Vous êtes sur la page 1sur 29

IDENTITAS

Nama lengkap : An. Kasih


Tanggal lahir (umur) : 02 Januari 2017 (1 tahun 6 bulan)
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Panyindangan Wetan
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Tanggal masuk RS : 2 Juli 2018

RIWAYAT PENYAKIT

Data diperoleh dari :


Alloanamnesis diambil pada tanggal 2 Juli 2018 pukul 20.15 WIB.
Keluhan Utama
BAB cair sejak pagi hari.

Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak pagi hari, pasien mengalami BAB cair kurang lebih enam kali/hari,
sekitar seperempat gelas aqua setiap BAB, warna kuning, ada sedikit ampas, tanpa
darah dan tanpa lendir. Pasien juga muntah-muntah kurang lebih tiga kali/hari, jumlah
muntahan tidak diketahui, tidak diikuti dengan rasa mual, muntah biasanya sehabis
makan dan minum, isi muntahan berupa makanan dan minuman yang dimakan, tanpa
darah. Keluhan disertai dengan demam, demam dimulai bersamaan dengan mencret,
tidak disertai kejang. Ibu mengatakan anaknya sekarang malas minum dan makan,
lemas, lebih sering tidur, dan BAK sedikit. Ibu belum memberikan obat apapun.
Keluhan batuk, pilek, kejang, disangkal oleh ibu pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu


(-) TBC (+) Batuk pilek (-) Kejang demam

1
(-) Kecelakaan (-) Diare akut (-) Cacar air
(-) Disentri (-) Demam berdarah (-) Tifus abdominalis
(-) Batuk rejan (-) Campak (-) Tetanus

Riwayat Penyakit Keluarga


(-) TBC (-) Malaria (-) Alergi
(-) Keganasan (-) Asma (-) Kelainan bawaan
(-) Diabetes mellitus (-) Hipertensi

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN

Kehamilan
Merupakan kehamilan pertama, saat hamil usia ibu 25 tahun. Selama hamil,
kontrol ke puskesmas teratur, keadaan ibu sehat, tidak ada penyulit saat kehamilan.
Perawatan antenatal : Trimester I : 2 kali
Trimester II : 2 kali
Trimester III : 2 kali

Persalinan/Kelahiran
Tempat persalinan di klinik bersalin dan ditolong oleh bidan, lahir spontan, 39
minggu, presentasi kepala, pasien langsung menangis kuat dan langsung menyusu.
Tidak ada riwayat kuning, tidak tampak biru-biru, tidak ada kelainan bawaan, berat
badan lahir 3500 gram dan panjang badan bayi 50 cm.

APGAR Score
Ibu pasien tidak mengetahui APGAR score. Ibu pasien mengatakan saat lahir, pasien
menangis kuat, suara nyaring, kulit kemerahan, refleks baik, dan bergerak aktif.
APGAR score diperkirakan 8/10.

2
RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Riwayat Pertumbuhan

Usia BB PB
Lahir 3500 gram 50 cm
1 tahun, 6 bulan 9 kg 85 cm

Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi pertama : 7 bulan.

Sektor motor kasar


Tengkurap : 5 bulan Duduk : 6 bulan
Merangkak : 7 bulan Berdiri : 10 bulan
Berjalan : 12 bulan
Melompat : 24 bulan

Sektor motor halus


Memegang benda : 6 bulan
Memindah benda : ibu tidak ingat

Sektor sosial
Mengenal orang lain : 3 bulan
Bermain tepuk tangan : 5 bulan
Berpartisipasi dalam permainan : 11 bulan

Kesan : perkembangan sesuai dengan usia

3
Riwayat Imunisasi

Imunisasi dasar

Imunisasi Waktu Pemberian


Bulan Booster (tahun)
0 1 2 3 4 5 6 9 12 18 5 6 12
BCG I
DTP I II III IV
Polio I II III IV V
Hepatitis B I II III
Campak I

Riwayat Makanan

Usia Makanan
0-6 bulan ASI ad libitum on demand
6-9 bulan Susu formula 12 x 180 cc/hari
Bubur susu 3 x 1 mangkuk kecil/hari
9-12 bulan Susu formula 10 x 180 cc/hari
Bubur tim saring campuran cincangan wortel/bayam 3 x 1
mangkuk kecil/hari
Buah (pepaya, semangka) 1 x/hari
12-18 bulan Susu formula 8 x 180 cc/hari
Nasi tim saring campuran cincangan telor / ikan / ayam / bayam /
wortel 3 x 1 mangkuk kecil/hari
Buah (pepaya) 1 x/hari
18 bulan-2 Susu formula 5 x 200 cc/hari
tahun Nasi tim campuran cincangan telor/ikan/ayam/wortel/bayam 3 x
1 mangkuk kecil/hari

4
Potongan kecil buah (pepaya) 1 x/hari
2 tahun- Susu formula 6 x 200 cc/hari
sekarang Nasi 3 x 1 piring + sayur sop + lauk (ikan/daging) /hari
Potongan kecil (pepaya) 2 x/hari

PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : tampak lemas
Kesadaran : apatis.
Tanda-tanda vital
Frekuensi nadi : 112 x/menit
Frekuensi napas : 35 x/menit
Suhu : 38oC
Berat badan : 9 kg
Tinggi badan : 85 cm

