Vous êtes sur la page 1sur 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai umat manusia kita harus senantiasa taat menjalankan perintah agama, yaitu
dengan menjalankan segala perintah Allah, serta meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh-
Nya.
Di abad 21 ini, mungkin banyak diantara kita yang masih kurang memperhatikan dan
mempelajari akhlak. Yang perlu diingat, bahwa Tauhid sebagai inti ajaran islam yang
memang seharusnya kita utamakan, disamping mempelajari akhlak. Karena tauhid
merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah, seseorang yang bertauhid dan
baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baiknya manusia.
Namun, pada kenyataannya di lapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui
berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini
menunjukkan bahwa akhlak perlu dibina. Dari pembinaan tersebut akan terbentuk pribadi-
pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan rasul-Nya hormat kepada ibu
bapak dan sayang kepada sesama makhluk ciptaan Allah SWT.
Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha-usaha sungguh-sungguh
dalam rangka membentuk akhlak anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan
pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan
konsisten.
Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-
karakteristik atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-
karakteristik ini membentuk kerangka-kerangka psikologi seseorang dan membuatnya
berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang
berbeda-beda.

B. Rumusan Masalah
1. Aliran apa saja yang membahas tentang aspek-aspek yang mempengaruhi bentuk
akhlak ?
2. Unsur apa saja yang mempengaruhi bentuk akhlak

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak dan pendidikan.


Setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak. Apa yang telah dilakukan oleh
manusia timbul dari kejiwaan. Walaupun panca indra kesulitan melihat pada dasar kejiwaan
namun dapat dilihat dari wujud kelakuan. Maka setiap kelakuan sudah pasti bersumber dari
kejiwaan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya dan pendidikan
pada umumnya, ada tiga aliran yaitu:
1) Aliran Nativisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap diri seseorang adalah
faktor bawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, dan akal.
Jika seorang telah memiliki bawaan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang
tersebut lebih baik. Aliran ini begitu yakin terhadap potensi batin dan tampak kurang
menghargai peranan pembinaan dan pendidikan.
2) Aliran Empirisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap pembentukan diri
seorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkugan sosial; termasuk pembinaan dan
pendidikan yang diberikan. Jika penddidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak
itu baik, maka baiklah anak. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini begitu percaya kepada
peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan penjajahan.
3) Aliran Konvergensi
Menurut aliran ini faktor yang paling mempengaruhi pembentukan akhlak yakni
faktor internal (pembawaan) dan faktor dari luar (lingkungan sosial). Fitrah dan
kecendrungan ke arah yang lebih baik yang dibina secara intensif secara metode.
Aliran ini sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadits di
bawah ini.
‫صرانه او يم ّجسانه (رواه البخاري‬
ّ ‫يهودانه او ين‬
ّ ‫كل مولود يولد على الفطرة فأبواه‬
Artinya: setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fitrah (rasa ketuhanan
dan kecendrungan kepada kebenaran). Maka kedua orang tuanya yang
membentuk anak itu menjadi yahudi, Nasrani, atau majusi. (HR. Bukhori)1

1 Prof. Dr. H. Abuddin Nata,MA, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:PT. Raja Garfindo Persada, 2000),hal 169

2
Dari ayat dan hadits tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana
utama dalam pendidikan adalah kedua orang tua.
Pada kondisi demikian kadang membuat perasaan seorang ahli penyidik akhlak
kurang puas. Karena sulitnya mencari kejujuran perilaku yang sebenarnya sesuai dengan
kejiwaannya. Apabila ada perkataan “ jangan dusta” engkau ulang terus, tetapi engkau
lengahkan jiwanya sehingga timbul perbuatan dusta, tentu perkataanmu tidak membekas
di hati.

B. Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Bentuk Akhlak


Apabila ditinjau dari segi akhlak kejiwaannya maka perilaku tersebut dilakukan atas
dasar pokok-pokok sebagai berikut :
1. Insting
2. Pola dasar bawaan (turunan)
3. Lingkungan
4. Kebiasaan
5. Kehendak
6. Pendidikan

1. Insting
Insting ialah kemampuan untuk berbuat hal-hal yang kompleks tanpa latihan
sebelumnya dan terarah pada tujuan yang berarti, untuk mempertahankan eksistensi
manusiawinya.
Menurut James, insting ialah “suatu alat yang dapat menimbulkan perbuatan yang
menyampaikan pada tujuan dengan berfikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tiada dengan
di dahului latihan perbuatan itu.2
Untuk lebih mendekatkan pengertian “INSTING” maka ada beberapa sifatnya, antara lain:
a. Kekuatan insting ini berbeda menurut perbedaan orang dan bangsanya. Ia kuat dan
lemah menurut ketinggian akal bagi seseorang atau bangsa, dan mengikat keadaan
yang meliputinya. Insting yang bermacam-macam ini ialah sebab timbulnya
perselisihan diantara manusia.
b. Saat tampaknya insting yang bermacam-macam ini tidak terbatas dan tidak teratur
dalam manusia, sebagaimana teraturnya bagi binatang.

2 Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), hal 82

3
c. Banyak terjadi pertentangan antara insting-insting, sehingga menimbulkan
kegoncangan dan keragu-raguan dalam kelakuan manusia seperti orang yang
mempunyai insting suka memiliki serba kuat dan ia juga mempunyai insting yang
kuat untuk menghasilkan kebaikan bagi pergaulan umum, maka engkau melihatnya
agak goncang dan ragu-ragu karena akibat dua insting yang bertentangan itu.
d. Insting-insting itu kelihatan dalam bentuk pendorong untuk berbuat, insting marah
mendorong timbulnya kata yang tajam atau membalas dendam dan insting suka
mendorong untuk mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membaca buku-buku dan
menyelidiki hal-hal yang belum diketahui.
e. Insting itu adalah asas bagi perbuatan manusia. Ia melakukan perbuatan yang
bermacam-macam dalam kehidupan sehari-harinya.3
Macam-macam insting antara lain :
1. Insting menjaga diri sendiri
Kita melihat tiap-tiap binatang baik yang besar maupun yang kecil, tinggi atau rendah,
selalu berusaha sejak hari lahirnya untuk berkembang, berusaha apa yang ia dapatkan
untuk menghasilkan makannya, dan dapat lolos daripada mati. Ia berusaha akan hidup di
dalam suatu milieu (lingkungan) walaupun buruk, dan berusaha menyesuaikan dirinya
agar cocok dengan milieu yang ia dapat hidup di dalamnya. Bahkan lebih dari itu,
engkau melihat pada dirinya suatu keinginan (menurut wataknya) yang mendorong untuk
hidup yang lebih tinggi dari pada hidupnya sekarang.
2. Insting menjaga lawan jenis
Dia adalah insting yang paling kuat, dan insting yang paling banyak kelihatan dalam
kehidupan. Dengan gambaran yang lebih nyata tentang insting ini ialah suka bercumbu-
cumbuan, yaitu bertukaran cinta antara laki-laki dan perempuan. Insting ini apabila
diatur dengan sebaik-baiknya tentu menjadi sumber kebahagiaan. Kalau tidak tentu
menimbulkan kesengsaraan.
Insting menjaga jenis, terkadang amat kuat, sehingga lemahlah insting pribadinya. Maka
tidak sedikit kedua orang tua meninggalkan kesenangannya untuk kesenangan anak-
anaknya.
3. Insting merasa takut.
Insting ini berakar pada manusia, mengikutinya mulai masa kanak-kanak sehingga
masuk ke liang kubur. Antara insting ini dengan insting lainnya suka berdesak-desakan

3 Ibid, hal 82-83

4
seperti marah, suka mencipta, suka mengetahui dan suka bercumbu-cumbuan sehingga
menghambat untuk lahirnya insting takut atau menjadikan sebab akan keragu-raguan.
Insting takut ini adalah faktor yang sebesar-besarnya bagi pendidikan. Demikian pula
akhlak dan kebaikan kelakuan kita, akan rusak, kalau tidak dijaga oleh insting takut
karena mendapat celaan dan kehinaan dari orang lain.

