Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SIKATRIK KORNEA
Oleh:
201810401011050
I-30
PEMBIMBING :
RS BHAYANGKARA KEDIRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmatNya penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus stase mata dengan topik “Sikatrik Kornea”.
Laporan ini disusun dalam rangka menjalani kepaniteraan klinik bagian Ilmu
Kesehatan Mata di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. Tidak lupa penulis ucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini,
terutama kepada dr. Minggaringrum, Sp.M selaku dokter pembimbing yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan dan penyempurnaan laporan
kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
tulisan ini dapat memberikan manfaat dalam bidang kedokteran khususnya mata.
Penyusun
BAB I
RESPONSI KASUS
Identitas :
- Nama : Nn. P
- Usia : 20 tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Suku : Jawa
- Agama : Islam
- Alamat : Dusun Ngreco, Desa Rembang, RT 005/RW 002
- Pekerjaan : Karyawan Swasta
- Datang ke Poli Mata tanggal 2 Oktober 2018
Keluhan Utama:
Bercak putih pada kedua mata, pandangan kabur dan perih, terutama mata kiri.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Bercak putih pada kedua mata, pandangan kabur dan perih, terutama mata kiri., tidak ada
secret, tidak gatal, tidak nrocoh, tidak ada sensasi kemasukan benda asing, silau saat
melihat cahaya
Riwayat Penyakit Dahulu:
Keluhan pertama dirasakan sekitar tahun 2010, mata sering merah namun dianggap
sepele oleh penderita. Penderita dengan hobi berenang sering mengalami mata merah lalu
diberi obat tetes seperti Rohto, Insto. Setelah diperiksakan ke dokter didiagnosis keratitis
(tahun 2011) pada mata kanan dan mata kiri, dengan mata kiri yang lebih berat. Setelah
diterapi tetap terjadi kekambuhan jika terpapar sinar matahari dan angin. Selalu silau jika
terpapar sinar matahari, bahkan jika mata sudah merah tidak bisa menahan silau dari sinar
hp.
- Riwayat memakai kacamata : (-)
- Riwayat trauma : (-)
- Riwayat alergi: debu, dingin
- Riwayat alergi obat: (-)
- Riwayat diabetes melitus : (-)
- Riwayat hipertensi : (-)
- Riwayat operasi : (-)
- pasien mengalami keluhan seperti ini selama 8 tahun
Riwayat Penyakit Keluarga : (-)
Riwayat Sosial : (-)
Riwayat Pengobatan : Cendo Lyteers (sodium chloride dan kalium chloride), Cendo
Xitrol (Dexamethasone, Neomycin Sulphate, Polymixin B Sulphate), Eyefresh
(hidroksimetil selulosa), Gentamicin, Polidemisin (Dexamethasone, Neomycin Sulphate,
Polymixin B Sulphate), Dibekacin (Dibekacin sulfate 0.3%), Cravit (Levofloksasin)
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
- Keadaan Umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Status gizi : baik
- Vital Sign
o TD : 120/80 mmHg
o T: 37OC
o Nadi : 88x/menit
o RR : 22x/menit
STATUS OFTALMOLOGIS
Distansia pupil -
Edema - -
4.
Hiperemi - -
Enteropion - -
Ektropion - -
Pseudoptosis/ptosis - -
Benjolan - -
Trikiasis - -
Palpebra Inferior
Edema - -
Hiperemi - -
Enteropion - -
5. Ektropion - -
Pseudoptosis - -
Benjolan - -
Trikiasis - -
Konjungtiva Palpebra
Konjungtiva Bulbi
7. CVI - -
PCVI - -
Subconjunctival
- -
bleeding
Pterigium - -
Pingueculae - -
Sistem Lakrimalis
Iris
12. Warna Coklat Coklat
Regular (+) (+)
Pupil
(+) (+)
Bulat
3 mm 3 mm
13. Diameter
(+) (+)
Reflek cahaya
langsung dan tidak
langsung (+)
Lensa
Tonometri
15.
