Vous êtes sur la page 1sur 5

Citra Bella Ismawarti (6130017044)

2. Sifat Biakan Acinetobacter Baumanii


Karakteristik biokimia yang mengindikasikan Acinetobacter di antaranya adalah bakteri ini
bersifat obligat aerob, tidak memfermentasi laktosa, uji oksidase negatif, katalase positif, nitrate
negatif, dan bersifat non motil. Beberapa karakteristik biokimia yang dapat diuji untuk membantu
membedakan Acinetobacter dari bakteri Gram negatif oksidase negatif lainnya dapat dilihat pada
tabel 1. Acinetobacter relatif tidak reaktif terhadap banyak uji biokimia yang digunakan untuk
membedakan bakteri Gram negatif. Identifikasi Acinetobacter pada laboratorium mikrobiologi
klinik umumnya berupa salah satu dari tiga kelompok berikut, yaitu [1]. Acinetobacter
calcoaceticus-baumaniii complex (jika koloni bersifat non hemolitik dan mengoksidasi glukosa),
[2]. Acinetobacer lwoffii (non hemolitik, tidak mengoksidasi glukosa), [3]. Acinetobacter
haemolyticus (hemolitik)
Faktor Virulensi
Faktor virulensi yang dimiliki oleh Acinetobacter seperti Toxic Slime Polysaccharides, Verotoxin,
Siderophore, Outer Membrane Protein (OMP), Outer Membrane Vesicles (OMV), Hydrolytic
Enzymes dan Quorum Sensing (QS).
1. Toxic Slime Polysaccharides
Struktur : Toxic slime polysaccharides tersusun dari D-glucuronic acid, Dmannose, L-
ramnose, dan D-glucose.
Mekanisme : [1]. Slime polysaccharides bersifat toksik terhadap neutrofil di mana zat ini
menghambat migrasi serta fagositosis oleh neutrofil. [2].Slime polysaccharides
memberikan karakteristik surface hydrophobicity pada Acinetobacter. Surface
hydrophobicity ini memungkinkan Acinetobacter saling melekat satu sama lain dan
melakukan adhesi terhadap sel host maupun permukaan berbahan plastik (kateter, prostese)
sehingga memungkinkan terbentuknya biofilm. Selain itu, sifat surface hydrophobicity ini
juga memproteksi Acinetobacter dari fagositosis.
2. Verotoxin
Struktur :Verotoxin ditemukan pada beberapa A.haemolyticus. Struktur dan komponen
kimia verotoxin yang ditemukan pada A.haemolyticus sama dengan yang
ditemukan/diproduksi oleh E.coli dan bakteri lainnya. A.haemolyticus diperkirakan
mendapatkan gen verotoxin ini melalui horizontal gene transfer pada usus.
Mekanisme :Verotoxin tergolong dalam subfamily protein khusus, yaitu RNA
Nglycosidase yang berefek pada ribosome machinery dan menghambat sintesis protein.
Verotoxin berkaitan dengan kejadian bloody diarrhea. Karena itu surveilans intensif
terhadap adanya verotoxin-producing A.haemolyticus di lingkungan merupakan hal yang
sangat penting dilakukan sebagai upaya kontrol proaktiv.
3. Siderophore
Struktur : Siderophore tersusun dari amin histamine yang terbentuk dari hasil
dekarboksilasi histidin.
Mekanisme : Salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri adalah
dengan menurunkan konsentrasi besi bebas ekstraseluler melalui ikatannya dengan protein
pengikat besi (lactoferrin) atau dengan transfer. Konsentrasi normal besi bebas dalam
tubuh adalah 10-8 M, sementara konsentrasi besi yang diperlukan untuk pertahanan hidup
bakteri adalah 10-6. Dalam hal ini bakteri (Acinetobacter) memenuhi kebutuan besinya
dengan cara mengikat besi eksogen dengan menggunakan siderophore (disebut juga
acinetobactin).
4. Outer Membrane Protein (OMP)
Mekanisme : Beberapa OMP yang telah berhasil dikarakterisasi dari bermacammacam
strain Acinetobacter adalah OMP yang tergolong dalam family OmpA. Acinetobacter
dikelilingi oleh OmpA yang akan berikatan dengan sel eukariotik dan bertranslokasi ke
nukelus untuk selanjutnya memicu apoptosis sel. Selain itu OmpA menstimulasi ekspresi
gen gastrin dan interlukin B.
5. Outer Membrane Vesicles (OMV)
Struktur : OMV adalah nanovesicles bulat dengan diameter 20-200 nm yang berisi
lipopilisakarida, OMP, lipid, dan DNA atau RNA.
Mekanisme : OMV yang terdapat pada permukaan Acinetobacter berperan dalam adhesi
ke sel host dan internalisasi komponen vesicular ke sel host. Secreted OMV berperan dalam
quorum sensing Acinetobacter, transport faktor virulensi, inhibisi maturasi fagosom pada
makrofag, pembentukan biofilm dan transfer gen. Dengan kata lain, OMV dapat berperan
sebagai „kendaraan‟ untuk mentransport faktor virulensi secara langsung ke sel host.
Selain itu, OMV juga dapat terlibat dalam transfer materi genetik di antara spesies bakteri
yang sama, termasuk transfer gen penyandi resistensi antibiotik. Materi genetik yang
terkandung dalam OMV akan terproteksi dari efek nuclease. Pada Acinetobacter
baumannii telah ditemukan OMV yang membawa plasmid yang berisi gen penyandi
resistensi terhadap carbapenem (blaOXA-24) dan dapat ditransfer di antara strain
A.baumannii yang berbeda.
6. Hydrolytic Enzymes
Struktur : Enzim hidrolitik yang dimiliki A.baumannii dan berperan sebagai faktor
virulensi adalah Phospholipase D dan phospholipase C.
Mekanisme : Phospholipase D pada A.baumannii berperan dalam invasi sel epitel dan
proliferasi bakteri pada serum host. Phospholipase C berperan dalam meningkatkan
toksisitas sel epitel oleh A.baumannii.
7. Quorum Sensing (QS)
Mekanisme : Bakteri menguraikan sinyal kimia yang disekresikan olehnya untuk tujuan
komunikasi interseluler dan adaptasi lingkungan. Kemampuan bakteri untuk memonitor
densitas sel sebelum mengekspresikan fenotip disebut “quorum sensing”. Molekul sinyal
QS mempengaruhi pembentukan biofilm yang merupakan faktor virulensi yang penting
untuk survival dan resistensi antibiotik pada Acinetobacter baumannii.