2. Dasar Bawaan (Turunan)


Pada awalnya perkembangan kejiwaan primitive, bahwa ada pendapat yang
mengatakan kelahiran manusia itu sama. Dan yang membedakan adalah faktor pendidikan.
Tetapi pendapat baru mengatakan tidak ada dua orang yang keluar di alam keujudan sama
dalam tubuh, akal dari akhlaknya.
Ada teori yang mengumukakan masalah turunan (bawaan), yaitu :
a. Turunan(pembawaan) sifat-sifat manusia. Di mana-mana tempat orang membawa
turunan dengan beberapa sifat yang bersamaan. Seperti bentuk, pancaindra, perasaan,
akal dan kehendak.
b. Sifat-sifat bangsa. Selain adat kebiasaan tiap-tiap bangsa, ada juga beberapa sifat yang
diturunkan orang terdahulu kepada orang sekarang. Bukan saja dalam sifat-sifat yang
mengenai akal tetapi juga dalam bentuk wajah.4

3. Lingkungan
Dalam arti luas, lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat
istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu
yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang, ia adalah
seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak atau
tidak bergerak, kejadian-kejadian yang mempunyai hubungan dengan seseorang.5
Lingkungan terdiri dari 2 bagian, yaitu:
1. Lingkungan fisik, yaitu lingkungan kealaman, misal keadaan tanah, keadaan
musim.lingkungan fisik atau lingkungan kealamaan yang berbeda akan memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap perkembangan individu. Misal keadaan alam yang
tandus akan memberikan pengaruh yang berbeda bila dibandingkan dengan keadaan
alam yang subur. Daerah yang mempunyai musim dingin akan memberikan pengaruh

4 Ahmad Amin, ETIKA Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995), hal 36
5 Dr. Zakiat Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), hal 63-64

5
yang berbeda bila di bandingkan dengan daerah yang tidak mempunyai musim
dingin.
2. Lingkungan sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat yang didalamnya
terdapat interaksi individu dengan individu yang lain.6

4. Kebiasaan
Suatu perbuatan bila diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan disebut “Adat
Kebiasaan”. Kebanyakan pekerjaan manusia jelmaan dari arah adat kebiasaan, seperti
berjalan, berlari, cara berpakaian, berbicara dan lain sebagainya.
Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang bentuk yang sama yang
dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar.
Contoh: memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau
kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta, berjalan kaki dijalur sebelah kiri
dll.7
Pada awalnya, taraf kebiasaan itu disadari dan orang menggunakan akal. Lama -
kelamaan timbangan akal dan kesadaran semakin menipis ; dan kebiasaan jadi otomatis serta
tidak disadari ( misalnya berjalan, sial antara lain ialah dorongan seks (kelamin), dorongan
sosialitas atau hidup berkawan, dorongan meniru, dorongan berkumpul dan sebagainya.
Fungsi Kebiasaan:
a. Memudahkan perbuatan yang dibiasakan
Umpamanya berjalan dan berjalan itu merupkan latihan yang berat. Untuk
mempelajarinya memerlukan waktu berbulan-bulan lamanya. Tetapi jika perbuatan itu
diulang-ulang maka akan menjadi sangat mudah, sehingga terbentuk adat kebiasaan,
dan dapat melakukannya dengan mudah.
b. Menghemat waktu dan perhatian
Tatkala perbuatan diulang dan menjadi kebiasaan, maka ia dapat melakukan dalam
waktu yang lebih singkat dan tidak memerlukan perhatian yang banyak.
Contohnya: Menulis, saat kita mempelajarinya, untuk menulis sebaris saja kita
memerlukan beberapa waktu, membutuhkan perhatian yang lebih dan mempersiapkan
segala fikiran yang ada, akan tetapi setelah menjadi kebiasaan dapatlah seseorang
menulis beberapa halaman dalam waktu yang sama ketika ia menulis satu baris.

6 Prof. Dr. Bimo Walgito, Psikologi sosial, (Yogyakarta: Andi Offset,1990), hal 26-27
7 Idianto M, Sosiologi SMA Kelas X,(Jakarta: Erlangga, 2004), hal 112

6
Tidak sedikit orang yang terkena akibat kebiasaan yang membahayakan, hendaknya ia
merobahnya atau menghindarinya.Untuk membentuk kebiasaan harus ada keinginan kepada
sesuatu dan diterimanya keinginan itu dan diulang-ulang keinginan itu. Sehingga untuk
menghindarinya wajib melakukan kebalikan dari apa yang menyebabkannya, kita harus
menolak keinginan untuk berbuat, maka kita akan dapat menghentikan kebiasaan tersebut.8
Ahli ilmu jiwa menetapkan bahwa fikiran mendahului perbuatan. Bila fikiran
dikemukakan pada otak dan diterima dalam waktu yang lama pasti akan membekas dan
berubah menjadi perbuatan. Dan apabila perbuatan itu terus diulangi maka akan menjadi
sebuah kebiasaan.

5. Kehendak
Kehendak Tuhan adalah “ penjabaran-Nya atas objek-objek pengetahuan-Nya dalam
bentuk eksistensi, sesuai dengan kebutuhan pengetahuan-Nya. “Kehendak kita identik dengan
kehendak abadi Ilahiah, tetapi dalam berhubungan dengan kita, ia berpartisipasi dalam
kesementaraan kita (hudust), dan kita menyebutnya “diciptakan”.9
Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin adalah dengan semacam paksaan dan merdeka
dengan semacam kemerdekaan. Adapun macamnya paksaan ialah karena kehendak itu
tunduk pada dua faktor, faktor batin dan faktor luar. Faktor batin ialah apa yang diwariskan
oleh manusia dan orang-orang tuanya, yang dapat membentuk kehendak dengan bentukan
yang tertentu dan tidak dapat menghindarinya. Kalau engkau memerintah engkau akan
mencintai musuhmu, tentu itu adalah di luar kuasamu, sebab hal itu melenyapkan insting
cinta diri, akan tetapi masuk dalam kuasamu bila perintahnya supaya jangan berlaku melebihi
batas terhadap musuhmu. Sedangkan faktor luar ialah kekuatan pendidikan dan lingkungan
dan apa yang telah ditetapkan oleh ahli-ahli ilmu pergaulan bahwa manusia itu terpengaruh
dalam perbuatan pada umumnya dengan perbuatan-perbuatan masyarakat yang di dilamnya ia
hidup.
Kedua faktor ini mengendalikan kehendak dan yang menggambarkan baginya jalan
untuk berbuat sehingga dapat menebak apa yang akan dilakukanoleh manusia yang
membentuk akhlak. Adapun macamnya kemerdekaan ialah karena insting , lingkungan dan
pendidikan itu tidak melenyapkan pemilihannya (ikhtiarnya) dengan alas an apa yang kita
rasakan dari kita tentang kemerdekaan memilih. Kalau sekiranya kehendak manusia itu tidak

8 Ahmad Amin, ETIKA Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995), hal 27
9 Al Khair, Ibn Abi, Tasawuf Cinta,(Bandung: Mizan, 2003), hal 141

7
merdeka di dilam memilih kebaikan dan keburukan, tentu kewajiban akhlak serta perintah
dan larangan, tidak ada gunanya dan tidak ada artinya pahala dan siksa, pujian dan celaan.10