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Segmen Posterior
Okuli Dextra
Okuli Sinistra
Diagnosis dan differential diagnosis
TERAPI
Non medikamentosa: Menggunakan topi dan kacamata normal untuk melindungi mata dari
sinar matahari dan udara
Diskusi
• Pasien ini didiagnosis dengan ODS sikatrik kornea tipe macula et causa keratitis kronis
berdasarkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
• Pada anamnesis dikatakan bahwa terdapat riwayat menderita keratitis selama ± 8 tahun,
pandangan buram dan terjadi penurunan visus.
• Pada pemeriksaan didapatkan penurunan visus (VOD = 6/12, VOS = 6/30), sklera dan
kornea tampak keruh, pada pemeriksaan visus ditemukan sikatrik pada kornea OS>OD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kornea (Latin, cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan transparan dan avaskular yang
menutup bola mata bagian anterior7. Kornea mempunyai peranan dalam refraksi cahaya.
Indeks refraksi korna adalah 1,377 dan kekuatan refraksi sebesar +43.00 Dioptri,
merupakan 70% dari kekuatan refraksi mata.3
Permukaan anterior kornea berbentuk agak elips dengan diameter horizontal rata-
rata 11,5 - 11,7 mm dan 10,5 - 10,6 mm pada diameter vertikal sedangkan permukaan
posterior berbentuk sirkuler dengan diameter 11,7 mm. Pada orang dewasa ketebalan
kornea bervariasi dengan rata-rata 0,65 – 1 mm di bagian perifer dan 0,55 mm di bagian
tengah. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kurvatur antara permukaan anterior dan
posterior kornea. Radius kurvatur anterior kornea kira-kira 7,8 mm sedangkan radius
kurvatur permukaan posterior rata-rata 6,5 – 6,8 mm. Kornea menjadi lebih datar pada
bagian perifer, namun pendataran tersebut tidak simetris. Bagian nasal dan superior lebih
datar dibanding bagian temporal dan inferior. Luas permukaan luar kornea kira-kira 1,3
cm2 atau 1/14 dari total area bola mata.3
Gambar 1. Nebula
b. Makula
• Penyembuhan akibat ulkus kornea.
• Kerusakan kornea pada 1/3 stroma sampai 2/3 ketebalan stroma.
• Pada pemeriksaan, putih di kornea, dapat dilihat di kamar gelap dengan
slit- lamp tanpa bantuan kaca pembesar.
Gambar 2. Makula
c. Leukoma
• Penyembuhan akibat ulkus kornea.
• Kerusakan kornea lebih dari 2/3 ketebalan stroma.
• Kornea tampak putih, dari jauh sudah kelihatan
Gambar 3. Leukoma.
Apabila ulkus kornea sampai ke endotel akan mengakibatkan perforasi, dengan tanda:
• Iris prolaps
• COA dangkal
• TIO menurun
Kemudian sembuh menjadi leukoma adheren (leukoma disertai sinekia anterior).4
2.3.5 Patofisiologi
Selama stadium awal, epitel dan stroma di area yang terinfeksi atau terkena trauma akan
membengkak dan nekrosis. Sel inflamasi akut (terutama neutrofil) akan mengelilingi ulkus
awal ini dan menyebabkan nekrosis lamella stroma. Pada beberapa inflamasi yang lebih berat,
ulkus yang dalam dan abses stroma yang lebih dalam dapat bergabung sehingga menyebabkan
kornea menipis dan mengelupaskan stroma yang terinfeksi.3
Sejalan dengan mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi, respon imun seluler dan
humoral digabung dengan terapi antibacterial maka akan terjadi hambatan replikasi bakteri.
Mengikuti proses ini akan terjadi fagositosis organism dan penyerapan debris tanpa destruksi
selanjutnya dari kolagen stroma. Selama stase ini, garis batas terlihat pada epitel ulkus dan
infiltrate stroma berkonsolidasi dan tepinya tumpul. Vaskularisasi kornea bisa terjadi jika
keratitis menjadi kronis. Pada stase penyembuhan, epithelium berganti mulai dari area tengah
ulserasi dan stroma yang nekrosis diganti dengan jaringan parut yang diproduksi fibroblast.