PEMERIKSAAN SISTEMATIS

Kepala : normosefali, distribusi rambut merata, rambut berwarna hitam, tidak mudah
dicabut.
Mata : bentuk normal, tampak cekung +/+, air mata sedikit, sklera ikterik -/-,
konjungtiva anemis -/-, pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung dan
tidak langsung +/+, kornea kanan dan kiri tampak jernih.
Telinga : bentuk normal, meatus acusticus externus kiri dan kanan lapang, membran
timpani Intak +/+, hiperemis -/-, tidak ada bulging, refleks cahaya (+),
serumen (+), secret (-).
Hidung : bentuk normal, pernapasan cuping hidung (-),deviasi septum (-), secret (-)
Mulut : bentuk normal, bibir kering, sianosis (-), lidah tidak tampak kotor, tonsil
T1-T1, faring tidak hiperemis.
Leher : bentuk normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening leher dan

5
axilla.
Thorax :
Paru-paru
Inspeksi : simetris +/+ dalam keadaan statis dan dinamis, tidak tampak retraksi sela
iga.
Palpasi : tidak teraba retraksi sela iga.
Perkusi : sonor di kedua lapang paru.
Auskultasi: suara napas vesikuler kanan dan kiri, ronkhi-/-, wheezing -/-.
Jantung
Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus kordis.
Palpasi : pulsasi iktus kordis teraba di sela iga ke IV garis midclavicula sinistra.
Perkusi : tidak dilakukan.
Auskultasi : bunyi jantung I-II normal, tidak ada gallop, tidak ada murmur.

Abdomen
Inspeksi : mendatar, tidak tampak benjolan atau bekas operasi.
Palpasi : supel, turgor kulit abdomen lambat, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
(-).
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen.
Auskultasi : bising usus meningkat.
Genitalia eksterna : perempuan, tidak ada tanda radang.
Ekstremitas : akral dingin, tidak ada deformitas, tidak ada edema, CRT< 2 detik.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Laboratorium tanggal 2 Juli 2018
Hematologi
Hb : 10,2 g/dL (10,7 – 13,1 g/dl)
Hematokrit : 33,3 % (35 - 43 %)
Eritrosit : 4,3 juta/L (3,6 – 5,2 juta/L)
Jumlah trombosit : 396.000/uL (229.000 - 553.000/uL)

6
Jumlah lekosit : 7.700/uL (6.000 - 17.500/uL)
MCV : 76 fl (73 - 101 fl)
MCH : 23,2 pg/m (21 - 33 pg/ml)
MCHC : 30,5 g/dl (26 - 34 g/dl)

Hitung jenis
Basofil :0% (0 - 1 %)
Eosinofil :1% (1 - 5 %)
Neutrofil batang :0% (2 - 6 %)
Neutrofil segmen : 60 % (25 - 60 %)
Limfosit : 35 % (25 - 50 %)
Monosit :4% (1 – 6 %)

RESUME
Seorang anak perempuan berusia 1 tahun 6 bulan dibawa ke IGD RSUD
Indramayu dengan BAB cair sejak pagi hari kurang lebih enam kali/hari, sekitar
seperempat gelas aqua setiap BAB, warna kuning, ada sedikit ampas, tanpa darah dan
tanpa lendir. Pasien juga muntah-muntah kurang lebih tiga kali/hari, jumlah muntahan
tidak diketahui, tidak diikuti dengan rasa mual, muntah biasanya sehabis makan dan
minum, isi muntahan berupa makanan dan minuman yang dimakan, tanpa darah.
Keluhan disertai dengan demam, demam dimulai bersamaan dengan mencret, tidak
disertai kejang. Ibu mengatakan anaknya sekarang malas minum dan makan, lemas,
lebih sering tidur, dan BAK sedikit. Ibu belum memberikan obat apapun. Keluhan
batuk, pilek, kejang, disangkal oleh ibu pasien. Riwayat kehamilan dan persalinan
normal. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan normal, riwayat perkembangan
sesuai dengan usia. Riwayat imunisasi, imunisasi dasar lengkap. Riwayat makanan,
sebelum masuk RS, kualitas dan kuantitas makan baik. Setelah masuk RS, kualitas dan
kuantitas makan berkurang.
Pemeriksaan fisik : tanda-tanda vital : frekuensi nadi : 112 x/menit, frekuensi
napas : 35 x/menit, suhu : 38oC. BB : 9 kg TB : 85 cm.

7
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
 Kepala: mata cekung,, air mata sedikit, bibir kering.
 Abdomen : BU meningkat turgor kulit lambat.
 Ekstremitas : akral dingin.

DIAGNOSIS KERJA
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat

DIAGNOSIS BANDING
1. Disentri amuba dengan dehidrasi berat
2. Disentri basiler dengan dehidrasi berat

PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan elektrolit dan pemeriksaan feses.

PENATALAKSANAAN
Medika mentosa
- IVFD RL 30 ml/kgBB dalam 30 menit  selanjutnya 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam,
nilai status hidrasi, balans cairan, dan urin output (1mL/kgBB/jam).
- Paracetamol 4 x 150 mg IV
- Cefotaxime 3 x 400 mg IV
- Ondansentron 2 x 1,5 mg IV
- Omeprazole 1 x 10mg IV
- Zink 1 x 10 mg po
- Probiotik (Lacidofil) 2 x 1 sachet po

Non medika mentosa


- Tirah baring
- Kompres bila perlu
- Edukasi orang tua cara memberikan oralit dengan benar

8
- Edukasi kepada keluarga dan pasien menjaga kebersihan diri, perilaku hidup bersih
dan sehat melalui kebiasaan mencuci tangan dengan sabun, kebersihan kuku, serta
tidak jajan di sembarang tempat.
- Anak diberi diet sedikit-sedikit namun sering dan rendah serat.

