Vous êtes sur la page 1sur 23

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
C. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.

b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.

1
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)


b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
D. Gangguan Asam Basa
Gangguan asam basa yang terjadi pada DM adalah Asidosis metabolic yang
merupakan kondisi medis darurat yang dapat mengancam jiwa bila tidak ditangani secara
tepat. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh
dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit;
salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali
dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.
Asidosis metabolik paling sering terjadi pada pasien penderita diabetes tipe 1 (yang
pada mulanya disebut insulin-dependent diabetes mellitus), akan tetapi keterjadiannya
pada pasien penderita diabetes tipe 2 (yang pada mulanya disebut non-insulin dependent
diabetes mellitus),
Asidosis metabolik pada DM terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena
dipakainya jaringan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk
keton. Bila hal ini dibiarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan
tubuh akan rusak dan bisa menderita koma.
Gejala dan tanda yang timbul pada asidosis disebabkan terjadinya hiperglikemia dan
ketogenesis. Defisiensi insulin merupakan penyebab utama terjadinya hiperglikemia atau
peningkatan kadar glukosa darah dari pemecahan protein dan glikogen atau lipolisis atau
pemecahan lemak. Hiperglikemia menyebabkan diuresis osmotik dengan hipovolemia
kemudian akan berlanjut terjadinya dehidrasi dan renjatan atau syok. Glukoneogenesis
menambah terjadinya hiperglikemik. Lipolisis yang terjadi akan meningkatkan
pengangkutan kadar asam lemak bebas ke hati sehingga terjadi ketoasidosis, yang

2
kemudian berakibat timbulnya asidosis metabolik, sebagai kompensasi tubuh terjadi
pernafasan kussmaul
E. PATOFISIOLOGI
Diabetes Tipe I Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam
urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).

Diabetes Tipe II Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin,
yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah
harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel ? tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan
meningkat danterjadi diabetes tipe II.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabtes tipe II,
namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes
tipe II. Meskipun demikan, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan
masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik.

3
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes
tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-
sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur

F. Tanda dan Gejala


Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia. yang sering
mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh
darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan
komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan
karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan
luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah :

1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
4
17. Hipertensi

5
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan
dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin.
Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi
adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada
stadium lanjut.

Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM
usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi
insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan
ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan
hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti
rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut.
Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.

Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan
koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.

Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu

- Plasma vena
- Darah kapiler
< 100 100-200 >200
Kadar glukosa darah puasa
<80 80-200 >200
- Plasma vena
- Darah kapiler

<110 110-120 >126

<90 90-110 >110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
6
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi
75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta
neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah
normal.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan

7
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Pengkajian primer
a) Airway
Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktifitas
Letargi/disorientasi, penurunan kekuatan otot, syok hipovolemik, sianosis
b) Breathing
Frekuensi pernapasan meningkat, merasa kekurangan oksigen, sakit kepala,
penglihatan kabur,
c) Sirculation
Gejala : Mungkin adanya riwayat hipertensi, IM akut Klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama,
Takikardia
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi,sesak . Nadi yang
menurun/tidak ada, Disritmia Krekels, Distensi vena jugularis, Kulit panas,
kering, dan kemerahan, bola mata cekung
d) Disability
Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan Kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat/tidur, takipnea, Wajah meringis dengan palpitasi,
Frekuensi pernapasan meningkat .
2) Pengkajian sekuder
Menurut pengumpulan data base oleh Doengoes:
a) Aktivitas / Istirahat
Look : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan Kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat/tidur
Listen : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktifitas
Letargi/disorientasi, koma , Penurunan kekuatan otot
b) Sirkulasi
Look : kesemutan pada ekstremitas Ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama, kemerahan, bola mata cekung.
Listen : Takikardia, Nadi yang menurun/tidak ada, Disritmia, Krekels,
Distensi vena jugularis.
Feel : Kulit panas, kering.
c) Integritas/ Ego
Look : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi, Ansietas.
Feel : peka rangsang
d) Eliminasi
Look : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, kesulitan berkemih
(infeksi), ISSK baru/berulang, Urine encer,
Listen : Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare), Bising usus
lemah dan menurun, hiperaktif (diare), Abdomen keras, adanya asites.
8
Feel : Rasa nyeri/terbakar, Nyeri tekan abdomen.
e) Nutrisi/Cairan
Look : Hilang nafsu makan, Mual/muntah, peningkattan masukan
glukosa/karbohidrat, Penurunan berat badan lebih dari beberapa
hari/minggu, penggunaan diuretik (Thiazid), Kulit kering/bersisik, turgor
jelek, muntah, Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah)
Listen : Kekakuan/distensi abdomen
Feel : Haus, bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton).
f) Neurosensori
Look : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut).
Listen : Refleks tendon dalam menurun (koma)
Feel : Pusing/pening, sakit kepala, Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesia, Gangguan penglihatan
g) Nyeri/kenyamanan
Look : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
Listen : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
h) Pernapasan
Look : batuk dengan/tanpa sputum purulen, Frekuensi pernapasan
meningkat
Listen : frekuensi pernapasan meningkat
Feel : Merasa kekurangan oksigen
i) Keamanan
Look : Kulit kering, gatal, ulkus kulit, Kulit rusak, lesi/ulserasi
Listen : diaforesis,
Feel : Demam, Menurunnya kekuatan, umum/rentang erak,
Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium
menurun dengan cukup tajam)
j) Penyuluhan/pembelajaran
Look : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang, Lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik
(thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa
darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan.
k) Rencana pemulangan
Look : Mungkin memrlukan bantuan dalam pengatuan diet, pengobatan,
perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
b. Klasifikasi Data
Ds :
- Klien mengeluh mengalami peningkatan rasa haus ( poliuri dan polidipsi )
- Klien mengeluh sakit kepala
- Klien mengeluh mual muntah
- Klien mengeluh nyeri abdomen
- Klien mengeluh penglihatan kabur
- Klien mengeluh cemas , tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
9
Do :
- Kelemahan
- Takikardia
- Penurunan kekuatan otot
- Kulit kering, dan kemerahan, bola mata cekung
- Turgor kulit buruk
- Sesak
- Nyeri tekan abdomen
- Penurunan berat badan
- Wajah meringis dengan palpitasi
- Frekuensi pernapasan meningkat
- Ansietas

c. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1. Ds : Kekurangan Insulin
- Klien mengeluh sakit
kepala Pemecahan lemak
- Klien mengeluh meningkat
penglihatan kabur Pola napas tidak
Do : Pemecahan lemak (lipolisis) efektif
- Kelemahan menjadi asam-asam lemak
- Takikardia bebas dan gliserol
- Frekuensi pernapasan
meningkat Asam lemak bebas akan
- Sesak diubah menjadi badan keton
oleh hati

Asidosis

Respirasi meningkat

Pola napas tidak efektif

2. Ds : Kekurangan Insulin
- Klien mengeluh
mengalami Dipakainya jaringan lemak
peningkatan rasa haus untuk memenuhi kebutuhan
(poliuri dan polidipsi) energi
- Klien mengeluh sakit Deficit volume
kepala Maka akan terbentuk cairan
- Klien mengeluh mual keton,glikosuria
muntah
Do : Glikosuria akan
- Kelemahan menyebabkan diuresis
10
- Kulit kering, dan osmotik, yang
kemerahan, bola mata menimbulkan kehilangan
cekung air dan elektrolit seperti
- Turgor kulit buruk sodium, potassium,
kalsium, magnesium, fosfat
dan klorida

Deficit volume cairan


3. Ds : Kekurangan Insulin
- Klien mengeluh
mengalami Dipakainya jaringan lemak
peningkatan rasa haus untuk memenuhi kebutuhan
(poliuri dan polidipsi) energi
- Klien mengeluh mual
muntah Menurunnya transport Perubahan
- Klien mengeluh nyeri glukosa kedalam jaringan nutrisi kurang
abdomen tubuh dari kebutuhan
Do : tubuh
- Kulit kering, dan Menimbulkan
kemerahan, bola mata hiperglikemia yang
cekung meningkatkan glukosuria
- Turgor kulit buruk
- Penurunan kekuatan Menimbulkan kehilangan
otot air dan elektrolit
- Penurunan berat badan
Ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral,
status hipermetabolisme

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

4. Ds : Kekurangan Insulin
- Klien mengeluh nyeri
abdomen Menurunnya transport
- Klien mengeluh sakit glukosa kedalam jaringan
kepala tubuh Nyeri
- Klien mengeluh mual
muntah Menimbulkan
hiperglikemia yang
Do: meningkatkan glukosuria
- Nyeri tekan abdomen
- Wajah meringis Glikosuria akan
dengan palpitasi Menyebabkan diuresis
osmotic

Menimbulkan kehilangan
air dan elektrolit

Menimbulkan syok
hipovolemik

11
Refleks mual dan muntah

Nyeri pada abdomen

Nyeri
5. Ds : Adanya penyakit
- Klien mengeluh cemas
, tergantung pada Ketergantungan pada
orang lain, masalah orang lain dan pengobatan Ansietas
finansial yang yang di berikan
berhubungan dengan
kondisi Stressor bagi klien
Do :
- Ansietas Ansietas
- Kelemahan
2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan asidosis dan respirasi yang meningkat,
ditandai dengan :
Ds :
 Klien mengeluh sakit kepala
 Klien mengeluh penglihatan kabur
Do :
 Kelemahan
 Takikardia
 Frekuensi pernapasan meningkat
 Sesak
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat hiperglikemia,
pengeluaran cairan berlebihan : muntah; pembatasan intake akibat mual, ditandai
dengan :
Ds :
 Klien mengeluh mengalami peningkatan rasa haus (poliuri dan polidipsi)
 Klien mengeluh sakit kepala
 Klien mengeluh mual muntah
Do :
 Kelemahan
 Kulit kering, dan kemerahan, bola mata cekung
 Turgor kulit buruk
3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme, di tandai dengan :
Ds :
 Klien mengeluh mengalami peningkatan rasa haus (poliuri dan polidipsi)
 Klien mengeluh mual muntah
 Klien mengeluh nyeri abdomen
Do :
 Kulit kering, dan kemerahan, bola mata cekung
 Turgor kulit buruk
 Penurunan kekuatan otot
 Penurunan berat badan
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan reflex mual dan muntah, nyeri
abdomen, ditandai dengan :

12
Ds :
 Klien mengeluh nyeri abdomen
 Klien mengeluh sakit kepala
 Klien mengeluh mual muntah
Do :
 Nyeri tekan abdomen
 Wajah meringis dengan palpitasi
5. Ansietas berhubungan dengan ketergantungan pada orang lain, pengobatan yang di
berikan, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi, di tandai dengan :
Ds :
 Klien mengeluh cemas , tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Do :
 Ansietas
 Kelemahan