6. Pendidikan
Pendidikan dalam kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata didik. Pendidikan
ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Dalam Bahasa arab istilah pendidikan disebut tarbiyah berasal dari dasar
kata robba. Sedangkan dalam bahasa inggris pendidikan dikenal dengan istilah education.
Baik kata tarbiyah maupun education memiliki arti pendidikan sekaligus pengajaran. Istilah
pengajaran bahasa arab dikenal juga istilah ta’lim.
Pendidikan perspektif agama islam ialah suatu proses penyampaian informasi
(berkomunikasi) yang kemudian diserap oleh masing-masing pribadi (internalisasi), sehingga
menjiwai cara berfipir bersikap dan bertindak(individuasi) baik untuk dirinya sendiri maupun
hubungannya dengan Allah (ibadah) dan hubungannya dengan manusia atau masyarakat
(sosialisasi) serta makhluk lain dalam alam semesta maupun lingkungan dalam
kedudukannya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah di bumi.11
Unsur-unsur pendidikan antara lain : pendidikan ruhani, pendidikan akhlak,
pendidikan akal, pendidikan jasmani, pendidikan agama, pendidikan sosial, pendidikan
politik, ekonomi, pendidikan estetika dan pendidikan jihad.
Pendidikan diperoleh melalui 3 intitusi yaitu:
1. Keluarga. Dalam pengertian sempit keluarga mencakup kedua orang tua, saudara,
kerabat dan sanak famili. Dalam pengertian luas keluarga mencakup tetangga, teman
dan masyarakat secara keseluruhan. Tidak diragukan lagi bahwa institusi keluarga
mempunyai pengaruh efektif bagi orang-orang yang hidup di dalamnya.
2. Masjid. Memberi pengaruh yang baik bagi jiwa orang-orang dengan memberi
masukan dan membantu mereka dalam berhubungan dengan Sang Pencipta. Serta
pengaruh yang baik terhadap akhlak yang berupa rasa cinta kepada kebajikan dan
kepada sesama manusia. Juga, keinginan untuk bekerja sama dengan sesama dalam
kebajikan dan ketakwaan. Serta pengaruhnya yang baik bagi rasa sosialnya, yaitu
dengan menanamkan rasa cinta dan kasih saying kepada seluruh mausia.

10 Ahmad Amin, ETIKA Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995), hal 108-109
11 Drs. Kaelani, HD,M.A., Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), hal 240

8
3. Sekolah. Meliputi unsure-unsur yang ada di dalamnya seperti guru, buku, peralatan,
metode, gedung, dan hal-hal yang ditinggalkan dalam diri murid-murid. Demikian
juga perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri para murid menuju arah yang lebih
baik dalam ruhani, akhlak, akal, jasmani, keagamaan, kepedulian sosial, politik, dan
lain-lain.
Ketiga institusi ini bertujuan untuk menghantarkan manusia kepada kehidupan di
dunia yang bahagia dengan ilmu yang bermanfaat, kasih saying terhadap sesama,
menginginkan kebaikan bagi sesama sehingga semuanya mendapatkan kebahagiaan di
akhirat, kehidupan yang abadi tempat mereka mendapatkan ridho dan surga dari Allah.
Tujuan pendidikan adalah menyempurnakan dan mengaktualisasi seluruh potensi yang
dimiliki anak didik untuk mencapai pengetahuan diri tentang Tuhan yang merupakan tujuan
hidup manusia.12
Pendidikan islam diperlukan sebagai upaya dalam pengembangan pikiran, penataan
perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan dunia ini, serta
bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan
sekaligus mengupayakan perwujudannya. Dengan demikian tujuan pendidikan dalam agama,
mulai dari TK sampai perguruan tinggi hendaklah sejalan dengan tujuan diturunkannya
agama kepada manusia. Agama datang kepermukaan bumi ini bertujuan membimbing
manusia dalam usahanya mencapai kesempurnaan diri dan kebahagiaan, baik di dunia
sekarang maupun di akhirat kelak.13
Allah telah menganugerahi manusia yang dengannya manusia dapat menguasai alam
semesta yang memang dicipta untuk kepentingan manusia (QS 2:29, 7:10,)
Dunia pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan perilaku atau akhlak
seseorang. Berbagai ilmu pendidikan dari mulai perhitungan sampai pelajaran akhlak,
diperkenalkan dalam pendidikan, bahkan lingkungan sekolah juga merupakan tempat
bertemunya semua watak atau perilaku dari masing-masing anak yang berlainan. Sehingga
kondisi tersebut dapat mempengaruhi kepribadian seorang anak.
Dalam hal ini, tenaga pendidik sangat berperan penting, mereka harus memiliki
kemampuan profesionalitas dalam bidangnya. Mereka harus mampu mengarahkan dan
membimbing anak didiknya ke hal yang baik. Agar perkembangan pribadi anak didiknya
sesuai dengan yang diharapkan agar mereka mamp menjadi contoh dan teladan yang baik
dalam masyarakat.

