Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. Pengertian
tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat yang merupakan hasil pemikiran para
mujtahid islam yang didasarkan wahyu Allah dan dijelaskan oleh Rasulullah SAW
melalui sunnahnya. Al Quran dan hadith adalah sumber asasi bagi ilmu fiqh Islam,
yang mana permulaannya ialah pada zaman Rasulullah. Sumber ini bertambah
Selain al-Quran dan hadis ialah pendapat Rasulullah yang dinamakan ijma’.
Maksud dengan ijma’ ialah persetujuan atau permuafakatan ulama di atas satu perkara
atau hukum yang tidak ada nas dari al-Quran dan hadis pada satu-satu masa.
Di sana ada juga al-Qiyas. Ini kerana hukum syarak pada gholibnya mempunyai
beberapa ‘ilah atau sebab-sebab yang boleh diketahui. Apabila ada hukum yang
dinaskan, maka bolehlah dipindahkan hukum itu kepada perkara yang tidak ada nas
jika ada ‘ilahnya. Ini seperti wajib zakat pada padi adalah diqiyaskan daripada
gandum. Ini kerana ada sama pada ‘ilatnya iaitu mengeyangkan dan tahan disimpan.
Maka dapat dibuat kesimpulan, bahawa al-Quran, hadis, al-Ijma’ dan al-Qiyas
adalah sumber hukum yang terus hidup subur dan menjadi perbendaharaan besar yang
membuka luas pintu bidang ilmu fiqh Islam. Ia menambah perbendaharaan dan
kekuatan dalam hukum Islam. Pada tahun 100 Hijrah iaitu pada zaman pemerintahan
Umar bin Abdul Aziz, beliau menghantar ulama dan fuqaha’ ke seluruh negara.
Seterusnya, kerajaan Bani Ummaiyah hilang, timbul pula kerajaan bani Abbasiyah.
Selain itu, berlaku pertelingkahan antara orang ‘Alawiyyin dengan orang ‘Abasiyyin.
Turut berlaku pada masa itu, penyambungan antara pemikiran orang Arab dan
Yunani yaitu sebagai natijah daripada terjemahan dan pemindahan ilmu pengetahuan.
Pada masa itu juga mula disusun sunnah nabi, fatwa dan pendapat ulama. Ilmu fiqh
pada waktu itu masyhur ke seluruh pelusuk negeri. Ramai orang yang mengikutnya
dan beramal dengannya. Sebagai natijahnya lahirlah beberapa golongan atau pengikut
fuqaha.
manusia kepada kebaikan dan menjauhkan manusia kepada buruk. Hal itu
hukum islam tidak disampahkan dalam bentuk paksaaan, akan tetapi dengan
hakikatnya kita berbicara tentang berbagai kajian ilimu hukum yang sangat luas, dan
1) Hukum Islam itu merupakan aturan-aturan yang ditarik atau yang merupakan
kepada Nabi Muhammad saw. Karena itu sumber utama hukum Islam adalah al-
Qur’an dan al-Sunnah di tambah dengan nalar manusia (ra’yu) atau ijtihad yang
identik dengan hukum namun lebih bersifat sebagai tidakan pengertian aturan yang di
buat oleh suatu badan yang diberi wewenang dan diberlakukan dengan sanksi oleh
Negara. Demikian pula aturan tingkah laku yang di bentuk oleh adat istiadat yang
2) Hukum Islam itu bersifat keagamaan, karena itu tujuan Hukum Islam tidak hanya
untuk melindungi hak dan kewajiban masyarakat, melainkan juga mempunyai tujuan
(taubah) dan mengubah tingkat lakunya karena sadar akan kesalahanya .Hanya
dengan hukuman eratt yang di seut hadd untuk memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat,seperti membunuh,menganiaya zina dan menuduh zina ,merampok ,dan
berhubungan dengan tuhan maupun dengan diri dan sesamanya (ibadat dan
adalah sebagai pernyatan syukur kepada Allah dan mendekatakan diri kepada-
dunia.
Dengan uraian diatas cukup jelas bahwa hukum islam adalah padanan dari al-fiqh al-
islamy, yaitu hasil kerja intelektual dalam upaya memahami dan memformulasikan
pesan yang dibawa oleh Rasulullah saw yang tertuang dalam al-Qur’an dan al-
Sunnah. Jika melihat prisip utama islam diletakan sebagai bagaian dari kerangkan
yang sifatnya adalah makro, yakni sebagai instusi hukum sebagai proses kebudayaan
yang berkembang menjadi transformasi social yang bersifat local dengan berbasis
culture. Untuk itu al-Qur’an dan al-Sunnah disebut dengan sumber hukum (masdir
al-tasyri’al Islamy).
Adapaun fungsi hukum islam dalam kehidupan bermasyarakat sangat banyak, namun
di antaranya:
Fungsi Ibadah,Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.
