Vous êtes sur la page 1sur 11

PENGERTIAN

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira
6 minggu. (Abdul Bari. S, dkk, 2002)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelim hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.
(Rustam Mochtar, 1998 )
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas
berlangsung selama ± 6 minggu. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
Puerperium adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)

Masa Nifas diBagi Dalam 3 Periode:


1. Early post partum : Dalam 24 jam pertama.
2. Immediate post partum : Minggu pertama postpartum.
3. Late post partum : Minggu kedua sampai dengan minggu keenam. Perubahan Anatomi dan
Fisiologi Wanita Setelah Melahirkan

Pembagian Masa Nifas


• Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
• Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6 – 8
minggu.
• Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

Sistem Reproduksi dan Struktur Terkait :


Uterus :
a. Proses Involusi
• Yaitu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini
dimulai setelah placenta lahir pada proses ini terjadi proses autolisis yaitu proses perusakan
secara langsung terhadap jaringan hipertropi (pembesaran sel yang ada) selama hamil.
• Menurut Irene M Bobak (1995) yaitu : Dalam waktu 12 jam tinggi fundus mencapai kurang
lebih 1 cm diatas umbilikus, tinggi fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam pertama, pada
hari ke-6 fundus berada pada pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis, 9 hari post
partum, fundus tidak terasa pada abdomen. Sub involusi adalah kegagalan uterus untuk
kembali pada keadaan tidak hamil penyebab tersering, tertahannya fragmen placenta dan
infeksi.
b. Kontraksi
• Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis posterior, memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah

Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas


» Uterus
• Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil
» Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr
» Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berata uterus
750 gr.
» Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengan pusat simpisis dengan berat
uterus 500 gr
» Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat uterus
350 gr
» Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gr

a. Afterpain
• Yaitu rasa nyeri pada masa awal purperium terutama daerah uterus.
• Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri
yang tertahan sepanjang masa awal puerperium pada primipara.

b. Tempat placenta
• Proses involusi daerah implantasi placenta 2-3 hari pelepasan jaringan nekrotik, 7 hari post
partum ke bentuk lapisan basal, 15 hari post partum regenerasi endometrium kecuali pada
bekas placenta. 6 minggu post partum perkembangan selsel epitel endometrium

c. Lochea
• Yaitu Rabas (cairan) uterus yang keluar setelah bayi lahir / cairan sekret yang berasal dari
cavum uteri dan vagina dalam masa nifa
• Macam – macam Lochea
»Lochea rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dam mekonium, selama 2 hari post partum.
» Lochea Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3 – 7 post partum.
» Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 - 14 post partum
» Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
» Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
» Lochea stasis : lochia tidak lancar keluarnya.

1. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat
dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup
• Setelah melahirkan serviks menjadi lunak, edematosa, tipis dan rapuh, sedikit laserase.
2. Vagina dan vulva
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia manjadi lebih menonjol.
• Vagina yang semula sangat tegang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum
hamil (6-8 minggu setelah bayi lahir).
• Rugae akan mulai terlihat sekitar minggu ke- 4 dan pada umumnya rugae akan memipih
secara permanen.
• Proses penyembuhan luka episiotomi sama dengan operasi lain dan luka episiotomi
sembuh sebelum minggu ke-6.
3. Topangan Otot Panggul
• Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu melahirkan dan
masalah ginekologis dapat timbul dikemudian hari karena jaringan dasar

Perineum
• Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh
tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada
keadaan sebelum melahirkan.

Sistem Endokrin
• Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum. Progesteron turun
pada hari ke 3 post partum.
o Hormon Plasenta
o Hormon Hifofisis
Payudara
• Perubahan pada payudara dapat meliputi :
» Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah
persalinan.
» Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3
setelah persalinan.
» Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi

Abdomen
o Setelah persalinan dinding perut longgar sehingga masih seperti orang hamil.
o Dalam 2 minggu dinding abdomen akan rileks.
o Dalam 6 minggu akan pulih seperti sebelum hamil.

Sistem Urinaria
• Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat spasme sfingter
dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan
tulang pubis selama persalinan.
• Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air
akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang
berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu
o Fungsi ginjal menurun saat postpartum dan kembali normal dalam waktu 1 bulan.
o Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi uretra sehingga terjadi retensi urin.
o Diaforesis merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi
dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.

Sistem Gastrointestinal
• Seringkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika
sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi
keinginan ke belakang

Sistem Pencernaan
o Pada masa awal post partum dapat terjadi penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna,
penurunan bising usus, rasa mual, konstipasi dan
Sistem Kardiovaskuler
o Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat segera setelah melakukan
persalinan (lebih tinggi selama 30-60 menit).
o Curah jantung normal 8-10 minggu setelah melahirkan.
o Tanda-tanda vital setelah melahirkan dalam batas normal, bila temperatur selama 24 jam
pertama meningkat sampai 38 derajat (keadaan ini sebagai akibat dehidrasi denyut nadi),
tekanan darah sedikit berubah atau menetap, dan evaluasi rutin perlu dilakukan selama 48
jam pertama.
• Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah
kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali
normal pada hari ke-5.
• Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas,
namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu
mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus
dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.

