Vous êtes sur la page 1sur 3

kepada non muslim adalah tabiat, tingkah laku atau perlakuan kita kepada orang yang

tidak seiman baik itu orang non muslim asli atau murtad sesuai dengan syaria’at islam.
Dalam kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya non muslim, baik dalam hal
muamalah, bersosialisasi dan lain sebagainya. Maka dari itu islam mengajarkan norma-norma
dan batasan-batasan tertentu.
Islam tidak hanya menyuruh kita membina hubungan baik denagn sesama muslim saja,
tapi juga dengan non muslim. Namun demikian dalam hal-hal tertentu ada pembatasan hubungan
dengan non muslim, terutama yang menyangkut aspek ritual keagamaan. Misalnya kita tidak
boleh mengikutiupa cara-upacara keagamaan yang mereka adakan. Sekalipun kita diundang, kita
tidak boleh menyelenggarakan jenazah mereka secara islam, kita tidak boleh mendoakannya
untuk mendapatkan rahmat dan berkah dari Allah ( kecuali mendoakannya supaya mendapat
hidayah) dan lain sebagainya. Sehingga dalam bertegur sapa misalnya, untuk non muslim kita
tidak mengucapkan salam islam, tapi menggantinya dengan ucapan-ucapan lain sesuai kebiasaan.
Dalam berhubungan dengan masyarakat non muslim, islam mengajarkan kepada kita
untuk toleransi, yaitu menghormati keyakinan umat lain tanpa berusaha memaksakan keyakinan
kita kepada mereka (Q.S Al-Baqoroh 2:256)
Dalam kesempatan kali ini akan dibahas bagaimana kaidah-kaidah bermuamalah dengan orang
non muslim yang termasuk ahlul ‘ahdi, yang tidak dalam kondisi berperang dengan kaum muslimin.
1. Toleransi Terhadap Selain Pemeluk Agama Islam

Islam telah menentukan hubungan antara muslim dan non muslim melalui dua ayat yang
memaparkan hukumnya secara tegas dalam Al Qur'an. Dua ayat tersebut dianggap sebagai aturan
main dalam masalah hubungan muslim dan non muslim. Seperti firman Allah dalam Surat
Mumtahanah : 8-9.[3]

Yang artinya :
"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-
orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan
membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka
sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim."
Toleransi perlu dikembangkan agar antar umat beragama dapat hidup berdampingan secara damai
dan sikap saling terbuka sehingga sikap saling pengertian dapat tercapai. Islam juga mengajarkan supaya
muslim dapat menghormati dan menghargai penganut agama yang berbeda dan mengajarkan amar ma’ruf
nahi munkar (melakukan kebaikan dan tidak melakukan kejahatan), mengarahkan supaya hidup rukun,
hidup sejahtera material dan spiritual

2. Islam Mengajarkan Agar Muslim Berbuat Baik Kepada Non Muslim


Di dalam kitab shahih al-Bukhari, terdapat hadits yang diceritakan oleh Abdullah bin
Amruradhiyallahuanhuma dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda :

َ ‫َم ْن قَت َ َل ُمعَا َهدًا لَ ْم يَ َرحْ َرائِ َحةَ ْال َجنَّ ِة َوإِ َّن ِري َح َها لَيُو َجدُ ِم ْن َمس‬
َ َ‫ِيرةِ أ َ ْربَ ِعين‬
‫عا ًما‬
“Barangsiapa membunuh muahad[7] dia tidak akan mencium bau surga, padahal baunya dapat
tercium sejarak empat puluh tahun.” (Shahih al-Bukhari 3166)

Hadits di atas merupakan ancaman keras dan peringatan agar tidak berbuat zalim terhadap orang
kafir yang telah mengadakan perjanjian dan di jamin keamanannya oleh penguasa maupun
seorang muslim.

3. Akhlak Nabi Dalam Bergaul Dengan Non Muslim


Nabi menjenguk anak Yahudi yang sakit
Dari Anas radhiyallahuanhu :

‫أ َ ْس ِل ْم‬: ‫سلَّ َم يَعُودُهُ فَقَا َل‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ُّ ِ‫ض فَأَت َاهُ النَّب‬
َ ‫ي‬ َ ‫سلَّ َم فَ َم ِر‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ِ‫غ ََل ًما ِليَ ُهودَ َكانَ يَ ْخدُ ُم النَّب‬
َ ‫ي‬ ُ ‫أ َ َّن‬
‫فَأ َ ْسلَ َم‬
“Seorang anak muda Yahudi yang menjadi pembantu Nabi sakit, lalu Nabi menjenguknya,
kemudian beliau bersabda : Masuk Islamlah!” anak muda itupun masuk Islam.(Shahih al-
Bukhari 6757)

4. Bertetangga dengan baik


Perintah untuk memperhatikan keadaan tetangga dan berbuat baik kepada mereka adalah
perintah secara umum, baik mereka muslim, yahudi atau nasrani.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, ia berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda :
َ ‫ظنَ ْنتُ أَنَّه‬
ُ‫سي َُو ِ ِّرثُه‬ َ ‫ى‬ ِ ‫ص ْينِي بِ ْال َج‬
َّ ‫ار َحت‬ ِ ‫ماَزَ ا َل ِجب ِْر ْي ُل ي ُْو‬
“Jibril senantasa memberi wasiat padaku agar memperhatikan keadaan tetangga, sampai aku
mengira dia akan menjadikan tetanggga sebagai ahli waris” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Sahabat Nabi lainnya, yaitu Abdullah bim Amru bin Ash radhiyallahu
anhuma memahami perintah untuk berbuat baik pada tetangga ini adalah perintah kepada
tetangga muslim maupun non muslim.

5. Mendoakan dan Tidak Melaknat Orang Kafir

Jika kita mengamati akhlak Nabi, beliau tidak pernah melaknat non muslim yang tidak
memerangi Islam dan muslimin, adapun terhadap non muslim yang memerangi Islam dan
muslimin beliau pernah mendoakan laknat atas mereka.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dia berkata : Ditanyakan kepada Nabi : Wahai
Rasulullah! Doakanlah kebinasaan atas orang-orang musyrik. Beliau menjawab :

ْ َ‫إِنِِّي لَ ْم أ ُ ْبع‬
ً‫ َوإِنَّ َما بُ ِعثْتُ َرحْ َمة‬،‫ث لَعَّانًا‬

“Aku tidak di utus untuk melaknat, sesungguhnya aku di utus sebagai rahmat.”

Bahkan terkadang Nabi membalas orang yang mendzaliminya tanpa mengucapkan ucapan keji
maupun laknat.

Vous aimerez peut-être aussi