Hukum Islam adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat manusia, dan kepatuhannya
Fungsi amar ma’ruf nahi munkar, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah melakukan
kemunkaran. Hukum Islam sebagai hukum yang ditunjukkan untuk mengatur hidup dan
kehidupan umat manusia, jelas dalam praktik akan selalu bersentuhan dengan masyarakat.
Sebagai contoh, proses pengharaman riba dan khamar, jelas menunjukkan adanya keterkaitan
penetapan hukum (Allah) dengan subyek dan obyek hukum (perbuatan mukallaf). Penetap
hukum tidak pernah mengubah atau memberikan toleransi dalam hal proses pengharamannya.
Riba atau khamar tidak diharamkan sekaligus, tetapi secara bertahap. Ketika suatu hukum
lahir, yang terpenting adalah bagaimana agar hukum tersebut dipatuhi dan dilaksanakan
dengan kesadaran penuh. Penetap hukum sangat mengetahui bahwa cukup riskan kalau riba
dan khamar diharamkan sekaligus bagi masyarakat pecandu riba dan khamar. Berkaca dari
episode dari pengharaman riba dan khamar, akan tampak bahwa hukum Islam berfungsi
sebagai salah satu sarana pengendali sosial. Hukum Islam juga memperhatikan kondisi
masyarakat agar hukum tidak dilecehkan dan tali kendali terlepas. Secara langsung, akibat
buruk riba dan khamar memang hanya menimpa pelakunya. Namun secara tidak langsung,
lingkungannya ikut terancam bahaya tersebut. Oleh karena itu, kita dapat memahami, fungsi
kontrol yang dilakukan lewat tahapan pengharaman riba dan khamar. Fungsi ini dapat
disebut amar ma’ruf nahi munkar. Dari fungsi inilah dapat dicapai tujuan hukum Islam, yakni
akhirat kelak.
Fungsi Zawajir, Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina, yang disertai
dengan ancaman hokum atau sanksi hokum.Qishash, Diyat, ditetapkan untuk tindak pidana
terhadap jiwa/ badan, hudud untuk tindak pidana tertentu (pencurian , perzinaan, qadhaf,
hirabah, dan riddah), dan ta’zir untuk tindak pidana selain kedua macam tindak pidana
tersebut. Adanya sanksi hokum mencerminkan fungsi hokum Islam sebagai sarana pemaksa
yang melindungi warga masyarakat dari segala bentuk ancaman serta perbuatan yang
Fungsi tanzim wa islah, untuk mengatur tatanan kehidupan sosial, untuk melindungi
masyarakat dari segala bentuk ancaman dan perbuatan yang membahayaka. Seperti adanya
hukuman qishas dengan tujuan mencegah terjadinya pembunuhn dalam masyarakat. Fungsi
hokum Islam selanjutnya adalah sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan
aman, dan sejahtera. Dalam hal-hal tertentu, hokum Islam menetapkan aturan yang cukup
rinci dan mendetail sebagaimana terlihat dalam hokum yang berkenaan dengan masalah yang
lain, yakni masalahmuamalah, yang pada umumnya hokum Islam dalam masalah ini hanya
menetapkan aturan pokok dan nilai-nilai dasarnya. Perinciannya diserahkan kepada para ahli
memperhatikan dan berpegang teguh pada aturan pokok dan nilai dasar tersebut. (Ibrahim
Fungsi mengatur dan memperlancar interaksi sosial, sehingga terwujudlah masyarakat yang
6. Hukum syara’
Secara garis besar ada 5 macam hukum syara’ yang mesti diketahui oleh kita:
1.Wajib
2.Sunnah
3.Haram
4.Makruh
5. Mubah
1. Wajib
“Suatu ketentuan agama yang harus dikerjakan kalau tidak berdosa“. Atau “Suatu ketentuan
Contoh: makan atau minum dengan menggunakan tangan kanan adalah wajib hukumnya, jika
seorang Muslim memakai tangan kiri untuk makan atau minum, maka berdosalah dia.
Contoh lain, Shalat subuh hukumnya wajib, yakni suatu ketentuan dari agama yang harus
Alasan yang dipakai untuk menetapkan pengertian diatas adalah atas dasar firman Allah swt:
“….Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan
Dari ayat diatas telah jelas bahwa setiap orang yang melanggar perintah agama maka akan
ditimpa musibah atau adzab, dan orang yang ditimpa adzab itu tidak lain melainkan mereka
2.Sunnah
“Suatu perbuatan jika dikerjakan akan mendapat pahala, dan jika ditinggalkan tidak
berdosa“. Atau bisa anda katakan : “Suatu perbuatan yang diminta oleh syari’ tetapi tidak
Muslim.
menyalahi sabda Nabi saw yang berkenaan dengan orang Arab gunung, bahwa kewajiban
“….apa yang Allah wajibkan kepadaku dari shaum? Beliau bersabda: (shaum) bulan
ramadhan, kecuali engkau mau bertathauwu’ (melakukan yang sunnah)….” Hadits riwayat
Imam Bukhari.
