Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
USULAN PENELITIAN
Oleh :
Siti Rohaeti
NIM : MKn.03.X.17547
FAKULTAS HUKUM
SEMARANG
2018
IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI DAN TATA RUANG /
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 2 TAHUN
2018 TERHADAP PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEJABAT
PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DI KOTA SEMARANG
USULAN PENELITIAN
Oleh :
Siti Rohaeti
Mkn : Mkn.03.X.17547
USULAN PENELITIAN
Oleh :
Siti Rohaeti
NIM : Mkn.03.X.17547
Program Studi : Kenotariatan
Di setujui oleh
Pembimbing I
Tanggal,
Pembimbing II
Tanggal,
Mengetahui ,
Ketua Program Magister (S2 Kenotariatan (M.Kn)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan salah satu instrumen yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa,
kebijakan, terlebih dengan melihat keberagaman suku, ras, dan agama yang dianut
masyarakat Indonesia. Hal ini sejalan dengan tujuan hukum yang dikemukakan
1977).
Gustav Radbruch, pencetus tiga nilai dasar hukum dari Jerman pernah
mengatakan bahwa hukum yang baik adalah ketika hukum tersebut memuat nilai
keadilan, kepastian hukum dan kegunaan. Tiga nilai dasar dalam hukum seperti
yang dikemukakan oleh Gustav Radbruch tersebut merupakan tiga nilai dalam
salah satu contoh pentingnya kepastian hukum adalah dalam hal kepemilikan
1
Sidharta, Reformasi Peradilan dan Tanggung Jawab Negara, Bunga Rampai Komisi
Yudisial, Putusan Hakim: Antara Keadilan, Kepastian Hukum, dan Kemanfaatan,Komisi Yudisial
Republik Indonesia, Jakarta, 2010, hlm. 3.
tanah dengan sistem pendaftaran tanah di Indonesia. Pendaftaran tanah merupakan
salah satu bentuk untuk mencapai kepastian hukum, karena dalam sistem
menjelaskan tentang subjek dan objek yang menggambarkan mengenai dasar hak
kepemilikan seseorang atas tanah yang akan dibutuhkan sebagai bukti otentik.
Adanya sertipikat tanah sebagai dokumen tertulis menjadi alat bukti yang
memberikan jaminan kepastian hukum bagi seseorang yang memiliki suatu hak
atas tanah.
dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta
termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang
sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu
yang membebaninya. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan pokok
yang memungkinkan bagi pemegang hak atas tanah untuk membuktikan hak atas
sebagaimana disebutkan di atas, meliputi hak-hak atas bidang tanah yang terdapat
dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Undang-
Undang Pokok Agraria, yang meliputi Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak
Pakai, Hak Sewa, Hak Membuka Tanah, Hak Memungut Hasil Hutan, dan hak-
hak lain yang termasuk dalam hak-hak tersebut, yang akan di tetapkan dengan
Pokok Agraria.3
Alat bukti tertulis berupa akta otentik dibutuhkan sebagai sebuah alat bukti
Indonesia khususnya dalam ranah hukum perdata bagi para subjek hukum yang
(KUHPerdata) menyatakan bahwa suatu akta otentik ialah suatu akta yang
pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya.
Perdata (KUHPerdata), akta otentik difungsikan sebagai sebuat alat bukti yang
memiliki sifat sempurna, terkuat, dan terpenuh yang berarti bahwa ketika telah
terdapat akta otentik maka tidak diperlukan lagi alat bukti tertulis lainnya dan
dalam hal pembuktian kebenaran, akta otentik akan selalu dianggap benar dan
harus diterima apa adanya sepanjang tidak terdapat pihak lain yang dapat
membuktikan sebaliknya.
2
Urip santoo, pendaftaran dan peralihan hak atas tanah, cet 2, Jakarta: kencana 2010, hlm 2
3
Winahyu Erwiningsih, Hak Pengelolaan Atas Tanah, (Yogyakarta: Total Media, 2011), hal. 3.
Pasal 19 ayat (1) UUPA menyatakan bahwa yang mengadakan pendaftaran
Pendaftaran Tanah.
Pertanahan Nasional (BPN), Selanjutnya dalam Pasal 6 Ayat (1) nya ditegaskan
154 tahun 1999 diubah dengan keputusan presiden nomor 95 tahun 2000 dan
teakhir diubah dengan peraturan presiden nomor 10 tahun 2006 tentang Badan
wilayah, yaitu :
(kantah kabupaten/kota).
