Vous êtes sur la page 1sur 24

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... 1


A. Pendahuluan ............................................................................................ 2
B. Kulit .................................................................................................... 3
C. Jenis Skin Graft ....................................................................................... 4
1. Split Thickness Skin Graft ................................................................ 5
2. Full Thickness Skin Graft ................................................................. 6
D. Indikasi Skin Graft .................................................................................. 7
E. Teknik dan Alat-Alat Skin Graft ............................................................ 8
F. Penempelan Skin Graft ........................................................................... 12
G. Fase Penyembuhan Skin Graft Secara Fisiologis ................................... 14
H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Skin Graft ............................. 14
I. Perawatan Skin Graft pada Donor dan Resipien..................................... 18
J. Komplikasi.............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 22

0
A. PENDAHULUAN
Skin graft adalah tindakan pembedahan berupa pemindahan sebagian atau
seluruh bagian tebal kulit dari suatu daerah asal (donor) tanpa disertai
vaskularisasinya kedaerah lainnya (resipien) untuk menutupi suatu defek. Skin
graft digunakan ketika metode tindakan bedah rekonstruksi lainnya tidak cocok
atau penyembuhan luka tidak menunjukkan keberhasilan. Skin graft biasanya
digunakan pada kasus-kasus luka yang luas, luka bakar derajat tiga, luka yang
tidak menunjukkan penyembuhan seperti ulkus diabetik, dan ulkus vascular. Skin
graft berfungsi untuk mencegah kehilangan cairan, mencegah infeksi, mencegah
perluasan lebih lanjut dari luka tersebut.(1,2,3)
Umumnya setiap luka yang tidak dapat ditutup secara primer diindikasikan
untuk dilakukannya tindakan skin graft. Jaringan yang dapat ditutup dengan skin
graft adalah semua jaringan terbuka yang memiliki permukaan luka dengan
vaskularisasi yang cukup seperti otot, fascia, dermis, perikondrium, periosteum,
peritoneum, pleura dan jaringan granulasi. Luka yang kurang suplai pembuluh
darah sulit untuk dapat menghidupi skin graft, misalnya tulang,tulang rawan,
tendon, saraf, maka tidak dapat dilakukan teknik skin graft. Atau daerah yang
seharusnya dilakukan skin graft tetapi karena mengalami trauma berat
menyebabkan vaskularisasi daerah tersebut menjadi berkurang sehingga tidak
baik untuk dilakukan skin graft. (4,22)
Teknik skin graft pertama kali diperkenalkan sekitar 2500-3000 tahun
yang lalu dimana skin graft digunakan untuk merekonstruksi hidung setelah suatu
tindakan amputasi sebagai hukuman pengadilan, penggunaan modern selanjutnya
yaitu Reverdin pada tahun 1869 melakukan eksisi kulit kecil dan tipis yang
diletakkan pada jaringan granulasi. Kemudian Olliver dan Thiersch
mengembangkan teknik split-thickness graft pada tahun 1872 dan 1886 dan Wolfe
dan Krause menggunakan teknik full- thickness graft pada tahun 1875 dan 1893.
(1,2,14)

Skin graft pada umumnya menggunakan kulit dan individu yang sama
sebagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan tindakan. Kulit yang digunakan
dapat digunakan dari bagian tubuh mana saja, namun lazimnya dari daerah paha,

1
pantat, punggung, atau perut. Keberhasilan skin graft juga ditentukan oleh
perawatan pre operatif dan post operatif dari tindakan skin graft. (4,5,6)

B. KULIT
Kulit adalah organ tubuh yang terluas yang terletak paling luar dan
melindung manusia dari lingkungan sekitar, juga merupakan organ essensial dan
vital serta sebagai sarana komunikasi non verbal antara individu. Kelembutan
kulit bervariasi, begitu juga ketebalan dan elastisitasnya. Luas kulit orang dewasa
adalah satu setengah sampai dua persegi. Tebalnya antara satu setengah sampai
lima millimeter, tergantung dari letak, umur, jenis kelamin, suhu dan keadaan gizi.
Fungsi utama kulit yaitu proteksi, absorpsi, ekskresi, pengindraan sensori,
termoregulasi, pembentukan pigmen, produksi vitamin D serta untuk ekspresi
emosi.