PROGNOSIS
Ad vitam : bonam.
Ad functionam : bonam.
Ad sanationam : bonam.

FOLLOW UP

3 Juli 2018
S Pasien BAB cair (-), muntah (-), mual (+), demam (+), BAK (+).
O KU : tampak sakit sedang.
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 110 x/menit.
Frekuensi napas : 29 x/menit.
Suhu : 37,6oC.
BB : 9kg
Pemeriksaan fisik:
Kepala : mata cekung -/-, sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-, bibir
basah.
Leher : tidak ada pembesaran KGB.
Thoraks : cor dan pulmo dalam batas normal.
Abdomen : bising usus meningkat, timpani, turgor kulit membaik.
A - Gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat dalam perbaikan
P - IVFD RL  ganti dengan Kaen 3B kebutuhan maintenance (900
mL/hari)
- Cefotaxime 3 x 300 mg IV

9
- Inj. Ondansentron 2 x 1,5 mg IV (kalau perlu)
- Inj. Omeprazole 1 x 10mg IV
- Paracetamol 4 x 150 mg IV
- Tablet Zinc 1 x 10 mg selama 10 hari (Lanjutkan)
- Probiotik (Lacidofil) 2 x 1 sachet (Lanjutkan)
- Edukasi konsumsi buah tinggi kalium seperti pisang

4 Juli 2018
S Pasien BAB 1x pagi ini, konsistensi padat, warna kuning, darah (-), lendir
(-), muntah (-), mual (-), demam(-), BAK (+).
O KU : tampak sakit ringan.
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 97 x/menit.
Frekuensi napas : 25 x/menit.
Suhu : 36,7oC.
BB : 9kg
Pemeriksaan fisik:
Kepala : mata cekung -/-, sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-.
Leher : tidak ada pembesaran KGB.
Thoraks : cor dan pulmo dalam batas normal.
Abdomen : bising usus (+), timpani, turgor kulit baik.
A - Gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat dalam perbaikan.
P - IVFD RL  ganti dengan Kaen 3B kebutuhan maintenance (900
mL/hari)  stop
- Cefotaxime 3 x 300 mg IV  stop
- Inj. Ondansentron 2 x 1,5 mg IV (kalau perlu)  stop
- Inj. Omeprazole 1 x 10mg IV  stop
- Paracetamol 4 x 150 mg IV  stop
- Tablet Zinc 1 x 10mg selama 10 hari (Lanjutkan)

10
- Probiotik (Lacidofil) 2 x 1 sachet (Lanjutkan)
- Pasien boleh pulang, obat pulang:
o Obat oral dilanjutkan
o Tambahan antibiotic Kotrimoksazol sirup 240mg/5mL dosis 2 x 1
cth
o Edukasi keluarga kontrol kembali 3 hari kemudian

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Diare ialah buang air besar dengan konsistensi lebih encer/cair dari biasanya, ≥
3 kali per hari, dapat/tidak disertai dengan lendir/darah yang timbul secara
mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu. Diare adalah buang air besar
yang sering dan cair, biasanya paling tidak tiga kali dalam 24 jam. Namun, lebih
penting konsistensi tinja daripada daripada jumlah. Seringkali, buang air besar
yang berbentuk bukanlah diare. Hanya bayi yang diberi ASI sering buang air besar,
buang air besar yang "pucat" juga bukan diare.

2.1.1 Jenis-Jenis Diare


Diare terdiri dari beberapa jenis yang dibagi secara klinis, yaitu : (1) a.
Diare cair akut (termasuk kolera), berlangsung selama beberapa jam atau
hari. Mempunyai bahaya utama yaitu dehidrasi dan penurunan berat badan
juga dapat terjadi jika makan tidak dilanjutkan. b. Diare akut berdarah, yang
juga disebut disentri, mempunyai bahaya utama yaitu kerusakan mukosa
usus, sepsis dan gizi buruk, mempunyai komplikasi seperti dehidrasi. c.
Diare persisten, yang berlangsung selama 14 hari atau lebih, bahaya
utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non-usus serius dan dehidrasi. d.
Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor) mempunyai
bahaya utama adalah infeksi sistemik yang parah, dehidrasi, gagal jantung
dan kekurangan vitamin dan mineral.

2.1.2 Dehidrasi
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada
tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada
pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini

12
disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Volume cairan
yang hilang melalui tinja dalam 24 jam dapat bervariasi dari 5 ml / kg (dekat
normal) sampai 200 ml/kg, atau lebih. Konsentrasi dan jumlah elektrolit
yang hilang juga bervariasi. Total defisit natrium tubuh pada anak-anak
dengan dehidrasi berat akibat diare biasanya sekitar 70-110 milimol per liter
air defisit. Hilangnya kalium dan klorida berada dalam kisaran yang sama.
Defisit sebesar ini dapat terjadi pada diare akut dengan etiologi apapun.
Penyebab dehidrasi paling umum adalah rotavirus, enterotoxigenic
Escherichia coli (ETEC) dan, selama epidemi, Vibrio cholerae.

