Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SELATAN
ANDREAN
ABSTRACT
ANDREAN.Analysis of Coal Samples from South Sumatra. Supervised by DUDI
TOHIR and ASTUTI RAHAYU
RINGKASAN
ANDREAN
Disetujui
Diketahui
Prof. Dr. Ir. M. Zairin Junior, M.Sc Armi Wulanawati, S.Si, M.Si
Direktur Koordinator Program Keahlian
Tanggal Lulus :
v
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral dan Batubara. Penulis bersyukur dapat menyelesaikan laporan
PKL yang berjudul “Analisis Sampel Batubara dari Sumatera Selatan”. Laporan
tugas akhir ini disusun untuk melengkapi syarat memperoleh gelar Ahli Madya
pada program studi Analisis Kimia Institut Pertanian Bogor.
Penulis banyak mendapatkan dukungan baik moril maupun teknis pada
saat penyusunan laporan tugas akhir, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Dudi Tohir, M.S selaku dosen
pembimbing PKL yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
dalam penyusunan laporan tugas akhir, serta Ibu Astuti Rahayu selaku
pembimbing lapangan yang telah memberikan arahan, saran, dan motivasinya.
Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga
yang telah memberikan dukungan doa, moril, dan materil. Serta ucapan terima
kasih kepada analis di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan
Batu Bara dan semua teman-teman Analisis Kimia 46 yang telah memberikan
solusi, bantuan dan semangat. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Penulis
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 30 Juni 1991, lahir dari
pasangan suami istri Bapak Syafrul Halim Rozie dan Ibu Wijaya Ningsih. Penulis
merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Tahun 2003 penulis menyelesaikan
sekolah dasar di SDN 2 Pelita dan melanjutkan Sekolah di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Al-Kautsar Rajabasa. Sekolah Menengah Atas (SMA)
diselesaikan penulis pada tahun 2009 di SMA Al-Kautsar Rajabasa. Setelah
menyelesaikan SMA penulis melanjutkan kuliah di Direktorat Program Diploma
Insitut Pertanian Bogor Program Keahlian Analisis Kimia melalui jalur Ujian
Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjalani pendidikan, penulis aktif
mengikuti kegiatan di Program Analisis Kimia Diploma IPB, seperti makrab dan
fieldtrip. Penulis berkesempatan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batu Bara Bandung.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ viii
1 PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Tujuan ...................................................................................................2
1.3 Waktu dan Tempat ................................................................................2
2 KEADAAN UMUM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA .............................................3
2.1 Sejarah dan Perkembangan Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara 3
2.2 Visi dan Misi..........................................................................................4
2.3 Tugas dan Fungsi ...................................................................................4
2.4 Kegiatan Laboratorium...........................................................................5
2.5 Struktur Organisasi.................................................................................6
3 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................8
3.1 Batubara.................................................................................................8
3.2 Jenis Batubara .......................................................................................9
3.3 Analisis Batubara .................................................................................10
3.4 Nilai Kalor...........................................................................................12
3.5 Standar Batubara ..................................................................................12
4.1 Alat dan Bahan.....................................................................................14
4.2 Prosedur...............................................................................................14
5 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................19
5.1 Analisis Proksimat ...............................................................................19
5.2 Analisis Ultimat ...................................................................................22
6 SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................25
6.1 Simpulan..............................................................................................25
6.2 Saran....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................26
LAMPIRAN ..................................................................................................27
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Hasil analisis uji proksimat dan fuel ratio .............................................. 20
2 Hasil analisis kadar C,H,N,O dan Sulfur................................................ 22
3 Nilai kalor berdasarkan dmmf ................................................................ 24
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Struktur Organisasi Puslitbang tekMIRA.............................................. 28
2 Hasil dan perhitungan penentuan kadar air lembab ............................... 29
3 Hasil dan perhitungan penentuan kadar abu.......................................... 29
4 Hasil dan perhitungan penentuan kadar zat terbang .............................. 30
5 Penentuan karbon padat dan fuel ratio .................................................. 31
6 Hasil dan perhitungan penentuan kadar sulfur total............................... 31
7 Hasil dan perhitungan penentuan nilai kalor ......................................... 32
8 Nilai kalor berdasarkan dmmf ............................................................... 32
9 Hasil dan perhitungan penentuan kadar C,H,N,O.................................. 33
10 Klasifikasi batubara.............................................................................. 34
1
1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL) secara umum menerapkan ilmu yang
telah diperoleh selama perkuliahan dalam dunia kerja. Tujuan (PKL) secara
khusus melakukan analisis sampel batubara dari sumatera selatan.