3. Perencanaan
No Tujuan Intervensi Rasional
1. Tupan : 1. Kaji kebutuhan optimal 1. Menilai dan
Setelah diberikan oksigen klien mengobservasi sejauh
tindakan mana tingkat
keperawatan kebutuhan okigen
selama 5 hari klien
Gangguan pola 2. Berikan posisi yang 2. Membantu klien agar
napas tidak efektif nyaman bagi klien dapat
dapat teratasi mengoptimalkan pola
Tupen : napas dan retraksi
Setelah diberikan dada yang optimal
tindakan 3. Berikan oksigen sesuai 3. Membantu dalam
keperawatan indikasi penyelasaian pola
selama 3 hari napas klien yang tidak
gangguan pola efektif agar dapat
napas tidak efektif bernapas dengan
berangsur-angsur optimal
membaik 4. Evaluasi irama, 4. Mengobservasi sejauh
Kriteria Hasil : kedalaman, dan frekuensi mana tingkat
- Kebutuhan pernapasan permasalahan dan
oksigen perkembangan pola
menurun napas klien
- Nafas spontan,
adekuat
- Tidak sesak
- Tidak ada
retraksi
2. Tupan : 1. Kaji riwayat 1. Membantu
Setelah diberikan durasi/intensitas mual, memperkirakan
tindakan muntah dan berkemih pengurangan volume
keperawatan berlebihan total. Proses infeksi
selama 5 hari 2. Monitor vital sign dan yang menyebabkan
deficit volume perubahan tekanan darah demam dan status
13
cairan dapat orthostatik hipermetabolik
teratasi 3. Monitor perubahan meningkatkan
respirasi: kussmaul, bau pengeluaran cairan
Tupen : aceton insensibel.
Setelah diberikan 4. Observasi kulaitas nafas, 2. Hypovolemia dapat
tindakan penggunaan otot asesori dimanifestasikan oleh
keperawatan dan cyanosis hipotensi dan
selama 3 hari 5. Observasi ouput dan takikardia.
deficit volume kualitas urin. 3. Hipovolemia
cairan berangsur- 6. Pertahankan cairan 2500 berlebihan dapat
angsur membaik ml/hari jika diindikasikan ditunjukkan dengan
7. Ciptakan lingkungan yang penurunan TD lebih
Kriteria Hasil : nyaman, perhatikan dari 10 mmHg dari
- TTV dalam perubahan emosional posisi berbaring ke
batas normal 8. Catat hal yang dilaporkan duduk atau berdiri.
- Pulse perifer seperti mual, nyeri 4. Pelepasan asam
dapat teraba abdomen, muntah dan karbonat lewat
- Turgor kulit distensi lambung respirasi
dan capillary 9. Obsevasi adanya perasaan menghasilkan
refill baik kelelahan yang alkalosis respiratorik
- Keseimbangan meningkat, edema, nadi terkompensasi pada
urin output tidak teratur dan adanya ketoasidosis.
- Kadar elektrolit distensi pada vaskuler 5. Napas bau aceton
normal 10. Kolaborasi: disebabkan
a. Pemberian NS dengan pemecahan asam
atau tanpa dextrosa keton dan akan hilang
b. Albumin, plasma, bila sudah terkoreksi
dextran 6. Peningkatan beban
c. Pertahankan kateter nafas menunjukkan
terpasang ketidakmampuan
d. Pantau pemeriksaan untuk berkompensasi
lab : terhadap asidosis
1) Hematokrit 7. Menggambarkan
2) BUN/Kreatinin kemampuan kerja
3) Osmolalitas darah ginjal dan keefektifan
4) Natrium terapi
5) Kalium
8. Kekurangan cairan
e. Berikan Kalium
dan elektrolit
sesuai indikasi
mengubah motilitas
f. Berikan bikarbonat
lambung, sering
jika pH <7,0
menimbulkan muntah
g. Pasang NGT dan
dan potensial
lakukan penghisapan
menimbulkan
sesuai dengan indikasi
kekurangan cairan &
elektrolit
9. Pemberian cairan
untuk perbaikan yang
cepat mungkin sangat
berpotensi
menimbulkan beban
cairan
14
10. Pemberian tergantung
derajat kekurangan
cairan dan respons
pasien secara
individual
3. Tupan : 1. Pantau berat badan setiap 1. Mengkaji pemasukan
Setelah diberikan hari atau sesuai indikasi makanan yang
tindakan adekuat termasuk
keperawatan absorpsi dan
selama 5 hari 2. Tentukan program diet utilitasnya
nutrisi kurang dari dan pola makan pasien 2. Mengidentifikasi
kebutuhan tubuh dan bandingkan dengan kekurangan dan
dapat teratasi makanan yang dihabiskan penyimpangan dari
Tupen : 3. Auskultasi bising usus, kebutuhan terapetik
Setelah diberikan catat adanya nyeri 3. Hiperglikemia dan
tindakan abdomen/perut kembung, ggn keseimbangan
keperawatan mual, muntahan makanan cairan dan elektrolit
selama 3 hari yang belum dicerna, dapat menurunkan
nutrisi kurang dari pertahankan puasa sesuai motilitas/fungsi
kenutuhan tubuh indikasi lambung (distensi atau
berangsur-angsur ileus paralitik)yang
membaik 4. Berikan makanan yang akan mempengaruhi
Kriteria Hasil : mengandung nutrien pilihan intervensi.
- BB yang kemudian upayakan 4. Pemberian makanan
optimal pemberian yang lebih melalui oral lebih baik
padat yang dapat jika pasien sadar dan
ditoleransi fungsi gastrointestinal
5. Libatkan keluarga pasien baik
pada perencanaan sesuai 5. Memberikan
indikasi informasi pada
keluarga untuk
memahami kebutuhan
6. Observasi tanda nutrisi pasien
hipoglikemia 6. Hipoglikemia dapat
terjadi karena
terjadinya
metabolisme
karbohidrat yang
berkurang sementara
tetap diberikan insulin
, hal ini secara
potensial dapat
mengancam
kehidupan sehingga
7. Kolaborasi : harus dikenali
a. Pemeriksaan GDA 7. Fungsi kolaborasi :
dengan finger stick a. Memantau gula
b. Pantau pemeriksaan darah lebih akurat
aseton, pH dan HCO3 daripada reduksi
c. Berikan pengobatan urine untuk
insulin secara teratur mendeteksi
15
sesuai indikasi fluktuasi
d. Berikan larutan b. Memantau
dekstrosa dan efektifitas kerja
setengah salin normal insulin agar tetap
terkontrol
c. Mempermudah
transisi pada
metabolisme
karbohidrat dan
menurunkan
insiden
hipoglikemia
d. Larutan glukosa
setelah insulim
dan cairan
membawa gula
darah kira-kira
250 mg/dl.
Dengan
mertabolisme
karbohidrat
mendekati normal
perawatan harus
diberikan untuk
menhindari
hipoglikemia
4. Tupan : 1. Tanyakan pada pasien 1. Mengkonfirmasi
Setelah diberikan tentang nyeri tentang keluhan nyeri
tindakan klien
keperawatan 2. Observasi dan catat lokasi 2. Mengetahui level
selama 5 hari nyeri beratnya (skala 0-5) dan keluhan nyeri klien
dapat teratasi karakter nyeri (menetap,
Tupen : hilang, timbul, kolik)
Setelah diberikan 3. Catat kemungkinan
tindakan penyebab nyeri. 3. Analisa penyebab dari
keperawatan 4. Anjurkan pemakaian obat nyeri klien
selama 3 hari nyeri dengan benar untuk 4. Mengatasi keluhan
berangsur-angsur mengontrol nyeri nyeri klien
membaik

