Vous êtes sur la page 1sur 6

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN KETERSEDIAAN TENAGA KEFARMASIAN


DAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS
TANJUNG PINANG (TERAKREDITASI)
DAN PUSKESMAS TALANG BANJAR
(BELUM TERAKREDITASI)
KOTA JAMBI 2018

Disusun Oleh :
YULI HIDAYATI
NIM : 15.096

PROGRAM DIPLOMA III


AKADEMI FARMASI PROVINSI JAMBI
TAHUN 2018
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009 menyatakan bahwa pekerjaan

kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga kefarmasian, dilaksanakan sesuai dengan

standar pelayanan kefarmasian dan didukung oleh tersedianya Standar

Operasional Prosedur. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang

dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan

pelayanan kefarmasian.

Ketersediaan tenaga kefarmasian yaitu apoteker dan tenaga teknis

kefarmasian yang masih kurang dan belum merata, sarana dan prasarana

pengelolaan obat belum lengkap dan belum tersedianya pedoman dan petunjuk

teknis dalam melaksanakan standar pengelolaan obat di puskesmas menjadikan

pelaksanaan standar menjadi terhambat dan terkendala. Namun dengan adanya

kebijakan akreditasi puskesmas, penerapan standar akan lebih cepat dilaksanakan

karena merupakan salah satu variabel dalam akreditasi puskesmas.

Sudibyo Supardi dkk, Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat

dengan judul penelitian, “Evaluasi Peran Apoteker Berdasarkan Pedoman

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas”. Diantaranya menyimpulkan bahwa

permasalahan yang terkait apoteker di puskesmas adalah ketersediaan dan jumlah

tidak sesuai dengan beban kerjanya, sehingga pelayanan kefarmasian belum

berjalan baik akibat keterbatasan waktu dan tenaga.


2

Max Joseph Herman dkk, meneliti “Hubungan Ketersediaan Tenaga

Kefarmasian dengan Karakteristik Puskesmas dan Praktek Kefarmasian di

Puskesmas”, tahun 2011. Hasil penelitian analisis lanjut terhadap seluruh

puskesmas di Indonesia menunjukkan bahwa hanya 17,5% puskesmas di

Indonesia memilki apoteker dan ada 32,2% puskesmas yang tidak memiliki

tenaga kefarmasian sama sekali. Ada perbedaaan ketersediaan tenaga kefarmasian

antar puskesmas berdasarkan lokasi puskesmas, jenis puskesmas, keterpencilan

wilayah dan status kepegawaian.

Linta Nurmiati dkk, 2016 dalam penelitian studi tentang “Pengelolaan

Obat di Puskesmas Burangga Kabupaten Wakatobi Tahun 2016”. Hasil penelitian

ini terkait pengelolaan obat di Puskesmas Buranga menunjukkan bahwa

perencanaan obat di Puskesmas berdasarkan persediaan obat tanpa melihat pola

penyakit yang terjadi di puskesmas. Penyimpanan obat belum masuk standar

penyimpanan obat yang baik, dimana penyimpanan obat tidak berdasarkan abjad

melainkan berdasarkan kebiasaan. Pencatatan dan pelaporan obat di puskesmas

dilakukan setiap hari dalam kartu stok obat kemudian diregister bulanan.

Kesimpulan penelitian ini, terkait pendistribusian serta pencatatan dan pelaporan

sudah sesuai standar pengelolaan obat di Puskesmas.

Husnawati dkk, dalam penelitian studi tetntang “Sistem Pengelolaan Obat

di Puskesmas di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Riau” .

Berdasarkan hasil analisa bivariat, terdapat perbedaan bermakna sistem

pengelolaan obat di Puskesmas Rambah samo I dan Rambah Samo II, dimana

puskesmas Rambah Samo I lebih baik dari Rambah Samo II baik dari segi

perencanaan, penyimpanan, pendistribusian, serta pencatatan dan pelaporan. Hal


3

ini disebabkan karena keterbatasan jumlah tenaga farmasi yang ada di puskesmas

tersebut, dimana hanya terdapat satu orang tenaga teknis kefarmasian dan satu

orang tenaga perawat.

Drs.Hisran H. Apt, ME , meneliti “Pengaruh Ketersediaan Tenaga

Kefarmasian Terhadap Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar di Puskesmas Kota

Jambi Tahun 2017”. Hasil penelitian pengelolaan obat dari 20 puskesmas di Kota

Jambi, 55,6% puskesmas yang telah melaksanakan pengelolaan obat sesuai

standar, 44,4% melaksanakan sebagian dan tidak melaksanakan.

Didapatnya hubungan antara tenaga kefarmasian khususnya apoteker

dengan pelayanan kefarmasian di puskesmas. Tidak ada perbedaan puskesmas

dengan apoteker dan tidak ada apoteker dalam melaksanakan pengelolaan obat.

Berdasarkan dari hasil praktek kerja lapangan di dua belas Puskesmas di

Kota Jambi menunjukkan bahwa, ada perbedaan ketersediaan tenaga

kefarmasiannya. Ternyata dari perbedaan ketersediaan tenaga kefarmasian

tersebut berbeda pula akreditasi puskesmasnya.

Dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) tenaga kefarmasian yang ada di

Puskesmas Tanjung Pinang terdapat 1 apoteker dan 4 TTK, sedangkan Puskesmas

Talang Banjar tidak ada apoteker, dan TTK 2 orang. Ini berarti tenaga

kefarmasian di Puskesmas Talang Tanjar belum sesuai dengan standar pelayanan

kefarmasian No. 74 tahun 2016 di puskesmas.

Penulis ingin melihat gambaran di puskesmas Tanjung Pinang (sudah

terakreditasi) dengan puskesmas Talang Banjar (belum terakreditasi) yaitu dilihat

dari pelaksanaan pengelolaan obat yang dilaksanakan oleh tenaga kefarmasian.

Oleh karena itu peneliti mengusulkan penelitian tentang “Gambaran


4

Ketersediaan Tenaga Kefarmasian dan Pengelolaan Obat Pada Puskesmas

Tanjung Pinang (Terakreditasi) dan Puskesmas Talang Banjar (Belum

Terakreditasi) Kota Jambi 2018”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah adalah bagaimana gambaran ketersediaan tenaga kefarmasian dan

pengelolaan obat pada Puskesmas Tanjung Pinang (sudah terakreditasi) dan

Puskesmas Talang Banjar (belum terakreditasi) Kota Jambi 2018 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran ketersediaan tenaga kefarmasian dan

pengelolaan obat pada Puskesmas Tanjung Pinang (terakreditasi) dan Puskesmas

Talang Banjar (belum terakreditasi) Kota Jambi 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui data tenaga kefarmasian pada Puskesmas Tanjung

Pinang dan Puskesmas Talang Banjar.

2. Untuk mengetahui pengelolaan obat pada Puskesmas Tanjung Pinang dan

Puskesmas Talang Banjar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Sebagai masukan dalam ketersediaan tenaga kefarmasian di puskemas

terakreditasi dan di puskesmas belum terakreditasi.


5

1.4.2 Manfaat Teoritis

Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dibidang

puskesmas tentang gambaran ketersediaan tenaga kefarmasian dan pengelolaan

obat.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah puskesmas, ketersediaan kefarmasian

dan pengelolaan obat. Puskesmas Tanjung Pinang yang dimaksud puskesmas

terakreditasi dan Puskesmas Talang Banjar yang dimaksud puskesmas belum

terakreditasi. Ketersediaan kefarmasian meliputi Apoteker dan Tenaga Teknis

Kefarmasian. Aspek pengelolaan obat meliputi perencanaan dan permintaan,

penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan.

Vous aimerez peut-être aussi