Vous êtes sur la page 1sur 13

MAKALAH BAHAN KONSTRUKSI DAN KOROSI

THERMAL PROPERTIES

DISUSUN OLEH :

 IRMA KURNIA SARI (122017001)


 AJIE SATRIO (122017002)
 INTAN VANDINI (122017021)
 WILDA ARDANELLA (122017024)
 VERA AISYAH SITANGGANG (122017026)
 M. ADI PUTRA FIRDAUS (122017064)

DOSEN PEMBIMBING : Ir. ERNA YULIWATI M.T,Ph.D

KELAS : III A

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur tercurah kepada Allah SWT atas taufik, hidayah, berkat dan
rahmat-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan
kita Rasulullah SAW, keluarganya, sahabatnya serta para pengikutnya hingga
akhir zaman.

Bahan kontribusi dan korosi ini adalah mata kuliah dengan bobot 2SKS
yang terdapat pada mata kuliah Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Palembang.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dosen pembimbing

2. Semua pihak

Palembang, 28 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................... ................................................1


A. Latar Belakang..............................................................................................1
B Rumusan Masalah ..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah.............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................

1.1 Pengertian Sifat Termal .................................................................................


1.2 ................................................................................................

1.3 ..........................................................................
1.4 ..............................
1. 5..............................................................
1.6 .........................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Thermal Properties mengacu pada respon bahan terhadap aplikasi dari


suatu panas. Hal ini menyebabkan serapan energi dalam bentuk panas pada
padatan, kenaikan suhu dan peningkatan dimensi. Energi dapat mengalami
transfer apabila terjadi perbedaan gradien suhu, sehingga lama kelamaan akan
membuat suatu spesimen dapat meleleh. Sifat lain yang mempengaruhi suatu
padatan adalah heat capacity , thermal expansion, dan thermal conductivity.

B. Rumusan Masalah
1. Apa arti Sifat Termal?
2. Apa saja Jenis - jenis dari sifat termal ?
3. Bagaimana aplikasi dari sifat termal ?
4. Apa contoh kasus dari sifat termal ?

C. Tujuan
1. Mengetahui arti Sifat termal
2. Mengetahui jenis-jenis dari sifat termal
3. Mampu menyelesaikan masalah terhadap kasus yang ada dari sifat termal
tersebut
4. Meningkatkan pemahaman mahasiswa dan mampu menerapkannya
dikehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Pengertian Sifat termal

Sifat termal bahan dikaitkan dengan yang dinamakan perpindahan kalor.


Sifat thermal ,yaitu tanggapan material terhadap penambahan energi secara
thermal (pemanasan). Sejumlah energi bisa ditambahkan ke dalam material
melalui pemanasan, medan listrik,medan magnit, bahkan gelombang cahaya
seperti pada peristiwa photo listrik yang telah kita kenal.Tanggapan padatan
terhadap macam-macam tambahan energi tersebut tentulah berbeda. Pada
penambahan energi melalui pemanasan. Misalnya,tanggapan padatan
termanifestasikan mulai dari kenaikan temperatur sampai pada emisi thermal
tergantung dari besar energi yang masuk .

Pada peristiwa photolistrik tanggapan tersebut termanifestasikan sebagai


emisi elektron dari pemukaan metal tergantung dari frekuensi cahaya yang kita
berikan,yang tidak lain adalah besar energi yang sampai ke permukaan metal.

Dalam padatan tergantung dua kemungkinan penyimpanan energi thermal,


yang pertama adalah penyimpanan dalam bentuk vibrasi atom / ion di sekitar
posisi kesetimbangannnya,dan yang kedua berupa energi kinetik yang dikandung
oleh elektron bebas.Ditinjau secara makroskopis, jika suatu padatan menyerap
panas maka energi internal yang ada dalam padatan meningkat yang diindikasikan
oleh kenaikan temperaturnya. Koefisien daya hantar berlainan dengan koefisien
muai panas ,walaupun keduanya dipengaruhi oleh suhu . Naiknya suhu suatu
bahan / material ,maka akan mengakibatkan perubahan susunan atom yang
mengiringi pencairan dan pengaturan kembali susunan ato-atom yang diakibatkan
perubahan suhu ,yang pada akhirnya akan mengganggu daya hantar panas bahan
tersebut.

Sifat termal dapat juga didefinisikan sebagai sifat yang menunjukkan respon
material tarhadap panas yang diterima suatu bahan / material.Untuk mengetahui
sifat termal suatu bahan , mak perlu dibedakan anatara temperatur / suhu dengan
kandungan kalor.
Temperatur / suhu adalah tinggi rendahnya (level) termal dari suatu aktivitas,
sedangkan kandungan kalor adalah besarnya energi thermal.

