
Tindakan melepaskan bayi dari payudara pertama sebelum ia siap untuk mengisap payudara
yang lain.
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan.
Tidak menyusui, termasuk bila bayi mulai tidur sepanjang malam.
Trauma pada payudara, karena kekerasan atau penyebab lain,
Hal-hal tersebut harus dihindari atau sedapat mungkin ibu dilindungi dari hal-hal
tersebut, tetapi bila tak terhindarkan, ibu dapat mencegah mastitis bila ia melakukan perawatan
ekstra pada payudaranya.
b. Tindakan rutin sebagai bagian perawatan kehamilan
Praktik berikut ini penting untuk mencegah stasis ASI dan mastitis. Mereka harus
dilakukan secara rutin pada semua tempat di mana ibu melahirkan atau dirawat sebelum dan
setelah persalinan, yaitu rumah sakit bersalin, fasilitas kesehatan yang lebih kecil seperti pusat
kesehatan, atau di rumah bila ibu melahirkan di sana, atau bila ibu kembali setelah melahirkan.
Praktik tersebut adalah sebagai berikut :
Bayi harus mendapat kontak dini dengan ibunya, dan mulai menyusui segera setelah tampak
tanda-tanda kesiapan, biasanya dalam jam pertama atau lebih.
Bayi harus tidur di tempat tidur yang sama dengan ibunya, atau di dekatnya pada kamar yang
sama.
Semua ibu harus mendapat bantuan dan dukungan yang terlatih dalam teknik menyusui, baik
sudah maupun belum pernah menyusui sebelumnya, untuk menjamin pengisapan yang baik
pada payudara, pengisapan yang efektif, dan pengeluaran ASI yang efisien.
Setiap ibu harus didorong untuk menyusui on demand, kapan saja bayi menunjukkan tanda-
tanda siap menyusui, seperti membuka mulut dan mencari payudara.
Setiap ibu harus memahami pentingnya menyusui tanpa batas dan eksklusif, dan menghindari
penggunaan makanan tambahan, botol, dan dot.
Ibu harus menerima bantuan yang terlatih untuk mempertahankan laktasi bila bayinya terlalu
kecil atau lemah untuk mengisap dengan efektif.
Bila ibu dirawat di rumah sakit, ia memerlukan bantuan yang terlatih saat menyusui pertama
kali dan sebanyak yang diperlukan pada saat mcnyusui berikutnya.
c. Penatalaksanaan yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang
Bila payudara ibu menjadi sangat penuh atau terbendung selama minggu pertama, bila
ASI ada, penting untuk memastikan bahwa ASI dikeluarkan dan kondisi tersebut diatasi.
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki isapan pada payudara oleh bayinya, untuk
memperbaiki pengeluaran ASI, dan untuk mencegah luka pada puting susu.
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi menghendaki, tanpa
batas.
Bila isapan bayi tidak cukup mengurangi rasa penuh dan kencang pada payudara, atau bila
puting susunya tertarik sampai rata sehingga bayi sulit mengisap, ibu harus memeras ASI-
nya.
Pemerasan dapat dilakukan dengan tangan atau dengan pompa. Bila payudara sangat nyeri,
jalan lain untuk memeras ASI adalah dengan menggunakan metode botol
d. Perhatian dini terhadap semua tanda stasis ASI
Seorang ibu perlu mengetahui bagaimana merawat payudaranya, dan tentang tanda dini
stasis ASI atau mastitis sehingga ia dapat mengobati dirinya sendiri di rumah dan mencari
pertolongan secepatnya bila keadaan tersebut tidak menghilang. Ia harus memeriksa
payudaranya untuk melihat adanya benjolan, nyeri, atau panas, atau kemerahan:
Bila ibu mempunyai salah satu faktor risiko, seperti kealpaan menyusui;
Bila ibu mengalami demam atau merasa sakit, contohnya sakit kepala. Bila ibu mempunyai
satu dan tanda-tanda tersebut, ibu perlu untuk:
1. beristirahat, di tempat tidur bila mungkin
2. sering menyusui pada payudara yang terkena
3. mengompres panas pada payudara yang terkena, berendam dengan air hangat, atau
pancuran hangat;
4. memijat dengan lembut setiap daerah benjolan saat bayi menyusu untuk membantu ASI
mengalir dari daerah tersebut;
5. mencari pertolongan dan petugas kesehatan bila ibu tidak merasa lebih baik pada
keesokan harinya.
e. Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat ibu menemui kesulitan
yang dapat menyebabkan stasis ASI, seperti:
nyeri atau puting pecah-pecah;
ketidaknyamanan payudara setelah menyusui;
kompresi nipple
bayi yang tidak puas seperti menyusu sangat sering, jarang, atau lama
kehilangan percaya diri pada suplai ASI sendiri, menganggap ASI yang dihasilkan tidak
cukup
pengenalan makanan lain secara dini
menggunakan dot
KOMPLIKASI
Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis.
a. Abses payudara
Abses payudaramerupakan komplikasi yang biasanya terjadi karena pengobatan
terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras, merah dan tegang
walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses.
Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses.Pemeriksaan USG
payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini
dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus
terapi, bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara serial/berlanjut. Pada abses yang
sangat besar terkadang diperlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini dilakukan, ibu
harus mendapatkan terapi medikasi antibiotik. ASI dari sekitar tempat abses juga perlu
dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya.
b. Mastitis
Mastitis biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Ibu harus
benar-benar beristirahat, banyak minum, mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang,
serta mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya
diberikan antibiotik dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa
menyusui.
PROGNOSIS
Papila mammae lecet/luka harus segera ditangani dengan baik, karena jika dibiarkan saja
akan memudahkan terjadinya infeksi pada payudara (mastitis).
DAFTAR PUSTAKA
Andriana, Kusuma. 2012. Pengantar Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Malang:
UMM Press.
Ken, Jacquelline et al. 2015. Nipple Pain in Breasrfeeding Mothers. Stirling Highway: University
of Western Australia.
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Santos, Silvia et al. 2016. Prevalance and Factors associated with cracked nipples in fisrt month
postpartum. Bahia: State University of Feira de Santana Bahia, Brazil.
INVERTED NIPPLE
1. Pengertian
Suatu kondisi dimana putting tertarik ke dalam payudara. Pada beberapa kasus, puting
dapat muncul keluar bila di stimulasi, namun pada kasus-kasus lain, retraksi ini menetap.
2. Etiologi
3. Diagnosis
Grade 1
Puting dapat dikeluarkan dengan mudah dengan tekanan jari pada atau sekitar areola.
Grade 2
Dapat dikeluarkan dengan menekan areola, namun kembali masuk saat tekanan dilepas
Pada pemeriksaan histologi ditemukan stromata yang kaya kolagen dan otot polos.
Grade 3
Puting sulit untuk dikeluarkan pada pemeriksaan fisik dan membutuhkan pembedahan
untuk dikeluarkan.
Secara histologis ditemukan atrofi unit lobuler duktus terminal dan fibrosis yang parah
4. Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
Jka retraksi tidak dalam, susu dapat diperoleh dengan menggunakan pompa payudara.
Jika puting masuk sangat dalam, suatu usaha harus dilakukan untuk mengeluarkan puting