Laboratorium Batubara
Laboratorium Batubara melakukan pengujian untuk mengetahui kualitas
batubara yang meliputi analisis proksimat (air lembab, zat terbang, kadar abu dan
karbon padat), analisis ultimat meliputi (C, H, S, N, Cl dan O), pengujian nilai
kalor, titik leleh abu, analisis komposisi abu batubara (SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO,
MgO, K2O, Na2O, TiO2, MnO2, dan LOI) dan analisa fisik lainnya yang meliputi
nilai muai bebas, berat jenis, true specific gravity, dan hard grove indeks. Adapun
peralatan pendukung yang digunakan meliputi furnace, oven, FSI oven, AFT
oven, dan alat instrument lain seperti sulphur, CHN, dan nilai kalor.
\
8
3 TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Batubara
Batubara maerupakan senyawa hidrokarbon padat yang terdapat di alam
dengan komposisi yang cukup kompleks. Batubara adalah substansi heterogen
yang dapat terbakar dan terbentuk dari banyak komponen yang mempunyai sifat
saling berbeda. Proses perubahan tumbuhan menjadi batubara dikenal dengan
coalifikasi dengan urutan zat yang dihasilkan yaitu gambut, lignit, sub bituminous
dan antrasit.
Proses Pembentukan Batubara, yaitu:
Batubara merupakan sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang mengalami
perubahan bentuk awal hingga menjadi batubara. Penimbunan lanau dan sedimen
lainnya bersama dengan pergeseran kerak bumi (pergeseran tektonik) sehingga
mengubur rawa dan gambut, dengan penimbunan tersebut material tumbuhan
terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut
menyebabkan tumbuhan mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan
mengubah tumbuhan menjadi gambut dan kemudian batubara. Perubahan kimia
yang dimaksud adalah terjadinya perubahan yang kompleks dari senyawa
batubara yang berasal dari tumbuhan sebagai akibat dari proses pembusukkan,
pemupukkan, dan pemadatan. Pada proses tersebut terjadi pelepasan air, CO 2, dan
gas metana. Reaksi yang terjadi, yaitu:
Perubahan fisika yang dimaksud adalah bertambah gelapnya warna dari massa
pembentukan batubara, naiknya kekerasan dan perubahan tekstur batubara.
Dengan semakin dalamnya timbunan sisa tanaman maka akan terjadi proses
selanjutnya yaitu proses geokimia, pada tahap ini terjadi proses selanjutnya, yaitu
9
4. Bituminus
Golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh dengan
membentuk bongkah-bongkah prismatik. Batubara bituminus nengandung 68-
86% karbon, berkadar air 8-10%, nilai kalor sebesar 6000 kal/g dengan
kandungan abu dan sulfur yang sedikit. Batubara ini dapat digunakan untuk
kepentingan transportasi dan jenis industri kecil.
5. Antrasit
Merupakan kelas batubara tertinggi, berbentuk padat, batu-keras dengan
warna jet-black berkilauan metalik, mengandung antara 86-98% unsur karbon
dengan kadar air kurang dari 8%, nilai kalor lebih dari 7300 kal/g, terbakar
lambat, dengan batasan nyala api biru dengan sedikit sekali asap.
a) Analisis Kadar Air Lembab (Moisture), penetuan kadar ini bertujuan untuk
mengetahui kadar air yang terdapat dalam batubara yang berukuran 60 mesh dan
nantinya dapat di hitung dengan kadar air bebas pada batubara bongkah dan pada
batubara ukuran 3 mm sebagai kadar air total.