Sistem Muskuloskletal
o Adaptasi sistem muskuloskeletal yang terjadi selama hamil secara langsung kembali pada
masa postpartum.
• Ambulasi pada umumnya dimulai 4 –8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu
untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
o Adaptasi ini mencakup antara lain : relaksasi, mobilitas dan perubahan pusat berat akibat
pembesaran rahim.

Sistem Integumen
o Kloasma yang muncul pada masa hamil bisa menghilang.
o hiperpegmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya atau dapat menetap,
o kulit yang menegang pada payudara, abdomen, paha dan panggul mungkin memudar, tetapi
tidak menghilang.
o Rambut halus yang tumbuh pada saat hamil akan menghilang.
o Olaporesis perubahan yang paling jelas terlihat pada sistem integumen.
 Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hyperpigmentasi kulit
• Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang
pada saat estrogen menurun.

Adaptasi Psikologis Postpartum


• Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres, terutama ibu primipara.
• Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua.
• Respon dan support dari keluarga dan teman dekat.
• Riwayat pengalaman hamil dan melahirklan yang lalu.
Selama periode postpartum tugas dan tanggung jawab baru muncul dan kebiasaan lama perlu
ditambah atau dirubah.
Dengan adanya perubahan tersebut diperlukan suatu adaptasi baik pada ibu maupun bapak.
Tiga fase penyesuaian terhadap peran sebagai orang tua yang ditandai oleh perilaku
independen, perilaku dependen-mandiri, dan perilaku interdependen.
Periode ini di ekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi tiga tahap, yaitu :
1. Taking In Periode (1-2 hari setelahpersalinan)
ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih
mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, kebutuhan tidur meningkat,
nafsu makan meningkat.
2. Taking Hold Periode (3-4 hari setelah persalinan )
ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima tanggungjawab sepenuhnya terhadap
perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehingga membutuhkan bimbingan
dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
3. Letting Go Period
• Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu
menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang
sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu. Dialami setelah tiba dirumah secara penuh
merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu
menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.

Perawatan Pasca Persalinan

Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca
persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya
trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan,
dan hari ke 4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi,
bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.

Diet
Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori, serta makan-makanan yang mengandung
protein, banyak cairan, tinggi serat, sayur-sayuran dan buah-buahan.
Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Bila kandung kemih penuh dan

wanita sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin
dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani selama persalinan. Bila kandungan kemih
penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.

Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar
dan terjadi konstipasi apalagi BAB keras dapat diberikan obat laksans per oral
atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.

Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras
dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali ibu untuk
menyusui bayinya karenas angat baik untuk kesehatan bayi dan ibunya. (Inisiasi Menyusui 1
jam pertama)

Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari
kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan seperti :
• Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah.
• Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning
putih susu.
• Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi
sehingga tampak jelas.
• Setelah persalinan, pengaruh supresi strogen dan progesteron hilang. Maka timbul pengaruh
hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu,
pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu
keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.

Perawatan Perinium
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha
yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai
dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.

PENGKAJIAN POST
PARTUM
• A. BIODATA KLIEN
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat,
No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat,
Tanggal Pengkajian.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
2. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi cardy, suhu 36,2-
38, Respirasi 16-24)
3. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan;
pendengaran, dan leher.
4. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan puting susu,
stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi
laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
5. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal utuh
(intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras, lunak,
boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
6. Anogenital
Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin, kendur/lemah) adakah
hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan,
eritema, drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra,
4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
7. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi, kekuatan otot.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12- 24 jam post partum (jika Hb < 10 g% dibutuhkan
suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
2. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.

KONSEP DIRI
• Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu tentang
tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien bila mengalami
opresi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.

SEXUAL
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi koitus
atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan melakukan
seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan
tercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan lochia
terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3).

KEBIASAAN SEHARI-HARI
• Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori, protein,
vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola
minum, jumlah, freguensi,.
b. Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang
mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap,
apakah mudah terganggu dengan suarasuara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
• Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia
(hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass
atau tidak atau retensi urine karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat
BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan
penggunaan toilet.
• Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah
e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat
diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat
fresh dan relaks.

PROFIL KELUARGA
• Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type rumah,
community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan keterlibatan dalam kegiatan
masyarakat.

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


• Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic, menular,
kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh keluarga

RIWAYAT PSIKOSOSIAL-KULTURAL
• Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah menangis.
Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya
emosi yang positif, perasaan tidak berguna.