2.1.3 Malnutrisi
Anak-anak yang meninggal saat diare, biasanya dapat disebabkan juga
kekurangan gizi dan sering berat, meskipun telah dilakukan manajemen
yang baik pada dehidrasinya. Selama diare terjadi berkurangnya asupan
makanan, penurunan penyerapan gizi, dan peningkatan kebutuhan gizi
sering bergabung menyebabkan penurunan berat badan dan gagalnya
pertumbuhan, anak dengan status gizi buruk sebelumnya menjadi dibuat
menjadi lebih buruk lagi. Malnutrisi memberikan kontribusi terjadi diare
yang lebih parah, berkepanjangan, dan mungkin lebih sering pada anak-
anak dengan kurang gizi. Lingkaran setan ini dapat dipecah oleh:
 Terus untuk memberikan makanan yang kaya gizi selama dan
setelah diare.
 Memberikan makanan bergizi, cocok untuk usia anak, ketika anak
baik.
2.1.4 Suplemen Zinc
Kekurangan Zinc banyak terjadi pada anak-anak di negara berkembang
dan muncul di sebagian besar Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah dan
Asia Selatan. Zinc diketahui mempunyai peran penting pada enzim
metalloproteinase, poliribosom, dan membran sel, dan fungsi seluler, yang
jga dipercaya memainkan peran sentral dalam pertumbuhan seluler dan

13
fungsi sistem imun. Walaupun teori dasar tentang potensi zinc
dipostulasikan untuk beberapa waktu,dan meyakinkan bukti pada kesehatan
anak yang hanya meyakinkan bukti tentang arti penting zinc pada kesehatan
anak yang diteliti baru-baru ini, dari percobaan-percobaan kontrol acak
suplementasi zinc. Banyak studi telah menunjukkan suplementasi zinc (10-
20 mg/hari sampai diare berhenti) mengurangi keparahan dan durasi dari
anak diare dibawah usia 5 (lima) tahun secara signifikan. Studi tambahan
menunjukkan dengan pemberian zinc jangka pendek (10-20 mg/hari untuk
10-14 hari) mengurangi kejadian diare untuk 2-3 bulan ke depan.
Berdasarkan studi ini, saat ini dianjurkan pemberian suplemen zinc
diberikan 10-20mg/hari selama 10-14 hari.

2.2 DIAGNOSIS
2.2.1 Anamnesis
Bertanya kepada ibu atau pengasuh anaknya tentang:
 § Adanya darah dalam tinja
 § Durasi diare
 § Jumlah kotoran berair per hari
 § Jumlah episode muntah
 § Adanya demam, batuk, atau masalah-masalah penting lainnya
(misalnya kejang-kejang, baru-baru ini campak)
 § Jenis dan jumlah cairan (termasuk ASI) dan makanan yang diberikan
selama sakit
 § Obat atau solusi lainnya yang diambil
 § Riwayat imunisasi

2.2.2 Pemeriksaan Fisik


Pertama, periksa tanda-tanda dan gejala dehidrasi. Cari tanda-tanda
berikut: ·

14
a) Kondisi Umum: adalah anak waspada; gelisah atau pemarah; lesu atau
tidak sadar?
b) Mata Apakah normal atau cekung?
c) Ketika air atau larutan oralit ditawarkan untuk minum, apakah diambil
atau dinolak, diambil dengan penuh semangat, atau anak tidak bisa
minum karena kelesuan atau koma?
d) Rasakan anak untuk menilai:
Turgor kulit. Ketika kulit di atas perut dicubit dan dilepaskan,
segera merata, perlahan-lahan, atau sangat lambat (lebih dari 2 detik)?
Kemudian, periksalah tanda-tanda masalah penting lainnya.
e) Cari tanda-tanda ini: · Apakah tinja anak mengandung darah merah? ·
Apakah anak kekurangan gizi? Buka seluruh pakaian bagian atas anak
untuk melihat bahu, lengan, bokong dan paha, untuk bukti dari tanda
berkurangnya otot (marasmus). Cari juga untuk edema pada kaki, jika
ada disertai pengurangan otot, artinya anak menderita gizi buruk. Jika
memungkinkan, nilai berat badan anak-untuk-umur, dengan
menggunakan grafik pertumbuhan, atau berat badan-untuk-panjang.
Atau, mengukur lingkar lengan pertengahan. · Apakah anak batuk?
Jika demikian, hitung jumlah pernapasan untuk menentukan apakah
pernafasannya cepat dan mencari tidak simetris.
f) Periksa suhu anak: Demam dapat disebabkan oleh dehidrasi parah,
atau oleh infeksi non usus seperti malaria atau pneumonia.

2.2.3 Derajat Dehidrasi Penilaian


Penilaian A B C
 KU Baik, sadar Gelisah* Lesu, tidak sadar*
 Mata Normal Cekung* Sangat cekung
 Rasa Haus Tidak haus Haus* Malas minum*

15
Turgor kulit Kembali cepat Kembali Sangat lambat*
lambat*
Derajat Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
dehidrasi ringan-sedang (bila ada 1 tanda *
(bila ada 1 tanda + 1 atau lebih
* + 1 atau lebih tanda lain)
tanda lain)
Terapi Rencana Terapi Rencana Terapi Rencana Terapi C
A B
Tabel 2.1 Cara menilai derajat dehidrasi

Derajat dehidrasi dinilai sesuai dengan tanda dan gejala yang


mencerminkan jumlah cairan yang hilang:
 Pada tahap awal dehidrasi, tidak ada tanda-tanda atau gejala.
 Sesuai dehidrasi yang meningkat, tanda-tanda dan gejala
berkembang. Awalnya termasuk: rasa haus, gelisah atau perilaku
pemarah, turgor kulit menurun, mata cekung, dan Fontanel cekung
(pada bayi).
 Pada dehidrasi berat, efek ini menjadi lebih jelas dan berkembang
menjadi tanda-tanda syok hipovolemik, termasuk: hilang kesadaran,
kurangnya urin, lembab dingin ekstremitas, denyut nadi yang cepat
dan lemah denyut (nadi a. radialis mungkin tidak terdeteksi), rendah
atau tidak terdeteksinya tekanan darah, dan Sianosis perifer. Dapat
terjadi kematian yang cepat jika tidak dimulai rehidrasi dengan
cepat.
Kekurangan cairan pada anak dapat diperkirakan sebagai berikut :
Pengukuran Kekurangan Cairan Kekurangan cairan
(%) BB dalam ml/kgBB
Tidak Dehidrasi <5% <50

16
Dehidrasi Ringan- 5 – 10% 50 – 100
Sedang
Dehidrasi Berat >10% >100
Tabel 2.2 Hubungan Derajat Dehidrasi Dengan Perkiraan Jumlah
Cairan yang Hilang

2.3 PENATALAKSANAAN DIARE AKUT (TANPA DARAH)


Tujuan daripada pengobatan diare akut secara objektif ialah :
 Mencegah dehidrasi, jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
 Mengobati dehidrasi, jika ada
 Mencegah kerusakan nutrisi, dengan memberi makanan selama dan
setelah dehidrasi
 Mengurangi durasi dan keparahan diare, dan timbulnya pada episode
mendatang, dengan memberikan suplemen zinc.

2.3.1 Rencana Terapi A : Terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan


malnutrisi
Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi memerlukan tambahan cairan
dan garam untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare.
Jika ini tidak diberikan, tanda-tanda dehidrasi dapat terjadi. Ibu harus
diajarkan cara untuk mencegah dehidrasi di rumah dengan memberikan
anak lebih banyak cairan daripada biasanya, bagaimana mencegah
kekurangan gizi dengan terus memberi makan anak, dan mengapa tindakan-
tindakan ini penting. Mereka harus juga tahu apa tanda-tanda menunjukkan
bahwa anak harus dibawa ke petugas kesehatan. Langkah-langkah tersebut
dirangkum dalam empat aturan Rencana Terapi A.
Aturan 1 : Memberikan anak lebih banyak cairan daripada
biasanya, untuk mencegah dehidrasi
Cairan yang diberikan adalah cairan yang mengandung garam (oralit),
dapat juga diberikan air bersih yang matang. Komposisi larutan oralit baru:

17
 Natrium klorida 2,6 gram/liter
 Glukosa 13,5 gram/liter
 Kalium klorida 1,5 gram/liter
 Trisodium sitrat 2,9 gram/liter

 Komposisi larutan oralit lama :


 Natrium klorida 3,5 gram/liter
 Glukosa 20 gram/liter
 Kalium klorida 1,5 gram/liter
 Trisodium sitrat 2,55 gram/liter

Dengan menurunkan osmolaritas dengan mengurangi konsentrasi


glukosa dan garam (NaCl) dimaksudkan untuk menghindari hipertonisitas
cairan selama absorpsi cairan oralit. Cairan yang mengandung garam,
seperti oralit, minuman asin (seperti minuman youghert), atau sayuran dan
sup ayam dengan garam. Ajari ibu untuk memasukan garam (kurang lebih
3g/L) pada minuman yang tidak bergaram (seperti air matang, air teh, jus
buah-buahan yang tidak diberi gula) atau sup selama diare.
Larutan oralit yang dapat dibuat dirumah mengandung 3g/L garam
dapur (1 sendok teh penuh garam) dan 18g/L dari gula dapur (sukrosa)
sangat efektif namun tidak dianjurkan karena seringkali lupa resepnya.
Minuman yang tidak boleh diberikan ialah minuman bersoda, teh manis, jus
buah-buahan yang manis. Minuman tersebut dapat menyebabkan diare
osmotik dan hipernatremia. Sedangkan kopi tidak boleh diberikan karena
bersifat diuretik.
Umur (tahun) Jumlah Cairan yang Harus
Diberikan
<2 50 – 100
2 – 10 100 – 200

18
>10 >200 (sebanyak yang diinginkan)
Tabel 2.3 Jumlah Cairan yang Harus Diberi Sesuai Umur Menurut
WHO 2005

Aturan 2 : Berikan tambahan zinc (10 - 20 mg) untuk anak, setiap


hari selama 10 -14 hari.
Zinc dapat diberikan sebagai sirup atau tablet, dimana formulasinya
tersedia dan terjangkau. Dengan memberikan zinc segera setelah mulai
diare, durasi dan tingkat keparahan episode serta risiko dehidrasi akan
berkurang. Dengan pemberian zinc selama 10 sampai 14 hari, zinc yang
hilang selama diare diganti sepenuhnya dan risiko anak memiliki episode
baru diare dalam 2 sampai 3 bulan ke depan dapat berkurang.
Pada pedoman penatalaksanaan diare sebelumnya tidak ada anjuran
untuk memberikan zinc, namun pada pedoman penatalaksanaan diare WHO
2005 ada anjuran seperti ini.
Aturan 3 yaitu berikan anak makanan untuk mencegah kurang
gizi.
Diet bayi yang biasanya harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan
setelahnya. Makanan tidak boleh ditahan dan makanan anak yang biasa
tidak boleh diencerkan. Perian ASI harus dilanjutkan. Tujuannya adalah
untuk memberikan makanan yang kaya nutrisipada anak. Sebagian besar
anak-anak dengan diare cair mendapatkan kembali nafsu makan mereka
setelah dehidrasi diperbaiki, sedangkan orang-orang dengan diare berdarah
seringkali nafsu makan tetap buruk sampai penyakitnya sembuh. Anak-
anak ini harus didorong untuk mau makan secara normal sesegera mungkin.
Ketika makanan diberikan, gizi yang cukup biasanya diserap untuk
mendukung pertumbuhan dan pertambahan berat badan. Makan juga
mempercepat pemulihan fungsi usus normal, termasuk kemampuan untuk
mencerna dan menyerap berbagai nutrisi. Sebaliknya, pada anak-anak yang
dibatasi makannya dan makanan yang diencerkan dapat menurunkan berat

19
badan, menyebabkan diare lebih lama dan lebih lambat memulihkan fungsi
usus.
Aturan 4 Bawa anak ke petugas kesehatan jika ada tanda-tanda
dehidrasi atau masalah lainnya.
Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
• Buang air besar cair sering terjadi
• Muntah berulang-ulang
• Sangat haus
• Makan atau minum sedikit
• Demam
• Tinja Berdarah
• Anak tidak membaik dalam tiga hari.
Pedoman diare yang sebelumnya hanya mempunyai 3 aturan saja.
Namun WHO 2005 menambahkan pemberian zinc pada rencana terapi A
ini.

2.3.2 Rencana Terapi B


Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan dehidrasi ringan-sedang
Jika berat badan anak diketahui maka hal ini harus digunakan untuk
menentukan jumlah larutan yang tepat. Jumlah larutan ditentukan dari berat
badan (Kg) dikalikan 75 ml. Jika berat badan anak tidak diketahui maka
penentuan jumlah cairan ditentukan berdasarkan usia anak. Seperti yang
terlihat pada tabel 2.5.

20
Tabel 2.5 Pedoman Pengobatan Dehidrasi Pada Anak dan Dewasa
dengan Dehidrasi Sedang

Edema (bengkak) kelopak mata adalah tanda dari over-hidrasi. Jika hal
ini terjadi, hentikan penggunaan oralit, tapi dapat diberi ASI atau air putih,
dan makanan. Jangan beri diuretik. Bila edema telah hilang, lanjutkan
pemberian oralit atau cairan rumah sesuai dengan Rencana Terapi A.
Keluaraga harus diajarkan cara memberikan larutan oralit. Larutan
dapat diberikan pada anak-anak menggunakan sendok atau cangkir. Botol
minum tidak boleh digunakan. Untuk bayi dapat digunakan pipet atau
syringe.
Jika tanda-tanda dehidrasi parah telah muncul, terapi intravena (IV)
harus dimulai sesuai Rencana Terapi C. Jika anak masih memiliki tanda-
tanda yang menunjukkan dehidrasi, teruskan terapi rehidrasi oral dengan
mengulangi Rencana Terapi B. Pada saat yang sama dimulai pemberian
makanan, susu dan cairan lain, seperti yang dijelaskan dalam Rencana
Terapi A, dan terus menilai kembali anak. Jika tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, harus dipertimbangkan rehidrasi telah lengkap. Bila rehidrasi
adalah lengkap:
 Turgor kulit normal
 Tidak haus
 Urin
 Anak menjadi tenang, tidak lagi mudah marah dan seringkali
tertidur.

Ajarkan ibu cara untuk merawat anaknya di rumah dengan larutan oralit
dan makanan seperti pada Rencana Terapi A.(1) Dengan larutan oralit yang
sebelumnya, tanda dehidrasi dapat menetap atau muncul kembali selama

21
pemberian oralit pada 5% anak-anak. Namun dengan larutan oralit
osmolaritas rendah yang baru, diperkirakan kegagalan pengobatan
sebelumnya dapat berkurang menjadi 3%, atau kurang.

2.3.3 Rencana Terapi C


Pasien dengan Dehidrasi Berat Pengobatan bagi anak-anak dengan
dehidrasi berat adalah rehidrasi intravena cepat, mengikuti Rencana Terapi
C. Jika mungkin, anak harus dirawat di rumah sakit. Panduan untuk
rehidrasi intravena diberikan dalam tabel 2.7. (1) Anak-anak yang masih
dapat minum, walaupun buruk, harus diberikan oralit secara peroral sampai
infus berjalan. Selain itu, ketika anak dapat minum tanpa kesulitan, semua
anak harus mulai menerima larutan oralit (sekitar 5 ml/kg/jam), yang
biasanya dalam waktu 3-4 jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk pasien yang
lebih tua). Ini memberikan tambahan dasar dan potasium, yang mungkin
tidak dapat secara memadai disediakan oleh cairan infus. Mulai diberi
cairan i.v segera. Bila pasien dapat minum berikan oralit sampai cairan i.v
dimulai. Berikan 100 ml/Kg cairan Ringer Laktat (atau cairan normal salin
bila ringer laktat tidak tersedia) yang dibagi sebagai berikut:
Umur Pemberian Pertama Selanjutnya
30ml/kgBB 70ml/kgBB
Bayi < 1 tahun 1 jam 5 jam
Anak > 1 tahun 30 menit 2,5 jam
Tabel 2.7 Jumlah pemberian cairan secara intravena pada pasien
dehidrasi berat

Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba. Nilai
kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai pencepat
tetesan intravena. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita
kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B atau C) untuk
melanjutkan terapi. Pasien harus dinilai ulang setiap 15-30 menit sampai

22
denyut a. radialis teraba kuat. Setelah itu, pasien harus dinilai ulang
setidaknya setiap 1 (satu) jam untuk memastikan bahwa hidrasi membaik.
Jika tidak, maka infus harus diberikan lebih cepat. Lihat dan rasakan untuk
semua tanda-tanda dehidrasi:
o Jika tanda-tanda dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan IV
seperti yang diuraikan dalam Rencana terapi C.
o Jika anak membaik (dapat minum), tetapi masih menunjukkan tanda-
tanda dari dehidrasi sedang, hentikan infus IV dan berikan larutan oralit
selama empat jam, sebagaimana ditetapkan dalam Rencana terapi B.
o Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, ikuti Rencana terapi A. Ingatlah
bahwa anak membutuhkan terapi dengan larutan oralit sampai diare
berhenti.
Pada rencana terapi C tidak ada perbedaan antara WHO 2005 dengan
pedoman penatalaksanaan diare di Indonesia saat ini.