Gambar 1
Penampang lingtang dari kulit
Secara histologis, kulit tersusun atas beberapa lapis yaitu lapisan epidermis,
lapisan dermis serta lapisan subkutis. (19,20,21)

1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang tersusun atas epitel
squamos yang terdiri atas terutama oleh keratinosit. Epidermis tidak memiliki

2
pembuluh darah, sehingga mendapatkannya melalui difusi dari dasar dermis,
menuju ke membrane basalis yang memisahkan epidermis dan dermis.
a. Stratum Korneum
Disebut juga lapisan tanduk. Merupakan lapisan kulit yang paling
luar, terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan
protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)
b. Stratum Lusidum
Merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel gepeng tidak berinti
dengan protoplasma yang berubah menjadi protein eleidin. Lapisan ini
tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
c. Stratum granulosum
Terdiri dari dua sampai tiga lapis sel gepeng dengan sitoplasma yang
kasar yang terdiri atas keratohialin.
d. Stratum basalis
Merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara mitosis. Terdiri
atas dua jenis sel yaitu sel kolumnair dan melanosit. (14,20,21)
2. Dermis
Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh
jaringan elastic dan fibrosa dengan elemen selular, kelenjar dan rambut
ssebagai adneksa kulit. Terdiri atas dua bagian yaitu pars papilaris dan pars
retikularis. (14,20,21)
3. Subkutis
Lapisan ini adalah kelanjutan daridermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak. (14,20,21)

C. JENIS SKIN GRAFT


Berdasarkan asalnya, skin graft dibagi menjadi:
1. Autograft
Graft dari kulit yang digunakan berasal dari individu yang sama (dari
tubuh yang sama). Hal ini dilakukan jika cukup tersedianya kulit sehat dan jika

3
kesehatan pasien memenuhi untuk perawatan tambahannya yaitu perawatan
donor.
2. Allograft
Graft yang digunakan (donor) berasal dari individu lain yang sama
spesiesnya dengan resipien (berasal dari tubuh yang lain).
3. Xenograft
Graft yang digunakan berasal dari makhluk lain yang berbeda spesies
dengan resipien (binatang).
Allograft dan Xenograft hanya mencakup untuk sementara, dan bila
ditolak oleh sistem kekebalan tubuh resipen dalam tujuh sampai sepuluh hari
harus diganti dengan autograft. (14,16,18)
Berdasarkan ketebalan jaringan asalnya, skin graft dibagi atas :
1. Split Thickness Skin Graft (STSG)
STSG merupakan tindakan definitif sebagai penutup defek yang
permanen atau hanya sebagai tindakan yang sementara sambil menunggu
tindakan yang defenitif. Tindakan ini dimaksudkan untuk mengontrol serta
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dan menutup struktur vital
tubuh.(7)
STSG diindikasikan untuk menutup defek kulit yang luas. STSG
digunakan pada saat kosmetik tidak menjadi pertimbangan utama atau jika
ukuran defek terlalu luas sehingga tidak dapat dilakukan FTSG. Penggunaan
lainnya untuk menutup ulkus kulit yang kronik yang tidak sembuh-sembuh
serta menutup menutup daerah luka akibat luka bakar yang bertujuan untuk
mengurangi tubuh kehilangan cairan. Kontraindikasi penggunaan STSG yaitu
tidak digunakan jika dari segi kosmetik sangat diperhatikan seperti daerah
wajah atau leher. (17)
A. Keuntungan dari STSG yaitu :
o Kemungkinan take lebih besar
o Dapat dipakai untuk menutup defek yang luas
o Donor dapat diambil dari daerah tubuh mana saja
o Daerah donor dapat sembuh sendiri/reepitelisasi

4
B. Kerugian dari STSG yaitu :
o Mempunyai kecendrungan kontraksi lebih besar
o Memiliki kecenderungan terjadi perubahan warna
o Permukaan kulit mengkilat
o Secara estetik kurang baik
C. Keuntungan dari penggunaan Thin STSG yaitu :
o Vaskularisasi lebih mudah terjadi dan transplatasi lebih bertahan lama
o Penyembuhan daerah donor lebih cepat terjadi dan bisa digunakan
kembali dalam waktu singkat, sekitar tujuh sampai sepuluh hari.
D. Kerugian dari penggunaan Thin STSG yaitu :
o Kecendrungan untuk terjadi kontraksi lebih besar
o Kurang menyamai tekstur kulit asli
E. Keuntungan Thick STSG yaitu :
o Lebih sedikit terjadi kontraksi, lebih tahan terhadap trauma
o Lebih menyamai seperti kulit normal
F. Kerugian dati Thick STSG yaitu :
o Vaskularisasi lebih sedikit
o Penyembuhan daerah donor lebih lambat, sekitar sepuluh sampai
delapan belas hari
Untuk mengambil STSG dari tempat donor dilakukan dengan menggunakan :
Pisau/Blade : semua pisau yang tajam, tipis dan rata
Pisau khusus :ketebalan graft yang diambil dapat diatur dan merata
(Humby, Braithwaite, Bodenham, Watson )
Dermatome : Dermatome tangan, dermatome listrik dan tekanan
udara(13,17)
2. Full Thickness Skin Graft (FTSG)
FTSG sering dijumpai sebagai tindakan defenitif untuk memperbaiki
kerusakan pada kulit wajah. Hal ini disebabkan karena kecendrungan kontraksi
lebih kecil, resistensi terhadap trauma lebih besar. Akan tetapi jumlah dan
ukuran donor sangat terbatas. Derah donor FTSG meliputi kepala dan leher,