Diagnosa Keperawatan

1. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan


masukan tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan.
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kerusakan kulit, penurunan
Hb, tindakan infasif, dan atau peningkatan pemajanan lingkungan malnutrisi.
3. Nyeri akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanisme oedema /
embesaran jaringan atau distansi efek-efek hormonal.
4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau peningkatan perkembangan
anggota keluarga.
5. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan

Intervensi Keperawatan

NoDiagnosa Keperawatan penurun1a.n masukan tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan


(muntah, diafonesis, peningkatan haluaran urine).
Tujuan
Dapat meningkatkan masukkan cairan yang adekuat.
Kriteria hasil
• Menunjukkan tekanan darah dan nadi dalam batas normal.
• Masukan cairan dan haluaran urine seimbang.

Intervensi
• Catat kehilangan cairan pada waktu kelahiran, tinjau ulang riwayat intranatal.
Rasional
• Potensial hemorangi atau kehilangan darah berlebihan pada waktu kelahiran berlanjut pada
periode,
Intervensi
• Kaji lokal dan kontraktilitas fundus uteri jumlah lochea, vagina dan kondisi perineum
setelah 2 jam pada 8 jam, • Dengan perlahan masase fundus bila uterus menonjol.
Rasional
• Merangsang kontraksi uterus dapat mengontrol perdarahan. Uterus yang relaks atau
menonjol dengan peningkatan aliran lochea dapat diakibatkan dari persalinan
• Intervensi
• Kaji masukan cairan dan keluaran urine.
Rasional
• Membantu dalam analisa keseimbangan cairan dan derajat kekurangan cairan
Intervensi
• Pantau suhu, nadi, dan tekanan darah.
Rasional
• Indikator dalam membantu untuk mengevaluasi tingkat hidrasi.

kerusakan 2k.ulit, penurunan Hb, tindakan infasif, dan atau peningkatan pemajanan
lingkungan malnutrisi.
Tujuan :
Tanda-tanda infeksi tidak ada
Criteria hasil :
Hb dalam kadar normal
Tidak ada tanda2 kerusakan integritas kulit
Intervensi
• Pantau suhu dan nadi dengan rutin sesuai indikasi, catat tanda-tanda menggigil, anorexia
dan malaise
Rasional
• Peningkatan suhu dapat memperberat, takikardi dapat terjadi
Intervensi
• Catat jumlah lochea, bau, karakteristiknya atau perubahan pada kemajuan normal dari rubra
menjadi Inspeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan berlebihan.
Rasional
• Loctica secara normal mempunyai bau amis / anyir. • Diagnosis dini dari infeksi lokal dapat
dicegah penyebaran pada jaringan uterus.
Intervensi
• Observasi frekuensi berkemih
Rasional
• Status urinarius meningkatkan resiko terhadap infeksi .
Intervensi
• Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih.
Rasional
• Gejala ISK dapat tampak pada hari 2-3 pasca partum karena naiknya infeksi.

dengan3 t.rauma mekanisme oedema / pembesaran jaringan atau distensi efek-efek hormonal.
tujuan
tidak ada nyeri atau berkurang dan ketidaknyamanan tidak ada
Criteria hasil
Klie.n dapat mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi
ketidaknyamanan dengan tepat.
Klien dapat mengungkapkan berkurangnya ketidaknyamanan
Intervensi
• Anjurkan perawatan perincal
Rasional
• Pembersihan sering membantu mencegah atau menghalangi penyebaran infeksi.
Intervensi
• Tentukan adanya, lokasi, dan sifat ketidaknyamanan.
Rasional
• Mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.• Inspeksi
perbaikan perineum dan epiostomi.
Intervensi
• Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah kelahiran.
Rasional
• Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan terjadinya komplikasi
yang • Memberi anestesia lokal, meningkatkan vasokonstriksi, dan mengurangi edema dan
vasodilatasi. • Meningkatkan sirkulasi pada perineum, meningkatkan oksigenasi dan nutrisi
pada jaringan,
Intervensi
• Berikan kompres hangat ( misalnya ; rendam duduk / bak mandi)
Rasional
Penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stres dan tekanan langsung

criteria hasil • Mendemonstrasikan prilaku kedekatan dan ikatan yang tepat.


Intervensi
• Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi
Rasional
• Jam-jam pertama setelah kelahiran memberikan kesempatan unik untuk terjadinya ikatan
keluarga,
Intervensi
• Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi serta membantu dalam perawatan
bayi sesuai kondisi
Rasional
• Ayah yang secara aktif berpartisipasi dalam proses kelahiran dan aktifitas interaksi terutama
dari bayi
Intervensi
• Anjurkan dan bantu pemberian ASI tergantung pada pilihan klien dan keyakinan
Rasional
• Kontak awal mempunyai efek positif pada durasi pemberian ASI, kontak kulit dengan kulit
dan mulainya tugas ibu meningkatka

Vous aimerez peut-être aussi