12 Drs. Ali Maksum, Tasawuf, ( Surabaya:Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat PSAPM, 2003), hal 180
13 Drs. Kaelani, HD, M. A, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2000), hal 241

9
BAB III
KESIMPULAN

Insting adalah kemampuan berbuat pada suatu tujuan yang dibawa sejak lahir,
merupakan pemuasan nafsu, dorongan-dorongan nafsu, dan dorongan psikologis. Insting juga
merupakan kesanggupan melakukan hal yang kompleks tanpa dilihat sebelumnya, terarah
kepada suatu tujuan yang berarti bagi subjek tidak disadari langsung secara mekanis.
Perpindahan sifat-sifat tertentu dari orang tua kepada keturunannya, maka disebut al-
Waratsah atau warisan sifat-sifat. Warisan sifat orang tua terhadap keturunannya, ada yang
sifatnya langsung dan tidak langsung. Artinya, langsung terhadap anaknya dan tidak langsung
terhadap anaknya, misalnya terhadap cucunya. Sebagai contoh, ayahnya adalah seorang
pahlawan, belum tentu anaknya seorang pemberani bagaikan pahlawan, bisa saja sifat itu
turun kepada cucunya.
Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan seseorang atau suatu masyarakat
adalah lingkungan (milleu). Lingkungan (milleu) adalah suatu yang melingkupi suatu tubuh
yang hidup. Lingkungan tumbuh-tumbuhan oleh adanya tanah dan udaranya. Lingkungan
manusia ialah apa yang melingkunginya dari negeri, lautan, sungai, udara dan bangsa.
Suatu perbuatan bila diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan disebut “Adat
Kebiasaan”. Kebanyakan pekerjaan manusia jelmaan dari arah adat kebiasaan, seperti
berjalan, berlari, cara berpakaian, berbicara dan lain sebagainya. Kebiasaan merupakan suatu
bentuk perbuatan berulang-ulang bentuk yang sama yang dilakukan secara sadar dan
mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar. Contoh: memberi hadiah
kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau kedudukan, memakai baju
yang bagus pada waktu pesta, berjalan kaki dijalur sebelah kiri dll.
Ada 2 faktor dari kehendak adalah faktor batin dan faktor luar. Faktor batin adalah
apa yang diwariskan oleh manusia dan orang tuanya, yang dapat membentuk kehendak
dengan bentukan tertentu dan tidak dapat menghindarinya. Dan faktor luar adalah kekuatan
pendidikan dan lingkungan dan apa yang telah ditetapkan para ahli ilmu pergaulan bahwa
manusia itu terpengaruh dalam perbuatannya, pada umumnya dengan perbuatan masyarakat
yang didalamnya ia hidup.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al Khair, Ibn Abi, Tasawuf Cinta, (Bandung: Mizan, 2003)


Amin Ahmad, ETIKA Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995)
Daradjat Zakiat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000)
Idianto M, Sosiologi SMA Kelas X,(Jakarta: Erlangga, 2004)
Kaelani, HD, M. A, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara,2000)
Maksum Ali, Tasawuf, ( Surabaya:Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat PSAPM,
2003)
Mustofa H. A., Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997)
Nata Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:PT. Raja Garfindo Persada, 2000)
Walgito Bimo, Psikologi sosial, (Yogyakarta: Andi Offset,1990)

11

Vous aimerez peut-être aussi