5
retroaurikuler, supraklavikuler, dapat pula diambil dari daerah abdomen atau
paha. (6)
Penggunaan FTSG diindikasikan pada defek dimana jaringan
disebelahnya tidak bebas, juga digunakan jika jaringan disebelahnya memiliki
lesi premaligna atau maligna dan menghalangi penggunaan flap. Lokasi yang
sering digunakan pada FTSG yaitu ujung hidung, dahi, kelopak mata, kantus
medial, konka dan jari.
Keuntungan dari penggunaan FTSG yaitu :
o Kecendrungan untuk terjadinya kontraksi lebih kecil
o Kecendrungan untuk terjadinya berubah warna lebih kecil
o Kecendrungan permukaan kulit mengkilat lebih kecil
o Secara estetik lebih baik dari STSG
Kerugian dari penggunaan FTSG yaitu :
o Kemungkinan take lebih kecil dibanding dengan STSG
o Hanya dapat menutup defek yang tidak terlalu luas
o Donor harus dijahit atau ditutup oleh STSG bila luka donor agak luas
sehingga tidak dapat ditutup primer’
o Donor terbatas pada tempat-tempat tertentu
Teknik mengerjakan FTSG yaitu pertama-tama dibuat patron dari
defek yang ada dari kasa kemudian dibuat desain pada daerah donor.
Kemudian dilakukan penyuntikan NaCl 0,9% atau lidokain dicampur adrenalin
1:200.000. Kemudian dilakukan insisi sesuai desain sampai sedalam epidermis.
Dilakukan pemisahan dermis dengan subkutis, keadaan kulit dalam keadaan
tegang. Setelah kulit didapat dilakukan pembuangan jaringan lemak yang ikut
terangkat. (4,5,6,24)
D. INDIKASI SKIN GRAFT
Indikasi dari pemasangan skin graft adalah:
1. Luka yang luas
2. Luka bakar
3. Operasi yang membutuhkan skin graft untuk penyembuhan
4. Area yang pernah terinfeksi dengan skin loss

6
5. Kosmetik dan pembedahan rekonstruksi
Skin-thickness skin graft digunakan untuk setiap luka yang tidak dapat
ditutup secara primer. Full-thickness skin graft digunakan jika banyak kulit
yang hilang seperti pada fracture terbuka pada tungkai bawah. (18,19,20,26)

E. TEKNIK DAN ALAT-ALAT SKIN GRAFT


a. Split Thickness Skin graft

 Jika ada defek yang mau dikoreksi dengan STSG, ukuran lesi diukur
dengan tepat, bisa juga sutura (jahitan) dilakukan untuk mengecilkan size
defek supaya donor STSG juga diminimalisirkan.
 Area donor yang bagus seperti anterior-lateral atau medial paha, pantat,
atau aspek medial dari tangan.Untuk defek yang lebih besar, STSG donor
haruslah permukaan yang rata.
 Pemilihan daerah donor tergantung besarnya defek harus area yang bisa
tertutupi pakaian dan mudah untuk terapinya pasca donor
 Langkah awal yaitu daerah donor dianestesi lokal dengan/ tanpa epinefrin
dan bisa dikembungkan untuk pengangkatan
 Alat-alat yang digunakan untuk STSG adalah Freehand dermatom,
powered dermatom.razor blade, pisau bedah biasa (no.22) atau pisau
humby.
 Powered dermatom dipakai untuk STSG dengan daerah yang lebih luas
karena ketebalan graft yang diambil harus sama.
 Setelah pemilihan alat yang sesuai lokasi donor dibersihkan dengan NaCl
 Dimulai dengan melukis “sterile tongue depressor” diarea donor
didepan surgeon, tepatnya didepan permukaan dipotong dermatom
(alat pemotong kulit) untuk menyediakan permukaan yang rata.
 Kadang bisa dipakai oPSite agar memudahkan masalah jaringan
graft

