Vous êtes sur la page 1sur 4

LOGO KERACUNAN MAKANAN

No. Dokumen : 11.PPK/2.5.1/SOP/PM/8/2017


No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 20 Agustus 2017
Halaman : 1-3
DPM Praktek
dr. Yoke R Mandiri
dr. Yoke
Retnaningpuri

1. Pengertian :
No. ICPC-2 : A86 Toxic Effect Non Medical
Substance
No. ICD-10 : T.62.2 Other Ingested (parts of
plant(s)

Tingkat Kemampuan 4A

Keracunan makanan merupakan suatu kondisi gangguan pencernaan yang


disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi dengan
zat patogen dan atau bahan kimia, misalnya Norovirus, Salmonella,
Clostridium perfringens, Campylobacter, dan Staphylococcus aureus.

2. Tujuan
Sebagai acuan bagi dokter/dokter layanan primer untuk menangani penderita
keracunan makanan agar dapat ditangani sesuai dengan standar pelayanan kesehatan
di Indonesia.

3. Kebijakan
SK dokter praktik mandiri nomor 1/KM/SK/PM/08/2017 tentang Manajemen Mutu

4. Refrensi
(1) Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
PB-IDI, 2017
(2) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama
5. Prosedur/Langkah-langkah
5.1. Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1. Diare akut.
Pada keracunan makanan biasanya berlangsung kurang dari 2 minggu. Darah
atau lendir pada tinja; menunjukkan invasi mukosa usus atau kolon.
2. Nyeri perut.
3. Nyeri kram otot perut; menunjukkan hilangnya elektrolit yang mendasari,
seperti pada kolera yang berat.
4. Kembung.
Faktor Risiko
1. Riwayat makan/minum di tempat yang tidak higienis
2. Konsumsi daging/unggas yang kurang matang dapat dicurigai untuk
Salmonella spp, Campylobacter spp, toksin Shiga E coli, dan Clostridium
perfringens.
3. Konsumsi makanan laut mentah dapat dicurigai untuk Norwalk-like virus,
Vibrio spp, atau hepatitis A.

5.2. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (objective)


Pemeriksaan Fisik Patognomosis
Pemeriksaan fisik harus difokuskan untuk menilai keparahan dehidrasi.
1. Diare, dehidrasi, dengan tanda–tanda tekanan darah turun, nadi cepat, mulut
kering, penurunan keringat, dan penurunan output urin.
2. Nyeri tekan perut, bising usus meningkat atau melemah.

Pemeriksaan Penunjang
1. Lakukan pemeriksaan mikroskopis dari feses untuk telur cacing dan parasit.
2. Pewarnaan Gram, Koch dan metilen biru Loeffler untuk membantu
membedakan penyakit invasif dari penyakit non-invasif.

5.3. Penegakan Diagnosis (Assessment)


Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang

Diagnosis Banding
1. Intoleransi
2. Diare spesifik seperti disentri, kolera dan lain-lain

Komplikasi : Dehidrasi berat


5.4. Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Karena sebagian besar kasus gastroenteritis akut adalah self-limiting,
pengobatan khusus tidak diperlukan. Dari beberapa studi didapatkan bahwa
hanya 10% kasus membutuhkan terapi antibiotik. Tujuan utamanya adalah
rehidrasi yang cukup dan suplemen elektrolit. Hal ini dapat dicapai dengan
pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) atau larutan intravena (misalnya,
larutan natrium klorida isotonik, larutan Ringer Laktat). Rehidrasi oral dicapai
denganmberian cairan yang mengandung natrium dan glukosa. Obat absorben
(misalnya, kaopectate, aluminium hidroksida) membantu memadatkan feses
diberikan bila diare tidak segera berhenti. Diphenoxylate dengan atropin
(Lomotil) tersedia dalam tablet (2,5 mg diphenoxylate) dan cair (2,5 mg
diphenoxylate / 5 mL). Dosis awal untuk orang dewasa adalah 2 tablet 4 kali
sehari (20 mg / d), digunakan hanya bila diare masif.
2. Jika gejalanya menetap setelah 3-4 hari, etiologi spesifik harus ditentukan
dengan melakukan kultur tinja. Untuk itu harus segera dirujuk.
3. Modifikasi gaya hidup dan edukasi untuk menjaga kebersihan diri.

Konseling dan Edukasi


Edukasi kepada keluarga untuk turut menjaga higiene keluarga dan pasien.

Kriteria Rujukan
1. Gejala keracunan tidak berhenti setelah 3 hari ditangani dengan adekuat.
2. Pasien mengalami perburukan.
Dirujuk ke pelayanan kesehatan sekunder dengan spesialis
penyakit dalam atau spesialis anak.

Peralatan
1. Cairan rehidrasi (NaCl 0,9 % RL, oralit)
2. Infus set
3. Antibiotik bila diperlukan

Prognosis
Prognosis umumnya bila pasien tidak mengalami komplikasi adalah
bonam
6. Diagram Alir :

5.1 . Anamnesis (Subjective)

5.2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan


Penunjang Sederhana (Objective)

5.3. Penegakan Diagnosis (Assessment)

5.4. Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


7. Unit Terkait :
- Pendaftaran
- Dokter
- Tenaga kesehatan
- Rekam medis

Vous aimerez peut-être aussi