4
Tampil Anshari Siregar, Pendafatarn Tanah Kepastian hak, cetakan Pertama, (Medan: Multi
Grafika Medan, 2007), hal 27.
Pelaksanaan pendaftaran tanah oleh kepala kantor pertanahan kabupaten/kota
dibantu oleh pejabat pembuat akta tanah (PPAT) dan pejabat lain yang ditugaskan
kewenangan untuk membuat akta pemindahan hak atas Tanah yang merupakan
Pejabat Pembuat Akta Tanah menyebutkan bahwa PPAT sebagai pejabat umum
hukum tertentu mengenai hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun
Atas Tanah PPAT adalah pejabat umum yang diberikan wewenang untuk
membuat akta pemindahan hak atas tanah, akta pembebanan hak atas tanah dan
yang dapat dilihat dari setiap hal yang menjadi kewenangan, tugas, dan
5
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan
Pelaksanaannya, (Jakarta: Djambatan, 2005), hal 474.
tanggung jawabnya. Oleh karena itu seorang PPAT harus memiliki sifat yang
dengan menjaga sikap dan perilaku serta taat terhadap peraturan jabatan dan
yang sangat penting dan harus dijaga oleh setiap orang yang memangku jabatan
seorang PPAT tidak luput dari kesalahan-kesalahan baik itu yang dilakukan
sebagaimana dimaksud pada ayat satu (1) dalam pelaksanaannya oleh Kepala
Nasional, baik PPAT umum, PPAT khusus ataupun PPAT sementara difungsikan
lain di atas tanah hak tertentu sebagaimana pada hak milik dan hak pengelolaan.6
Tahun 1998 tentang Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah dan selanjutnya di
Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Akta Tanah memuat peraturan mengenai fungsi dari Badan Pertanahan Nasional
Nasional untuk mengoreksi, mengawasi dan membimbing kinerja dari para PPAT
tidak hanya diatur oleh peraturan sebagaimana yang telah disebutkan diatas lebih
dapat lebih luas bergantung pada kebijakan Kantor Pertanahan dan situasi yang
yang dikenal dengan Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT) pun
6
Tampil Anshari Siregar, Pendafatarn Tanah Kepastian hak, cetakan Pertama, (Medan: Multi
Grafika Medan, 2007), hal 28
kelengkapan organisasi. Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT)
merupakan satusatunya wadah yang menjadi tempat bernaung bagi setiap orang
(1) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 1 Tahun 2006 tentang
organisasi profesi yang dalam hal ini adalah IPPAT, untuk menyusun kode etik
baik itu Kepala Badan, Kepala Kantor Wilayah, dan Kepala Kantor Pertanahan
maupun organisasi profesi PPAT melalui Majelis Kehormatan PPAT yang juga
bertugas untuk itu, sehingga diharapkan dapat bekerja sama dengan baik.
karena itu, menjadi sebuah perhatian yang menarik mengenai ruang lingkup
Pertanahan Kota Semarang terhadap PPAT di Kota Semarang. Oleh karena itu
dirasa perlu untuk diangkat suatu penelitian yang khusus membahas, mengkaji
Semarang terhadap para PPAT di Kota Semarang, maka dari pertimbangan dan
Semarang”.
B. Perumusan Masalah
Kota Semarang ?
pembuat akta tanah (PPAT) kota semarang oleh pejabat pada kantor
pengawasan pejabat pembuat akta tanah (PPAT) kota semarang oleh pejabat
bertujuan untuk lebih mengetahui dan lebih memperdalam segala segi kehidupan.
hukum bertujuan untuk mengembangkan hukum dan ilmu hukum sesuai dan
ini adalah :
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan teoritis
Indonesia.
kota semarang.
2. Kegunaan praktis
kenotariatan.
kenotariatan.
E. Kerangka Konseptual
Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan konsep -konsep sebagai
berikut:
mengenai perbuatan hokum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak
7
Burhan Ashshofa, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta. 1996), hal. 19.
8
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006
tentang Ketentuan Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
2. PPAT sementara adalah pejabat pemerintah yang ditunjuk karena
pemerintah tertentu.9
seorang PPAT untuk membuat akta mengenai hak atas tanah dan Hak
dengan baik.
perusahaan.
F. KERANGKA TEORI
9
Ibid.
10
Ibid.hal.152
11
Indonesia Legal Center Publishing, Himpunan Peraturan Perundang-Undang Jabatan Notaris
Dan PPAT, Cetakan Pertama, (Jakarta: CV. Karya Gemilang, 2009), hal. 151.