7
 Kemudian surgeon mengarahkan dermatom dengan tahanan yang
tetap pada permukaan kulit dengan sudut 300- 45o .Gerakan
dermatom harus dalam arah “taking off”/ landing pesawat.
 Graft kemudian diambil dengan hati-hati dan diletakkan dalam
NaCl yang steril.
 Tahap selanjutnya graft bebas dimodifikasi surgeon. Graft diletakkan hati-
hati pada area yang terbuka untuk ditutup dengan well-padded dressing,
staples atau beberapa stitches kecil. Bila resipen luas, dapat dibantu
dengan membuat lubang-lubang pada graft seperti jala (mesh graft). Area
donor ditutup dengan dressing nonaderen steril selama 5-7 hari untuk
mencegah infeksi. Kulit yang di graft ditekan mengikuti ratio yang
butuhkan. (23)
 Bolster (bantalan) bisa diberi pada graft supaya meminimalkan daya tarik
dan menjaga kelembaban graft. Jika boster digunakan atau staples
keduanya bisa di aff setelah 7-10 hari. Pada keadan tertentu, transplantasi
dan harvest bisa ditunda 2-3 minggu supaya jaringan bisa bergranulasi
terutama untuk transplantasi pada jaringan yang avaskuler.
 Skin graft biasanya sembuh dengan sedikit skar dan biasanya terlihat
seperti kulit normal disekitarnya. (12,16,17,23)

8
Gambar 2
Split Thickness Skin graft
b. Full Thickness Skin Graft
 Jika yang dipakai adalah teknik FTSG, pilih daerah yang bebas dari lesi
maligna dan pre malignant yang mempunyai warna, tekstur dan kualiti
sebasea yang mirip dengan area defek.
 Lokasi yang sering jadi donor adalah kelopak mata, daerah nasolabial, pre
auricular, post auricular, concha, supra clavicula, axillaris, antecubital, dan
lipatan inguinal. Lokasi lain yang bisa digunakan adalah kulit yang
berlebih dibuang pada rencana rekonstruksi .
 Seperti halnya STSG, diukur tepat sutura sutura “tali pusse” disekitar area
defek bisa meminimalkan ukuran graft yang bakal diambil untuk reparasi
defek. Kadang dipakai tempelete dilokasi defek seperti gauze telfa yang
ditransfer ke lokasi donor.
 Eksisi daerah donor sesuai dengan pola yang telah digambar dengan
ketebalan tepat diatas jaringan lemak didaerah dermal subdermal junction.
 Dilakukan pembuangan jaringan lemak yang ikut terangkat dengan
gunting.
 Defek daerah donor ditutup dengan menggunakan undermining pada tepi
luka dan sedapatnya ditutup secara primer tanpa ketegangan.
 Penutupan defek pada daerah resipen dilakukan setelah prosedur
hemostatis sempurna.
 Untuk lebih menjamin kontak skin graft dengan resipen, ditambah jahitan
kasur diatas skin graft.

9
 Untuk mencegah hematoma/seroma, dibuat sayatan kecil multiple pada
skin graft.
 Graft yang ditempel dijahit, ditutup dengan kasa tebal dan dilakukan tie
over.
 Setelah dibalut, dipasang perban elastik. (6,11,12,13)

Gambar 3. Full Thickness Skin Graft

10
C. Alat-alat Skin Graft

Graft-meshing machine Operated Padgett dermatome

Davol dermatome Weck Knives

Gambar 4. Alat-alat Skin Graft

F. PENEMPELAN SKIN GRAFT


Teknik penempelan skin graft pada STSG dan FTSG adalah sama.
Sebelum penempelan graft pada daerah resipien haus dilakukan hemostasis
dengan baik sehingga dipermukaan resipien bersih, tidak ada pendarahan atau
bekuan darah. Kemudian dilakukan penjahitan interrupted disekeliling graft.
Jahitan dimulai dari graft ketepi luka resipien. (22)
Diatas kulit ditutupi tulle, dilapisi kasa lembab NaCl 0,9% dan
selanjutnya kasa kering steril. Dibuat lubang kecil diatas skin graft untuk
jalan keluar darah yang ada. Kemudian dilakukan irigasi untuk membuang
sisa bekuan darah dibawah graft dengan spoit berisi NaCl 0,9%. Untuk
membantu keberhasilan tindakan, dilakukan balut tekan dengan