5. Ajarkan tehnik relaksasi


Kriteria Hasil : 5. Meningkatkan
- Ekspresi wajah istrahat,memusatkan
pasien relaks. kembali perhatian
klien
5. Tupan : 1. Ajarkan untuk 1. Membatu untuk
Setelah diberikan mengekspresikan mengetahui tingkat
tindakan perasaan kecemasan
keperawatan
selama 3 hari 2. Berikan informasi tentang 2. Mengurangi
ansietas dapat kondisi penyakit, kecemasan keluarga

16
teratasi pengobatan dan
Tupen : perawatan di rumah
Setelah diberikan 3. Ajarkan keluarga untuk 3. Agar keluarga dapat
tindakan berpartisipasi dalam mengobservasi
keperawatan perawatan pasien keadaan klien dan
selama 1 hari mengantisipasi
ansietas berangsur- kecemasn
angsur membaik 4. Berikan pujian pada 4. Memberikan motivasi
Kriteria Hasil : keluarga saat memberikan dan kebangaan
- Keluarga dan perawatan pada pasien. keluarga untuk
klien perawatan klien dan
mengekspresika perasaan berarti
n perasaan dan
pemahaman 5. Jelaskan kebutuhan terapi 5. Mengurangi tingkat
terhadap IV, NGT, pengukuran kecemasan dan
kebutuhan tanda – tanda vital dan meningkatkan
intervensi pengkajian. antisipasi klien dan
perawatan dan keluarga
pengobatan.
4. Implementasi
No Hari/Tanggal No. Waktu/Jam Implementasi Paraf
Dx
1. Jumat 30 I 08.30 1. Mengkaji kebutuhan optimal
September oksigen klien
2011 Hasil :
Klien masih membutuhkan
bantuan berupa oksigenasi
2. Memberikan posisi yang
nyaman bagi klien
Hasil :
Posisi semi fowler nyaman
untuk klien
3. Memberikan oksigen sesuai
indikasi
Hasil :
Klien diberikan bantuan
oksigenasi maksimal 5 l/m
4. Mengevaluasi irama,
kedalaman, dan frekuensi
pernapasan
Hasil :
Frekuensi napas cepat,
Takipnea
2. Jumat 30 II 09.30 1. Mengkaji riwayat
September durasi/intensitas mual,
2011 muntah dan berkemih
berlebihan
Hasil :
Klien masih mual muntah,
poliuri dan polidipsi
2. Memonitor vital sign dan
17
perubahan tekanan darah
orthostatik
Hasil :
Tekanan darah belum
optimal
3. Memonitor perubahan
respirasi: kussmaul, bau
aceton
Hasil ;
Napas bau aseton, respirasi
kussmaul
4. Mengobservasi kulaitas
nafas, penggunaan otot
asesori dan cyanosis
Hasil :
Penggunaan otot bantu
pernapasan, sianosis
5. Mengobservasi ouput dan
kualitas urin.
Hasil :
Haluaran output dan input
urine belum optimal
6. Mempertahankan cairan
2500 ml/hari jika
diindikasikan
Hasil :
Mengoptimalkan kondisi
klien
7. Menciptakan lingkungan
yang nyaman, perhatikan
perubahan emosional
Hasil :
Klien nyaman dan dapat
beristirahat dengan optimal
8. Mencatat hal yang
dilaporkan seperti mual,
nyeri abdomen, muntah dan
distensi lambung
Hasil ;
Terjadi mual muntah dan
distensi abdomen
9. Mengobsevasi adanya
perasaan kelelahan yang
meningkat, edema, nadi
tidak teratur dan adanya
distensi pada vaskuler
Hasil :
Takikardi, lemah, lelah
10. Berkolaborasi:
h. Pemberian NS dengan
atau tanpa dextrosa