DAFTAR PUSTAKA
1. Garrity, G.M., Bell, J.A., Lilburn, T.G. 2004. Taxonomic Outline of the Prokaryotes,
Bergey‟s Manual of Systematic Bacteriology, 2nd Edition.
DOI:10.1007/bergeysoutline200405. New York: Springer.
2. Versalovic, J., Carrol, K.C., Funke, G., Jorgensen, J.H., Landry, M.L., Warnock, D.W.
2011. Manual of Clinical Microbiology, 10th Edition. Washington DC : ASM Press.
3. Mahon, C.R., Lehman, D.C., Manuselis, G. 2015. Textbook of Diagnostic Microbiology.
5 th Edition. China : Elsevier, Saunders
4. Ryan,K.J., Ray,C.G. 2014. Sherris Medical Microbiology. 6th Edition. New York:
McGraw-Hill Education.
5. Doughari, H.J., Ndakidemi,P.A., Human, I.S., Benade, S. 2011. The Ecology, Biology and
Pathogenesis of Acinetobacter spp.: An Overview, Minireview, Microbes and
Environment, Vol. 26, No. 2, 101-112. Available online at :
https://www.jstage.jst.go.jp/article/jsme2/26/2/26_ME10179/_pdf
6. Bèrèzin, E.B., Towner,K.J. 1996. Acinetobacter spp. as Nosocomial Pathogens:
Microbiological, Clinical, and Epidemiological Features. Clinical Microbiology Review,
Vol. 9, No.2, pp.148-165. Available online at :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC172888/pdf/090148.pdf
7. Winn, W., Allen, S., Janda, W., Koneman, E., Procop, G., Schreckenberger, P., Woods, G.
2006. Koneman‟s Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology. USA: Lippincott
Williams & Wilkins.
8. Constantiniu, S., Romaniuc, A., Iancu, L.S., Filimon, R., Taraşi, I. 2004. Cultural and
Biochemical Characteristics of Acinetobacter spp. Strains Isolated From Hospital Units.
The Journal of Preventive Medicine, 12 (3-4): 35-42. Available online at:
http://www.jmpiasi.ro/2004/12%283-4%29/5.pdf
9. Roca, I., Espnal, P., Farrès, X.V., Vila,J. 2012. The Acinetobacter baumannii Oxymoron:
Commensal Hospital Dweller Turned Pan-Drug-Resistant Menace. Frontiers in
Microbiology, Review Article, doi: 10.3389/fmicb.2012.00148. Available online at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3333477/pdf/fmicb-03-00148.pdf
10. http://www.medical-labs.net/acinetobacter-1839/ 11. Bennett JE, Dolin R, Blaser MJ. 2015.
Mandell, Douglass, and Bennett‟s Principles and Practice of Infectious Diseases. 8th
Edition. Canada : Elsevier, Saunders.

Vous aimerez peut-être aussi