11
menggunakan verbal elastic. Pada daerah yang tidak memungkinkan dipasang
verban elastic seperti muka atau leher, maka untuk menjamin fiksasi perlu
dilakukan tie over yaitu saat penjahitan skin graft beberapa simpul disisakan
panjang untuk fiksasi. (25,27)
Masa pemulihan dari skin graft pada umumnya cepat. Yang perlu
diperhatikan yaitu daerah luka harus dilindungi dari trauma atau peregangan
selama 2-3 minggu. Tergantung pada penempatan dari skin graft, suatu
penutup luka mungkin perlu untuk 1-2 minggu. FTSG memerlukan periode
kesembuhan lebih panjang, dimana dalam banyak kasus memerlukan
perawatan dirumah sakit selama satu sampai dua minggu. (27)

Gambar 5. Pengambilan kulit untuk Skin Graft

Gambar 6. Pengambilan kulit dengan alat dermatome

12
Gambar 7. Arm Graft
G. FASE PENYEMBUHAN SKIN GRAFT SECARA FISIOLOGIS
Terdapat dua tahap pemulihan skin graft yaitu :
1. Imbibisi plasmic (24-48 jam pertama setelah graft)
Dalam proses ini, jaringan donor akan mendapatkan nutrisi melalui
penyerapan plasma dari kulit dibawahnya melalui kapiler-kapiler, sehingga
STSG dikatakan memiliki kemungkinan berhasil yang lebih besar karena
cairan plasma yang diserap lebih efektif.
2. Fase penyembuhan/inokulasi (48-72 jam sampai 1 minggu setelah graft)
Kelenjar limfe akan terbentuk pada jaringan graft kira-kira 1 minggu,
dan reinervasi graft akan mulai pada minggu-minggu pertama. Proses
revaskularisasi skin graft sebagai berikut:
a. Hubungan anastomose langsung antara graft dengan pembuluh darah
resipen (autoinokulasi)
b. Pertumbuhan dari pembuluh darah resipie ke dalam saluran endothelial
graft.
c. Penetrasi pembuluh darah baru ke dalam dermis graft. (9,10)
H. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL SKIN GRAFT
Pasien yang mempunyai risiko mengalami komplikasi selama operasi
skin graft diantaranya :
 Usia lanjut ( > 60 tahun ) atau bayi baru lahir
 Merokok

13
 Penderita penyakit kronis
 Menggunakan obat hipertensi, insulin, relaksan otot(10)

Gambar 8. Skin Graft pada pasien berusia lanjut


Faktor – Faktor Penyebab Kegagalan Skin Graft
 Hematoma
Hematoma dapat menghalangi proses revaskularisasi. Untuk mencegah
hematoma dapat dipakai metode mesh grafting dengan membuat insisi kecil
ultiple dengan jarak teratur untuk drainase darah atau eksudat dan juga
untuk memperluas kulit.
 Faktor mekanik, berupa kegagalan imobilisasi sehingga skin graft bergeser
dan revaskularisasi tidak terjadi.
 Infeksi
 Tekhnik yang salah, diantaranya adalah :
- Menempelkan skin graft pada daerah yang masih berepitel
- Skin graft terbalik
- Skin graft terlalu tebal
Jika skin graft dapat bertahan dalam waktu 72 jam tanpa ada infeksi
maka umumnya tidak akan ada reaksi penolakan dan umumnya skin graft dapat
berhasil. (9,10)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Skin Graft
Suksesnya transplantasi dari suatu tindakan Skin Grafting berhubungan
dengan take dari graft tersebut. Take dari graft tergantung dari :
1. Vaskularisasi yang adekuat