1.2. Kapasitas Panas ( Heat Capacity )

1.2.1. Definisi Kapasitas Panas

Kapasitas panas adalah sifat yang mengidikasikan kemampuan materi nuntuk


menyerap panas. Kapasitas panas adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
meningkatkan temperature padatan sebesar padatan sebesar padatan sebesar satu
derajat K. Konsep mengenai kapasitas panas dinyatakan dengan dua cara yaitu :

a. Kapasitas panas pada volume konstan ,Cv

Dengan E adalah energi internal adatan yaitu total energi yang ada dalam
padatan baik dalam bentuk ibrasi atom maupun energi kinetik elektron bebas.

b. Kapasitas pans pada tekanan konstan , Cp

Dengan H adalah enthalpi. Pengertian enthalpi dimunculkan dalam


termodinamika karena sesungguhnya adalah amat sulit meningkatkan kandungan
energi internal pada tekanan konstan.Jika kita masukkan energi panas ke sepotong
logam ,sesungguhnya energi yang kita masukkan tidak hanya meningkatkan
energi internal melainkan juga untuk melakukan kerja pada waktu pemuaian
terjadi .Pemuaian adalah perubahan volume , dan pada waktu vvolume berubah
dibutuhkan energi sebesar perubahan volume kali tekanan udara luar dan energi
yang diperlukan ini diambil dari energi yng kita masukkan . Oleh karena itu
didefinisikan entalphiguna mempermudah analisis,yaitu :

H = E +Pv

Dengan p adalah tekanan dan V adalah Volume

Jika perubahan volume juga bis a diabaikan maka kapasitas panas pada
tekanan konstan daapat dianggap sama dengan kapasitas panas pad volume
konstan.

1.2.2. Panas Spesifik ( Specific Heat )

Panas specifik adalah kapasitas panas per satuan massa per derajat K ,yang
juga sering dinyatakan sebagai kapasitas panas per derajat K.Untuk membedakan
dengan kapasitas panas yang ditulis dengan huruf besar (Cv danCp),maka panas
spesifik ditulis dengan huruf kecil ( cv dan cp ).

Panas spesifik juga dapat diartikan sebagai jumlah panas yang diperlukan
untuk menaikkan suhu dari suatu bahan bermassa m sebesar satu derajat
dinamakan panas jenis dari bahan tersebut .Sehingga ,jika panas sejumlah Q
ditambahkan ke suatu bahan bermassa m yang mempunyai panas jenis c,
perubhan suhu ∆𝑡 = Tawal – Takhir.

1.3. Pemuaian Termal ( Thermal Expansion )

Suatu benda dapat mengalami muai termal yaitu pemuaian yang dialami
bahan ketika mengalami perlakuan termal.Besarnya pemuaian bahan / material
ditentukan oleh jenis benda,ukuran benda mula-mula ,dan besarnya kalor yang
diberikan .Pemuaian ini dapatbmengakibatkan pertambahan panjang dan
pertambahan volume yang dipengaruhi oleh koefisien muai panjang dan koefisien
muai volume suatu zat. Daya hantar panas ( Thermal conductivity ) merupakan
kemampuan suatu material.atau bahan dalam meneruskan panas,yang biasanya
terjadi pada benda padat dan biasanya terjadi secara konduksi.

a. Koefisien Muai Linier

Peristiwa yang mengikuti penambahan temperatur pada bahan adalah


perubahan ukuran dan keadaannya .Gaya antar atom dipandang sebagai kumpulan
pegas yang menjadi penghubung antar atom bahan. Pada setiap temperature atom
padatan akan bergetar ,kenaikan temperatur akan mengakibatkan penambahn jarak
rata-rata antar atom bahan.Hal ini mengakibatkan terjadinya pemuaian (ekspansi)
pada seluruh komponen padatan tersebut.Perubahan ukuran pada dimensi linier
disebut sebagai muai linier.

Jika panjang dimensi linier bahn l , maka perubahan panjang akibat


perubahan temperatur ∆𝑡 adalah sebesar ∆l . Untuk perubahan temperatur yang
kecil ,maka pertambahan panjang pada temperatur tertentu(lt) akan sebanding
dengan perubahan temperatur dan panjang mula-mula (lo).𝛼 adalah koefisien
muai linier yang memiliki nilai berbeda untuk masing – masing bahan.

