Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LAPORAN PENDAHULUAN
MITRAL STENOSIS
OLEH
NAMA : FATMAWATI
NIM : C 121 06 043
CI LAHAN
( )
I. Pengertian :
Penyakit pada daun katup mitral. Insiden tertinggi penyakit katup adalah pada
katup mitralis, diikuti oleh katup aorta.
II. Etiologi
Secara etiologis stenosis metral dibagi atas rematik (> 90%) dan non rematik.
Stenosis metral rematik berasal dari demam rematik, suatu peradangan non
supratif pada berbagai jaringan tubuh dengan berbagai manifestasinya, misalnya :
jantung (Karditis) dan otak (Khorea). Dinegara yangs edang berkembang
(termasuk Indonesia) stenosis mitrals ebagian terjadi pada usia dibawah 20 tahun
yang disebut sebagai juvenil mitral stenosis.
Stenosis katup mitral hampir selalu disebabkan oleh demam rematik, yang pada
saat ini sudah jarang ditemukan di Amerika Utara dan Eropa Barat. Karena itu di
wilayah tersebut, stenosis katup mitral terjadi terutama pada orang tua yang
pernah menderita demam rematik pada masa kanak-kanak dan mereka tidak
mendapatkan antibiotik. Di bagian dunia lainnya, demam rematik sering terjadi
dan menyebabkan stenosis katup mitral pada dewasa, remaja dan kadang pada
anak-anak. Yang khas adalah jika penyebabnya demam rematik, daun katup
mitral sebagian bergabung menjadi satu.
Stenosis katup mitral juga bisa merupakan suatu kelainan bawaan. Bayi yang lahir
dengan kelainan ini jarang bisa bertahan hidup lebih dari 2 tahun, kecuali jika
telah menjalani pembedahan.
Miksoma (tumor jinak di atrium kiri) atau bekuan darah dapat menyumbat aliran
darah ketika melewati katup mitral dan menyebabkan efek yang sama seperti
stenosis katup mitral.
III. Patofisiologi
Stenosis mitral menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri selama
fase diastolik ventrikel untuk mempertahankan curah jantung, atrium kiri harus
menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melewati katup
yang sempit sehingga terjadi :
1. Hipertrofi atrium kiri untuk meningkatkan kekuatan memompa darah
2. Dilatasi atrium kiri terjadi karena volume atrium kiri meningkat karena
ketidakmampuan atrium untuk mengosongkan diri secara normal.
3. Kongesti ventrikel pulmonalis akibat dari peningkatan tekanan dan
volume atrium kiri yang dipantulkan kebelakang pembuluh paru-paru
sehingga tekanan dalam katup pulmonalis dan kapiler meningkat,
kongesti paru-paru tekanan dan atrium pulmonalis meningkat sebagai
akibat dari resistensi ventrikel pulmonalis yang meningkat. Hipertensi
pulmonalis meningkat resistensi ejeksi ventrikel kanan menuju arteria
pulmonalis ventrikel kanan memberi respon dengan hipertrofi.
4. Curah jantung yang menetap.
Pada keadaan normal area katup mitral mempunyai ukuran 4-6 cm². Bila
area orifisium katup ini berkurang sampai 2 cm², maka diperlukan upaya
aktif atrium kiri berupa peningkatan tekanan atrium kiriagar aliran
transmitral yang normal tetap terjadi. Stenosis mitral yang kritis terjadi
bila pembukaan katup berkurang hingga mencapai 1 cm². Pada tahap ini
dibutuhkan suatu tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk
mempertahankan curah jantung yang normal (swain,2005).
Keluhan dan gejala stenosis mitral mulai akan muncul bila luas area katup mitral
menurun sampai seperdua normal ( <2-2,5 cm²).Pada stenosis mitral yang ringan
simptom yang muncul biasanya dicetuskan oleh faktor yang meningkatkan
kecepatan aliran atau curah jantung, atau menurunkan periode pengisisan
diastole, yang akan meningkatkan tekanan atrium kiri secara dramatis.
Beberapa keadaan antara lain :Latihan, Stres emosi, Infeksi, dan Kehamilan
Fibrilasi atrium dengan respon ventrikel cepat
IV. Manifestasi Klinis
Jika stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan tekanan darah di
dalam vena paru-paru meningkat, sehingga terjadi gagal jantung, dimana cairan
tertimbun di dalam paru-paru (edema pulmoner). Jika seorang wanita dengan
stenosis katup mitral yang berat hamil, gagal jantung akan berkembang dengan
cepat.