2.4 PENATALAKSANAAN PASIEN TERSANGKA KOLERA


Kolera dibedakan dengan diare akut penyebab lain dalam tiga cara:
 Terjadi dalam wabah besar yang melibatkan anak-anak dan
orang dewasa
 Diare cair yang banyak, dengan cepat mengarah ke dehidrasi
berat dengan syok hipovolemik
 Untuk kasus-kasus dehidrasi berat antibiotik yang tepat dapat
mempersingkat durasi penyakit.

Pengobatan awal dehidrasi dari kolera mengikuti rencana terapi dehidrasi


seperti yang sudah dijelaskan. Untuk pasien dengan dehidrasi berat dan shock,
infus intravena harus diberikan segera untuk memulihkan volume darah, dan
perbaikan dinilai dari tekanan darah yang normal dan denyut nadi radial yang
kuat.

23
Biasanya, orang dewasa dengan berat 50 kg dan dengan dehidrasi berat akan
memiliki defisit cairan kira-kira 5 (lima) liter. Dari jumlah ini, 2 (dua) liter harus
diberikan dalam waktu 30 menit, dan sisanya dalam waktu tiga jam.
Dengan kolera, dibutuhkan oralit dalam jumlah besar yang diperlukan untuk
mengganti kehilangan akibat diare setelah dehidrasi dikoreksi. Jumlah
kehilangan cairan melalui diare sangat banyak dalam 24 jam pertama, pada
pasien dengan dehidrasi berat. Selama periode ini, rata-rata kebutuhan cairan
pasien seperti ini adalah 200 ml/kgBB, tapi beberapa memerlukan 350 ml/kg atau
lebih. Pada pasien yang berkelanjutan diarenya biasanya membutuhkan terapi
pemeliharaan intravena menggunakan larutan Ringer laktat dengan
menambahkan kalium klorida. Tambahan kalium juga dapat diberikan
bersamaan dengan oralit segera setelah pasien dapat minum.
Setelah rehidrasi, pasien harus dinilai ulang untuk mengetahui tanda-tanda
dehidrasi sekurang-kurangnya setiap 1-2 jam, dan dilakukan lebih sering jika
diare terjadi terus-menerus dan banyak. Jika tanda-tanda dehidrasi muncul
kembali, larutan oralit harus diberikan lebih cepat. Jika pasien menjadi lelah,
sering muntah atau distensi perut, larutan oralit harus dihentikan dan rehidrasi
harus diberikan secara IV menggunakan larutan Ringer laktat (50 ml/kg dalam
tiga jam), dengan menambahkan kalium klorida.
Semua kasus dugaan kolera dengan dehidrasi berat harus diberi antimikroba
oral yang efektif untuk Vibrio cholerae di daerah. Hal ini dapat mengurangi
volume total kehilangan cairan, menyebabkan diare berhenti dalam waktu 48
jam. Dosis pertama harus diberikan segera setelah muntah berhenti, yang
biasanya 4-6 jam setelah memulai terapi rehidrasi. Penatalaksanaan diare yang
disebabkan Vibrio cholerae hampir sama dalam pemberian antibiotik pilihan
namun ada perbedaan dimana cotrimosazol tidak lagi digunakan pada pedoman
yang baru, dan digantikan oleh eritromycin.

24
2.5 PENATALAKSANAAN DIARE AKUT BERDARAH
Selain itu, mereka harus dirawat selama tiga hari dengan ciprofloxacin,
atau selama lima hari dengan antimikroba oral lainnya yang sensitif terhadap
Shigella. Hal ini karena Shigella menyebabkan episode diare berdarah pada anak-
anak, dan hampir semua episode parah. Sangat penting menentukan sensitivitas
strain lokal Shigella, karena sering terjadi resistensi antimikroba dan pola
resistensi tidak dapat diprediksi. Antimikroba yang tidak efektif untuk pengobatan
Shigellosis, tidak boleh diberikan untuk mengobati Shigellosis. Baru-baru ini
direkomendasikan bahwa asam nalidixic tidak boleh lagi digunakan untuk
pengelolaan infeksi Shigella.
Penyebab Antibiotik Pilihan Alternatif
Kolera Doxycycline Erythromycin
Dewasa: 300 mg sekali Anak-anak: 12.5 mg/kg 4
atau kali per hari x 3 hari
Tetracycline Dewasa : 250 mg 4 kali
Anak-anak: 12.5 mg/kg 4 per hari x 3 hari
kali per hari x 3 hari
Dewasa: 500 mg 4 kali
per hari x 3 hari
Disentri Shigella Ciprofloxacin Pivmecillinam
Anak: 15 mg/kg 2 kali Anak-anak: 20 mg/kg 4
per hari x 3 hari kali per hari x 5 hari
Dewasa: 500 mg 2 kali Dewasa: 400 mg 4 kali
per hari x 3 hari per hari x 5 hari
Ceftriaxone
Anak-anak: 50-100
mg/kg 1 kali per hari IM
x 2 to 5 hari
Amoebiasis Metronidazole