14
Suatu skin graft memerlukan aliran darah yang adekuat dari daerah
resipien untuk dapat bertahan hidup. Skin Graft yang dilakukan pada daerah
resipien yang kaya akan pembuluh darah mempunyai kemungkinan untuk take
yang lebih besar. Aliran darah dari daerah resipien ke graft kemudian akan
melewati fase imbibisi plasmic, inoskulasi, hingga akhirnya terbentuk bridging
pembuluh darah yang baru ke graft. Untuk itu, hal-hal yang menghalangi aliran
darah ke graft seperti jaringan granulasi harus disingkirkan terlebih dahulu. (9,10)
2. Kontak yang baik antara skin graft dengan daerah resipien
Agar proses pembentukan bridging pembuluh darah yang baru dari
daerah ke graft dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan kontak yang baik
antara skin graft dengan daerah resipiennya. Untuk itu yang harus diperhatikan
adalah tekanan yang adekuat pada graft, ada tidaknya kumpulan cairan antara
graft dengan resipien, dan pergerakan antara graft dengan resipiennya.
 Tekanan yang adekuat
Tekanan yang adekuat dapat dicapai dengan melakukan fiksasi
yang baik yaitu dengan penjahitan interuptus dipinggir kemudian
dilanjutkan dengan beberapa jahitan kasur diatas skin graft untuk
menjamin kontak dan mencegah pergeseran. Penjahitan yang terlalu
longgar akan menyebabkan bergesernya graft sehingga tidak dapat
terbentuk bridging pembuluh darah yang baru. Sedangkan penjahitan yang
terlalu kuat akan menyebabkan tarikan yangkemudian akan merusak graft
itu sendiri. (1,13,24)
 Mencegah timbunan cairan antara graft dengan resipien
Darah, serum dan bahan purulen akan memisahkan graft dari
resipiennya, menghalangi vaskularisasi sehingga akan menghalang take
dari skin graft tersebut dan menyebabkan kegagalan graft. Perdarahan
yang terjadi pada proses penempelan graft biasanya akan berhenti sendiri
dalam 5-10 menit, sehingga sebelum operasi dilanjutkan, harus dilakukan
evakuasi terhadap bekuan darah yang mungkin terjadi. Bila dicurigai akan
adanya seroma, hematoma atau pus di bawah kulit, sebaiknya dalam 24-48
jam dilakukan pengamatan skin graft. Seroma, hematoma atau bekuan

15
darah harus segera di evakuasi dengan melakukan insisi kecil pada graft
tepat di atas seroma, hematoma atau bekuan darah tersebut, selanjutnya
dilakukan pembalutan lagi. Perawatan dan penggantian pembalut
dilakukan tiap hari sampai seroma, hematoma dan bekuan darah tidak ada
lagi di bawah skin graft. (27)
 Imobilisasi yang baik
Adanya pergerakan antara graft dengan daerah resipien akan
menghancurkan bridging kapiler yang baru sehingga mengalami
terbentuknya vaskularisasi graft. Untuk menjaga agar tidak terjadi
pergerakan antara graft dengan resipien dapat digunakan spalk untuk
daerah ekstrimitas, leher dan aksila, untuk melindungi skin graft dari
gerakan-gerakan tubuh yang dapat merusak skin graft serta mencegah
kontraksi yang terjadi karena posisi anatomis. Pada daerah wajah,
imobilisasi dapat dilakukan dengan balutan tie over. (9,25)
3. Tidak adanya infeksi
Sukses tidaknya penutupan luka tergantung pada ada tidaknya infeksi
luka. Infeksi luka ditentukan oleh keseimbangan antara daya tahan luka dan
mikroorganismenya. Bila jumlah mikroorganismenya lebih dari 104 / gram
jaringan, maka resiko infeksi adalah sebesar 89%. Skin graft yang dilakukan
pada jaringan yang mengandung lebih dari 105/gr jaringan akan selalu gagal.
Streptococcus beta hemolyticus masih dianggap sebagai faktor infeksi yang
menyebabkan kegagalan skin graft. Demam yang tidak tinggi disertai adanya
bau atau kemerahahn pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan hari ke-4
pasca bedah apalagi bilai disertai rasa nyeri yang semakin bertambah akan
lebih menyokong adanya infeksi pada daerah operasi. Pada pasien dibetes atau
mereka yang mendapat terapi imunosupresan lebih mudah mendapatkan
infeksi. Pencegahan infeksi dilakukan dengan kompres NaCl 0.9% dan
memberikan antbiotik yang sesuai dengan mikroorganisme yang dapat merusak
graft. (23,25,27)

16
Tabel 1. Faktor yang mempengaruhi graft survival (9)
H. PERAWATAN SKIN GRAFT PADA DONOR DAN RESIPEN
a. Daerah resipen
Bila diyakini tindakan hemostatis daerah resipen telah dilakukan
dengan baik dan fiksasi skin graft telah dilakukan dengan baik, balutan dibuka
hari ke-5 untuk mengevaluasi hasil dari skin graft dan benang fiksasi/jahitan
dicabut. (9)
Skin graft take yang dimaksud adalah terjadi revaskularisasi dimana
skin graft memperoleh cukup vaskularisasi untuk hidup seperti parasit ditempat
baru. Apabila baik dilakukan perawatan tiap 2-3 hari. Disarankan pada
penderita tindakan skin graft diekstremitas tetap memakai pembalut elastik
sampai pematangan graft kurang 3-6 bulan. (10)
Bila diduga akan adanya hematoma atau bekuan darah dibawah kulit
sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft. Karena bila
terjadi seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah skin graft akan
mengurangi kontak skin dengan resipen sehingga akan menghalangi take dari
skin grat tersebut. Pada pengamatan ini dilakukan pembukaan balutan dengan
hati-hati jangan sampai merusak skin graft (terangkat atau tergeser). Seroma,
hematoma atau bekuan darah harus segera dievakuasi dengan melakukan insisi

