Vous êtes sur la page 1sur 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses yang
rumit, sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis untuk
bekerja dengan keluarga dan anggota keluarga . Pendekatan ini disebut proses
keperawatan. Menurut Yura dan Walsh (1978), “proses keperawatan
merupakan inti dan sari dari keperawatan”. Proses adalah suatu aksi gerak yang
dilakukan dengan sengaja dan sadar dari satu titik ke titik yang lain menuju
pencapaian tujuan. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan suatu proses
pemecahan masalah yang sistematis, yang digunakan ketika bekerja dengan
individu, keluarga, kelompok atau komunitas
Salah satu aspek terpenting dari keperawatan adalah penekanannya pada
keluarga. Keluarga bersama dengan individu, kelompok dan komunitas adalah
klien atau resipien keperawatan. Secara empiris, disadari bahwa kesehatan para
anggota keluarga dan kualitas kesehatan keluarga mempunyai hubungan yang
erat. Akan tetapi, hingga saat ini sangat sedikit yang diberikan perhatian pada
keluarga sebagai objek dari studi yang sistematis dalam bidang keperawatan.
Beberapa alasan penting meyakinkan mengapa unit keluarga harus menjadi
focus sentral dari keperawatan keluarga, yaitu : Dalam sebuah unit keluarga,
disfungsi apa saja (penyakit, cedera, perpisahan) yang mempengaruhi satu atau
lebih anggota keluarga, dan dalam hal tertentu, sering akan mempengaruhi
anggota keluarga yang lain dan unit ini secara keseluruhan.
Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan
anggotanya. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada
peningkatan, perwatan diri (self care), pendidikan kesehatan, dan konseling
keluarga serta upaya-upaya yang berarti dapat mengurangi resiko yang
diciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari lingkungan.
Upaya menemukan kasus merupakan suatu alasan bagus lainnya untuk
memberikan perawatan kesehatan keluarga.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan umum

Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dalam pemberian asuhan


keperawatan pada keluarga.

1.2.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui definisi keluarga


2. Untuk mengetahui bentu-bentuk dari keluarga
3. Untuk mengetahui ciri-ciri keluarga
4. Untuk mengetahui fungsi keluarga
5. Untuk mengetahui tugas keluarga
6. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Teoritis

Sebagai sumber informasi khususnya bagi mahasiswa keperawatan


dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga.

1.3.2.Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan bagi perawat khususnya di Puskesmas


Sidomulyo Rawat Inap dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Keluarga

2.1.2. Definisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat

oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota

keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012). Menurut

Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu

masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan

saling ketergantungan.

Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya

(1997) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung

karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah

tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan

menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

Menurut WHO (1969) keluarga merupakan anggota rumah tangga

yang saling berhubungan melalui pertalian darah , adopsi atau perkawinan

(Setiadi, 2008). Sedangkan menurut Depkes RI ( 1988) keluarga adalah

inti terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa

orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap

dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2008).

2.1.2. Bentuk Keluarga


Keluarga merupakan salah satu bagian dari bidang garap dunia
keperawatan, oleh karena itu supaya perawat bisa memberikan asuhan
keperawatan dengan tepat, perawat harus memahami tipe keluarga yang
ada.

A. Tradisional

1. The Nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari


suami, istri dan anak
2. The dyad family : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa
anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
3. Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang
sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.
4. The childless family : Keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang
disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada
wanita.
5. The extended family : Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi
yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family
disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan
6. The single parent family : Keluarga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum
pernikahan)
7. Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda,
tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua
yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga
pad saat ”weekend”
8. Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9. Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam
satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-
barang dan pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar mandi,
televisi, telepon,dll)
10. Blended family : Duda atau janda (karena perceraian) yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.
11. The single adult living alone/single adult family : Keluarga yang
terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)

B. Non-Tradisional

1. The unmarried teenage mother : Keluarga yang terdiri dari orang


tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
2. The stepparent family : Keluarga dengan orang tua tiri
3. Commune family : Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)
yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan
anak bersama.
4. The nonmarital heterosexsual cohabiting family : Keluarga yan
ghidup bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
5. Gay and lesbian families : Seseorang yang mempunyai persamaan
sex hidup bersama sebagaimana ”marital pathners”
6. Cohabitating couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu
7. Group-marriage family : Beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu
termasuk sexsual dan membesarkan anak.
8. Group network family : Keluarga inti yang dibatasi oleh set
aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan,
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
9. Foster family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
10. Homeless family : Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental.
11. Gang : Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.

2.1.3. Ciri-ciri Keluarga

1) Ciri-Ciri Struktur Keluarga


a) Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga
b) Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan
tugasnya masing-masing
c) Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
2) Ciri-Ciri Keluarga Indonesia
a) Suami sebagai pengambil keputusan
b) Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c) Berbentuk monogram
d) Bertanggung jawab
e) Pengambil keputusan
f) Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
g) Ikatan kekeluargaan sangat erat
h) Mempunyai semangat gotong-royong

2.1.4 Fungsi Keluarga

a. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskan

kelangsungan keturunan, tetapi juga memelihara dan membesarkan

anak dengan gizi yang seimbang, memelihara dan merawat

anggota keluarga juga bagian dari fungsi biologis keluarga.

b. Fungsi psikologis

Keluarga menjalankan fungsi psikologisnya antara lain untuk

memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian

diantara anggota keluarga membina pendewasaan kepribadian anggota

keluarga memberikan identitas keluarga

c. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercermin untuk membina sosialisasi pada anak

membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan

perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak. Meneruskan nilai-nilai

budaya

d. Fungsi ekonomi

Keluarga menjalankan fungsi ekonomisnya untuk mencari sumber-

sumber penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan

yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak dan jaminan

hari tua .

e. Fungsi pendidikan

Keluarga menjalankan fungsi pendidikan untuk menyekolahkan anak

dalam rangka untuk memberikan pengetahuan, keterampilan,


membentuk prilaku anak,, mempersiapkan anak untuk kehidupan

dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya

2.1.5. Tugas Keluarga

Menurut Setiadi (2008), Keluarga mempunyai tugas di

bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Orang tua perlu

mengenal keadaan kesehatan dan perubahan -perubahan yang

dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang

dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian

orang tua atau keluarga.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.

Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat

agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Seringkali

keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi

keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga

sendiri. Anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

perlu mendapatkan tindak lanjut atau perawatan agar masalah yang

lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi


pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah

memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan

pertama. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin

kesehatan keluarga.

d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi

keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan (pemanfaatan kesehatan yang ada).

2.2 Konsep Dasar Penyakit Asam Urat

2.2.1 Pengertian

Artritis Gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran


khusus, yaitu artritis akut. Merupakan jenis penyakit reumatik yang
penatalaksanaannya mudah dan efektif. Sebaliknya pada pengobatan yang
tidak memadai, gout dapat menyebabkan destruksi sendi. Kelainan ini
berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu hiperurisemia. (Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, edisi 3).

Asam urat merupakan kelainan metabolik yang disebabkan karena


penumpukan purin atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal. Asam urat
merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan artritis
akut yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di dalam dan
sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbulkan batu saluran kemih
(Edu S. Tehupeiory, 2008)

2.2.2 Etiologi

a) Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan


metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam
urat.
b) Jenis kelamin dan umur
c) Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya asam
urat yaitu umur (30 tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia
menopouse (50-60 tahun).
d) Berat badan
e) Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout
berkembang karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau
kerusakan, yang menyebabkan kelebihan produksi asam urat.
f) Konsumsi alkohol
g) Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia, karena
alkohol mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh.
h) Diet
i) Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau
memperburuk gout. Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-
kacangan, rempelo dll.
j) Obat-Obatan Tertentu
k) Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko untuk
mengembangkan hiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan obat
jenis diuretik, salisilat, niasin, siklosporin, levodova.

2.2.3 Manifestasi Klinis

1) Stadium Arthritis Gout Akut

a) Sangat akut, timbul sangat cepat dalam waktu singkat.


b) Keluhan utama: nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala
sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah.
c) Faktor pencetus: trauma lokal, diet tinggi purin (kacang-kacangan,
rempelo dll), kelelahan fisik, stres, diuretic.
d) Penurunan asam urat secara mendadak dengan allopurinol atau obat
urikosurik dapat menyebabkan kekambuhan.
2) Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut dimana terjadi
periode interkritikal asimptomatik.

3) Stadium Arthritis Gout Menahun

Stadium ini umumnya pada pasien yang mengobati sendiri sehingga


dalam waktu lama tidak berobat secara teratur pada dokter. Pada tahap
ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang
yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi
serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium
urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di
sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak akan
mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.

2.2.4 Patofisiologi

1. Presipitasi kristal monosodium urat, dapat terjadi di jaringan jika


konsentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl.

2. Respon leukosit polimorfonuklear (PMN) dan selanjutnya akan terjadi


fagositosis kristal oleh leukosit.

3. Fagositosis, terbentuk fagolisosom dan akhirnya membran vakuol


disekeliling kristal bersatu dengan membran leukositik lisosom.

4. Kerusakan lisosom, terjadi robekan membram lisosom dan pelepasan


enzim dan oksida radikal ke dalam sitoplasma.

5. Kerusakan sel, terjadi respon inflamasi dan kerusakan jaringan.

Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap
metabolisme normal dihasilkan asam urat. Normalnya, asam urat ini akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi
karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada
menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh.
Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita
terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak
purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada
persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.

2.2.5 Klafisikasi

Menurut (Ahmad, 2011) jenis asam urat yaitu :


a. Gout primer
Pada gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).
b. Gout sekunder
Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan
dengan kadar purin tinggi.
2.2.6 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

1) Non farmakologi

a. Pembatasan makanan tinggi purin (± 100-150 mg purin/hari.

b. Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan pada TB dan BB.

c. Tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong, ubi) disarankan


tidak kurang dari 100 g/hari.

d. Rendah protein yang bersumber hewani.

e. Rendah lemak, baik dari nabati atau hewani.

f. Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan minuman sebanyak


2,5 ltr atau sekitar 10 gelas sehari dapat berupa air putih masak,
teh, sirop atau kopi.

g. Tanpa alkohol, termasuk tape dan brem perlu dihindari juga.


Alkohol dapat meningkatkan asam laktat plasma yang akan
menghambat pengeluaran asam urat

2) Farmakologi

a. Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri


dan inflamasi (colchicine, indometasin, fenilbutazon,
kortikostropin)
b. Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan, yaitu :

Golongan urikosurik (probenesid, sulfinpirazon, azapropazon,


benzbromaron) dan Inhibitor xantin (alopurinol ).

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah

Leukosit, uric acid, len meningkat

2. Pemeriksaan urin tinggi

Asam urat tinggi

3. Aspirasi cairan sendi

Menunjukan penumpukan kristal asam urat

4. Pemeriksaan Radiologi Gambaran Radiologi hanya nampak berupa


pembengkakan jaringan lunak disekitar persendian.

2.3 Askep Keluarga Secara Teriotis

2.3.1 Pengkajian keluarga

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil


data/informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :

a. Wawancara keluarga
b. Observasi fasilitas rumah
c. Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)
d. Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, PAP Smear dan
sebagainya.

Hal-hal yang perlu di kaji dalam keluarga adalah:

1. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:

a) Nama kepala keluarga (KK)


b) Alamat dan telepon

c) Pekerjaan kepala keluarga

d) Pendidikan kepala keluarga

e) Komposisi Keluarga

f). Tipe keluarga : menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala
atau masalah2 yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

g) Suku Bangsa : mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebutserta


mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

h) Agama : mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yg


dapat mempengaruhi kesehatan.

i) Status sosial ekonomi keluarga :status sosial ekonomi keluarga di tentukan


oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
Selain itu status sosial ekonomi ditentkan pula oleh kebutuhan2 yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang2 yg dimiliki oleh keluarga , siapa yg
mengatur keuangan.

j) Aktivitas rekreasi keluarga : rekreasi keluarga tidak hanya di lihat kapan


saja keluarga pergi bersama2unuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu
namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi.

2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari


keluarga ini.
Contoh:

Keluarga bapak A mempunyai 2 orang anak, anak pertama berumur 7 tahun


dan anak kedua berumur 4 tahun, maka keluarga bapak A berada pada tahapan
perkembangan keluarga dengan usia anak sekolah.

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh


keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

c) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang


meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian biasa digunakan terhadap pencegahan penyakit
(status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

d) Riwayat keluarga sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami


dan istri.

3) Pengkajian lingkungan

a) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah,


jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan
rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air minum
yang digunakan serta denah rumah.

b) Karateristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas


setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan
penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga


berpindah tempat.

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu digunakan keluarga untuk berkumpul serta


perkumpulan keluarga yang ada sejauhmana interaksinya dengan masyarakat.

e) Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota


keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan. Fasilitas mencangkup fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau
dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat.

4) Struktur Keluarga

a) Pola komunikasi keluarga : mengenai cara berkomunikasi antara anggota


keluarga.

b) Struktur kekuatan keluarga : kemampuan anggota keluarga mengendalikan


dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

c) Struktur peran : menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga


baik secara formal maupun informal.

d) Nilai atau norma keluarga : menjelaskan mengenai nilai dan norma yang
dianut oleh keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.

5) Fungsi Keluarga

a) Fungsi efektif

Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga, terhadap anggota
keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

b) Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan
perilaku.

c) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,


perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit, sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga didalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan
yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.

e) Fungsi Ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:

 Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan


papan
 Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga

6) Stress dan Koping keluarga

a) Stresor Jangka pendek dan panjang

 Stresor janka pendek yaitu stesor yang di alami keluarga yang


memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 Bulan
 Stresor janka panjang yaitu stresor yang di alami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 Bulan

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap
situasi /stressor

c) Strategi koping yang di gunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi


permasalahan

d) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang di gunakan bila


menghadapi permasalahan

7) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang


di gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik
klinik.

8) Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap


petugas kesehatan yang ada.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan Keluarga

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga,


disebabkan karena :
Kurang pengetahuan / ketidaktahuan fakta, rasa takut akibat masalah
yang diketahui, sikap dan falsafah hidup.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan


tindakan , disebabkan karena :
Tidak memahami mengenal sifat, berat dan lamanya masalah, masalah
kesehatan tidak begitu menonjol, keluarga tidak sanggup
memecahkan masalah karena kurang pengetahuan, dan kurangnya
sumber daya keluarga, tidak sanggup memilih tindakan diantara
beberapa pilihan,tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada, takut
dari akibat tindakan ,sikap negatif terhadap masalah kesehatan,
fasilitas kesehatan tidak terjangkau, kurang percaya terhadap petugas
dan lembaga kesehatan,kesalahan informasi terhadap tindakan yang
diharapkan.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yan g sakit


disebabkan karena:
Tidak mengetahui keadaan penyakit misalnya: sifat, penyebab,
penyebaran, perjalanan penyakit, gejala dan perawatannya serta
pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidak mengetahui tentang
perkembangan perawatan yang dibutuhkan , kurang atau tidak ada
fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, tidak seimbang sumber-
sumber yang ada dalam keluarga misalnya : keuangan , anggota
keluarga yang tidak bertanggung jawab , fasilitas fisik untuk
perawatan . sikap negatif terhadap yang sakit, konflik individu dalam
keluarga, sikap dan pandangan hidup, perilaku yang mementingkan
diri sendiri.

d. Ketidak mampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang


dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan kepribadian
anggota keluarga disebabkan karena:
Lingkungan rumah, ketidaktahuan tentang pentingnya sanitasi
lingkungan rumah, konflik personal dalam keluarga, ketidaktahuan
usaha pencegahan penyakit, sikap dan pandangan hidup,
ketidakkompakan keluarga.

e. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna


memelihara kesehatan disebabkan karena:
Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada, tidak memahami
keuntungan yang diperoleh , kurang percaya terhadap petugas
kesehatan dan lembaga kesehatan, pengalaman yang kurang baik dari
petugas kesehatan, rasa takut pada akibat tindakan ,tidak terjangkau
fasilitas kesehatan yang diperlukan, rasa asing dan tidak ada dukungan
dari masyarakat , sikap dan falsafah hidup.

2.3.3 Penentuan Prioritas Keluarga

No. Kriteria Skor Bobot

1. Sifat Masalah;

a. Aktual, 3 1
b. Resiko,
2
c. Potensial.
1

2. Kemungkinan Masalah dapat diubah;

a. Mudah, 2
b. Sebagian,
1 2
c. Tidak dapat.
0

3. Potensial Masalah untuk dicegah;

a. Tinggi/mudah 3
b. Cukup/sedang,
2 1
c. Rendah.
1

4. Menonjolnya Masalah;

a. Berat harus segera ditangani, 2


b. Tidak perlu segera ditangani,
1 1
c. Tidak dirasakan.
0
Skoring :

a. Tentukan skoring untuk setiap kriteria.


b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot.
Skor / angka tertinggi x bobot

c. Jumlah skor untuk semua kriteria.


d. Skor tertinggi adalah 5 dan sama dengan seluruh bobot.

2.3.4 Intervensi Keperawatan Keluarga

Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh


perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan yang
telah diidentifikasi dan dibuat sesuai dengan diagnosa keperawatan prioritas
yang telah dirumuskan.erurenan cana tindakan keperawatan keluarga dapat
bersifat independent, dependent, dan interdependent antara keluarga dan
pemberi asuhan keperawatan.tujuan merupakan pernyataan yang bersifat
realitas sebagai indikator keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan
bila dilihat dari jangka waktu, maka tujuan perawat dibagi menjadi:

a. Tujuan khusus, ditekankan pada keadaan yang mengancam kehidupan


yang terkait dengan 5 tugas fungsi keluarga.
b. Tujuan umum, ditekankan pada teratasinya masalah keperawatan.

2.3.5 Implementasi Keperawatan Keluarga

Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan kepada


rencana asuhan yang disusun. Hal yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan keluarga adalah sumber daya keluarga dan keterlibatan
keluarga secara aktif , tingkat pendidikan keluarga , adat istiadat ,respon keluarga
serta sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

2.3.6 Evaluasi

Evaluasi dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah diberikan


berdasarkan data subjektif dan objektif yang ditemukan pada keluarga untuk
dilakukan penilaian guna melihat keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang
telah diberikan. Evaluasi disusun dengan menggunakan kriteria SOAP ( subjektif,
objektif, analisa dan plannning) secara operasional adalah:

S : hal – hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif, setelah


dilakukan intervensi keperawatan , misalnya : keluarga mengatakan
bahwa pengertian hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah
diatas normal.

O : hal- hal yang ditemukan oleh perawat secara objektif, setelah


dilakukan intervensi keperawatan , misalnya: keluarga telah mampu
menangani pencegahan terhadap hipertensi.

A : analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan
yang terkait dengan diagnosis.

P : perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari


keluarga pada tahap evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.

Paramitha. 2011. Jurnal Nursing :Memahami berbagai macam penyakit. Jakarta :

Indeks.

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada


Praktik asuhan keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.

Suharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transkurtural. Jakarta : EGC

Smeltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, Edisi 8 Vol 2, EGC, Jakarta.

Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Vous aimerez peut-être aussi