25
Anak-anak: 10 mg/kg 3
kali per hari x 5 hari (10
hari pada kasus berat)
Dewasa: 750 mg 3 kali
per hari x 5 hari (10 hari
pada kasus berat)
Giardiasis Metronidazole
Anak-anak: 5 mg/kg 3
kali per hari x 5 hari
Dewasa: 250 mg 3 kali
per hari x 5 hari
Tabel 2.8 Antibiotik yang Digunakan Untuk Mengobati Penyebab Diare

2.6 PENATALAKSANAAN DIARE PERSISTEN


Diare dengan atau tanpa darah yang dimulai secara akut dan berlangsung
selama paling tidak 14 hari. Biasanya berhubungan dengan penurunan berat badan
dan sering dengan infeksi non intestinal. Diare persisten hampir tidak pernah
terjadi pada anak yang diberi ASI eksklusif. Anak-anak yang menderita diare
persisten seringkali sudah malnutrisi sebelum diare.
Tujuan pengobatannya yaitu mengembalikan berat badan dan fungsi normal
usus. Terapi diare persisten meliputi:
 Cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi sesuai dengan rencana terapi
A, B,dan C.
 Nutrisi agar tidak memperparah diare
 Suplemen vitamin dan mineral, termasuk pemberian zinc untuk 10-14 hari
 Antimikroba untuk mengobati infeksi.
Sebagian besar anak-anak dapat diobati dirumah dengan pengawasan yang
ketat untuk memastikan adanya perbaikan. Namun, beberapa harus dirawat di
rumah sakit, sampai kondisinya stabil, diarenya berhenti dan berat badannya naik.

26
Setiap anak dengan diare persisten harus diperiksa adanya infeksi non usus,
seperti pneumonia, sepsis, Infeksi Saluran Kemih, dan otitis media. Pengobatan
penyakit-penyakit tersebut harus sesuai dengan pedoman standar. Sedangkan
pengobatan untuk infeksi ususnya harus diobati setelah diketahui penyebab dari
infeksinya setelah dilakukan pemeriksaan faeses, dan diobati sesuai dengan Tabel
2.8.

2.7 OBAT ANTIDIARE


Obat “anti diare”, walaupun sering digunakan, tidak memiliki manfaat praktis
dan tidak pernah diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak-anak.
Beberapa dari oabat-obat ini berbahaya. Produk dalam kategori ini meliputi:
Adsorbents (misalnya kaolin, attapulgite, smectite, arang aktif, cholestyramine).
Obat ini dipromosikan untuk perawatan diare dengan cara mengikat dan
menonaktifkan racun bakteri atau zat lain yang menyebabkan diare, dan obat ini
dianggap untuk "melindungi" mukosa usus. Namun, Tidak ada bukti nilai praktis
dalam pengobatan rutin diare akut pada anak-anak. Obat-obatan antimotilitas
(misalnya loperamide hidroklorida, diphenoxylate dengan atropin, tingtur opium,
mengandung kapur barus tingtur opium, obat penghilang rasa sakit, kodein). Obat-
obatan ini yaitu opiat atau seperti opiat dan inhibitor motilitas usus lain dapat
mengurangi frekuensi diare pada orang dewasa. Namun, obat ini tidak
memperkecil volume tinja pada anak-anak. Selain itu, mereka dapat menyebabkan
ileus paralitik yang parah, yang dapat berakibat fatal, dan mereka mungkin
memperpanjang infeksi dengan menunda menghilangkan organisme penyebab.
Sedasi mungkin dapat terjadi pada dosis terapi biasa dan keracunan sistem
saraf pusat telah dilaporkan untuk beberapa obat. Tidak satu pun dari agen ini harus
diberikan bayi atau anak-anak dengan diare.
Bismut subsalisilat. Bismut subsalisilat mengurangi jumlah diare dan keluhan
diare travellers pada orang dewasa. Ketika diberikan setiap empat jam, dilaporkan
terjadi penurunan diare pada anak-anak dengan diare akut sekitar 30%. Namun,
pengobatan ini jarang dipraktekan.

27
Kombinasi obat-obatan. Banyak produk menggabungkan adsorbents,
antimikroba, obat antimotilitas obat. Produsen dapat mengklaim bahwa formulasi
ini sesuai untuk berbagai penyakit diare, namun, obat kombinasi ini tidak rasional
serta mempunyai biaya dan efek samping yang jauh lebih tinggi. Sehingga obat-
obat seperti ini tidak diperbolehkan untuk diare pada anak-anak.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anonymus: 2009. Dehidrasi. Web site: http://id.wikipedia.org/wiki/Dehidrasi (25


September 2009)(3)
Hery Garna, Emelia Suroto, Hamzah, Heda Melinda D Nataprawira, Dwi Prasetyo.
2005. Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Olmu Kesehatan
Anak Edisi Ke-3. Bandung: Bagian /SMF Ilmu Kesehatan Anak FK
Universitas Padjajaran/ RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG. Hal. 271-
278 (2)
M.K. Bhan, D. Mahalanabis, N.F. Pierce, N. Rollins, D. Sack, M. Santosham. 2005.
The Treatment of Diarrhoea A manual for physicians and other senior health
workers. Web Site :
http://whqlibdoc.who.int/publications/2005/9241593180.pdf (25 September
2009)
1999. Buku Ajar Diare. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman. Hal. 81,154.

29

Vous aimerez peut-être aussi