1.4. Konduktivitas Termal

Konduktivitas atau keterhantaran termal (K),adalah suatu besaran intensif


bahan yang menunjukkan kemampuannnya untuk menghantarkan panas .Benda
yang memiliki konduktivitas termal (k)besar merupakan penghantar kalor yang
baik (konduktor termal yang baik) Sebaliknya ,benda yang memiliki konduktivitas
yang kecil merupakan penghantar kalor yang buruk ( konduktor termal yang
buruk ).

1. Faktor Konduktivitas termal


a. Suhu
Konduksi termal akan meningkat seiring dengan kenaikan suhu.
b. Kandungan Uap air
konduksi termal akan meningkat seiring meningkatkan kandungan
kelembaban ,Bila nilai (K) besar maka merupakan pengalir yang
baik.tetapi bila nilai (k) kecil maka bukan pengalir yang baik.
c. Berat Jenis
Nilai konduktivitas termal akan berubah bila berat jenisnya berubah
.Semakin tinggi berat jenis maka semakin baik pengalir konduktivitas
tersebut.
d. keadaan pori-pori bahan
Bila semakin besar rongga maka akan semakin buruk konduktivitas
termalnya .

2. Mekanisme Konduktivitas termal


Panas diangkut dalam bahan badat dan kedua gelombang getaran kisi
(fonon) dan elektron bebas .Konduktivitas termal berhubungan dengan
masing-masing mekanisme ini dan konduktivitas total jumlah kontribusi
keduanya.Diman kl mewakili getaran kisi dan konduktivitas termal
elektron.Energi termal yang terkait dengan fono atau gelombang kisi diangkut
dalam arah gerak mereka.Hasil kontribusi kl dari gerakan bersih fono dari
tinggi ke suhu rendah dari tubuh dalam gradien suhu.
Elektron bebas dapat berpartisipasi dalam koduksi termal
elektronik,dengan elektron bebas di daerah spesimen panas sampai
mendapatkan keuntungan energi kinetik.Kemudian bermigrasi ke daerah
dingin ,dimana beberapa energi kinetika akan dipindahkan ke atom sendiri
(sebagai energi getaran) sebagai akibat tumbukan dengan fonon atau
keempurnaan lain di dalam kristal.Kontribusi relatif kl ,untuk meningkatkan
total konduktivitas termal dengan meningkatnya elektron bebas,karena lebih
banyak elektron yang tersedia untuk berpartisipasi dalam proses transference
panas.

a. Logam
Logam adalah konduktor panas yang sangat baik karena jumlah electron
bebas yang ada relative besar dari yang berpartisipasi dalam konduksi
termal. Karena electron bebas bertanggungjawab untuk kedua konduksi
listrik dan termal dalam logam murni, secara teori menunjukkan bahwa
dua konduktivitas harus berhubungan menurut hukum Wiedemann-Franz:
𝑘
L = 𝛼𝑇

Dengan 𝜎adalah konduktivitas listrik, T adalah temperatur absolut, dan L


adalah konstan. Secara teori nilai = 2,44 10−8Ω. ⁄ 𝑘 2 .
b. Keramik
Bahan non-logam merupakan isolator termal karena kekurangan sejumlah
besar elektron bebas. Jadi, fonon bertanggungjawab untuk konduksi
termal, ke jauh lebih kecil dari kl. Porositas bahan keramik memiliki
pengaruh besar pada konduktivitas termal, dalam sebagian besar keadaan,
meningkatkan hasil volume ruang mengakibatkan pengurangan
konduktivitas termal.
c. Polimer
Untuk bahanini, transfer energi dilakukan dengan getaran dan rotasi dari
rantai molekul. Besarnya konduktivitas termal bergantung dengan derajat
kristalinitas; polimer dengan struktur kristalin tinggi dan struktur rapat
lainnya memiliki konduktivitas lebih besar dari bahan amorf yang setara
karena getaran terkoordinasi lebih efektif dari rantai molekul suatu
kristalin. Polimer sering digunakan sebagai isolator karena konduktivitas
termalnya yang rendah

1.5. Tegangan termal

Tegangan Termal adalah tegangan induksi yang dihasilkan akibat perubahan suhu.

1. Tegangan yang dihasilkan dari penahanan perluasan termal dan kontraksinya

Besarnya tegangan yang timbul dari perubahan suhu dari T0 ke Tf adalah

𝜎= E 𝛼1(To − Tf ) = E 𝛼1∆𝑇
Dengan E adalah modulus elastisitas dan α1 adalah koefisien luasan termal.