18
i. Albumin, plasma,
dextran
j. Pertahankan kateter
terpasang
k. Pantau pemeriksaan lab:
6) Hematokrit
7) BUN/Kreatinin
8) Osmolalitas darah
9) Natrium
10) Kalium
l. Berikan Kalium sesuai
indikasi
m. Berikan bikarbonat jika
pH <7,0
n. Pasang NGT dan lakukan
penghisapan sesuai
dengan indikasi
3. Jumat 30 III 10.00 1. Memantau berat badan setiap
September hari atau sesuai indikasi
2011 Hasil :
BB belum optimal
2. Menentukan program diet
dan pola makan pasien dan
bandingkan dengan makanan
yang dihabiskan
Hasil :
Klien disarankan diet rendah
glukosa, asam, garam
3. Mengauskultasi bising usus,
catat adanya nyeri
abdomen/perut kembung,
mual, muntahan makanan
yang belum dicerna,
pertahankan puasa sesuai
indikasi
Hasil :
Bising usus tidak optimal
4. Memberikan makanan yang
mengandung nutrien
kemudian upayakan
pemberian yang lebih padat
yang dapat ditoleransi
Hasil ;
Dapat mngoptimalkan
kondisi klien
5. Melibatkan keluarga pasien
pada perencanaan sesuai
indikasi
Hasil :
Keluarga dapat berkolaborsi
dengan baik

19
6. Mengbservasi tanda
hipoglikemia
Hasil ;
Terdapat tanda hipoglikemia
7. Berkolaborasi :
e. Pemeriksaan GDA
dengan finger stick
f. Pantau pemeriksaan
aseton, pH dan HCO3
g. Berikan pengobatan
insulin secara teratur
sesuai indikasi
h. Berikan larutan dekstrosa
dan setengah salin
normal
4. Jumat 30 IV 11.00 1. Menanyakan pada pasien
September tentang nyeri
2011 Hasil :
Nyeri yang dirasakan terasa
sekitar area abdomen dan
dada/thorax
2. Mengobservasi dan catat
lokasi beratnya (skala 0-5)
dan karakter nyeri (menetap,
hilang, timbul, kolik)
Hasil ;
Nyeri skala 3, hilang timbul
3. Mencatat kemungkinan
penyebab nyeri.
Hasil :
Karena mual dan muntah dan
sesak yang di alami
4. Mengajurkan pemakaian
obat dengan benar untuk
mengontrol nyeri
Hasil :
Pemakaian obat analgesik
5. Jumat 30 V 11.20 1. Menganjurkan untuk
September mengekspresikan perasaan
2011 Hasil :
Klien dapat
mengekspresikan perasaan
tentang rasa cemasnya
2. Memberikan informasi
tentang kondisi penyakit,
pengobatan dan perawatan di
rumah
Hasil ;
Klien dan keluarga dapat
mengerti dan berkolaborasi
dalam pengobatan dan

20
perawatan
3. Mengajarkan keluarga untuk
berpartisipasi dalam
perawatan pasien
Hasil ;
Keluarga dapat berpatisipasi
dengan baik
4. Memberikan pujian pada
keluarga saat memberikan
perawatan pada pasien.
Hasil :
Memotivasi klien dan
keluarga berkolaborasi
dalam pengobatan dan
perawatan

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

 Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh


kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002)
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :

21
 Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
 Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
 Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia.
 Asidosis pada DM terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya
jaringan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila hal
ini dibiarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh akan
rusak dan bisa menderita koma

B. Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan pada askep ini yaitu :
 Dengan adanya askep mengenai Diabetes Melitus yang Berhubungan dengan Gangguan
asam basa tubuh ini dapat membuka cakrawala berfikir khususnya bagi calon-calon
perawat pemula.
 Dengan adanya askep ini dapat mempermudah pemahaman mengenai gangguan asam
basa pada Diabetik dan dapat di manfaatkan dalam pengkajian keperawatan lebih
lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani,


Jakarta:EGC, 1997.

22
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih,
Jakarta : EGC, 1997.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I
Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai


Penerbit FKUI, 2002

23

Vous aimerez peut-être aussi