Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH :
SUBHAN
NIM :010030170.B
SURABAYA
2002
ASUHAN KEPERAWATAN
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Pneumotorax adalah terdapatnya udara dalam rongga pleura, sehingga paru-paru dapat terjadi kolaps.
B. Anatomi
Kerangka dada yang terdiri dari tulang dan tulang rawan, dibatasi oleh :
- Bawah : Diafragma
Isi :
- Sebelah kanan dan kiri rongga toraks terisi penuh oleh paru-paru beserta pembungkus pleuranya.
- Mediatinum : ruang di dalam rongga dada antara kedua paru-paru. Isinya meliputi jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar,
oesophagus, aorta desendens, duktus torasika dan vena kava superior, saraf vagus dan frenikus serta sejumlah besar kelenjar
C.
Trauma dada
Patofisiologi
Mengenai rongga toraks sampai Terjadi robekan Pembuluh Darah intercostal, pembuluh
rongga pleura, udara bisa masuk (pneumothorax) darah jaringan paru-paru.
WSD/Bullow Drainage
D. Pemeriksaan Penunjang :
E. Penatalaksanaan
a. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak,
b. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of
c. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga "mechanis of breathing" tetap baik.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang
menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
b. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh dokter.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan pada slang,
melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang
cedera.
ò Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang diklem.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus
dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
ò Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
ò Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari
terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang
tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding
paru-paru.
g. Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.
1) Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau ada dicatat.
2) Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
3) Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara masuk yaitu meng"klem" slang pada dua tempat dengan kocher.
4) Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus tetap steril.
5) Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan memakai sarung tangan.
6) Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.
F. Pemeriksaan penunjang
b. Diagnosis fisik :
Bila pneumotoraks < 30% atau hematotorax ringan (300cc) terap simtomatik, observasi.
Bila pneumotoraks > 30% atau hematotorax sedang (300cc) drainase cavum pleura dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan
Pada keadaan pneumotoraks yang residif lebih dari dua kali harus dipertimbangkan thorakotomi
Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih dari 800 cc segera thorakotomi.
G. Terapi :
a. Antibiotika.
b. Analgetika.
c. Expectorant.
H. Komplikasi
1. Tension Penumototrax
2. Penumotoraks Bilateral
3. Emfiema
A. Pengkajian :
4. Pengalaman pembedahan.
7. Dan Keluhan.
B. Pemeriksaan Fisik :
1. Sistem Pernapasan :
ò Sesak napas
ò Nyeri, batuk-batuk.
2. Sistem Kardiovaskuler :
ò Takhikardia, lemah
ò Hipotensi.
3. Sistem Persyarafan :
4. Sistem Perkemihan.
5. Sistem Pencernaan :
ò Tidak ada kelainan.
ò Terdapat kelemahan.
ò Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
7. Sistem Endokrine :
ò Terjadi peningkatan metabolisme.
ò Kelemahan.
9. Spiritual :
ò Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
C. Pemeriksaan Diagnostik :
ò Pa O2 normal / menurun.
Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan
keletihan.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.
7. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma.
I. Intevensi Keperawatan :
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma.
Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
a. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian a. Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan
kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
duduk sebanyak mungkin.
b. Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan,
dispnea atau perubahan tanda-tanda vital. b. Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai
akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock
c. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk sehubungan dengan hipoksia.
menjamin keamanan. c. Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
d. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya d. Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan
sesak atau kolaps paru-paru. klien terhadap rencana teraupetik.
e. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri e. Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat
dengan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam. dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
f. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 - 2
jam :
1) Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang f. .
benar.
2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan
keletihan.
Kriteria hasil :
ò Klien nyaman.
INTERVENSI RASIONAL
a. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan a. Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan
mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan. klien terhadap rencana teraupetik.
b. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
b. Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif,
c. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin. menyebabkan frustasi.
d. Lakukan pernapasan diafragma. c. Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
d. Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi
alveolar.
e. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan- e. Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi
lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. sekret.
f. Lakukan napas ke dua, tahan dan batukkan dari dada dengan
melakukan 2 batuk pendek dan kuat. f. Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
g. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
j. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : i. Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi. bau mulut
ò Pemberian expectoran. j. Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi
ò Pemberian antibiotika. perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
ò Fisioterapi dada.
ò Konsul photo toraks.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.
Kriteria hasil :
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Depkes. RI. (1989). Perawatan Pasien Yang Merupakan Kasus-Kasus Bedah. Jakarta : Pusdiknakes.
Doegoes, L.M. (1999). Perencanaan Keperawatan dan Dokumentasian keperawatan. Jakarta : EGC.
APORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Tn. M.B. DENGAN PENUMOTHORAX
DENGAN PEMASANGAN WSD
DI RUANG PARU RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Tn. M.B. Pendidikan : SMA
Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : pensiunan PNS
Usia : 74 tahun
Agama : Islam
Status : Kawin
Alamat : Banyu urip-SBY
2. Alasan MRS : sesak, nyeri dada kiri pada tanggal 7 maret 2002
3. Keluahan utama
P, telah dilakukan tindakan pemasangan slang pada dada kiri luar karena adanya udara berlebihan di paru
Q, nyeri seperti cekit-cekit pada lokasi tersebut yang dirasakan bertambah bila dibuat gerak, batuk
R, nyeri pada dada kiri terutama tempat pemasangan slang, terdapat luka sekitar dada kiri sebanyak 9 tempat kanan dan kiri 3
tempat untuk pemasangan karet dibawah kulit, disamping itu klien kadang-kadang masih batuk kering
S, klien merasa tidak sesak, sesaknya berkurang dan lebih enak sejak dipasang slang tersebut, kebutuhan istirahat cukup, tidur
BAB
- 11-03-2002 bedah thoraks WSD bisa diganti dengan mesin BD dan suction negatif – 18 cm H2O, Multple insisi
- Kontrol foto tiap 6 jam massage daerah emphysema sub kutis kearah insisi,
- anak 1 orang
NO Aktivitas sehari-hari
Uraian
Rumah Rumah Sakit
1 Pola Nutrisi Makan 3 kali perhari seadanya (nasi, Mulai minum sediktis-sedikit kurang
lauk, pauk dan sayuran) seperti yang lebih 1 botol aqua besar
disajikan di keluarganya
2 Pola Eliminasi BAB lancar 1 kali perhari, konsistensi Kencing spontan
lembek, kuning. BAB pernah menggunakan obat
BAK lewat dubur
3 Pola Istirahat/tidur Tidak ada masalah (3-4 jam tidur Kadang-kadang tersakit/nyeri pada
siang) dan malam (7-8 jam) dada kirinya disaat tidur.
4 Pola Personal Hygiene Mandi 2-3 kali perhari dengan Klien dilap oleh keluarganya 2 kai
menggunakan sabun mandi, kuku sehari
dipotong tiap 1 minggu
5 Pola Aktifitas Kegiatan sehari-hari mengikuti Klien tidur terlentang dengan kepala
program kegiatan di sekolahannya agak ditinggikan 45 o /setengah
duduk
6 Ketergantungan Merokok sejak tahun 1970, setiap hari Tidak ada
habis 10 batang.
8. Psikososial
a. Kosep diri
Identitas
Status klien dalam keluarga : ayah, puas dengan status dan posisinya dalam keluarga, puas terhadap jenis kelaminnya
Peran
Senang terhadap perannya, sanggup melaksanakan perannya sebagai kepala rumah tangga,
Sosial / Interaksi
Dukungan keluarga : aktif, reaksi saat interaksi kooperatif dan ada kontak mata.
b. Spiritual
Klien yakin bahwa penyakitnya dapat disembuhkan dan menganggap bahwa penyakitnya ini hanya cobaan dari Allah
9. Pengkajian Sistem
Keadaan umum
Keadaan umum sedang (aktivitas sebagian dibantu) dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
TTV = suhu 36,5 oC, nadi 92 kali/mnt, tensi 120/80 mmHg, RR 32 kali/menit
Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, nyeri pada dada kiri dan bertambah bila dibuat gerak
Obyektif : Pernafasan vesikuler +/ menurun, RR 28 X/menit , tanpa bantuan oksigen, sputum (-), tidak terdengar stridor, tidak ditemukan ronchii
dan wheezing pada lapang paru basal kanan dan kiri, terpasang WSD produksi 30 cc, retraksi intercostals dan klavikula (-),
ekspansi paru simetris, krepitasi pada lapangan paru kiri dan kanan
Sistem Cardiovaskuler
Subyektif :-
Sistem Neurosensori
Subyektif :-
Obyektif : GCS (V 5 M 6 E 4), refleks pupil positif, isokhor 3 mm/3mm, refelsk fisiologis (+), refleks patologis (-)
Sistem genitourinaria
Sistem digestif
Subyektif :-
Sistem Musculoskeletal
Subyektif : tangan dan kaki dapat digerakkan secara aktif tanpa bantuan, pada
+5/+5,
10. Data penunjang
a. Hasil Laboratorik
Tanggal 18-03-2002
Lymph 15,6
Mono 4,8 %
Gran 79,6%
Eos < 10 %
Baso < 3 %
SGOT 17 gr/dl
SGPT 29 gr/dl
11. Penatalaksanaan
Terapi Pengobatan :
- Perawatan WSD dan vulnus
- Codein 2 x 10 mg
- Laxadine 2 dd CI
- Diit TkTP
- Observasi TTV
Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Data Subyektif : nyeri
Klien mengatakan sekarang kadang
terasa sakit pada dada kiri dan
bertambah bila dibuat gerak/batuk
Data obyektif
Klien tampak menyeringai, pada
observasi di dapatkan data
tensi 120 / 80mm, Hg suhu 36,5 0c Nadi 92
RR 32 X/ml , nyeri tekan , dx.