2. Tegangan Akibat Gradien Suhu

Ketika suatu benda padat dipanaskan atau didinginkan, distribusi temperature

internal bergantung pada ukuran dan bentuk material, konduktivitas termal

material, dan laju perubahan suhu. Tegangan termal dapat dibentuk dari gradien

suhu dalam material yang disebabkan oleh pemanasan atau pendinginan cepat,

dalam material perubahan suhu luar lebih cepat dari pada perubahan internal;

Perubahan dimensi diferensial menahan perluasan bebas atau kontrak sielemen

volume yang berdekatan dalam potongan

.
3. Tegangan Termal dari Material Tidak Rapat

Untuk polimer, pengurangan induksi tegangan termal dapat dicapai dengan

deformasi plastik. Namun, pada keramik dapat meningkatkan kemungkinan

patah ikatan dari tegangan tersebut. Kapasitas bahan untuk menahan keadaan

semacamini disebut ketahanan tegangan termal. Untuk bahan keramik yang

didinginkan dengan cepat, ketahanan tegangan termal tidak hanya tergantung

pada besarnya perubahan suhu, tetapi juga pada sifat mekanik dan material

termal.

𝜎𝑓 𝑘
L= 𝐸 𝛼1

Tegangan termal mendadak dapat dicegah dengan mengubah kondisi eksternal

ketingkat yang pendinginan atau pemanasannya berkurang dan gradient suhu di

seluruh material diminimalkan. Hal ini sering diperlukan untuk menghilangkan

tegangan termal pada bahan keramik sebagai sarana meningkatkan kekuatan

mekanik dan karakteristik optic.

1.6. Study Kasus

1. Teori

Jelaskan secara singkat, mengapa logam menjadi bahan konduktor yang lebih

baik dari pada keramik?

Penyelesaian:

Logam menjadi konduktor yang lebih baik dari pada keramik karena jumlah

electron bebas yang ada relative besar dari yang berpartisipasi dalam konduksi

termal. Sedangkan pada keramik merupakan isolator termal karena kekurangan

sejumlah besar elektron bebas. Hal ini lah yang membuat Logam menjadi

konduktor yang baik dari pada keramik.


2. Matematis

Perkirakan berapa banyak kalor yang di butuhkan untuk menaikan suhu suatu

bahan dengan berat 2 kg, dari suhu (20 − 100)℃. Untuk masing-masing bahan:

 Aluminium

 Baja

 Soda–lime glass

 Polyetilene

Penyelesaian:

Diketahui :

Massa bahan = 2 kg

Kenaikan Suhu = rentang kenaikan suhu bahan = suhu awal-suhu akhir = 100-20
= 80

Ditanya : kalor yang di perlukan?

Jawab :

Untuk menentukan jumlah kalor yang di perlukan untuk menaikan suhu sebesar
80 dengan berak 20 kg adalah dengan menggunakan persamaan berikut :

Q = mc (Tf − To)

Q = Mc ∆T

Dimana Q = kalor yang di perlukan untuk menaikan suhu

m = massa benda

c = kalor jenis

∆T= pertambahan suhu

Sehingga penyelesaian soal untuk masing-masing bahan adalah


𝐽
 Aluminium ( c = 900 𝑘𝑔 K )

Q = mc ∆T
𝐽
Q = 2 kg × 900 𝑘𝑔 K × (80 + 273) K

𝐽
Q = 2 × 900 𝑘𝑔 K × 353 K

Q = 635.400 joule

𝐽
 Baja ( c = 486 𝑘𝑔 k )

Q = mc ∆T
𝐽
= 2 kg × 486 𝑘𝑔
k × (80 + 273) k

𝐽
= 2 kg × 486 𝑘𝑔
k × 353 k

= 343.116 joule

𝐽
 Soda–lime glass ( c = 840 𝑘𝑔 k )

Q = mc ∆T
𝐽
= 2 kg × 840 𝑘𝑔
K × (80 + 273) k

𝐽
= 2 kg × 840 𝑘𝑔
k × 353 k

= 593.040 joule

𝐽
 Polyetilene ( c = 1850 𝑘𝑔 k )

Q = mc ∆T
𝐽
= 2 kg × 1850 𝑘𝑔 k × (80 + 273) k

𝐽
= 2 kg × 1850 𝑘𝑔
K × 353 k

= 1.306.100joule
Referensi:

Callister, William D. 1940. Material Science and Engginering An Introduction eight


edition.United States of America. John Wiley and Sons, Inc.

Vous aimerez peut-être aussi