Dari riwayat ini jelas bahwa shaum itu yang wajib hanyalah shaum di bulan ramadhan
sedangkan lainnya bukan. Jika lafadz perintah dalam hadits yang pertama “shaumlah” itu
1.Sunnah
2. Mubah
Shaum adalah suatu amalan yang berkaitan dengan ibadah, maka jika ada perintah yang
berhubungan dengan ibadah tetapi tidak wajib, maka hukumnya sunnah. Kalau dikerjakan
Alasan untuk menetapkan hal itu mendapat pahala adalah atas dasar firman Allah swt:
لطلوطذيين أيوح ي
سصنوا اولصح و
-26 :يونس- .سينىَ يوطزييايدةة
“Bagi orang-orang yang melakukan kebaikan (akan mendapat) kebaikan dan (disediakan)
keimanan (kepada-Nya) maka (balasan) kebaikan di akhirat untuknya, sebagai mana firman
Allah:
Artinya: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” S. Ar-Rahman: 60.
Kita bisa memahami bahwa orang yang melakukan suatu kebaikan selain mendapatkan
balasan atas apa yang telah dia lakukan, terdapat pula tambahan yang disediakan, dan
3.Haram
“Suatu ketentuan larangan dari agama yang tidak boleh dikerjakan. Kalau orang
Mendatangi tukang-tukang ramal/dukun dengan tujuan menyakan sesuatu hal ghaib lalu
dipercayainya itu tidak boleh. Kalau orang melakukan hal itu, berdosalah ia.
Alasan untuk pengertian haram ini, diantaranya sama dengan alasan yang dipakai untuk
4.Makruh:
Sebagai contoh: Makan binatang buas. Dalam hadits-hadits memang ada larangannya, dan
Begini penjelasannya: binatang yang diharamkan untuk dimakan hanya ada satu saja, lihat
إطنويما يحوريم يعليويصكصم اوليمويتيةي يوالوديم يوليوحيم اولطخونطزيطر يويما أصطهول بططه لطيغويطر و ط
-173 :ا… –البقرة
“Tidak lain melainkan yang Allah haramkan adalah bangkai ,darah, daging babi dan binatang
Kata إطنويماdalam bahasa Arab disebut sebagai “huruf hashr” yaitu huruf yang dipakai untuk
membatas sesuatu. Kata ini diterjemahkan dengan arti: hanya, tidak lain melainkan. Salah
satu hadits Nabi saw yang menggunakan huruf “innama” ini adalah:
“Tidak lain melainkan aku diperintah berwudhu’ apabila aku akan mengerjakan shalat“.
Dengan ini berarti bahwa wudhu hanya diwajibkan ketika akan mengerjakan shalat. Lafazh
َ إلنلأماpada ayat ini ia berfungsi membatasi bahwa makanan yang diharamkan itu hanya empat
yaitu: bangkai, darah, babi dan binatang yang disembelih bukan karena Allah. Maka kalau
larangan makan binatang buas itu kita hukumkan haram juga, berarti sabda Nabi saw yang
melarang makan binatang buas itu, menentangi Allah, ini tidak mungkin. Berarti binatang
buas itu tidak haram, kalau tidak haram maka hukum itu berhadapan dengan 2 kemungkinan
yaitu: mubah atau makruh. Jika dihukumkan mubah tidak tepat, karena Nabi saw melarang
bukan memerintah. Jadi larangan dari Nabi itu kita ringankan dan larangan yang ringan itu
tidak lain melainkan makruh. Maka kesimpulannya: binatang buas itu makruh.
5. Mubah:
Arti mubah itu adalah dibolehkan atau sering kali juga disebut halal.
“Satu perbuatan yang tidak ada ganjaran atau siksaan bagi orang yang mengerjakannya atau
tidak mengerjakannya” atau “Segala sesuatu yang diidzinkan oleh Allah untuk
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan
Akan tetapi perintah ini dianggap mubah. Jika kita mewajibkan perintah makan maka
anggapan ini tidak tepat, karena urusan makan atau minum ini adalah hal yang pasti
dilakukan oleh seluruh manusia baik masih balita atau jompo. Sesuatu yang tidak bisa dielak
dan menjadi kemestian bagi manusia tidak perlu memberi hukum wajib, maka perintah Allah
dalam ayat diatas bukanlah wajib, jika bukan wajib maka ada 2 kemungkian hukum yang
dapat kita ambil, yaitu: sunnah atau mubah. Urusan makan atau minum ini adalah bersifat
keduniaan dan tidak dijanjikan ganjarannya jika melakukannya, maka jika suatu amal yang
tidak mendapat ganjaran maka hal itu termasuk dalam hukum mubah