Pneumothotaks, pneumomediastinum,
terpasang slang WSD, sekitar luka tidak
ada tanda-tanda infeksi.
Rh -/-, Wh -/-, Sonor +/+, ekspansi paru
baik, tidak ada retraksi interkostal
kanan, krepitasi +/+
Tindakan
invasi Insisi multiple
Disintegritas jaringan
(saraf perifer)
nyeri
DS : adanya luka tempat pemasangan Luka tindakan multiple insisi Risiko infeksi
slang pada dada kiri
DO : terpasang WSD mulai tanggal 11-
03-2002 leukosit 6,6 X 109/l (4,3 – 11,3
X 109/l ), suhu 36,5 oC,
Invasive
Port d’entry
infeksi
DS : klien merasakan kadang-kdang Perubahan pola
terasa sesak, tetpi sesaknya berkurang pernafasan
saat ini, posisi yangenak dengan pneumothoraks
setengah duduk
DO
Hiperventilasi , takipneu, Rh -/- Rh -/-,
krepitasi +/+
Kollaps paru
Diagnosa keperawatan :
1. Perubahan kenyamanan (Nyeri) berhubungan dengan trauma insisi jaringan dan sekunder pemasangan WSD.
3. Risiko terhadap tranmisi infeksi yang berhubungan dengan tindakan invasive pemasangan WSD, dan muiltiple insisi.
II. Perencaaan
1. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan sekunder pemasangan WSD
Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
a. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri a. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
nonfarmakologi dan non invasif.Ajarkan Relaksasi : telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
1) Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang 1) Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan
dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.
masase.
2) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut. 2) Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.
b. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikanb. Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan
posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang kenyamanan.
bantal kecil.
c. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan
menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung. c. Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan
dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
d. Kolaborasi dengan dokter, pemberian expectoran teraupetik.
e. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit d. expectorans memblok lintasan batuk, sehingga batuknya berkurang.
setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya.e. Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif
Serta setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang
hari. tepat.
Tujuan
Setelah dilakukan tindkaan keperawatand an pengobatan +, 5 hari pola pernafasan klien kembali normal
Kriteria :
- Tidak sesak
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor pola pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman dan 1. Data monitoring keadaan umum dan perkembangan penyakitnya.
intensitas)
2. Lakukan dan ajarkan klien untuk mengatur posisi dengan tidur 2. psosis inimelonggarkan kerja paru dalam kembang kempis dan tikan
setengah duduj atau duduj menekan diafragma
3. Ajarkan klien cara batuk yang efektif dan kemabang kempis 3. Batuk efektif dan pernafasan yang dalam daldah tindkan untuk
paru: mengeluarkan dahak dan melatih kembang kempis paru.
- nafas dalam dengan menggunakan pernafasan dadak
- ditahan 3-5 detik dan dihembuskan secara perlahan dengan
mengeggunakan mulut
- ulangi yangkedu kalinya, gunakan dengan kuat batuk diantara
kedua batuknya
4. Pertahankan hidrasi dengan minum yang cukup 1,5 liter.hari
3. Risiko terhadap tranmisi infeksi yang sehubungan dengan tindakan invasive WSD, dan multiple insisi
Kriteria hasil :
- tidak ada tanda-tanda infeksi (pemasanagn infuse, WSD, dan kateter)
- Leukosit 8.000-10.000.
INTERVENSI RASIONAL
a. Identifikasi tanda-tanda terjadinya infeksi pada pemasangan a. Infeksi yang diketahui secara dini mudah diatasi sehingga tidak terjadi
WSD dan multiple insisi. perluasan infeksi.
b. Anjurkan klien dan keluarga ikut menjaga kebrsihan sekitar lukab. Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi
dna pemasangan alat, serta kebersihan lingkungan serta tehnik
mencuci tangan sebelum tindakan.
c. Lakukan perawatan luka pada pemasangan WSD, dan multple
insisi.
d. Identifikasi factor pendukung dan penghambat klien dan keluargac. Dapat membantu menurunkan kontak infeksi nosokomial.
dalam peningkatan pertahanan tubuh, makan dna minum
d. Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien untuk mengubah pola
hidup dan menghindari insiden infeksi
Risiko terhadap tranmisi infeksi yang sehubungan dengan tindakan invasive WSD, pemasangan kateter, infuse).
Jam Implementasi Evaluasi
09.00 Mengobservasi adanya tanda/gejala infeksi loka dan S : badan hangat, tidak pernah panas
sistemik O : tanda klinis hipertermia (-)
09.10 Merwat luka pada pemasangan WSD secara septic dan Suhu 36oC, nadi 92 kai/mnt, Intake minum sedikit-sedikit,
antiseptic (luka merah, tidak odema, slang terfiksasi) A : Masalah tidak terajdi
Massage pada daerah krepitasi menuju ke arah insisi P : pertahankan intervensi
09.30 terdekat I
Mengukur TTV Melanjutkan intervensi
Mengkaji tanda-tanda vital : S : 36;R : 32 X/m, T 120/80, E
10.00 nadi 96 Tidak ada infeksi., luka baik tidak ada nanah
Menganurkan klien untuk teteap mobilisasi
IV. CATATAN PERKEMBANGAN
TGL DX CATATAN PERKEMBANGAN PELAKSANA
26-02- S : nyeri masih kadang-kadang dirasakan terutama pada tempat pemasangan Slang, nyeri bertambah
2002 bila dibuat gerak
Dx 1 Kebutuhan istirahat tercukupi
Klien mersa enak dengan posisi setengah duduk
O:
Masih terpadang WSD
Tanda infeksi (-)
Kien tampak lebih tenang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Rencana tetap, dilanjutkan
I Melanjutkan intervensi
Melakukna perawatan luka aseptik dan antiseptik
Melepas cutaneus suction yang terpasanga dibawha kulit
Mengobservasi kondisi luka
E.
Kondisinya bertambah nyaman dengan psosisi setengah duduk
Tampak klien lebih tenang, luka baik, tidak sakit
Dx. 2
S : nafas biasa merasa tidak sesak, enak dengan posisi setenagh duduk
O : RR 28 kali/mnt, klien nampak tenang nafas biasa, krepitasi +/+
A : Masalah tetap
P : pertahankan intervensi
I
Melanjutkan intervensi
Menganjurkan latihan meniup balon atau pernafasan dalam seperti yangtelah diajarkan
E
Kliend apat mendemostrasikan seperti yangtelah diajarakan tentang pernafasan dala, batuak efektif,
dan meniup balon
Klien mau melakukan gerak mobilisasi di atas tempat tidur
Memberi pendidikan kesehatan :
- selama perawatan dilarang mengerjakan sesuatu yang berat, mengedan
- Menjaga kebersihan lingkungan dan badan untuk mencegah infeksi
- Makand an minum yang cukup untuk mempertahankan daya tahan tubuh
- Kontrol sesuai dengan waktunya 1 minggu sekali, segera datang periksa bila ada keluahan mendadak
yang dirasakan sangat
- Lakukan massage secara steril pada daerak insisi.
R
Rencana pulang dan kontrol ke poli
TGL DX EVALUASI
12/02/ 1 S
s2002 Klien mengetakan nyeri yang dirasakan kadang-kadang datang tetapi tidak mengganggu
isitrahat
Nyeri dirasakan terutama saat gerak pada tempat pemasangan slang dan tarik nafas.
O
klien pada posisi semifowler
Klien tidak tampak nyeringai atau tenang
A
Masalah tertasi sebagian
P
Pertahankan intervsni sesuai dengan program
I
Melanjutkan intervnsi yang diprogramkan
Mencatatat hasil produksi WSD <5 cc
2.
E
Rencana pindah ICU untuk observasi lanjut
S
Klien merasa selama ini tidak panas hanya summer, keluar keringat
O
Tanda-tanda infeksi pada pemasangan slang WSD (-), infuse (bengkak), kateter (-) produksi 400
cc, gross hematuria (-)
Tensi 130/80 mmHg, nadi 88 x/mnt, RR 24 x/mnt, suhu 37,5oC
A.
Masalah teratasi
P
Pertahankan intervensi
3 I
Melanjutkan dan empertahnkan intervensi
Memasang kembali infuse RL pada tangan kanan klien tetesan lancar
E
Infeksi tidak terjadi
Infuse berjalan lancar
S
Klien dan keluarga bertanya bagaimana dengan hasil pemeriksaan foto dadanya
Dan kapan kira-kira akan dipindahkan dari ruangan ini
O
Hasil konsul dari urology hanya bersifat konservatif
Rencana pindah ke ICU untuk observasi lanjut pada thoraksnya
A.
Maslah tertasi sebagian
P
Lanjutkan ntervensi
I
Melanjutkan intervensi
MMeberi penjelasan bahwa pindah ke ICu karena harus mendapatkan observasi ketak tentang
pernafasan dan alat yang dipasang slang WSD
Ruang ICU merupakan tempat observasi yan baik dan diserti alat-alat yang canggih untuk
membantu observasi dan tindakan lanjut.
E
Klien dan keluarga mengerti dan mau bekerja sama dalam tindakan tersebut.