MgO lebih besar dari satu, kebanyakan berasal dari tipe batubara bituminus
sampai antrasit (Rance 1975).
Analisis proksimat lain seperti analisis karbon padat dan kadar air total tidak
dilakukan dalam pengujian.
Parameter analisis ultimat berdasarkan ASTM meliputi :
a) Nilai karbon, karbon yang terdapat dalam batubara bertambah sesuai dengan
peningkatan derajat batubaranya. Karbon bertambah sesuai dengan naiknya
derajat batubara kira-kira 60-100%. Presentasenya akan lebih kecil pada lignit dan
menjadi besar pada antrasit dan hampir seratus persen dalam grafit. Unsur karbon
yang ada sangat penting peranannya sebagai penyebab panas.
c) Nilai oksigen, oksigen yang terdapat dalam batubara berupa ikatan atau
kelompok hidroksil, metoksil dan karbonit, merupakan oksigen yang tidak reaktif.
Sebagaimana dengan hidrogen, kandungan unsur oksigen ini akan berkurang
selama evolusi atau pembentukan air dan karbondioksida. Nilai oksigen didapat
dari pengurangan angka 100% dengan jumlah kandungan (persentase) unsur-
unsur kimia lain (Sudarsono 2008). Kandungan oksigen dalam lignit sekitar 20%
atau lebih, berbitumin sekitar 4- 10% dan 1,5- 2% dalam antrasit.
12
e) Nilai sulfur, sulfur dalam batubara umumnya terdapat hanya dalam jumlah
kecil dan kemungkinan berasal dari protein tanaman pembentuk dan diperkaya
oleh bakteri sulfur. Kehadiran sulfur dalam batubara biasanya lebih kecil 4%
tetapi dalam beberapa hal mempunyai konsentrasi lebih tinggi. Sulfur terdapat
dalam tiga bentuk yaitu sulfur pirit (pyritic sulphur), anorganik sulfur, sulfur
organik dan sulfat. Sulfur pirit biasanya berjumlah berkisar 20-80% dari total
sulfur dan terdapat dalam makrodeposit (lensa urat, kekar bola dan lain-lainnya)
dan mikrodeposit (partikel halus yang menyebabkan sulfur organik berjumlah
sekitar 20% sampai 80% dari jumlah sulfur seluruhnya. Sulfur dalam batubara
biasanya berasosiasi dengan konsentrtasi sulfat selama pembentukan endapan.
4.2 Prosedur
Penatapan Kadar Air Lembab
Prinsip penentuan yaitu dengan cara menghitung kehilangan berat dari
contoh batubara/kokas yang dipanaskan pada suhu dan kondisi standar dalam
oven pengering (ASTM D 3173 2009).
Kadar air lembab batubara, ditimbang 1 g sampel berukuran 60 mesh ke
dalam botol timbang yang telah diketahui bobot kosongnya, lalu dipanaskan
dalam oven pada suhu 1050C selama 60 menit, kemudian didinginkan dalam
eksikator dan ditimbang bobot akhir sampel. Dihitung kadar air lembab pada
batubara. Kadar air lembab dapat dihitung menggunakan perhitungan sebagai
berikut :
−
=
−
−
= 100 −
−
Penetapan Kadar Karbon, Hidrogen dan Nitrogen dengan Teknik Infra Red
(IR) dan Thermal Conductivity (TC)
Prinsip penentuan kadar C,H,N yaitu contoh batubara dibakar pada
temperatur tinggi dalam aliran oksigen sehingga seluruh hidrogen diubah menjadi
uap air, karbon menjadi karbondioksida dan nitrogen menjadi nitrogen oksida.
Uap air dan karbondioksida ditangkap oleh detektor infra red sedangkan nitrogen
16
Exclude Results disentuh bila hasil tak digunakan., setelah itu tombol Process
Results disentuh, sehingga nilai kalibrasi baru secara otomatis akan dihitung
berdasarkan data hasil include result, lalu tombol OK disentuh untuk menyimpan
nilai kalibrasi baru. Tombol ESC disentuh untuk keluar dari menu ini.
Tahap terakhir yaitu drift corection, dilakukan analisis contoh sebanyak 3-
5 kali penimbangan sehingga didapat hasil yang akurat. Drift corection dilakukan
dengan cara tombol calibrate pada front panel disentuh, dipilih drift corection ,
lalu dipilih karbon, hidrogen, atau nitrogen dari jendela. Langkah selanjutnya
sama seperti langkah pengkalibrasian standar diatas.
Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada tabel 2, kadar karbon pada
sampel berkisar antara 46,75–58,86%, berdasarkan kadar karbon kita dapat
memprediksi nilai kalor dalam sampel karena kadar karbon bertoleransi dengan
nilai kalor, jika kadar karbon tinggi maka umumnya nilai kalor akan tinggi juga.
Kadar hidrogen yang diperoleh pada percobaan berkisar antara 4,43-5,36 %, kadar
hidrogen berpengaruh terhadap jumlah kandungan air yang terdapat dalam
sampel. Kadar nitrogen dalam sampel berkisar antara 0,56-0,91 %, nitrogen yang
terkandung dalam batubara dapat menyebabkan terjadinya reaksi perubahan gas
23
nitrogen menjadi NOx pada waktu pembakaran yang merupakan polutan yang
berbahaya, maka kadar nitrogen pada setiap batubara diharapkan sangat kecil
sekali. Berbeda dengan kadar nitrogen, kandungan oksigen dari suatu batubara
diharapkan sangat besar karena diperlukan dalam proses pembakaran dalam
batubara, semakin tinggi kadar oksigen maka semakin cepat pula proses
pembakaran. Kadar oksigen pada sampel berkisar antara 28,30-32,72%.
Keberadaan belerang (sulfur) dalam batubara akan berpengaruh terhadap
tingkat korosi sisi dingin (sisi luar) yang terjadi yang terjadi pada elemen pemanas
udara (terutama apabila suhu kerja lebih rendah dari letak embun sulfur), juga
berpengaruh terhadap efektivitas peralatan penangkapan abu (electrostatic
precipitator). Berdasarkan hasil yang tertera pada tabel 2 di atas kadar belerang
sampel berkisar antara 0,44-5,96 %, kandungan belerang pada setiap batubara
diharapkan kecil sekali karena pada proses pembakaran SO x yang dihasilkan bila
bereaksi dengan uap air akan menyebabkan terbentuknya hujan asam
(Sukandarrumidi 1995), dan bila terjadi pengikatan oksida belerang oleh lapisan
yang kaya akan alkali dari abu batubara akan menyebabkan korosi lokal dari pipa
boiler.
Nilai kalor membantu jumlah batubara yang diperlukan untuk
mendapatkan panas pada boiler yang diinginkan, dan memberikan nilai
keekonomian batubara (Suprapto 2006). Pengukuran nilai kalor pada batubara
dilakukan dengan menggunakan bom kalorimeter Leco AC-350. Gas oksigen
yang digunakan pada pengujian berfungsi untuk membantu pembakaran,
sedangkan motor penggerak pengaduk berfungsi untuk menjamin keseragaman
temperatur air disekitar bomb, sedangkan untuk pemenasan luar digunakan mantel
agar suhu tetap seragam. Proses dimulai dengan arus listrik yang membakar
sumbu sampai habis, panas yang berkembang secara eksotermik akan mengalir
dari bom ke air, sehingga suhu dalam seluruh sistem akan naik. Kuantitas panas
yang dilepas sebagai hasil dapat dihitung dari kenaikkan suhu dan banyaknya
panas yang diserap oleh kalorimeter dan air yang terkandung (Eubanks et al
2006). Hasil yang diperoleh dalam penentuan nilai kalor dapat dilihat pada tabel
3.
24
Rerata Koreksi
Sampel Kalor dmmf
Nilai Kalor (kal/g)
Nilai kalor dipengaruhi oleh kandungan air dan abu yang terdapat dalam
batubara. Tinggi rendahnya kandungan air dan abu akan berpengaruh pada karbon
padat sebagai penghasil panas, jika kadar air dan abu tinggi maka kadar karbon
padatnya rendah, sehingga nilai kalor yang dihasilkan juga akan rendah dan
sebaliknya. Nilai kalor yang diperoleh dalam sampel batubara yang berasal dari
sumatera selatan berkisar 8923-9978 berdasarkan nilai kalordmmf. Menurut tabel
klasifikasi ASTM (lampiran 10) sampel tersebut terpisah menjadi beberapa kelas
berdasarkan tingkatannya. Sampel 7364, 7367 dan 7368 berada pada tingkatan
batubara sub bituminous C, sedangkan pada sampel 7363, 7365, dan 7366 berada
pada tingkatan batubara sub bituminous B, hasil tersebut menunjukkan bahwa
sampel batubara masih berumur muda karena umur batubara dapat menentukkan
kualitas dari batubara tersebut. Perbedaan hasil ini juga dapat disebabkan oleh
karena proses sampling diambil dari berbagai titik di daerah sumatera selatan,
karena perbedaan tempat sampling salah satu faktor yang menyebabkan hasil
berbeda, faktor lainnya yang membedakan perbedaan hasil tersebut yaitu cara
sampling yang kurang teliti dalam pengambilan sampel.
25
6.1 Simpulan
Analisis sampel batubara dari sumatera selatan ditentukan dengan tiga
metode analisis, diantaranya analisis proksimat, analisis ultimat, dan analisis nilai
kalor dengan menggunakan bom kalorimeter. Pada analisis proksimat nilai fuel
ratio yang diperoleh dari keenam sampel berkisar pada 0,77-0,97, hal ini
menunjukkan bahwa sampel batubara dari Sumatera Selatan termasuk ke dalam
golongan batubara bituminous. Pada analisiss nilai kalor diperoleh hasil bahwa
sampel batubara yang berasal dari Sumatera Selatan termasuk golongan batubara
Sub Bituminous B dan Sub Bituminous C berdasarkan klasifikasi ASTM 1982
karena memiliki nilai kalor berada pada tingkat klasifikasi 9.500 < NK > 10.500
dan 8.300 < NK > 9.500 BTU.
6.2 Saran
Karakterisasi batubara sangat penting untuk mengetahui kandungan yang
dimiliki pada suatu sampel, namun jika untuk pengklasifikasian batubara lebih
baik cukup dengan menentukan nilai kalornya saja.
.
26
DAFTAR PUSTAKA
Annual Book of ASTM Standar D 5865-10. 2010. Standard Test Method for
Gross Calorific Value Of Coal and Coke. Volume 05,06. Gaseous Fuels,
Coal and Coke.
Rance HC. 1975. Coal Quality Parameters and Their Inluence in Coal
Utilization. Shell International Co.Ltd
LAMPIRAN
28
−
= × 100%
−
Keterangan : a = bobot botol + sampel sebelum pemanasan
b = bobot botol kosong
c = bobot botol + sampel setelah pemanasan
Contoh Perhitungan kadar air lembab
31,8179 − 31,7140 (g)
%(b/b) = x 100% = 10,38%
31,8179 − 30,8174 (g)
10,38 + 10,45(%)
% Rerata kadar air lembab = = 10,42%
2
Kadar
Kode
ulangan a (g) b (g) c (g) abu Rerata
sampel
%(b/b)
7363 1 12,8190 11,8190 11,8835 6,45
6,46
2 17,9807 16,9807 17,0453 6,46
7364 1 17,6127 16,6126 16,7972 18,46
18,42
2 16,6034 15,6032 15,7870 18,38
7365 1 16,7087 15,7084 15,7420 3,36
3,42
2 16,2620 15,2619 15,2967 3,48
7366 1 12,3093 11,3092 11,3984 8,92
8,93
2 13,2207 12,2207 12,3100 8,93
7367 1 11,9803 10,9802 11,0067 2,65
2,61
2 12,9543 11,9543 11,9800 2,57
7368 1 12,3724 11,3722 11,5549 18,27
18,33
2 14,0053 13,0052 13,1890 18,38
30
Lanjutan lampiran 3
−
= × 100%
−
Keterangan : a = bobot cawan + sampel sebelum pemanasan
b = bobot cawan kosong
c = bobot cawan + sampel setelah pemanasan
Contoh Perhitungan kadar abu
11,8835 − 11,8190 (g)
%(b/b) = x 100% = 6,45%
12,8190 − 11,8190 (g)
6,45 + 6,46(%)
% Rerata kadar air lembab = = 6,46 %
2
−
= × 100% −
−
Keterangan : a = bobot cawan + sampel sebelum pemanasan
b = bobot cawan kosong
c = bobot cawan + sampel setelah pemanasan
M = Kadar air rerata (%)
Contoh perhitungan kadar zat terbang kode 7363 ulangan 1
12,8536 − 12,3136
%(b/b) = × 100% − 10,42 = 43,55%
12,8536 − 11,8530
31
Kode Sampel
Penentuan
7363 7364 7365 7366 7367 7368
Kadar Air 10.42 9.44 11.78 10.36 11.08 11.58
Kadar Abu 6.46 18.42 3.42 8.93 2.61 18.33
Kadar Zat Terbang 43.55 37.03 42.58 45.63 43.76 35.49
Karbon Padat 39.57 35.11 42.22 35.08 42.55 34.60
Fuel Ratio 0.91 0.95 0.99 0.77 0.97 0.97
= 100 − ( + + )
Rerata
Koreksi
Koreksi
Kode Sulfur Nilai
ulangan a (g) Nilai
sampel Total (%) Kalor
Kalor
(kal/g)
(kal/g)
7363 1 1,0001 2,24 5284
5287
2 1,0003 5290
7364 1 1,0002 5,96 4296
4299
2 1,0005 4302
7365 1 1,0002 0,44 5272
5288
2 1,0004 5303
7366 1 1,0003 0,72 4816
4816
2 1,0001 4816
7367 1 1,0005 1,88 5260
5261
2 1,0006 5262
7368 1 1,0003 0,66 4275
4269
2 1,0005 4262
( 1,8) − (50 )
= 100
(
100 − 1.08 ) + ( 0.55 )
= 9978
33
Kode Bobot
Karbon Hidrogen Nitrogen Oksigen
Sampel Sampel
7363 0,1003 57,77 5,357 0,7605 29,6525
7364 0,1001 46,75 4,432 0,5451 29,8529
7365 0,1002 58,18 5,333 0,9083 32,1587
7366 0,1005 54,16 5,042 0,6730 31,1950
7367 0,1002 58,86 5,117 0,7011 32,7119
7368 0,1001 47,94 4,746 0,6797 28,3043
Fixed Carbon Volatile Matter Calorific Value Limits BTU per pound
,% , dmmf Limits, % , dmmf (dmmf)
Class Group
Agglomerating
≥ < > ≤ ≥ <
Character
1.Meta-anthracite 98 2 nonagglomerating
2.Anthracite
I Anthracite* 92 98 2 8
3.SemianthraciteC
86 92 8 14
1.Low volatile
78 86 14 22
bituminous coal
2.Medium
69 78 22 31
volatilebituminous coal
3.High volatile A
69 31 14000D commonly
II Bituminous bituminous coal
4.High volatile B
13000D 14000 agglomerating**E
bituminous coal
5.High volatile C
11500 13000
bituminous coal
10500 11500 agglomerating
1.Subbituminous A coal 10500 11500
III
Subbituminous 2.Subbituminous B coal 9500 10500
3.Subbituminous C coal 8300 9500 nonagglomerating
1.Lignite A 6300 8300
IV. Lignite
1.Lignite B 6300