Fibroblast adalah bentuk lain dari histiosit dan keratosit. Daerah kornea yang menipis diganti
dengan jaringan fibrous. Pertumbuhan pembuluh darah baru langsung di area ulserasi
akan mendistribusikan komponen imun seluler dan humoral untuk penyembuhan lebih lanjut.
Lapisan Bowman tidak beregenerasi tetapi diganti dengan jaringan fibrous. Epitel baru akan
mengganti dasar yang ireguler dan vaskularisasi sedikit demi sedikit menghilang.3
Pada beberapa ulkus yang berat, keratolisis stroma dapat berkembang menjadi perforasi
kornea. Pembuluh darah uvea dapat berperan pada perforasi yang nantinya akan menyebabkan
sikatrik kornea. Sikatrik yang terjadi setelah keratitis sembuh dapat tipis atau tebal. Sikatrik
yang tipis sekali yang hanya dapat dilihat dengan slit lamp disebut nebula. Sedangkan sikatrik
yang agak tebal dan dapat kita lihat menggunakan senterdisebut makula. Sikatrik yang tebal
sekali disebut leukoma. Nebula difuse,yang terdapat pada daerah pupil lebih mengganggu
daripada leukoma yang kecil yang tidak menutupi daerah pupil. Hal ini disebabkan karena
leukoma menghambat semua cahaya yang masuk,sedangkan nebula membias secara ireguler,
sehingga cahaya yang jatuh di retinajuga terpencar dan gambaran akan menjadi kabur sekali.3
2.3.6 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien
penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing,
abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus
herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat
topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri,
fungi, virus terutama keratitis herpes simplek.4
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya nebula, makula,
leukoma.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti:
• Ketajaman penglihatan
• Tes refraksi
• Tes air mata
• Pemeriksaan slit-lamp
• Fotokeratoskop
• Respon reflek pupil
2.3.7 Penatalaksanaan
Ketika jaringan parut kornea cukup padat untuk mempengaruhi penglihatan, sebuah
transplantasi kornea ditunjukkan. Prosedur ini 90% berhasil karena laju penolakan minimal
(karena kurangnya pasokan darah pada kornea). Implikasi: Pengobatan terbaik adalah
pencegahan (penyakit dan cedera).
Pencegahan bisa berupa:
• Pencegahan terhadap ulkus tetap dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli
mata setiap kali ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea
dapat mengawali timbulnya ulkus kembali dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi
mata.
• Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
• Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna,
gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
• Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa
tersebut.5
Edukasi kebutuhan akan bervariasi, tergantung kondisi individu (luas dan Iokasi
jaringan parut kornea). Indikasi keratoplasti adalah jika terjadi jaringan parut yang
mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam
penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :
• Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
• Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
• Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.1,3,5
2.3.8 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa kebutaan parsial atau komplit.
2.3.9 Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad Bonam
Ad Functionam : Dubia ad Malam
Ad Sanationam : Dubia ad Malam
DAFTAR PUSTAKA
1. Edelhauser HF. The cornea and the sclera, chapter 4 in Adlers Physiology of
The Eye Clinical Aplication. 10 th ed. St.louis, Missouri, Mosby, 2005 : 47-
103
2. Erry. Distribusi dan Karakteristik Sikatrik Kornea di Indonesia, Riskesdas
2007. Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 1, Maret Tahun 2012.
P30-7.
3. American Academy of Ophthalmology. External Disease and Cornea Section
8. San Francisco; 2008-2009: 179-84.
4. Eva PR, Biswell R. Cornea In Vaughn D, Asbury T, eds. General
Ophtalmology 17th ed. USA Appleton Lange; 2008. p. 126-49
5. Watsky MA, Olsen TW., Cornea and Sclera, In: Duane’s Clinical
Ophthalmology, (two volume, chapter four), Lippincott Williams & Wilkins.
USA : 2003
6. World Health Organization, Blindness: Vision 2020- Control of Major
Blinding Disease and Disorders, The Global Initiative for the Elimination of
Avoidable Blinness, feb 2000, in:
http://www.whoint/mediacentre/factsheets/ts214/en/print.ht ml.
7. Sidarta I, SR Yulianti. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI.