Vous êtes sur la page 1sur 11

BAB II

A. Konsep Hukum Islam

1. Pengertian

Hukum islam adalah peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang mengatur

tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat yang merupakan hasil pemikiran para

mujtahid islam yang didasarkan wahyu Allah dan dijelaskan oleh Rasulullah SAW

melalui sunnahnya. Al Quran dan hadith adalah sumber asasi bagi ilmu fiqh Islam,

yang mana permulaannya ialah pada zaman Rasulullah. Sumber ini bertambah

mengikut peredaran masa dan bidang luas ilmu fiqh.

Selain al-Quran dan hadis ialah pendapat Rasulullah yang dinamakan ijma’.

Maksud dengan ijma’ ialah persetujuan atau permuafakatan ulama di atas satu perkara

atau hukum yang tidak ada nas dari al-Quran dan hadis pada satu-satu masa.

Di sana ada juga al-Qiyas. Ini kerana hukum syarak pada gholibnya mempunyai

beberapa ‘ilah atau sebab-sebab yang boleh diketahui. Apabila ada hukum yang

dinaskan, maka bolehlah dipindahkan hukum itu kepada perkara yang tidak ada nas

jika ada ‘ilahnya. Ini seperti wajib zakat pada padi adalah diqiyaskan daripada

gandum. Ini kerana ada sama pada ‘ilatnya iaitu mengeyangkan dan tahan disimpan.

Maka dapat dibuat kesimpulan, bahawa al-Quran, hadis, al-Ijma’ dan al-Qiyas

adalah sumber hukum yang terus hidup subur dan menjadi perbendaharaan besar yang

membuka luas pintu bidang ilmu fiqh Islam. Ia menambah perbendaharaan dan

kekuatan dalam hukum Islam. Pada tahun 100 Hijrah iaitu pada zaman pemerintahan

Umar bin Abdul Aziz, beliau menghantar ulama dan fuqaha’ ke seluruh negara.

Seterusnya, kerajaan Bani Ummaiyah hilang, timbul pula kerajaan bani Abbasiyah.
Selain itu, berlaku pertelingkahan antara orang ‘Alawiyyin dengan orang ‘Abasiyyin.

Begitu juga antara Syiah dan Khawarij.

Turut berlaku pada masa itu, penyambungan antara pemikiran orang Arab dan

Yunani yaitu sebagai natijah daripada terjemahan dan pemindahan ilmu pengetahuan.

Pada masa itu juga mula disusun sunnah nabi, fatwa dan pendapat ulama. Ilmu fiqh

pada waktu itu masyhur ke seluruh pelusuk negeri. Ramai orang yang mengikutnya

dan beramal dengannya. Sebagai natijahnya lahirlah beberapa golongan atau pengikut

fuqaha.

2. Prinsip-Prinsip Hukum Islam


Hukum islam ditegakkan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Tauhid, bahwa semua pelaksanaan hukum islam adalah ibadah karena

merupakan perhambaan manusia kepada Allah SWT


b. Keadilan, meliputi keadilan dalam berhubungan antara manusia dengan

dirinya sendiri dan berbagai pihak terkait


c. Amar’ ma’ruf nahi munkar, berarti hukum islam berfungsi mendekatkan

manusia kepada kebaikan dan menjauhkan manusia kepada buruk. Hal itu

dalam rangka menuju ridho Allah SWT


d. Kemerdekaan dan kebebasan, prinsip ini mengkehendaki agar gama dan

hukum islam tidak disampahkan dalam bentuk paksaaan, akan tetapi dengan

argumentasi, pernyataan dan tauladan perilaku yang baik


e. Persamaan
f. Tolong menolong
g. Toleransi

3. Ciri-ciri Hukum Islam


Dalam membicarakan hukum islam dalam kontesks perubahan social, pada

hakikatnya kita berbicara tentang berbagai kajian ilimu hukum yang sangat luas, dan

semuanya itu terdapat ciri-ciri masing-masing sebagai betuk perwujudan karakteristik

hukum tersebut, yang diantaranya adalah :

1) Hukum Islam itu merupakan aturan-aturan yang ditarik atau yang merupakan

hasil pemahaman dan deduksi dari ketentuan-ketentuan yang di wahyukan tuhan

kepada Nabi Muhammad saw. Karena itu sumber utama hukum Islam adalah al-

Qur’an dan al-Sunnah di tambah dengan nalar manusia (ra’yu) atau ijtihad yang

diperlukan untuk memahaminya. Dengan demikian hukum Islam seringkali tidak

identik dengan hukum namun lebih bersifat sebagai tidakan pengertian aturan yang di

buat oleh suatu badan yang diberi wewenang dan diberlakukan dengan sanksi oleh

Negara. Demikian pula aturan tingkah laku yang di bentuk oleh adat istiadat yang

dipaksakan berlakunya oleh opinion of public.

2) Hukum Islam itu bersifat keagamaan, karena itu tujuan Hukum Islam tidak hanya

untuk melindungi hak dan kewajiban masyarakat, melainkan juga mempunyai tujuan

untuk menciptakan kehidupan yang beragama, bermoral, berkeadilan, tertib dan

kesejah teraanhidup,duniawi dan ukhrawi.

3) Hukum islam tidak selamanya bersifat memaksa,sebagiannya bersifat korekif dan

persuasif,dan memberi kesempatan kepada pelanggarnya untuk menyesali diri sendiri

(taubah) dan mengubah tingkat lakunya karena sadar akan kesalahanya .Hanya

kejahatan-kejahatan berat yang dapat menggangu ketentraman masyarakat dihukum

dengan hukuman eratt yang di seut hadd untuk memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat,seperti membunuh,menganiaya zina dan menuduh zina ,merampok ,dan

minum minuman keras.

4) Ruang lingkup hukum islam meliputi seluruh jenis perbuatan,baik dalam

berhubungan dengan tuhan maupun dengan diri dan sesamanya (ibadat dan

muamalat).pembagian ini didasarkan pada perbedaan-perbedaan dalam tujuan spesifik

masin-masing bagian .Ibadat adalah sebagai pernyataan masing-masing bagian .Ibadat

adalah sebagai pernyatan syukur kepada Allah dan mendekatakan diri kepada-

Nya(taqarrub) serta mengharapkan pahala di akhirat.Adapun muamalat tujuan pokok

nya adalah mewujudkan berbagai kemaslahatan manusia dalam pergaulan hidupnya di

dunia.

Dengan uraian diatas cukup jelas bahwa hukum islam adalah padanan dari al-fiqh al-

islamy, yaitu hasil kerja intelektual dalam upaya memahami dan memformulasikan

pesan yang dibawa oleh Rasulullah saw yang tertuang dalam al-Qur’an dan al-

Sunnah. Jika melihat prisip utama islam diletakan sebagai bagaian dari kerangkan

yang sifatnya adalah makro, yakni sebagai instusi hukum sebagai proses kebudayaan

yang berkembang menjadi transformasi social yang bersifat local dengan berbasis

culture. Untuk itu al-Qur’an dan al-Sunnah disebut dengan sumber hukum (masdir

al-tasyri’al Islamy).

4. Fungsi Hukum Islam

Adapaun fungsi hukum islam dalam kehidupan bermasyarakat sangat banyak, namun

di antaranya:
Fungsi Ibadah,Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.

Hukum Islam adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat manusia, dan kepatuhannya

merupakan ibadah yang sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang

Fungsi amar ma’ruf nahi munkar, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah melakukan

kemunkaran. Hukum Islam sebagai hukum yang ditunjukkan untuk mengatur hidup dan

kehidupan umat manusia, jelas dalam praktik akan selalu bersentuhan dengan masyarakat.

Sebagai contoh, proses pengharaman riba dan khamar, jelas menunjukkan adanya keterkaitan

penetapan hukum (Allah) dengan subyek dan obyek hukum (perbuatan mukallaf). Penetap

hukum tidak pernah mengubah atau memberikan toleransi dalam hal proses pengharamannya.

Riba atau khamar tidak diharamkan sekaligus, tetapi secara bertahap. Ketika suatu hukum

lahir, yang terpenting adalah bagaimana agar hukum tersebut dipatuhi dan dilaksanakan

dengan kesadaran penuh. Penetap hukum sangat mengetahui bahwa cukup riskan kalau riba

dan khamar diharamkan sekaligus bagi masyarakat pecandu riba dan khamar. Berkaca dari

episode dari pengharaman riba dan khamar, akan tampak bahwa hukum Islam berfungsi

sebagai salah satu sarana pengendali sosial. Hukum Islam juga memperhatikan kondisi

masyarakat agar hukum tidak dilecehkan dan tali kendali terlepas. Secara langsung, akibat

buruk riba dan khamar memang hanya menimpa pelakunya. Namun secara tidak langsung,

lingkungannya ikut terancam bahaya tersebut. Oleh karena itu, kita dapat memahami, fungsi

kontrol yang dilakukan lewat tahapan pengharaman riba dan khamar. Fungsi ini dapat

disebut amar ma’ruf nahi munkar. Dari fungsi inilah dapat dicapai tujuan hukum Islam, yakni

mendatangkan kemaslahatan dan menghindarkan kemudharatan, baik di dunia maupun di

akhirat kelak.

Fungsi Zawajir, Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina, yang disertai

dengan ancaman hokum atau sanksi hokum.Qishash, Diyat, ditetapkan untuk tindak pidana

terhadap jiwa/ badan, hudud untuk tindak pidana tertentu (pencurian , perzinaan, qadhaf,
hirabah, dan riddah), dan ta’zir untuk tindak pidana selain kedua macam tindak pidana

tersebut. Adanya sanksi hokum mencerminkan fungsi hokum Islam sebagai sarana pemaksa

yang melindungi warga masyarakat dari segala bentuk ancaman serta perbuatan yang

membahayakan. Fungsi hokum Islam ini dapat dinamakan dengan Zawajir.

Fungsi tanzim wa islah, untuk mengatur tatanan kehidupan sosial, untuk melindungi

masyarakat dari segala bentuk ancaman dan perbuatan yang membahayaka. Seperti adanya

hukuman qishas dengan tujuan mencegah terjadinya pembunuhn dalam masyarakat. Fungsi

hokum Islam selanjutnya adalah sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan

memperlancar proses interaksi sosial, sehingga terwujudlah masyarakat yang harmonis,

aman, dan sejahtera. Dalam hal-hal tertentu, hokum Islam menetapkan aturan yang cukup

rinci dan mendetail sebagaimana terlihat dalam hokum yang berkenaan dengan masalah yang

lain, yakni masalahmuamalah, yang pada umumnya hokum Islam dalam masalah ini hanya

menetapkan aturan pokok dan nilai-nilai dasarnya. Perinciannya diserahkan kepada para ahli

dan pihak-pihak yang berkompeten pada bidang masing-masing, dengan tetap

memperhatikan dan berpegang teguh pada aturan pokok dan nilai dasar tersebut. (Ibrahim

Hosen, 1996 : 90).

Fungsi mengatur dan memperlancar interaksi sosial, sehingga terwujudlah masyarakat yang

harmonis, aman dan sejahtera.

6. Hukum syara’

Secara garis besar ada 5 macam hukum syara’ yang mesti diketahui oleh kita:

1.Wajib

2.Sunnah

3.Haram
4.Makruh

5. Mubah

1. Wajib

para ‘ulama’ memberikan banyak pengertian mengenainya, antara lain:

“Suatu ketentuan agama yang harus dikerjakan kalau tidak berdosa“. Atau “Suatu ketentuan

jika ditinggalkan mendapat adzab”

Contoh: makan atau minum dengan menggunakan tangan kanan adalah wajib hukumnya, jika

seorang Muslim memakai tangan kiri untuk makan atau minum, maka berdosalah dia.

Contoh lain, Shalat subuh hukumnya wajib, yakni suatu ketentuan dari agama yang harus

dikerjakan, jika tidak berdosalah ia.

Alasan yang dipakai untuk menetapkan pengertian diatas adalah atas dasar firman Allah swt:

(63:‫ب أألليِمم )النور‬ ‫صيِبأههمم فلمتنأةم أأمو يه ل‬


‫صيِبأههمم أعأذا م‬ ‫فأمليِأمحأذلر الللذيأن يهأخاَللهفوأن أعمن أأمملرله أأمن ته ل‬

“….Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan

atau ditimpa adzab yang pedih.” (An-Nur: 63)

Dari ayat diatas telah jelas bahwa setiap orang yang melanggar perintah agama maka akan

ditimpa musibah atau adzab, dan orang yang ditimpa adzab itu tidak lain melainkan mereka

yang menyalahi aturan yang telah ditetapkan.

2.Sunnah

“Suatu perbuatan jika dikerjakan akan mendapat pahala, dan jika ditinggalkan tidak

berdosa“. Atau bisa anda katakan : “Suatu perbuatan yang diminta oleh syari’ tetapi tidak

wajib, dan meninggalkannya tidak berdosa”

Contoh: Nabi saw bersabda:

-‫رواه البخاري و مسلم‬- .‫صوم ييوومما يوأيوفططور ييوومما‬


‫ص‬
Artinya: “Shaumlah sehari dan berbukalah sehari“. Hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam

Muslim.

Dalam hadits ini ada perintah -‫صصصوم‬


‫ ص‬- “shaumlah”, jika perintah ini dianggap wajib, maka

menyalahi sabda Nabi saw yang berkenaan dengan orang Arab gunung, bahwa kewajiban

shaum itu hanya ada di bulan Ramadhan.

‫ضاين إطلو أيون تيطووويع ي‬


..‫شويمئا‬ ‫صيياطم؟ِ فييقايل ي‬
‫شوهير يريم ي‬ ‫…يما فيير ي‬.
‫ض و‬
‫اص يعليوي طمون ال ص‬

“….apa yang Allah wajibkan kepadaku dari shaum? Beliau bersabda: (shaum) bulan

ramadhan, kecuali engkau mau bertathauwu’ (melakukan yang sunnah)….” Hadits riwayat

Imam Bukhari.

Dari riwayat ini jelas bahwa shaum itu yang wajib hanyalah shaum di bulan ramadhan

sedangkan lainnya bukan. Jika lafadz perintah dalam hadits yang pertama “shaumlah” itu

bukan wajib, maka ada 2 kemungkian hukum yang bisa diambil:

1.Sunnah

2. Mubah

Shaum adalah suatu amalan yang berkaitan dengan ibadah, maka jika ada perintah yang

berhubungan dengan ibadah tetapi tidak wajib, maka hukumnya sunnah. Kalau dikerjakan

mendapat pahala jika meninggalkannya tidak berdosa.

Alasan untuk menetapkan hal itu mendapat pahala adalah atas dasar firman Allah swt:

‫لطلوطذيين أيوح ي‬
‫سصنوا اولصح و‬
-26 :‫يونس‬- .‫سينىَ يوطزييايدةة‬

“Bagi orang-orang yang melakukan kebaikan (akan mendapat) kebaikan dan (disediakan)

tambahan (atas kebaikan yang telah diperbuatnya)” –S.Yunus: 26-


Allah swt memberi kabar, bahwasanya siapa saja yang berbuat baik di dunia dengan

keimanan (kepada-Nya) maka (balasan) kebaikan di akhirat untuknya, sebagai mana firman

Allah:

‫ساطن إطلل اطلوح ي‬


-60:‫ –الرحمن‬.‫ساصن‬ ‫يهول يجيزاصء اطلوح ي‬

Artinya: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” S. Ar-Rahman: 60.

Kita bisa memahami bahwa orang yang melakukan suatu kebaikan selain mendapatkan

balasan atas apa yang telah dia lakukan, terdapat pula tambahan yang disediakan, dan

tambahan ini bisa kita sebut sebagai “ganjaran”.

3.Haram

“Suatu ketentuan larangan dari agama yang tidak boleh dikerjakan. Kalau orang

melanggarnya, berdosalah orang itu“.

Contoh: Nabi saw bersabda:

-‫ –رواه الطبراني‬.‫ليتياوصتوا الصكوهاين‬

“Janganlah kamu datangi tukang-tukang ramal/dukun“. Hadits riwayat Imam Thabrani.

Mendatangi tukang-tukang ramal/dukun dengan tujuan menyakan sesuatu hal ghaib lalu

dipercayainya itu tidak boleh. Kalau orang melakukan hal itu, berdosalah ia.

Alasan untuk pengertian haram ini, diantaranya sama dengan alasan yang dipakai untuk

menetapkan pengertian wajib, yaitu Al-Qur’an S.An-Nur: 63.

4.Makruh:

Arti makruh secara bahasa adalah dibenci.


“Suatu ketentuan larangan yang lebih baik tidak dikerjakan dari pada dilakukan“. Atau

“meninggalkannya lebih baik dari pada melakukannya“.

Sebagai contoh: Makan binatang buas. Dalam hadits-hadits memang ada larangannya, dan

kita memberi hukum (tentang makan binatang buas) itu makruh.

Begini penjelasannya: binatang yang diharamkan untuk dimakan hanya ada satu saja, lihat

Al-Qur’an Al-Baqarah: 173 yang berbunyi:

‫إطنويما يحوريم يعليويصكصم اوليمويتيةي يوالوديم يوليوحيم اولطخونطزيطر يويما أصطهول بططه لطيغويطر و ط‬
-173 :‫ا… –البقرة‬

“Tidak lain melainkan yang Allah haramkan adalah bangkai ,darah, daging babi dan binatang

yang disembelih bukan karena Allah….”

Kata ‫ إطنويما‬dalam bahasa Arab disebut sebagai “huruf hashr” yaitu huruf yang dipakai untuk

membatas sesuatu. Kata ini diterjemahkan dengan arti: hanya, tidak lain melainkan. Salah

satu hadits Nabi saw yang menggunakan huruf “innama” ini adalah:

‫ضووطء إطيذا قصوم ص‬


‫ت إطيلىَ ال و‬
‫صليطة‬ ‫إطنويما أصطمور ص‬
‫ت طباولصو ص‬

“Tidak lain melainkan aku diperintah berwudhu’ apabila aku akan mengerjakan shalat“.

Hadits riwayat Imam Tirmidzi.

Dengan ini berarti bahwa wudhu hanya diwajibkan ketika akan mengerjakan shalat. Lafazh

َ‫ إلنلأما‬pada ayat ini ia berfungsi membatasi bahwa makanan yang diharamkan itu hanya empat

yaitu: bangkai, darah, babi dan binatang yang disembelih bukan karena Allah. Maka kalau

larangan makan binatang buas itu kita hukumkan haram juga, berarti sabda Nabi saw yang

melarang makan binatang buas itu, menentangi Allah, ini tidak mungkin. Berarti binatang

buas itu tidak haram, kalau tidak haram maka hukum itu berhadapan dengan 2 kemungkinan

yaitu: mubah atau makruh. Jika dihukumkan mubah tidak tepat, karena Nabi saw melarang
bukan memerintah. Jadi larangan dari Nabi itu kita ringankan dan larangan yang ringan itu

tidak lain melainkan makruh. Maka kesimpulannya: binatang buas itu makruh.

5. Mubah:

Arti mubah itu adalah dibolehkan atau sering kali juga disebut halal.

“Satu perbuatan yang tidak ada ganjaran atau siksaan bagi orang yang mengerjakannya atau

tidak mengerjakannya” atau “Segala sesuatu yang diidzinkan oleh Allah untuk

mengerjakannya atau meninggalkannya tanpa dikenakan siksa bagi pelakunya”

Contoh: dalam Al-Qur’an ada perintah makan, yaitu:

‫سطرصفوا إطنوهص لييصطحبب اولصم و‬


‫سطرطفيين‬ ‫ييا بيطني آيديم صخصذوا طزينيتيصكوم طعونيد صكصل يم و‬
‫سطجدد يوصكصلوا يوا و‬
‫شيرصبوا يولي تص و‬