Sebagaimana fungsi teori Teori merupakan susunan fakta-fakta secara teratur dan
sistematis, atau lebih tegas diartikan bahwa teori adalah suatu kumpulan konsep,
definisi dan dugaan yang memberikan gambaran sistematis tentang fakta yaitu
Secara garis besar ada 3 (tiga) fungsi utama dari teori yaitu:12
1. Teori memberikan arah tentang apa yang harus diteliti dari suatu objek,
Teori berhubungan erat dengan fakta. Teori dapat menunjukkan arah yang
bahkan untuk menolak teori yang sudah ada. Teori adalah alat dari ilmu (tool of
science). Di lain pihak, teori juga merupakan alat penolong teori. Sebagai alat
a. Teori sebagai orientasi utama dari ilmu.Fungsi pertama dari teori adalah
12
Abdurrozaq Hasibuan, Metode Penelitian, (Medan: Multi Grafika medan, 2003)hal. 4.
13
Ibid, hal 4-5.
(range) dari fakta yang akan dipelajari. Karena banyak fenomena yang
dapat dipelajari dari berbagai aspek, maka teori membatasi aspek mana
saja yang akan dipelajari dari fenomena tertentu. Dengan adanya teori,
maka jenis fakta mana yang relevan dengan aspek tertentu dari
fenomena berubah-ubah.
fakta yang akan datang. Teori fakta-fakta apa yang dapat mereka
dieksplorasikan.
Fakta adalah pengamatan yang telah diverifikasikan secara empiris.
Fakta dapat menjadi ilmu dapat juga tidak. Jika fakta hanya diperoleh saja
secara random, fakta tersebut tidak akan menghasilkan ilmu. Sebaliknya, jika
pokok pengurutan, maka fakta tersebut dapat menghasilkan ilmu. Fakta tanpa
kewenangan, berkaitan dengan teori kewenangan ini, maka Pilar utama negara
atau sebagai tertib hukum positif badan dan badan yang lebih tinggi itu
14
Ibid, hal. 5-6.
15
Hutagalung, dkk, Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2008)hal.104.
3. Soerjono Soekanto lebih melihat wewenang sebagi kekuasaan yang ada
undangan tersebut diperoleh melalui 3 (tiga) cara yaitu atribusi, delegasi, dan
perundang-undangan.”16
oleh badan atau jabatan Tata Usaha Negara yang telah memperoleh wewenang
pemerintahan secara atributif kepada badan atau jabatan tata usaha negara
16
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negera, hal104. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006).
a. Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat
wewenang yang telah ada (oleh organ yang telah memperoleh wewenang
secara atributif kepada organ lain, jadi delegasi secara logis selalu didahului
oleh atribusi). Dalam hal mandat dikemukakan bahwa pada mandat tidak
arti yuridis formal), yang ada hanyalah hubungan internal, sebagai contoh
sementara secara yuridis wewenang dan tanggung jawab tetap berada pada
organ kementerian.17
17
Ibid.
organ pemerintahan yang telah diberi wewenang kepada organ lainnya, yang
wewenangnya sendiri”.
melalui delegasi ini pemberi wewenang telah terlepas dari tanggung jawab
hukum atau dari tuntutan pihak ketiga jika dalam penggunaan wewenang itu
1. Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi (delegans) tidak dapat lagi
18
Ibid, hal.107.
organ pemerintahan ini penting karena berkenaan dengan tanggung jawab
bersangkutan.
diperoleh secara atribusi itu bersifat asli yang dari peraturan perundang-
secara langsung dari redaksi pasal tertentu dalam suatu peraturan perundang-
wewenang baru atau dapat memperluas wewenang yang sudah ada dengan
jawab yuridis tidak lagi berada pada pemberi delegasi tetapi beralih kepada
bertindak untuk dan atas nama mandat, tanggung jawab akhir keputusan yang
diambil mandataris tetap berada pada mandans. Hal ini karena pada
pemerintahan yaitu yang bersifat terikat, fakultatif dan bebas terutama dalam
bebas.19
Dengan kata lain, terjadi apabila peraturan dasar yang menentukan isi
2. Wewenang fakultatif terjadi dalam hal badan atau pejabat tata usaha
sedikit banyak masih ada pilihan, sekalipun pilihan itu hanya dapat
kebebasan kepada badan atau pejabat tata usaha negara untuk menentukan
sendiri mengenai isi dari keputusan yang akan dikeluarkannya atau peraturan
Spelt dan Ten Berge, membagi kewenangan bebas dalam 2 (dua) kategori yaitu
organ pemerintahan untuk menilai secara mandiri dan ekslusif apakah syarat-
tersamar (vege/norm).20
negara hukum pada dasarnya tidak terdapat kebebasan dalam arti yang seluas-
luasnya atau kebebasan tanpa batas sebab dalam suatu negara hukum
tertulis dan tidak tertulis.Di samping itu, dalam negara hukum juga dianut
mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik
atas satuan rumah susun adalah atribusi karena dalam Pasal 2 ayat (2) Peraturan
20
ibid
Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat
Akta Tanah menegaskan akta-akta tertentu yang dapat dibuat oleh Pejabat
Pembuat Akta Tanah. Hal ini menunjukkan adanya kewenangan yang terdapat
membina dan mengawasi Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah delegasi karena
Tanah dilakukan oleh Kepala Badan, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor
Pertanahan. Hal ini menegaskan adanya delegasi dari menteri kepada kepala
badan, kepala kantor wilayah dan kepala kantor pertanahan dalam memberikan
G. Metode Penelitian
tentang eksistensi dan fungsi hukum dalam masyarakat, yang terjadi di dalam
ini, penulis akan mengkaji lebih dalam terkait implementasi peraturan menteri dan
tata ruang / kepala badan pertanahan nasional nomor 2 tahun 2018 terhadap
pembinaan dan pengawasan pejabat pembuat akta tanah (PPAT) di kota semarang.
1. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penulisan tesis ini
2012:9). Menurut Jane Richie seperti yang dikutip oleh Moleong (2012:6),
Penulis dalam hal ini, ingin melihat dan mengetahui secara jelas
terhadap pejabat pembuat akta tanah (PPAT) kota semarang oleh pejabat
pada kantor pertanahan kota semarang serta faktor apa saja yang menjadi
pembuat akta tanah (PPAT) kota semarang oleh pejabat pada kantor
semarang.
2. Pendekatan penelitian
Undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang
Tanah.
terhadap kasus- kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang
23
Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Edisi Pertama Cetakan ke-7, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 93
telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
yang tetap.
Indonesia.
Bahan hukum primer ini diperoleh dari sumber yang mengikat dalam
Tanah.
6) Peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan
yang berkaitan dengan isi dari sumber bahan hukum primer serta
1) Buku-buku literatur;
elektronik (internet).24
24
Soejono Soekanto dan Sri Mamudji,2007, Penelitian Hukum Normatif (suatu Tinjauan
Singkat). Rajagrafindo Persada, Jakarta,hlm. 33
Untuk menopang data sekunder dalam penelitian ini juga
berbagai buku yang relevan yang terkait dengan peranan notaris dalam
hukum yang akan diteliti dan mengumpulkan semua informasi yang ada
25
Barda Nawawi Arief, 1995,Penelitian Hukum Normatif (Suatu Upaya Reorinetasi
Pemahaman), Dipaparkan dalam Penataran Metodologi Penelitian Hukum, universitas Jendral
Soedirman, Purwokerto, hlm. 4
kaitannya dengan permasalahan yang diteliti, kemudian dipilih informasi
a. Teknik deskripsi
b. Teknik evaluasi
setuju atau tidak setuju, sah atau tidak sah oleh peneliti terhadap
c. Teknik argumentasi
26
M. Hariwijaya, 2007, Metodologi Dan Teknik Penulisan Skripsi, Tesis Dan Disertasi,
Azzagrafika, Yokyakarta, hlm. 48
diberikan argumentasi untuk mendapatkan kesimpulan atas pokok
d. Tekhnik Wawancara
wawancara berlangsung.
2005:324).
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
sebagai berikut :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;
berkaitan;
melalui sumber yang berbeda, yang mana dalam penelitian ini penulis
meyakinkan.
H. Jadwal Penelitian
berikut :
Waktu
Bentuk September Oktober November Desember Januari
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
1. Penyusunan
Proposal
3. Ujian Proposal
4. Pengumpulan
Data
5. Analisa
data/informasi
6. Penyusunan
laporan/tesis
7. Ujian Tesis
I. Sistematika
keterkaitan antara bab yang satu dengan yang l ainnya. Sistem penulisan tesis
(PPAT).
Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang berisi tentang bagaimana
semarang.
berkepentingan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Santoo, Urip. 2010. Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah. Jakarta:
Kencana
B. Peraturan Perundang-Undangan