17
kecil pada skin graft tepat diatas seroma/hematoma/bekuan darah tersebut
selanjutnya dilakukan pembalutan lagi. Perawatan dan pergantian balutan
dilakukan tiap hari sampai seroma/hematoma bekuan darah tidak ada lagi
dibawah skin graft. Bila evakuasi seroma/hematoma/bekuan darah dilakukan
dalam 24 jam pertama, graft masih dapat terjamin take 100%. Infeksi pada skin
graft tidak akan menimbulkan kenaikan suhu badan dalam 24 jam pertama
pasca bedah. Demam yang tidak tinggi disertai adanya bau atau kemerahan
pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan ke-4 pasca bedah. (10)
b. Daerah donor
Pada donor split thickness skin graft balutan luka dibuka setelah
proses epitelisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi.
Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi untuk thin split
thickness skin graft 7- 9 hari, intermediate split thickness skin graft 10 – 14
hari sedangkan thick split thickness skin graft memerlukan 14 atau lebih.
Perawatan split thickness skin graft secara umum diambil rata-rata 14 hari.
Balutan dibiarkan sekitar 14 hari kecuali bila balutan kotor diganti bagian
luarnya saja. Balutan pada donor biasanya melekat erat dengan kulit. Saat
melepas balut/tulle harus hati-hati dan jangan dipaksa. Bila balutan masih
melekat erat tidak diangkat. Hal yang terbaik balutan dapat terpisah/terlepas
spontan. Bagian yang masih melekat dibiarkan sampai dapat terlepas sendiri
karena telah terjadi epitelisasi bila pelepasan balut/tulle dipaksa akan berdarah
disertai rasa nyeri, ini merusak proses epitelisasi dan penyembuhan akan
bertambah lama. (10)

18
Gambar 10. Bagian tubuh yang sering digunakan untuk donor skin graft

Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka jahitan
biasa yaitu hari ke-3 kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat diangkat atau bila
diyakini hasil tindakan tidak akan timbul masalah control dapat langsung hari
ke-7. Pada donor full thickness skin graft yang tidak dapat ditutup primer,
dilakukan penutupan dengan split thickness skin graft, perawatannya seperti
perawatan luka split thickness graft. (9,10,14)

KOMPLIKASI
Komplikasi yang umumnya terjadi dari tindakan skin graft antara lain :
 Perdarahan
Graft yang tidak dipasang secara proper mencegah perlekatan fibrosa
dan revaskularisasi sehingga akhirnya dapat menyebabkan perdarahan dari
rusaknya jaringan vaskular yang ada di bawahnya. (18)

 Infeksi
Bila lokasi donor memiliki lebih dari 1 x 105 mikroorganisme, maka
graft akan sulit menempel dan dapat berpotensi terjadi infeksi dan dapat
pula mengakibatkan sepsis. (18,20)

19
 Hematoma atau seroma
Adanya cairan baik hematom maupun seroma sehingga graft sulit
menempel pada resipien. Hal ini dapat dicegah dengan penggunaan
mesh atau pembuatan insisi multipel sehingga terjadi drainase dan graft
dapat diperlebar sehingga dapat menutup defek yang lebih luas.Namun
insisi ini memberikan hasil yang kurang estetik, terutama didaerah wajah.
(20)

 Kontraktur
Teknik operasi yang kurang baik serta proses penyembuhan luka yang
kurang sempurna dapat mengakibatkan kontraktur. Kontraktur akan lebih
rentan terjadi apabila penanaman graft pada persendian. (18)
 Penyembuhan yang tidak sesuai dengan tekstur, warna atau topografi

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Shimizu R, Kishi K. Skin graft. Plastic Surgery International.2011, Volume


Article ID 563493

2. Wood BC. "Skin Grafts." eMedicine , 3 Mei 2012 [diakses 17 Maret


2015]. http://emedicine.medscape.com/article/1295109-overview.

3. Grande DJ. "Skin Grafting." eMedicine , 18 Juni 2013 [diakses 17 Maret


2015]. http://emedicine.medscape.com/article/1129479-overview.

4. Llanos S, Danilla S, Barraza C, et al., Effectiveness of Negative Pressure


Closure in the Integration of Split Thickness Skin Grafts. Ann Surg.2006;
244: 700–705

5. Webster J, Stankiewicz M, Scuffham P, Chaboyer WP, Sherriff KL.2011.


Negative pressure wound therapy for skin grafts and surgical wounds
healing by primary intention (Protocol). Cochrane Database of
Systematic Reviews 2011, Issue 8. Art. No.: CD009261. DOI:
10.1002/14651858.CD009261.

6. Dimitropoulos V, Bichakjian CK, Johnson TM. 2005. Forehead Donor Site


Full-Thickness Skin Graft. Dermatol Surg 2005;31:324–326

7. Sander EA, Lynch KA, Boyce ST. Development of the mechanical


properties of engineered skin substitutes after grafting to full-thickness
wounds. British Journal of Biomechanical Engineering. 2014.
136(5):051008.

8. Zheng Z, Michiniak-Kohn BB. Tissue engineering human skin equivalent.


Pharmaceutics 2012, 4, 26-41
9. Suvarna M, Sivakumar, Niranjan UC. Classification methods of skin burn.
International Journal of Computer Science & Information Technology
(IJCSIT) Vol 5, No 1, February 2013

21
10. Afzali B, Lechler R, Lombardi G. 2010. Graft Rejection: Immunological
Suppression. In: Encyclopedia of Life Sciences (ELS). John Wiley &
Sons, Ltd: Chichester. DOI: 10.1002/9780470015902.a0001231.pub2

11. Orgill DP. Excision and Skin Grafting of Thermal Burns. N Engl J Med
2009;360:893-901.

12. Semer NB. 2001. Practical plastic surgery for nonsurgeons. Philadelpia:
Hanley & Belfus.

13. Robinson JK, Hanke W, Sangelmann RD, Siegel DM. 2005. Surgery of the
skin: procedural dermatology. St. Louis, MO: CV Mosby

14. Heng MCY. Utilizing free skin grafts in the repair of surgical wounds.
Journal of Cosmetics, Dermatological Sciences and Applications, 2012,
2, 201-211

15. Blackstone BN, Powell HM. Morphogenesis and biomechanics of engineered


skin cultured under uniaxial strain. Advances in Wound Care. 2012.
volume 1, number 2

16. Cohen M (ed). 1994.Mastery of Plastic and Reconstructive Surgery. Boston:


Little Brown

17. Llanos S, Danilla S, et.al., Effectiveness of negative pressure closure in the


Integration of split thickness skin grafts: a randomized, double-masked,
controlled trial. Annals of Surgery .2006. Volume 244, Number 5
18. Vistnes L. 1977. Grafting of Skin. In : The Surgical Clinics of North
America. Vol 57. Editor : Hugh A. Johnson. Philadelphia : WB Saunders
Company,.

19. Chase CA.1973. Altas of Hand Surgery.Philadelphia, W.B. Saunders

20. World Health Organization. 2007. Management of burns. WHO Surgical


Care at the District Hospital

22
21. Cell biology lab histology/tissues Study Guide faculty [online]. [diakses 17
Maret 2015] Available from URL : tamu-commerce.edu/fmiskevich.

22. Reus WF, Mathes SJ: Wound closure. In Jurkeiwicz MJ, Krizek TJ, Mathes
SJ, Ariyan S (eds): Plastic Surgery: Principles and Practice. St. Louis,
Mosby, 1990, pp 20–22.

23. Miller T. 1988. Basic Principles of Surgery. In: Plastic Surgery Volume I.
Editors : William C. Grabb, James W. Smith. Boston: Little, Brown &
co.

24. Edgerton M. 1988. The Art of Surgical Technique. Baltimore: Williams &
Wilkins

25. Revis, Don R., Jr., MD, and Michael B. Seagal, MD. "Skin Grafts, Full-
Thickness." eMedicine , 6 Juni 2012 [diakses 17 Maret
2015]. http://www.emedicine.com/ent/topic48.htm .

26. Renz EM, Cancio LC. 2010. Acute burn care. United States Army

27. Christensen D, Christopher Arpey, Duane C. Whittaker.2005. Skin grafting.


In : Surgery of the Skin – Procedural Dermatology. 1St published.
Editors: June K. Robinson et all. Philadelphia : Elsevier Mosby

23

Vous aimerez peut-être aussi