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan

minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-

orang yang berlebih-lebihan” Al-A’raf: 31

Akan tetapi perintah ini dianggap mubah. Jika kita mewajibkan perintah makan maka

anggapan ini tidak tepat, karena urusan makan atau minum ini adalah hal yang pasti

dilakukan oleh seluruh manusia baik masih balita atau jompo. Sesuatu yang tidak bisa dielak

dan menjadi kemestian bagi manusia tidak perlu memberi hukum wajib, maka perintah Allah

dalam ayat diatas bukanlah wajib, jika bukan wajib maka ada 2 kemungkian hukum yang

dapat kita ambil, yaitu: sunnah atau mubah. Urusan makan atau minum ini adalah bersifat

keduniaan dan tidak dijanjikan ganjarannya jika melakukannya, maka jika suatu amal yang

tidak mendapat ganjaran maka hal itu termasuk dalam hukum mubah

Vous aimerez peut-être aussi

  • Jenis Jembatan
    Jenis Jembatan
    Document16 pages
    Jenis Jembatan
    Andre Kusuma Putra
    Pas encore d'évaluation
  • Cover Irigasi Pertanian
    Cover Irigasi Pertanian
    Document2 pages
    Cover Irigasi Pertanian
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Peraturan Pemerintah Tentang Jalan PDF
    Peraturan Pemerintah Tentang Jalan PDF
    Document92 pages
    Peraturan Pemerintah Tentang Jalan PDF
    Rafdy D. Atmodjo
    Pas encore d'évaluation
  • Harpian Surya (1507117600)
    Harpian Surya (1507117600)
    Document25 pages
    Harpian Surya (1507117600)
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Document28 pages
    Tugas 1
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Document24 pages
    Bab Iii
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Yg Di Print
    Yg Di Print
    Document2 pages
    Yg Di Print
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Laporan Praktikum Mekanika Tanah 2016
    Laporan Praktikum Mekanika Tanah 2016
    Document1 page
    Laporan Praktikum Mekanika Tanah 2016
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Pondasi Pian
    Pondasi Pian
    Document12 pages
    Pondasi Pian
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Document4 pages
    Bab Iii
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas I PSDA
    Tugas I PSDA
    Document1 page
    Tugas I PSDA
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Document4 pages
    Bab Iii
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Evolusi
    Evolusi
    Document4 pages
    Evolusi
    mirawdchelsea
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Document28 pages
    Tugas 1
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • STRESS PATH DAN PENURUNAN
    STRESS PATH DAN PENURUNAN
    Document5 pages
    STRESS PATH DAN PENURUNAN
    Harphyan Soerya
    100% (1)
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Document28 pages
    Tugas 1
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Cover Hidrolika
    Cover Hidrolika
    Document15 pages
    Cover Hidrolika
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas Abstrak Bahasa Inggris Harpian Surya (1507117600)
    Tugas Abstrak Bahasa Inggris Harpian Surya (1507117600)
    Document2 pages
    Tugas Abstrak Bahasa Inggris Harpian Surya (1507117600)
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Cover Hidrolika
    Cover Hidrolika
    Document15 pages
    Cover Hidrolika
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Document1 page
    Kata Pengantar
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas Hidroulika
    Tugas Hidroulika
    Document8 pages
    Tugas Hidroulika
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • 1
    1
    Document22 pages
    1
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document32 pages
    Bab Ii
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Kerusakan Hutan
    Kerusakan Hutan
    Document9 pages
    Kerusakan Hutan
    Lanceng Mellas
    Pas encore d'évaluation
  • Ropis
    Ropis
    Document22 pages
    Ropis
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Ropis
    Ropis
    Document22 pages
    Ropis
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas 1 Rahmi Afifi
    Tugas 1 Rahmi Afifi
    Document6 pages
    Tugas 1 Rahmi Afifi
    Harphyan Soerya
    Pas encore d'évaluation
  • 2 Analisis Parkir-Alit - 10-19 - (Sippz)
    2 Analisis Parkir-Alit - 10-19 - (Sippz)
    Document10 pages
    2 Analisis Parkir-Alit - 10-19 - (Sippz)
    Rizky Afif Azhari
    Pas encore d'évaluation