Penderita yang mengalami gagal jantung akan mudah merasakan lelah dan sesak
nafas. Pada awalnya, sesak nafas terjadi hanya sewaktu melakukan aktivitas,
tetapi lama-lama sesak juga akan timbul dalam keadaan istirahat. Sebagian
penderita akan merasa lebih nyaman jika berbaring dengan disangga oleh
beberapa buah bantal atau duduk tegak.
Warna semu kemerahan di pipi menunjukkan bahwa seseorang menderita
stenosis katup mitral. Tekanan tinggi pada vena paru-paru dapat menyebabkan
vena atau kapiler pecah dan terjadi perdarahan ringan atau berat ke dalam paru-
paru. Pembesaran atrium kiri bisa mengakibatkan fibrilasi atrium, dimana denyut
jantung menjadi cepat dan tidak teratur.
V. Pemeriksaan fisik
Stenosis metral yang murni (isolated) dapat didengar bising meddiastolikyang
bersifat kasar, bising menggenderang (Rumble), Aksentuasi presistolik dan bunyi
jantung satu yang mengeras. Jika terdengar bunyi tambahan opening snap berarti
katup masih relatif lemas (pliable) sehingga waktu terbuka mendadak saat distole
menimbulkan bunyi yang menyentak (seperti tali putus). Jarak bunyi jantung dua
dengan opening snap memberikan gambaran beratnya stenosis. Makin pendek
jarak ini berarti makin berat derajat penyempitannya.
Komponen pulmunal bunyi jantung kedua dapat mengeras disertai bising sistolik
karena adanya hipertensi pulmunal. jika sudah terjadi insufisiensi pulmunal maka
dapat terdengar bising diastolik dini dari katup pulmunal.
V. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kateterisasi jantung : Gradien tekanan (pada distole) antara atrium kiri dan
ventrikel kiri melewati katup mitral, penurununan orivisium katup (1,2 cm),
peninggian tekanan atrium kiri, arteri pulmunal, dan ventrikel kanan ;
penurunan curah jantung.
2. Ventrikulografi kiri : Digunakan untuk mendemontrasikan prolaps katup
mitral.
3. ECG : Pembesaran atrium kiri ( P mitral berupa takik), hipertropi ventrikel
kanan, fibrilasi atrium kronis.
4. Sinar X dada : Pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, peningkatan
vaskular, tanda-tanda kongesti/edema pulmunal.
5. Ekokardiogram : Dua dimensi dan ekokardiografi doppler dapat memastikan
masalah katup. Pada stenosis mitral pembesaran atrium kiri, perubahan
gerakan daun-daun katup.
VI. KOMPLIKASI
VII. PENGOBATAN
Jika terapi obat tidak dapat mengurangi gejala secara memuaskan, mungkin perlu
dilakukan perbaikan atau penggantian katup.
Penggantian katup
Tidak ada pengobatan yang dibutuhkan jika gejala-gejala tidak ditemukan atau
hanya ringan saja. Rujukan ke rumah sakit hanya dibutuhkan untuk diagnosis
atau penanganan gejala yang berat. Tak ada obat yang dapat mengoreksi suatu
defek katup mitral. Hanya saja obat-obatan tertentu dapat digunakan untuk
mengurangi gejala dengan mempermudah kerja pemompaan jantung dan
mengatur irama jantung, misalnya diuretik untuk mengurangi akumulasi cairan di
paru. Antikoagulan dapat membantu mencegah terbentuknya bekuan darah pada
jantung dengan kerusakan katup. Antibiotik diberikan bila pasien akan menjalani
tindakan bedah, tindakan dentologi, atau tindakan medis tertentu lainnya.
VIII. PENCEGAHAN
Stenosis katup mitral dapat dicegah hanya dengan mencegah terjadinya demam
rematik, yaitu penyakit pada masa kanak-kanak yang kadang terjadi setelah strep
throat (infeksi tenggorokan oleh streptokokus) yang tidak diobati. Pencegahan
eksaserbasi demam rematik dapat dengan :
Profilaksis reuma harus diberikan sampai umur 25 tahun walupun sudah dilakukan
intervensi. Bila sesudah umur 25 tahun masih terdapat tanda-tanda reaktivasi, maka
profilaksis dilanjutkan 5 tahun lagi. Pencegahan terhadap endokarditis infektif
diberikan pada setiap tindakan operasi misalnya pencabutan gigi, luka dan
sebagainya.
Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta