Vous êtes sur la page 1sur 79

LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS APLIKASI NANDA, NOC, NIC

Definisi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh sebab- sebab tertentu) pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa umum untuk masalah ini adalah
keguguran atau miscarriage.
Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan. Terminologi untuk keadaan ini adalah pengguguran, aborsi, atau
abortus provokatus.
Etiologi
Hal hal yang menyebabkan abortus adalah :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, karena beberapa factor :
Kelainan kromosom seperti trisomi, poliploidi dan kemungkinan kelainan kromosom seks.
Lingkungan endometrium kurang sempurna sehingga pemberian zat makanan pada hasil
kkonsepsi terganggu
Pengaruh dari luar seperti radiasi dan obat.
2. Kelainan plasenta
Endarteritis pada vili korialismenyebabkan oksigenasi plasenta terganggu
3. Penyakit ibu.
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus
misal : Infeksi acut yang berat (pneumonia, typus dll), toksin, virus, bakteri atau plasmodium dapat
melalui plasenta masuk kejanin sehingga menyebabkan janin meninggal dan terjadi abortus.
4. Kelainan endrokin (kekurangan progresteron atau dysfungsi kelenjar gondok).
5. Trauma (lapanatonic atau kecelakaan)
6. Sebab sebab psikosomatik
Stress dan emosi yang kuat diketahui dapat mempengaruhi fungsi uterus lewat system hipotalamus
– hipofise.
7. Kelainan alat kandungan.
a Hipoplaria.
b Tumor uterus (mioma uteri)
c Servik yang pendek
d Retoflexio uteri incar cerata
e Kelainan endometrium
Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis di ikuti nekrosis jaringan sekitar
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu vili
korialis belum menenmbus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan
seluruhnya. Pada kehamilan 8-4 minggu penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan secara sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14
mingu janin dikeluarkan lebih dahulu dari pada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai
bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (blighted ovum).
Janin lahir mati atau janin lahir hidup.
Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau meningkat.
2. Perdarahan pervaginam mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
3. Rasa mulas atau kram perut di daerah atas simpisis sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
4. pemeriksaan ginekologi:
inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi tercium / tidak bau
busuk dari vulva.
Inspekulo : perdarahan dari kavum ueri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada / tidak
jaringan keluar dari ostium, ada / tidak cairan/jaringa yang berbau busuk dari ostium.
Colok vaginam : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba / tidak jaringan dalam kavum
uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak
nyeri saat perabaan adneksia, kavum Doughlast tidak menonjol dan tidak nyeri.
Pemeriksaaan Penunjang
1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggusetelah abortus
2. Pemeriksaan doppler atau usg untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
Macam macam Abortus
1. Abortus Iminens
Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda tanda dilatasi
servik meningakat.
Tandanya : perdarahan melalui ostium uteri eksterna (OUE), mules sedikit atau tidak sama sekali,
uterus membesar sama dengan usia kehamilan, serviks belum membuka, kehamilan positif.
2. Abortus Insipiens
Perdarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks
tetapi hasil konsepsi masih didalam uterus. Tanda : mules makin sering dan perdarahan bertambah
3. Abortus incomplit
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan kurang dari 20 minggu dengan adanya sisa
hasil konsepsi tertinggal di uterus.
Tandanya : kanalis servikalis terbuka jaringan dapat teraba dalam kavum uteri atau sudah menonjol
di OUS, perdarahan sangat banyaksehingga dapat terjadi syok.
4. Abortus Complit
Semua hasil konsepsi sudah keluar.
Tandanya : perdarahan sedikit, osteum uteri menutup, uterus sudah banyak mengecil.
5. Abortus Servikalis
Hasil konsepsi pengeluarannya terhalang oleh OUE yang tidak membuka sehingga terkumpul
dikanalis servikalis dan serviks uterus menjadi besar, kurang lebih bundan dengan dinding
menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan diatas OUE teraba jaringan.
6. Abortus Habitualis
Abortus spontan yang terjadi 3x berturut turut
7. Missed Abortus
Kematian janin yang berusia kurang dari 20 minggu tetapi tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau
lebih.
Ditandai abortus imminens yang hilang sppontan atau dengan pengobatan, kehamilan menghilang,
mammae mengendor lagi, uterus tidak membesar malah mengecil, tes kehamilan negative.
Penatalaksanaan
1. Abortus Imminens
Ø Istirahat tirah baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.
Ø Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap 4 jam bila
pasien panas.
Ø Tes kehamilan dapat dilakukan, bila hasil negative, mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan
USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
Ø Berikan obat penenang biasanya Fenobarbital 3 x 300 mg. berikan preparat hematinik misalnya
sulfas ferosus 600-1000mg.
Ø Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
Ø Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptic untuk mencegah infeksi
terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2. Abortus Insipiens
Ø Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36
jam dengan diberikan morfin.
Ø Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan tangani dengan
pengosongan uterus memakai kuret vacuum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai
kuret tajam. Suntikan ergometrin 0,5 mg intramuskuler.
Ø Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infuse oksitosin 10 IV dalam dekstrose 5% 500
ml dimulai 8 tetes/menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
Ø Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.
3. Abortus Inmcomplit
Ø Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan Na Cl fisiologis atau RL dengan
selekas mungkin ditransfusi darah.
Ø Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg
intramuskuler.
Ø Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.
Ø Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi
4. Abortus Complit
Ø Bila kondisi pasien baik, berikan ergomterin 3 x 1 tablet selama 3-5 hari
Ø Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus / transfuse
Ø Anjurkan pasien diit tinggi protein, vitamin dan mineral
5. Missed Abortus
Ø Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu
dengan kuret tajam.
Ø Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika
mengeluarkan konsepsi.
Ø Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria
selama 12 jam lalu dilakukaan dilatasi servik dengan dilatator Negar. Kemudian hasil konsepsi
diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
Ø Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietil stilbestrol 3 x 5 mg lalu infuse oksitosin
10 IV dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes/menit dan naikkan dosis sampai ada
kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IV dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang
infuse oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
6. Abortus Septik
Abortus septic harus dirujuk ke rumah sakit.
Penanggulangan infeksi:
Obat pilihan pertama : penisilin prokain 800.000 IU IM tiap 12 jam ditambah klorampenikol 1g
peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam.
Obat piliha kedua : ampisilin 1g peroral selanjutnya 500mg tiap 4 jam ditambah metronidazol
500mg tiap 6 jam
Tingkatkan asupan cairan.
Bila perdarahan banyak, lakukan transfuse darah.
Komplikasi
Ø Perdarahan (Hemorrhage)
Ø Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak
ahli
Ø Infeksi dan tetanus
Ø Gagal ginjal akut
Ø Syok pada abortus dapat disebabkan oleh :
1. perdarahan yang banyak
2. infeksi berat/sepsis disebut Syok Septik Endoseptik
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Nyeri b.d agen injuri biologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri terkontrol dengan criteria hasil :
o Mampu mengontrol nyeri
o Mengungkapkan rasa nyaman
o Melaporkan bahwa nyeri berkurang
2. Cemas b.d perubahan status kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam cemas terkontrol dengan criteria hasil
:
o Mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
o Menunjukkan tehnik mengontrol cemas
3. Resiko kekurangan cairan d.f.r. kehilangan cairan melalui rute normal (perdarahan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam volume cairan tubuh terpenuhi dengan
criteria hasil :
o Tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi dalam batas normal
o Tidak ada tanda tanda dehidrasi (turgor kulit baik, membrane mukosa oral lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan)
4. Resiko infeksi d.f.r prosedur invasif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam infeksi terkontrol dengan criteria hasil
:
o Suhu tubuh dalam batas normal
o Tidak tampak kelelahan kronis
o WBC dalam batas normal
Intervensi dan Rasionalisasi
Diagnosa Intervensi

1. Nyeri b.d agen injuri 1. Manajemen Nyeri


biologis
· Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokalisasi, frekuensi,
durasi, kualitas dan factor presipitasi
· Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
· Gunakan tehnik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
· Kurangi factor presipitasi nyeri
· Ajarkan tentang tehnik non farmakologi
(tehnik relaksasi)
· Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
· Tingkatkan istirahat
Administrasi Analgesik
· Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
· Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
· Berikan analgesic tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
· Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan
gejala (efek samping)

2. Cemas b.d perubahan 2. Peningkatan Koping


status kesehatan
· Berikan informasi factual meengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis
· Dukung penggunaan mekanisme koping
yang tepat
· Gunakan pendekatan yang menenangkan
· Dukung pengungkapan secara verbal
tentang perasaan dan ketakutan
· Turunkan rangsangan lingkungan yang
dapat diartikan sebagai suatu ancaman

3. Resiko kekurangan 3. Manajemen Cairan


cairan d.f.r. kehilangan cairan
melalui rute normal · Monitor status hidrasi
(perdarahan) · Monitor vital sign
· Monitor masukan makanan
· Dorong masukan oral
4. Resiko infeksi d.f.r 4. Kontrol Infeski
prosedur invasif
· Batasi pengunjung jika perlu
· Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci
tangan
· Cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan
· Pertahankan tindakan yang aseptic selama
tindakan perawatan
· Berikan terapi antibiotic jika perlu
· Tingkatkan intake nutrisi
Perlindungan Infeksi
· Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
local
· Dorong untuk istirahat
· Ajarkan pasien dan keluaraga cara untuk
menghindari infeksi
· Berikan perawatan kulit

DAFTAR PUSTAKA

1. Farmer, Helen., 2001. Perawatan Maternitas. Ed 2. EGC. Jakarta.


2. Johnson, M., et al. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) 2ndEdition. Mosby. USA.
3. Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid 2. EGC. Jakarta.
4. Mc. Closkey, J. C & Bulecheck, G. M. 2000. Nursing Intervention Clssification (NIC).
2nd Ed. Mosby. USA.
5. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri; Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. Ed 2. EGC. Jakarta.
6. Ralph, S. S. 2002. NANDA Nursing Diagnoses : Definition & Classification 2005 – 2006.
Philadelphia.
7. Winkjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan Ed 3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta .
Laporan Pendahuluan Abortus Inkomplit
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel dan sel sperma) pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. (Nugroho,Taufa 2012:128). Macam-macam abortus meliputi abortus imminens,
insipien, komplitus (keguguran lengkap), missed, habitualis, septik dan inkompletus (keguguran
bersisa) (Setiyaningrum, Erna 2013:46).
2.1.2 Teori Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel dan sel sperma) pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan
untuk tumbuh. Apablia janin selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka
istilahnya adalah kelahiran prematur. (Nugroho,Taufa 2012: 128)
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB
400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu dianggap keajaiban karena
semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru
Sofian 2012:1). Pendapat lain dari Mitayani (2012: 22) mengemukakan bahwa abortus adalah
berakhirnya kehamilan dan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500gram.
Menurut saputra,Lyndon (2014: 70) Abortus inkompetus adalah uterus yang masih menahan
sebagian atau seluruh plasenta. Sebelum usia kehamilan 10 minggu, biasanya janin dan plasenta
akan diekspulsikan bersama sesudah kehamilan 10 minggu, janin dan plasenta akan dieksfulsikan
secara terpisah. Karena sebagian plasenta masih melekat pada dinding dalam uterus, maka
perdarahan terus berlanjut. Perdarahan yang hebat mungkin terjadi karen uterus tidak dapat
berkontraksi dan menyekat pembuluh darah yang memberi makan plasma. A pregnancy that ands
before 24 completed weeks of gestation, and where the fetus is not alive, is termed an abortion. (
Maconald, Sue & Magill, Julia: 2011: 735)
Menurut pendapat para ahli diatas di simpilkan bahwa abortus inkomplite adalah pengeluaran hasil
konsepsi yang tidak lengkap pada kehamilan sebelum 20 minggu yang masih tertinggal di dalam
uterus.
2.1.3. Klasifikasi
Menurut Setiyaningrum, Erna (1013: 43) pembagian abortus yaitu:
2.1.3.1 Abortus spontan
Merupakan abortus terjadi dengan tidak diketahui faktor-faktor mekanis atau pun medisinalis,
semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah.
a. Abortus Imminens
Ditegakkan berdasarkan adanya perdarahan bercak-sedang, perdarahan ringan (lebih dari 5 menit
dibasahi pembalut), dilatasi servik tertutup, ukuran terus sesuai dengan usia kehamilan,
gejala/tanda kram perut bawah uterus (hilang timbul), USG mempengaruhi rencana tindakan dan
diagnosa banding: mola KET (kelahiran ektopik teganggu).
b. Abortus Insipien (sedang berlangsung)
Ditegakkan berdasarkan adanya perdarahan sedang-banyak, konsepsi dalam uterus, perdarahan
berat hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk basahi pembalut, setviks terbuka, dan gejala
atau tanda yang dirasakan oleh ibu yaitu kram parut bagian bawah.
c. Abortus Inkompletus (Keguguran bersisa)
Ditegakkan berdasarkan adanya perdarahan sedang-banayak, serviks terbuka, uterus sesuai dengan
usia kehamilam, tanda/gejala yaitu: kram/nyeri perut bagian bawah dengan rasa sakit ang kuat,
dan terjadi ekspulsi sebagian hasil konsepsi.
d. Abortus Completus (keguguran lengkap)
Ditegakkan berdasarkan adanya perdarahan bercak-sedang, serviks tertutup atau terbuka, uterus
lebih kecil dari usia kehamilan normal, gejala/tanda yaitu sedikit/tanpa nyeri pada perut bagian
bawah, riwayat ekspulsi hasil konsepsi, dan janin akan keluar pada rahim baik secara spontan
maupun alat bantu.
2.1.3.2 Missed Therapeutik
Adalah abortus yang dilakukan atas pertimbangan/indikasi kesehatan wanita, dimana bila
kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya, contohnya pada wanita dengan penyakit
jantung, hipertensi, ginjal dan korban pemerkosaan (masalah psikis). Dapat jga dilakukan atas
pertimbangan kelainan janin berat.
2.1.3.3 Abortus Septik
Adalah abotus yang mengalami komplikasi berupa infeksi setelah abortus spontan /tidak aman.
Terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau penundaan pengeluaran hasil konsepsi
2.1.3.4 Abortus Habitualis
Adalah kejadian abortus berulang, umumyna disebabkan karena kelainan faktor anatomik uterus
(mioma, septum, serviks inkompeten dan lain-lain) atau kelainan faktor-faktor, idealmya
dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat ada atau tidaknya kelainan anatomi.
2.1.3.5 Missed Abortion
Adalah kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa adanya pengeluaran, terjadi padausia
kehamilan 4 minggu atau lebih. Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang
kemudian menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.
2.1.3.6 Aboruts Profokatus kriminalis
Akibat perforasi, luka pada serviks uteri, perlekatan pada kavum uteri, perdarahan infeksi .
Cara umum: olahraga berlebihan, naik kuda, mendaki gunung, berenang, naik turun tangga,
trauma.
Cara local: menggnakan alat-alat yang dapat dimasukkan kedalam vagina, alat memasang IUD,
alat yang dialiri arus listrik, aspirasi dan jarum suntik.
2.1.4 Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus yaitu faktor ovum itu sendiri, faktor ibu, faktor
bapa, (Amur Sofian, 2012: 1)
2.1.4.1 Kelainan ovum
Kelainan ovum ini meliputi, ovum patologis, kelainan letak embrio dan plasenta yang abnormal
2.1.4.2 Kelainan genitalia ibu
Pada kelainan ini diliputi oleh, anomali kongenita (hypoplasia uteri,uterus bikornis dll) kelainan
ini terletak dari uterus retrofleksi uteri fiksata, tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti
midasi dari ovum yang sudah dibuahi seperti kurangnya progestero atau estrogen, endrometritis,
dan mioma supmukosa.
Uterus terlalu cepat terenggang (kehamilan ganda, mola). Distorsio uterus, misalnya karena
terdorong oleh tumor pelpis.
2.1.4.3 Gangguan sirkulasi plasenta
2.1.4.4 Penyakit-penyakit ibu
Penyakit-penyakit ini meliputi penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti
pneumonia tipoit, pielitis, rubeola, demam malta, dll
Sebab lain yang dialami yaitu keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol dll, ibu yang aspiksia
seperti pada pada dekompeksasi kordis, penyakit paru berat, anemia grapis.
Malnutrisi avitaminosis, ganguan metabolisme, hipotiroit, kekurangan vitamin A, C, atau E dan
Diabetes Militus.
2.1.4.5 Antagonis rhesus
Darah ibu yang melalui plasenta rusak darah fetus, sehingga menjadi anemia pada fetus yang
berakibat meninggalnya fetus
2.1.4.6 Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis
2.1.4.7 Perangsangan terhadap ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi. Seperti sangat
terkejut, obat-obat uterotonika, katakulan laparatomi, dll
2.1.4.8 Penyakit bapa : usia lanjut penyakit kronis
Menurut Saputra, Lyndon (2014: 70) faktor maternal yang turut menyebabkan abortus spontan
yaitu :
2.1.4.9 Infeksi
2.1.4.10 Malnutrisi berat
2.1.4.11 Kelainan pada organ reproduksi
2.1.4.12 Permasalahan endokrin
2.1.4.13 Trauma
2.1.4.14 Inkompatibilitas golongan darah dan isoimunisasi Rh
2.1.4.15 Pemakaian obat-obatan
Menurut Mitayani (2009:22) yang menyebabakan abortus adalah srbagai berikut :
2.1.4.16 Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi: kelainan kromosom, lingkungan nidasi kurang
sempurna, dan pengaruh luar.
2.1.4.17 Infeksi akut, pneumonia, pielitia, demam tipoid, toksoplasmosis, dan HIV.
2.1.4.18 Abnormalitas traktur genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks berlebihan, robekan
serviks, dan retroversion
2.1.4.19 Kelainan plasenta
2.1.5 Patofisiologi
Menurut Nugroho taufan (2012:136) abortus biasanya disertai dengan perdarahan didalam desidua
basalis dan perubahan nekrotik didalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan perdarahan.
Ovum yang terlepas sebagian atau seluruh dan mungkin menjadi benda asing didalam uterus
sehingga merasanang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin. Pada Kehamilan 8
minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korealis belum menembus desidua
terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 8-14 minggung, telah masuk agak dalam, sehingga
bagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal karena itu akan terjadi banyak perdaran.
2.1.7 Manifestasi Klinis
Nanda NIC NOC jilid 1 (2015: 2) manifestasi klinis abortus inkomplit yaitu:
2.1.7.1 Aminorea
2.1.7.2 Sakit perut
2.1.7.3 Mules-mules
2.1.7.4 Perdarahan sedikit/banyak
2.1.7.5 Adanya fetus atau jaringan yang keluar, tetapi jika perdarahan belum berhenti karena
konsepsi belum keluar semua akan menyebabkan syok.
Sedangkan menurut Mitayani (2009:23) manifestasi klinis abortus yaitu:
2.1.7.6 Perdarahan pervaginam
2.1.7.7 Terlambat haid
2.1.7.8. Mulas-mulas
2.1.7.9 Sakit perut bagian bawah
2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Nugroho taufik (2012:140) penatalaksaannya adalah bila terjadi syok karena pendarahan,
harus diberikan infus NaCl fisiologis atau cairan ringer laktat, bila perlu disusul pemberian darah.
Setelah syok teratasi dilakukan kerokan dan paska tindakan diberikan injeksi metil ergometrin
maleat intramoskular untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.
Menurut Amur Sofian (2012: 3) penatalaksanaan sebagai berikut :
2.1.8.1 Jika perdarahan seberapa banyak dan kehamilan kurang 15 minggu, evaluasi dapat
dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar
dari servik. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuscular atau misoprostol 40
mcg per oral.
2.1.8.2 Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 12 minggu,
evaluasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum manual. Evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya
hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia. Jika evakuasi belum dapat dilakukan
segera, beri ergometrin 0,2 mg intramoskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol
40 mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu)
2.1.8.3 Jika kehamilan lebih 16 minggu berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
ekspusi hasil konsepsi jika oerlu berikan misoprostol 20 mcg per vaginam setiap 4 jam samoai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg) evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal
dalam uterus.
2.1.9 Komplikasi
Menurut Nugroho taufan (2012:136) komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada fase abortus
yang tidak aman (unisafe abortion) walaupun kadang-kadang dijumpai juga pada abortus spontan,
komplikasi yang terjadi pada abortus yaitu berupa pendarahan, perforasi, infeksi dan syok.
Menurut Amur Sofi an (2012:2) komplikasinya yaitu :
2.1.9.1 Perdaarahan (Hemorrhage)
2.1.9.2 Perforasi : sering terjadi diwaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang
tidak ahli seperti bidan dan dukun
2.1.9.3. Infeksi dan tetanus
2.1.9.4 Peyah ginjal akut
2.1.9.5. Syok karena perdarahan banyak dan infeksi atau sepsis
2.1.10 Data penunjang
Nanda NIC NOC jilid 1 (2015: 30) pemeriksaan penunjang dari abortus yaitu :
2.1.10.1 Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus
2.1.10.2 Pemeriksaan doppeler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
2.1.10.3 Pemeriksaan kadar fibrigonen darah pada missed abortion
2.1.11 Prognosis
Menurut Setiyaningrum, Erna (2013: 49) prognosis tergantung dari etiologi dari jenis abortus,
umur pasien dan umur kehamilan
2.1.11.1 Pada ibu dengan etiologi tidak diketahui 40-80 % bisa mencapai kehamilan yang
sukses
2.1.11.2 Pada kehamilan habitualiti bisa mencapai >90% bisa mencapai kehamilan lagi dengan
sukses
2.2 Tinjauan teoritis Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Menurut Mitayani (2011: 23) pengkajian keperawatan dilakukan jika selama kehamilan ditemukan
perdarahan ,identifikasi :
2.2.1.1 Lama kehamilan
2.2.1.2. Kapan terjadi perdarahan, lama perdarahan, banyaknys, dan aktifitas yang
mempengaruhi
2.2.1.3 Karakter darah: merah terang, kecoklatan, adanya gumpalan darah, dan lender
2.2.1.4 Sifat dan lokasi ketidaknyamanan sepertikejang, nyeri tumpul atau tajam, mulas, serta
pusing.
2.2.1.5 Gejala-gejala hipovolemia
2.2.2 Diagnosa keperawatan
Menurut Nanda NIC NOC Jilid 1 (2015: 3) diagnosa keperawatan yang muncul:
2.2.2.1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2.2.2.2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pernurunan sirkulasi
2.2.2.3 Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri
2.2.2.4 Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi vulva lembab
2.2.2.5 Ansietas berhubungan dengan kerangnya pengetahuan
2.2.2.6 Resiko syok (Hipofolemik) berhubungan dengan perdarahan pervaginam
2.2.2.7 Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus
2.2.3 Intervensi Keperawatan
2.2.3.1 Diagnosa 1 :kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Kreteria hasil : Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ, urine normal, HT
normal
Tekanan darah, nadi suhu tubuh dalam basas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,elastisitas tugor kulit baik, membrane mukosa lembab tidak ada
rasa haus ang berlebihan.
a. Timbang popok/pembalut jika perlu
b. Pertahankan catatan intake dan outpur ang akurat
c. Monitor vital sign
d. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori
e. Monitor status nutrisi
2.2.3.2 Diagnosa 2: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan sirkulasi
kriteria hasil: berpartisipasi dalam aktivitas tanpa disertai peningkatan tekanan darah nadi dan
respirasi
a. Bentuk klain untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan
b. Bantu untuk aktifitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, pisikologi dan sosial
c. Bantu untuk mengidentifikasi dan untuk aktifitas yang diinginkan
d. Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas seperti kursi roda
e. Monitor respon fisik emosional dan spiritual
2.2.3.3 Diagnosa 3: Resiko infeksi berhubungan dengan vulva lembab
Kriteria hasil: melaporkan klien bebas dari tanda infeksi
a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
b. Cuci tangan dan setiap sebelum sesudah tindakan perawatan
c. Gunakan sabun antimikrobio untuk cuci tangan
d. Gunakan baju sarung tangan sebagai alat pelindung
e. Pertahankan lingkungan yang efektif
f. Tingkatkan intak nutrisi
g. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
2.2.3.4 Diagnosa 4 : Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri
Kriteria hasil: Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri
Rencana :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara konperhensip termasuk local karakteristik durasi
frekwensi, kualitas dan faktor presipitas
b. Obserasi reaksi non verbal ketidak nyamanan
c. Respon nyeri evaluasi pengalaman nyeri
d. Gunakan teknik komunikasi traupetik untuk mengetahui pengalaman karakteristik pasien.
e. Kaji kultur ang mempengaruhi nyeri
f. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
2.2.3.5 Diagnosa 5: Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
Kriteria hasil: klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas, postur tubuh
ekspresi wajah baas tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
Rencana :
a. Mengidentifikasi tingkat kecemasan
b. Mendengarkan klien dengan penuh perhatian
c. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
d. Ajarkan pasien dengan teknik relaksasi
e. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasan, ketakutan, persepsi
f. Dorong keluarga untuk menemani anak
2.2.3.6 Diagnosa 6: Resiko syok berhubungan dengan pendarahan pervaginam
Kriteria hasil: Nadi dalam batas yang diharapkan frekwensi nafas dalam batas yang diharapkan
Rencana :
a. Monitor tanda inaadekuat oksigen jaringan
b. Monitor suhu dan pernafasan
c. Monitor output dan input
d. Monitor tanda awal syok
e. Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas
f. Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya syok
2.2.2.7 Diagnosa 6: Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus
Tujuan : konstupasi klien teratasi, klien mampu BAB.
Kretria hasil: pola BAB normal, paristaltik usus normal (5-35x/menit)
Rencana :
1. Kaji keebiasaan BAB, penyebab konstipasi, kenali tanda-tanda sumtanseperti tidak adanya
fesesang terbentuk selama beberapa hari. Perasaan penuh pada abdomen dan auskultasi bisisng
usus.
2. Observasi adanya distensi abdomen jika bising usus tidak ada atau kurang
3. Lakuka masase lembut pada abdomrn searah jam dengan sebelumnya dianjurkan minum air
putih
4. Menganjurjan klien untuk mengonsmsi makanan tinggi serat, pemasukan cairan adekuat
(minimal 200 ml/hari)
5. Anjurkan klien untuk posisi sim atau miring kana dan kiri .
Kaloborasi dalam pemberian obat antikonstipasi atau obat saluran pencernaan
DAFTAR RUJUKAN
Anna, M. (2012) Prevalensi abortus pada kehamilan di Indonesiadan berbagai faktor yang
berhubungan (Riset kesehatan Dasar2007).(Internet). Termuat dalam
< http://ejournal.litbang.depkes.go.id> (di akses 19 mei 2016)
Coad. J. & Dunstall. M. (2012). Anatomy and Physioloy for Midwives. Eselvier. Publication
Gunanegara, R.F., Pangemanan, D. & Valasta F.S. (2014). Hubungan Abortus Inkomplit dengan
Faktor Resiko Ibu Hamil (Internet). Termuat dalam: < http://repository.maranatha.com> ( 19 mei
2016).
ISFI. (2012). ISO Indonesia. Volume 47. Jakarta: PT ISFI Penerbitan
Lockhart, Anita. & Saputra, Lyndon. (2014). Asuhan Kebidanan: Kebidanan
Patologi. Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara Publishe
Lockhart, Anita. & Saputra, Lyndon. (2014). Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiologi &
Patologi. Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara Publishe
Macdonald, Sue. & Magill, C. J. (2011). Mayes’ Midwifery. British: Bailliere Tindall Esever.
Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika
Mustik, A., Wijanegara, H. & Dewi. M. K. (2014). Hubungan Karakteristik Ibu dengan Kejadian
Abortus Spontan. (Internet) http://www.Indonesia/hubungan karakteristik-ibu-dengan-anak-
kejadian-abortus.com (diakses 19 mei 2016)
Nugroho, Taufan. (2012). OBSGYN: Obstetri dan Ginekologi untuk Mahasiswa Kebidanan dan
Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif. A. H. & Hardi, K. (2015). Nanda Nic-Noc Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnos 2015. Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction Publishing
Pearce, Evelyn. C. (2013).Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Setiyaningrum, Erna. (2013). Asuhan Gawat Darurat (Asuhan Kebidanan Patologi). Jilid 1: IN
MEDIA.
Sofian, Amur. (2011). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri. Edisi 3. Jakarta. EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN ABORTUS
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS
A. PENGERTIAN
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan(oleh karena akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan ( saifudin AB dalam buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
2006 hal 14 ).
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri
diluar uterus dan belum bisa di artikan apabila fetus ini beratnya terletak antara 400-1000 gram,
atau usia kehamilan kurang dari 28minggu(Eastman edisi 2, hal 209).
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum
mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gram
(Derek liewollyn dan jones 2002).
B. ETIOLOGI
Menurut prawirohardjo (2007) penyebab abortus dalam teori menyebutkan ada beberapa hal,
diantaranya :
1.kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian atau cacat.Faktor yang
menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan adalah sebagai berikut :
a. Kelainan kromosom, kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi,
poliploidi, dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
b. Lingkungan sekitar kurang sempurna, apabila lingkungan di endometrium di sekitar tempat
implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar, akibat dari radiasi, virus, obat-obatan, tembakau dan alkohol dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus, pengaruh ini
umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
2. kelainan pada placenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi placenta terganggu,
sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia,typus abdominalis,malaria dan lain-lain yang
menyebabkan abortus,toksin, bakteri, viurus, atau plasmodium dapat melalui placenta masuk
kejanin, sehingga menyebaban kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat,
keracunan, laparotomi, peritonitis umum dan penyakit menahun seperti brusellosis, toksoplasmis
juga dapat menyebabkan abortus walaupun jarang.
4. kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Tetapi
harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submokusa yang
memegang peranan penting. Sebab lain abortus trimester ke 2 ialah servik inkompeten yang dapat
disebabkan oleh kelemahan bawaan pada servik, dilatasi servik berlebih, konisasi, amputasi, atau
robekan servik luas yang tidak di jahit.
C. PATOLOGI
Pada awal abortus, terjadi perdarahan dalam desidua basil, diikat dengan nekrosis jaringan
disekitarnya yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus,
kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi kosiales belum menembus
desidua secara mendalam. Sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu villi kosiales menembus
desidua secara mendalam , sehingga plasenta tidak terlepas dengan sempurna, karena itu banyak
perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu setelah ketuban pecah, janin yang telah mati akan
dikeluarkan dalam bentuk kantong amnian kosong dan beberapa waktu kemudian plasenta
perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini
menyerupai dalam bentuk minitur. ( prawirohardjo, S. 2002 )
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, ada kalanya kantong
amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blightedovum),
mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion)
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi. Janin
mengering karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab di serap, ia menjadi agak gepeng
(fetus compressus) dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen ( fetus
papyraceus )
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulit
terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin
berwarna kemerah-merahan.
D. JENIS-JENIS ABORTUS
1. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk
mengakhiri kehamilan tersebut dan kejadiaanya sekitar 15-30% dari seluruh kehamilan normal
(pilliteri, 2002 :15) meliputi :
a. Abortus Imminens ( Abortus Mengancam )
- Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks
- Pengeluaran hasil konsepsi berupa darah yang disertai mules atau tanpa mules
- Pada abortus imminens ini, kehamilan masih dapat dipertahankan
- Terjadi perdarahan bercak yang menunjukan ancaman terhadap kelangsungan kehamilan.
- Diantara wanita yang mengalami perdarahan pada awal kehamilan itu kebanyakanya akan
mengalami abortus, perdarahan pada abortus imminens sering sangat sedikit tetapi perdarahan
tersebut dapat bertahan beberapa hari atau beberapa minggu. ( Batzofin dkk, 1984 : 580 )
b. Abortus Insipiens ( Abortus sedang berjalan )
- Abortus yang sedang berlangsung dan tidak dapat lagi dicegah, ditandai dengan terbukanya
ostium uteri eksternum dan selain pendarahan ( Achadiat, 2004 : 22 )
- Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada
dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut
menjadi abortus inkomplit atau komplit. ( Saifudin, 2006 : 22)
- Perdarahan pervaginam, dimana dapat timbul rasa nyeri didaerah perut bawah dan panggul,
serviks mulai membuka dan hasil konsepsi menjulur ke kanalis serviks ( Moegni, 1987 : 22)
c. Abortus Inkomplit
- Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus ( Prawirohardjo, 2002 : 23 )
- Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar kavum uteri
melalui kanalis servikalis. ( Saifudin, 2006)
- Proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir
d. Abortus Komplit
- Proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir ( Achadiat,
2004 : 24)
- Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum
uteri ( Saifudin, 2006)
2. Abortus Infeksius dan abortus septik
- Abortus Infeksius adalah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi, baik yang
diperoleh dari luar rumah sakit maupun yang terjadi setelah tindakan dirumah sakit.
- Abortus septik adalah suatu komplikasi lebih jauh dari pada abortus infeksius dimana pasien telah
masuk dalam keadaan sepsis akibat infeksi tersebut. Angka kematian akibat abortus septik ini
cukup tinggi ( sekitar 60% ) ( Achadiat, 2004 : 27 )
- Abortus infeksius adalah adanya abortus yang merupakan komplikasi dan disertai infeksi
genetalia dan sering dikaitkan dengan tindakan abortus tidak aman sehingga menyebabkan
perdarahan hebat.
- Abortus septik adalah abortus infeksius berat yang disertai pengeluaran kuman toksin, septik
syok bakterial dan gagal ginjal akut.
3. Missed Abortio (retensi janin mati)
- Kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari dan tidak dapat dihindari
( James L. Lindsey, 2007 : 25 )
- Adanya retensi yang lama terhadap janin yang telah mati dalam paruh pertama kehamilan atau
reternsi hasil konsepsi dalam uterus selama 8 minggu atau lebih, kejadiannya sekitar 2 % dari
kehamilan (pilliteri, 2002 : 25)
- Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga
8 minggu atau lebih ( saifudin, 2006 : 26)
4. Abortus tidak aman ( unsafe abortion)
Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai
cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan jiwa pasien (
prawirohardjo, 2004)
5. Abortus Provokatus (induet abortion)
Adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses
kehamilan , kebanyakan karena kehamilan yang tidak diinginkan, merupakan pengguguran
kandungan disengaja, baik dengan obat-obatan maupun alat-alat meliputi 2 bagian dari abortus
provokatus yaitu :
a. Abortus medisinalis ( abortus therapeutica)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat
membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapatkan persetujuan
2 – 3 tim dokter ahli
b. Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan
indikasi medis
E. PENANGANAN KLINIS
1. Abortus Imminens
a. Tidak di perlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah baring secara total
b. Anjurkan ibu untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan
seksual
c. Bila perdarahan
- Berhenti : melakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi
- Terus berlangsung : nilai kondisi janin ( uji kehamilan USG), lakukan konfirmasi kemungkinan
adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola)
- Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan hanya dilakukan melalui gejala
klinis dan hasil pemeriksaan ginekologi
2. Abortus insipein
a. Dilakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi
Bila usia gestasi ≤ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan aspirasi vakum manual (AVM) setelah
bagian-bagian janin dikeluarkan. Bila usia gestasi ≥ 16 minggu evakuasi dilakukan dengan
prosedur dilatasi dan kuretase (D x K )
b. Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih besar dari 16
minggu , lakukan tindakan pendahuluan dengan :
- Infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8 tetes/menit yang dapat dinaikan
hingga 40 tetes/menit, sesuai dengan kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi
- Ergometri 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian
- Misopiostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan dapat diulangi dengan dosis yang
sama setelah 4 jam dari dosis awal
- Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan AVM atau D x K ( hati-
hati resiko perforasi)
3. Abortus inkomplit
a. Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi )kenali dan atasi setiap komplikasi ( perdarahan hebat,
syok, infeksi/sepsis)
b. Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan hingga ukuran sedang
dapat dikeluarkan secara digital atau cunam cavum,setelah itu evaluasi perdarahan
- Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg per oral
- Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa konsepsi dengan AVM dan D x K (pilihan
tergantung dari usia gestasi, pembukaan serviks dan keberadaan bagian-bagian janin )
c. Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotik profilaksis ( ampicilin 500 mg oral atau
doksosiklin 100 mg)
d. Bila terjadi infeksi , beri ampicilin 1 gr dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam
e. Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu segera lakukan evakuasi
dengan AVM
f. Bila pasien tampak anemik, berikan sulfas fevosus 600 mg perhari selama 2 minggu ( anemia
sedang), transfusi darah ( anemia berat )
Pada beberapa kasus, abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus tidak aman, oleh sebab itu
perhatikan hal-hal berikut :
a. Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi uterus atau cedera intra-abdomen (
mual/muntah, nyeri punggung,demam, perut kembung,nyeri perut bawah, dinding perut tegang )
b. Bersihkan ramuan tradisional , jamu, bahan kosmetik,kayu atau benda-benda lainnya dari regio
genitalia
c. Berikan bosfer tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada dinding vagina atau kanalis
serviks dan pasien pernah imunisasi
d. Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus ( ATS) 1500 unit IM
diikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu
e. Konseling untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantauan lanjut
4. Abortus komplit
a. Apabila kondisi klien baik, cukup diberi tablet ermogetrin 3x1 tablet/hari untuk 3 hari
b. Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2
minggu di sertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi (susu, sayuran segar,ikan,
daging,telur) untuk anemia berat berikan transfusi darah
c. Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberikan antibiotika atau apabila khawatir
akan infeksi dapat diberi antibiotik profilaksis
5. Abortus infeksiosa
a. Kasus ini berisiko tinggi untuk terjadi sepsis, apabila fasilitas kesehatan setempat tidak
mempunyai fasilitas yang memadai, rujuk pasien kerumah sakit
b. Sebelum merujuk pasien, lakukan restorasi cairan yang hilang dengan Ns atau RL melalui
infus dan berikan antibiotik ( misalnya ampicilin i gr dan metronidazol 500 mg)
c. Jika ada riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan TT
d. Pada fasilitas kesehatan yang lengkap dengan perlindungan antibiotika berspektrum luas dan
upaya stabilisasi hingga kondisi pasien memadai, dapat dilakukan pengobatan uterus sesegera
mungkin ( lakukan secara hati-hati karena tingginya kejadian perforasi pada kondisi ini)
6. Missed abortion
Missed abortion seharusnya ditangani dirumah sakit atas pertimbangan :
a. Plasenta dapat melekat sangat erat didinding rahim, sehingga prosedur evakuasi (kuretase) akan
lebih sulit dan resiko perforasi lebih tinggi
b. Pada umumnya kanalis servisis dalam keadaan tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi dengan
batang laminaria selama 12 jam
c. Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut dengan gangguan
pembekuan darah ( prawirohardjo. 2002 )
F. KOMPLIKASI OBORTUS
1. Perdarahan ( hemorrahge)
2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak
ahli seperti bidan dan dukun
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok pada abortus disebabkan oleh :
a. Perdarahan yang banyak disebut syok hemorraghe
b. Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik ( Rustam mochtar,1998)
DAFTAR PUSTAKA
Anik, M. Dkk. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta :
Trans info Media
Cunningham, dkk. (1989). Obsetrik. Jakarta : EGC
Prawirohardjo. S ( 2002). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Bina Pustaka
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS
DEINISI
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat badan janin kurang
dari 500 gram (Murray, 2002)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum
kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu
atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Praworihardjo, 2006)
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup di luar kandungan
(Nugroho, 2010)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri dan masih ada yang tertinggal (Manuaba, 2008)
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa abortus adalah
berakhirnya kehamilan yang ditandai dengan keluarnya hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu
ETIOLOGI
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut:
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi: kelainan kromosom terutama trisomi autosom dan
monosomi X, lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna, pengaruh teratogen akibat
radiasi, virus, obat-obatan, tembakau, dan alcohol
Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis dan HIV
Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks berlebihan, robekan serviks
dan retroversion uterus
Kelainan plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
(Mitayani, 2009)
MANIFESTASI KLINIS
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan per
vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri
pada perut bagian bawah. (Mitayani, 2009)
Secara umum terdiri dari:
Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi
uterus.
Sedangkan secara khusus, tanda dan gejala abortus Inkomplit adalah:
Perdarahan yang banyak atau sedikit serta memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.
Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi.
Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma).
Serviks masih membuka
Kadang-kadang teraba jaringan di dalamnya
Menurut Mansjoer, 2001
Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal
atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus.
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak
bau busuk dari vulva.
Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak
jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum
uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus.
Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih hidup.
Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali
kongenital.
BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula
thyroidea.
Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang menyebabkan hasil
konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus
berkonsentrasi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8
minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsempsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu villi khorialis sudah menembus
terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta tidak lengkap. Peristiwa ini
menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, adakalanya kantung amnion
kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila
mudigah yang mati tidak dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan
bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen
darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging.
Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi
hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin
mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng
(fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi,
kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin
berwarna kemerah-merahan. (Sarwono, 2006)
KLASIFIKASI
Abortus Imminens (abortus mengancam/threatened abortion)
Proses awal dari suatu keguguran ditandai dengan perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri
eksternum masih tertutup dan hasil konsepsi/ janin masih baik didalam uterus
Pengeluaran hasil konsepsi berupa darah yang disertai mules atau tanpa mules.
Pada abortus imminiens, kehamilan masih dapat di pertahankan.
Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan sampai kehamilan atern dan lahir normal.
Jika terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan.
Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung
janin dengan gerakan janin
Jika sara terbatas, pada usia diatas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan dengan
alat Doppler atau laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi
rencana penatalaksanaan/ tindakan.
Tanda dan Gejala Abortus Imminiens, meliputi:
Perdarahan sedikit/bercak
Kadang disertai rasa mules/kontraksi.
Periksa dalam belum ada pembukaan.
Palpasi: tinggi fundus uteri sesui usia kehamilan.
Hasil test kehamilan (+)/positif.
Abortus Insipiens (disebut juga sebagai abortus sedang berlangsung/ inevitable abortion)
Proses abortus yang sedang berlangsung dan tindak dapat lagi dicegah, ditandai dengan terbukanya
ostium uteri eksternum, selain perdarahan (Achadiat, 2004)
Abortus yang sedang berlasung dan tidak dapat dipertahankan lagi kehamilannya, yang dapat
berkembang menjadi abortun inkomplit/ komplit.
Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam
kavum uteri. Kondisi ini menujukan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi
abortus inkomplit/komplit. (Saefuidin AB, 2006)
Perdarahan pervaginam, dimana dapat timbul rasa nyeri di daerah perut bawah dan panggul,
serviks mulai mebuka dan hasil konsepsinya menjulur kenanalis serviks. (Moegni, 1987)
Tanda dan gejala:
Perdarahan banyak disertai bekuan
Mulas hebat (kontraksi makin lama makin dan makin sering)
Ostium uteri sternum mulai terbuka (serviks terbuka)
Pada palpasi: tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan
Abortus Inkomplit
Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus (Prawirohardjo, 2002)
Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar kavum uteri
melai kanalis servikalis (Saefudin AB, dkk, 2006)
Proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluarmelai jalan lahir (Achadiat, 2004)
Tanda dan gejala:
Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan darah
Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat
Ostium uteri sternum atau serviks terbuka
Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah
menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan
Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok
Abortus Komplit
Prosesus abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir (Achadiat,
2004)
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil kontrasepsi telah dikeluarkan dari kavum
uteri (Saefudin AB, dkk, 2006)
Tanda dan gejala:
Perdarahan banyak
Mulas sedikit atau tidak (kontraksi uterus)
Osteo uteri telah menutup
Uterus sudah mengecil ada keluar jaringan, sehingga tidak ada sisa dalam uterus
Diagnosis komplit ditegakan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya
Missed Abortions
Kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari yang tidak dapat dihindari
(James L. Lindsey, MD, 2007)
Berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi tersebut
bertahan dalam uterus selama 6 minngu atatu lebih (Achadiat, 2004)
Adannya retensi yang lama terhadap janin yang telah mati dalam paruh pertama kehamilan, atau
retensi hasil konsepsi dalam uterus selama 8 minggu atatu lebih, kejadiannya sekitar 2% dari
kehamilan (Pilliter, 2002)
Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8
minggu atau lebih (Saifudin, AB dkk, 2006)
Tanda dan gejala
Gejalanya seperti abortus imminiens yang kemudian menghilang secara spontan disertai
kehamilan menghilang
Denyut jantung janin tidak terdengar
Mulas sedikit
Ada keluaran dari vagina
Uterus tidak membesar tetapi mengecil
Mammae agak mengendor/payudara mengecil
Amenorhoe berlangsung terus
Tes kehamilan negative
Dengan USG dapat diketahui apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan
Biasanya terjadi pembekuan darah
Abortus Infeksius dan Abortus Septik
Abortus infeksius adalah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi, baik yang
diperoleh dari luar rumah sakit maupun yang terjadi setelah tindakan di rumah sakit.
Abortus septic adalah suatu komplikasi lebih jauh daripada abortus infeksius, dimana pasien telah
masuk dalam keadaan sepsis akibat infeksi tersebut. Angka kematian akibat abortus septic ini
cukup tinggi (sekitar 60%). (Achadiat, 2004)
Abortus infeksius adalah adanya abortus yang merupakan komplikasi dan disertai infeksi genitalia,
sering dikaitkan dengan tindakan abortus tidak aman sehingga dapat menyebabkan perdarahan
hebat.
Abortus septic adalah abortus infeksius berat yang disertai pengeluaran kuman/toksin, septic syok
bacterial dan gagal ginjal akut.
Abortus infeksius adalah abortus yang disertai dengan infeksi genital.
Abortus septic adalah keadaan yang lebih parah dari abortus infeksius karena disertai dengan
penyebaran kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah dan peritoneum, sehingga dijumpai
adanya tanda peritornitis umum atau sepsis dan disertai dengan syok.
Tanda dan gejala:
Kanalis servikalis terbuka
Ada perdarahan
Demam
Takikardia
Perdarahan berbau
Uterus membesar dan lembek
Nyeri tekan
Leukositosis
Abortus Habitualis/Recurent Abortion
Abortus yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih oleh sebab apapun. (Achadiat, 2004)
Abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih secara berturut, penyebab tersering karena factor
hormonal. Istilah abortus habitualis masih digunakan untuk menjelaskan pola abortus yang terjadi.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada pasien abortus yang tidak aman (unsafe abortion)
walaupun kadang-kadang dijumpai juga pada abortus spontan.Komplikasi dapat berupa
perdarahan, kegagalan ginjal, infeksi, syok akibat perdarahan dan infeksi sepsis.
Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu
pemberian tranfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.
Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.Jika
terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera
dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau
perlu histerektomi.Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh seorang awam menimbulkan
persoalan gawat karena diperlukan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi pada kandungan
kemih atau usus.Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadi perforasi, laparatomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan
seperelunya guna mengatasi komplikasi.
Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan
pada abortus inkomplet yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe
abortus).
Syok
Syok pada abortus bias terjadi karena peradangan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok
endoseptik).
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Keperawatan
Untuk penatalaksanaan abortus berulang-ulang dibutuhkan anamnesis yang terarah mengenai
riwayat suami istri dan pemeriksaan fisik ibu secara anatomis maupun laboratorik.Apabila abortus
terjadi pada trimester pertama atau kedua juga penting untuk diperhatikan.Bila terjadi pada
trimester pertama maka banyak fakor yang harus dicari sesua kemungkinan etiologi dan
mekanisme terjadinya abortus berulang. Bila terjadi pada trimester kedua maka factor-faktor
penyebab lainnya cenderung pada factor anatomis terjadinya inkompetensia serviks dan adanya
tumor mioma uteri serta infeksi lain berat pada uterus atau serviks. Tahap-tahap penatalaksanaan
tersebut meliputi:
Riwayat penyakit dahulu:
Kapan abortus terjadi, apabila pada trimester pertama atau pada trimester berikutnya, adakah
penyebab mekanis yangn menonjol.
Mencari kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat terlarang
Infeksi ginekologi dan obstetri.
Gambaran asosiasi terjadinya “antiphospholipid syndrome” (thrombosis, fenomena
autoimun, false positive test untuk sifilis).
Factor genetic antara suami istri (consanguinity)
Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang dan sindroma yang
berkaitan dengan kejadian abortus atau pun partus prematurus yang kemudian meninggal.
Pemeriksaan diagnostic yang terkait dan pengobatan yang pernah didapat.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara umum
Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan laboratorium:
Kariotik darah tepi kedua orangtua
Histerosangografi diikuti dengan histeroskopi atau laparoskopi bila ada indikasi
Biopsy endometrium pada fase luteal
Pemeriksaan hormone TSH dan antibody anti tiroid
Antibody antifosofolipid (cardiolipin, fosfatidilserin)
Lupus antikoagulan (apartial thromboplastin time atau russel viper venom)
Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit, Kultur jaringan serviks (myocoplasma,
ureaplasma, chlamydia) bila diperlukan.
Penatalaksanaan Medis
Setelah didapatkan anamnesis yang maksimal, bila sudah terjadi konsepsi baru pada ibu dengan
riwayat abortus berulang-ulang maka support psikologis untuk pertumbuhan embrio internal
uterine yang baik perlu diberikan pada ibu hamil.Kenali kemungkinan terjadinya anti fosfolipid
syndrome atau mencegah terjadinya infeksi intra uterine.
Pemeriksaan kadar HCG secara periodic pada awal kehamilan untuk membantu pemantauan
kelangsungan kehamilan sampai pemberian USG dapat dikerjakan. Gold standard untuk
monitoring kehamilan dini adalah pemeriksaan USG, dikerjakan setiap 2 minggu sampai
kehamilan ini tidak mengalami abortus.Pada keadaan embrio tidak terdapat gerakan jantung janin
maka perlu segera dilakukan evakuasi serta pemberian kariotip jaringan hasil konsepsi tersebut.
Pemeriksaan serum á-fetopotein perlu dilakukan pada usia kehamilan 16-18 minggu. Pemeriksaan
kariotip dari buah kehamilan dapat dilakukan dengan melakukan amniosintesis air ketuban untuk
menilai bagus atau tidaknya kehamilan.
Bila perlu terjadi kehamilan, pada pengobatan dilakukan sesuai dengan hasil penilaian yang
sesuai.Pengobatan disini termasuk memperbaiki kualitas sel telur atau spermatozoa, kelainan
anatomi, kelainan endokrin, infeksi dan berbagai variasi hasil pemeriksaan reaksi
imunologi.Pengobatan pada penderita yang mengidap pecandu obat-obatan perlu dilakukan juga.
Konsultasi psikologi juga akan sangat membantu.
Bila kehamilan kemudian berakhir dengan kegagalan lagi maka pengobatan secara intensif harus
dikerjakan secara bertahap baik pengobatan kromosom, anomaly anatomi, kelainan endokrin,
infeksi, factor imunologi, antifosfolipid sindrom, terapi immunoglobulin atau imunomodulator
perlu diberikan secara berurutan.Hasil ini merupakan suatu pekerjaan yang berat dan memerlukan
pengamatan yang memadai untuk mendapatkan hasil yang maksimal
Laporan Pendahuluan Abortus
A. Pengertian
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum
mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002).
Terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah abortus yaitu abortus
spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel
sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan
pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu.Pengguguran
kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, S, 2002).
Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di kalangan masyarakat masih
merupakan suatu tindakan yang masih dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang
ada di dalam masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan,
dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.
Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan seluruhnya karena
villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu villi
koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga
banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati
akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo,
S, 2002).
B. Klasifikasi
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
Abortus imminens :
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasiserviks.
Abortus insipiens :
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi
serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Abortus inkompletus :
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus.
Abortus kompletus :
Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap
bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu,
atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram
dapat terus hidup.
C. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alcohol
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua),
retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Penyebab secara umum:
Infeksi akut
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.
Infeksi kronis
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya :
a. Hipertensi
b. Nephritis
c. Diabetes
d. Anemia Berat
e. Penyakit Jantung
f. Toxemia Gravidarum
5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6. Trauma fisik.
Penyebab yang bersifat lokal:
a. Fibroid, inkompetensia serviks.
b. Radang pelvis kronis, endometrtis.
c. Retroversi kronis.
d. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus
7. Penyebab dari segi Janin
Kematian janin akibat kelainan bawaan.
Mola hidatidosa.
Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dandegenerasi.
D. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi
hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan
sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada
plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang
tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus
kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
E. Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi
uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva :
Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo :
Perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan
keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina :
Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar
uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri
pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
F. Komplikasi
1. Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan
darah
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
KONSEP ASUHAN KEPERWATAN
Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk
menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melakukan
tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan.
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan
danmelaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan
memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan
secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis.
a. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga
dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1) Biodata :
mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat
2) Keluhan utama :
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
3) Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada
saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar
dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
4) Riwayat pembedahan :
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa
dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
5) Riwayat penyakit yang pernah dialami :
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah
ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
6) Riwayat kesehatan keluarga :
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai
penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
7) Riwayat kesehatan reproduksi :
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan
adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
8) Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas :
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
keadaan kesehatan anaknya.
9) Riwayat seksual :
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang
menyertainya.
10) Riwayat pemakaian obat :
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
11) Pola aktivitas sehari-hari :
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan fisik, meliputi :
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi
juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola
pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur
kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin
atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu
untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada
tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki
bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan
menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di
ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus
atau denyut jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
Pemeriksaan laboratorium :
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju,
apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
Data lain-lain :
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.Data
psikososial.
Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang
menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.
Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan.
Diagnosa Keperwatan
1. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan
2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri
4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
5. Cemas s.d kurang pengetahuan
Intervensi Keperwatan
1. Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun
kualitas.
Intervensi :
1) Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
2) Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan
yang hilang pervaginal
3) Berikan sejumlah cairan pengganti harian
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
4) Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik
2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu
diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
3) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
4) Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat
diperlukan
5) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
Rsional : Menilai kondisi umum klien
3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
1) Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2) Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3) Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna
yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
2) Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
3) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
4) Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan
peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
6) Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam
kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus
meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
5. Cemas s.d kurang pengetahuan
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
2) Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang
penyakit
3) Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang
mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
4) Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan
5) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan
dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta
Laporan Pendahuluan (Askep) Abortus
APRIL 22, 2013 BY UKKYPUTRINURSE
Laporan Pendahuluan (Askep) Abortus
1. PENGERTIAN
Abor–tus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (FK UNPAD,
Obstetri Patologi, Bandung: bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, hlm: 260 FKUI Jakarta: Media Aesculapius).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu atau berat
janin kurang dari 1.000 gram. ( Junaidi,Purnawan 1982 Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga,
jilid I, h1m:260 FKUI Jakarta: Media. Aesculapius).
2. ETIOLOGI
Peryebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa faktor
sebagai berikut:
a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi.
Kelainan pertumbuahan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang
menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil kosepsi dapat terjadi
karena:
1) Faktor kromosom.
– Gangguan terjadi sejak sernula pertemuan kromosom, terinasuk kromosorn seks.
2) Faktor lingkungan endometritum.
– Endometrium belurn siap untuk menerima implasi hasil konsepsi.
– Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
3) Pengaruh luar
– Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.
– Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi
terganggu.
b. Kelainan pada plasenta
1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi.
2) Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada diabetes melitus.
3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan
keguguran.
c. Penyakit ibu
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan melalui
plasenta:
1) Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis.
2) Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi retroplasenter.
3) Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit diabetes
melitus.
d. Kelainan yang terdapat dalam rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk
mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada
serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.
3. MANIFESTASI KLINIS
a. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
b. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
c. Pendarahan pervaginam, mungkin disertai hasil konsepsi.
d. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
e. Pemeriksaan ginekologis.
1) Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam
2) Inspeksi perdarahan pada kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup.
3) Colok vagina porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
kavum uteri.
4. PATOFLOW
Terlampir
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Keguguran atau abortus yang dibahas adalah yang terjadi spontan dan bukan keguguran buatan.
Dugaan keguguran diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut:
– Terdapat keterlambatan datang bulan.
– Terjadi perdarahan.
– Disertai sakit perut.
– Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi.
– Pemeriksaan hasil tes hamil dapat masih positif atau sudah negatif.
Hasil pemeriksaan fisik terhadap penderita bervariasi:
a. Pemeriksaan fisik berfariasi tergantung jumlah perdarahannya.
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri:
1) Tinggi dan besarnya tetap dan sesuai dengan umur kehamilan.
2) Tinggi dan besamya sudah rnengecil.
3) Fundus uteri tidak teraba diatas simfisis.
c. Pemeriksaan dalam:
1. Servik uteri masih tertutup.
2. Servik sudah terbuka dan dapat diraba ketuban dan hasil konsepsi dalam kavum uteri atau
kanalis servikalis.
3. Besarnya rahim (uterus) telah mengecil.
4. Kensitensinya lunak.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat ditetapkan diagnosis klinik keguguran (abortus):
– Abortus imminen
– Abotus insipien
– Abortus inkompletus/komplettus
– Abortus infeksiosus atau septik
– Habitual abortus
– Missed abortion.
6. PENATALAKSANAAN
a. Abortus imminen
– Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan merangsang mekanik berkurang.
– Tes kehamilan dapat dilakukan.
– Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
– Bersihkan vulva minimalkan 2 kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi.
– Berikan obat penenang biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.
b. Abotus insipien
– Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang disertai perdarahan dengan pengosongan
uterus memakai kuret vakUun atau cunam abortus.
– Pada kehamilan lebih dari 12 minggu berikan infuse oksitoksin 10 iu dalam dekstrose 5%
500 ml dimulai 8 tetes permenit.
– Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadi abortus spontan tanpa pertolongan selama 36
jam dengan diberikan morfin.
– Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.
c. Abortus inkompletus
– Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCI fisiologi atau RL dan
selekas mungkin di tranfusi darah.
– Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajarn lalu suntikkan ergometrin 0,2
mg intramuscular.
– Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.
– Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
d. Abortus kompletus
– Bila kondisi pasien baik berikan ergonometrin 3 x 1 tablet selama 3 sampai 5 hari.
– Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau tranfuse darah.
– Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
– Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
e. Abortus infeksiosus atau septik
Abortus septik harus dirujuk ke Rumah Sakit
– Penangulangan infeksi
– Tingkatkan asupan cairan.
– Bila perdarahan banyak maka lakukan tranfuse darah.
– Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila
terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
f. Habitual abortus
– Penderita dianjurkan untuk banyak istirahat.
– Makanan harus adekuat mengenai protein, hidrat arang, vitamin mineral. Pembatasan obat-
obatan yang diketahui mempuyai pengaruh jelek kepada janin.
– Memfasilitasi klien untuk dapat menciptakan kondisi emosional yang tenang, dan
menghilangkan rasa cemas.
g. Missed abortion.
– Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu
dengan kuret tajam:
– Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau
ketika mengeluarkan konsepsi.
– Bila kehamilan kurang 12 rninggu lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria
selama 12 jam lalu lakukan dilatasi serviks dengan dilatator hegar.
– Bila kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestol 3 x 5 mg lain infuse oksitoksin
10 iu dalam dekstrose 5 % sebanvak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikan dosis saznpai ada
kontraksi uterus. Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20 % dalam kavum uteri melalui dinding perut,
7. KOMPLIKASI
Komplikikasi utama dapat mencakup :
Hemoragi
Syok
Renal Failure (faal ginjal rusak)
Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
– Riwayat kehamilan : Primi/multipara, usia kehamilan, seksio sesaria sebelumnya, aborsi
berulang, perdarahan.
– Pemeriksaan fisik: Tinggi fundus, DJJ, posisi janin, uterus lunak atau tidak.
– Tes laboratorium: RH (-) indikasi isoimunisasi.
– Indikasi psikiatrik: cemas, ketakutan, gelisah.
– Riwayat penyakit yang diderita: penyakit jantung, fulminating hodgkin disease (pelvis)
– Pengkajian tentang pemahaman tentang aborsi, dan penyembuhan yang diharapkan untuk
dilakukan
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi otot rahim.
– Resiko tinggi kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan aktif.
– Resiko tinggi cedera pada ibu
– Kurang pengetahuan mengenai penyebab aborsi, perawatan diri, kontrasepsi/kehamilan yang
akan datang berhubungan dengan kesalahan interprestasi tentang informasi
Intervensi dan Rasionalisasi

No Intervesi

1 Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi otot rahim


– Tentukan sifat, lokasi, durasi nyeri,kaji kontraksi uterus, hemoragi
retroplasenta atau nyeri tekan abdomen.
– Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk mengalihkan rasa
nyeri, intruksikan klien untuk menggunakan metode relaksasi (mis, napas
dalam, visualisasi, distraksi
– Kolaborasi, berikan narkotik/sedatif, berikan obat-obatan pra operatif
bila prosedur pembedahan diindikasikan

2 Resiko tinggi kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan


aktif
– Evaluasi, laporkan dan catat jumlah serta sifat kehilangan darah
– Lakukan tirah baring, instruksikan klien untuk menghindari valsava
manuver dan koitus.
– Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau
posisi semi fowler pada plasenta previa.hindari posisi trendelenburg
– Catat tanda vital, pengisian kapiler pada dasar kuku, warna membran
mukosa/kulit, dan suhu, ukur tekanan vena sentral, bila ada.
– Pantau aktivitas uterus, status janin dan adanya nyeri tekan abdomen
– Pantau masukan/haluaran. dapatkan sampel urin setiap jam;ukur berat
jenis.
– Simpan jaringan atau hasil konsepsi yng keluar
kolaborasi
– Berikan cairan intravena sesuai dengan indikasi
– Siapkan laparotomi untuk kehamilan ektopik yang ruptur.
3 Resiko tinggi cedera pada ibu berhubungan dengan profil darah abnormal
– Kaji tanda-tanda vital dan haluaran urin perhatikan warna/suhu kulit.
Perkirakan kehilangan darah;lakukan perhitungan jumlah/berat pembalut.
– Kaji dan tinjau ulang tanda/gejala kagulasi intravaskular diseminata
(KID);faktor pembekuan abnormal, peningkatan kadar produksi degradasi
fibrin.
kolaborasi
– Siapkan klien untuk perawatan dirumah sakit
– Berikan cairan I.V/oral sesuai dengan kebutuhan.berikan volume
ekspander/prodak darah sesuai indikasi.
– Bantu dengan ,melakukan prosedur terapeutik yang perlu (mis,dilatasi
dan kuretase,induksi persalinan dengan oksitoksin atau prostaglandin
4 Kurang pengetahuan mengenai penyebab aborsi, perawatan diri,
kontrasepsi/kehamilan yang akan datang berhubungan dengan kesalahan
interprestasi tentang informasi
– Berikan informasi tentang penyebab aborsi spontan bila diketahui;
mis,anomali genetik,infeksi, inkompatibilitas Rh
– Diskusikan pilihan metode kontrasepsi .berikan informasi tertulis.
– Identifikasi tanda dan gejala untuk dilaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan.
– Tinjau ulang kebutuhan terhadap RhIgG tergantung pada status Rh
klien.
– Rujuk untuk konseling genetiksesuai kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, R.Sinopsis obstetri:obstetri operatif, obstetri sosial. editor, Delfi Lutan Ed.2. EGC
Jakarta 1998.
Ida bagus gde manuaba. Ilmu kebidanan,penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan
kebidanan.EGC Jakarta 1998.
Sarwono prawiroharjo. Ilmu kebidanan. Editor, Hanifa wiknjosastro. Ed.3 Yayasan Bina Pustaka
Jakarta 1999.
Sarwono prawiroharjo. Ilmu Kandungan. Editor, Hanifa wiknjosastro. Ed.3 Yayasan Bina Pustaka
Jakarta 1997.
Linda Wheeler.Buku Saku Perawatan prenatal & Pasca Partum. EGC. Jakarta 2003.
FKUNPAD, Obstetri Patologi.Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUNPAD Bandung 1999
Varney, H. Buku Saku Bidan. Editor, Alfrina Hany EGC Jakarta 2001
Doenges, M.Rencana maternal/bayi; Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan
Klien.ed.2 EGC Jakarta 2001.
Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, Media Aesculapius
Jakarta 2000.
Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Editor, Renata Komalasari Ed.4. EGC. Jakarta. 2004
ASKEP ABORTUS
A. PENGERTIAN
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan
berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (IKPK dan KB,
1992).
Abortus atau keguguran dibagi menjadi
1. Berdasarkan kejadiannya
a. Abortus spontan terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri
b. Abortus buatan sengaja dilakukan sehingga kehamilan diakhiri. Upaya menghilangkan konsepsi
dapat dilakukan berdasarkan :
Indikasi medis
Yaitu menghilangkan kehamilan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu. Indikasi tersebut
diantaranya adalah penyakit jantung, ginjal, atau penyakit hati berat dengan pemeriksaan
ultrasonografi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim.
Indikasi social
Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek social, menginginkan jenis kelamin tertentu,
tidak ingin punya anak, jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil dan kehamilan
yang tidak diinginkan.
2. Berdasarkan pelaksanaanya
Abortus buatan teraupetik. Dilakukan oleh tenaga medis secara legalitas berdasarkan indikasi
medis
Abortus buatan illegal yang dilakukan tanpa dasar hokum atau melawan hokum (Abortus
Kriminalis).
3. Berdasarkan gambaran klinis
Keguguran lengkap (abortus kompletus), semua hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya.
Keguguran tidak lengkap (abortus inkompletus), sebagian hasil konsepsi masih tersisa dalam
rahim yang dapat menimbulkan penyulit.
Keguguran mengancam (abortus imminen), abortus ini baru dan masih ada harapan untuk
dipertahankan.
Keguguran tak terhalangi (abortus insipien), abortus ini suadah berlangsung dan tidak dapat
dicegah atau dihalangi lagi.
Keguguran habitualis, abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi sekurang-kurangnya
3 kali.
Keguguran dengan infeksi (abortus infeksiousus), keguguran yang disertai infeksi sebagian besar
dalam bentuk tidak lengkap dan dilakukan dengan cara kurang legeartis.
Missed abortion, keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22, tetapi tertahan dalam
rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
B. ETIOLOGI
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang
berpengaruh adalah :
a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan
kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
Faktor kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks
Faktor lingkungan endometrium terjadi karena endometrium belum siap untuk menerima
implantasi hasil konsepsi.selain itu juga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terlalu
pendeknya jarak kehamilan.
Pengaruh luar
Infeksi endometrium
Hasil konsepsi yang dipengaruhi oleh obat dan radiasi
Faktor psikologis
Kebiasaan ibu (merokok, alcohol, kecanduan obat)
b. Kelainan plasenta
Infeksi pada plasenta
Gangguan pembuluh darah
Hipertensi
c. Penyakit ibu
Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis
Anemia
Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM
Kelainan rahim
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta,
yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2.
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang
menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut
karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil
konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya :
Sedikit-sedikit dan berlangsung lama
Sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan
Akibat perdarahan, dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis
dan daerah ujung (akral) dingin.
DOWNLOAD Pathway Abortus
Klik DISINI
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada abortus Imminen :
Terdapat keterlambatan dating bulan
Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi
otot rahim
Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih
tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim
Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
Tanda dan gejala pada abortus Insipien :
Perdarahan lebih banyak
Perut mules atau sakit lebih hebat
Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau
hasil konsepsi dapat diraba
Tanda dan gejala abortus Inkomplit :
a. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi
d. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)
Tanda dan gejala abortus Kompletus :
Uterus telah mengecil
Perdarahan sedikit
Canalis servikalis telah tertutup
Tanda dan gejala Missed Abortion :
Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin
Buah dada mengecil kembali
E. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
Diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :
1. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang abortus
Tujuan : kecemasan ibu berkurang
Tindakan :
Lakukan komunikasi terapetik dengan pasien
Berikan informasi tentang abortus
Yakinkan pasien tentang diagnosa
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pendarahan pervaginam
Tujuan : infeksi dapat dicegah
Tindakan :
Observasi perdarahan
Observasi TTV
Lakukan tindakan sesuai prosedur aseptic
Kolaborasi pemberian obat antibiotik
3. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus, perubahan dinding
endometrium dan jalan lahir
Tujuan : nyeri berkurang
Tindakan :
Kaji skala nyeri
Anjurkan pasien untuk bedrest total
Berikan pasien posisi yang nyaman
Kolaborasi pemberian obat analgetik
Resiko syok hipofolemik berhubungan dengan perdarahan pervaginam
Tujuan : syok dapat dicegah
Tindakan :
Observasi perdarahanObservasi TTV
Anjurkan pasien untuk bedrest total
Kolaborasi pemberian obat anti koagulan
5. Berduka berhubungan dengan kehilangan
Tujuan : pasien dan keluarga tabah menghadapi kenyataan kehilangan
Tindakan :
Beri dorongan klien dan keluarga untuk dapat menerima keadaan
Memotivasi pasien dan keluarga untuk tabah dan sabar
Bila berlebihan kolaborasi untuk konsultasi dengan psikolog
tag : askep abortus, asuhan keperawatan abortus, pathway abortus, abortus kompletus, abortus
inkompletus, abortus imminen, abortus insipien, abortus infeksiousus, Missed abortion
« SENAM HAMIL
Tulisan Berikutnya »
ASKEP ABORTUS
Maret 7, 2012 oleh eviesetya
ASKEP ABORTUS
A. PENGERTIAN
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan
berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (IKPK dan KB,
1992).
Abortus atau keguguran dibagi menjadi
1. Berdasarkan kejadiannya
a. Abortus spontan terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri
b. Abortus buatan sengaja dilakukan sehingga kehamilan diakhiri. Upaya menghilangkan konsepsi
dapat dilakukan berdasarkan :
Indikasi medis
Yaitu menghilangkan kehamilan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu. Indikasi tersebut
diantaranya adalah penyakit jantung, ginjal, atau penyakit hati berat dengan pemeriksaan
ultrasonografi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim.
Indikasi social
Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek social, menginginkan jenis kelamin tertentu,
tidak ingin punya anak, jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil dan kehamilan
yang tidak diinginkan.
2. Berdasarkan pelaksanaanya
Abortus buatan teraupetik. Dilakukan oleh tenaga medis secara legalitas berdasarkan indikasi
medis
Abortus buatan illegal yang dilakukan tanpa dasar hokum atau melawan hokum (Abortus
Kriminalis).
3. Berdasarkan gambaran klinis
Keguguran lengkap (abortus kompletus), semua hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya.
Keguguran tidak lengkap (abortus inkompletus), sebagian hasil konsepsi masih tersisa dalam
rahim yang dapat menimbulkan penyulit.
Keguguran mengancam (abortus imminen), abortus ini baru dan masih ada harapan untuk
dipertahankan.
Keguguran tak terhalangi (abortus insipien), abortus ini suadah berlangsung dan tidak dapat
dicegah atau dihalangi lagi.
Keguguran habitualis, abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi sekurang-kurangnya
3 kali.
Keguguran dengan infeksi (abortus infeksiousus), keguguran yang disertai infeksi sebagian besar
dalam bentuk tidak lengkap dan dilakukan dengan cara kurang legeartis.
Missed abortion, keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22, tetapi tertahan dalam
rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
B. ETIOLOGI
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang
berpengaruh adalah :
a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan
kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
Faktor kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks
Faktor lingkungan endometrium terjadi karena endometrium belum siap untuk menerima
implantasi hasil konsepsi.selain itu juga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terlalu
pendeknya jarak kehamilan.
Pengaruh luar
Infeksi endometrium
Hasil konsepsi yang dipengaruhi oleh obat dan radiasi
Faktor psikologis
Kebiasaan ibu (merokok, alcohol, kecanduan obat)
b. Kelainan plasenta
Infeksi pada plasenta
Gangguan pembuluh darah
Hipertensi
c. Penyakit ibu
Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis
Anemia
Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM
Kelainan rahim
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta,
yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2.
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang
menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut
karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil
konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya :
Sedikit-sedikit dan berlangsung lama
Sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan
Akibat perdarahan, dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis
dan daerah ujung (akral) dingin.
DOWNLOAD Pathway Abortus
Klik DISINI
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada abortus Imminen :
Terdapat keterlambatan dating bulan
Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi
otot rahim
Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih
tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim
Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
Tanda dan gejala pada abortus Insipien :
Perdarahan lebih banyak
Perut mules atau sakit lebih hebat
Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau
hasil konsepsi dapat diraba
Tanda dan gejala abortus Inkomplit :
a. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi
d. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)
Tanda dan gejala abortus Kompletus :
Uterus telah mengecil
Perdarahan sedikit
Canalis servikalis telah tertutup
Tanda dan gejala Missed Abortion :
Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin
Buah dada mengecil kembali
E. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
Diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :
1. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang abortus
Tujuan : kecemasan ibu berkurang
Tindakan :
Lakukan komunikasi terapetik dengan pasien
Berikan informasi tentang abortus
Yakinkan pasien tentang diagnosa
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pendarahan pervaginam
Tujuan : infeksi dapat dicegah
Tindakan :
Observasi perdarahan
Observasi TTV
Lakukan tindakan sesuai prosedur aseptic
Kolaborasi pemberian obat antibiotik
3. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus, perubahan dinding
endometrium dan jalan lahir
Tujuan : nyeri berkurang
Tindakan :
Kaji skala nyeri
Anjurkan pasien untuk bedrest total
Berikan pasien posisi yang nyaman
Kolaborasi pemberian obat analgetik
Resiko syok hipofolemik berhubungan dengan perdarahan pervaginam
Tujuan : syok dapat dicegah
Tindakan :
Observasi perdarahanObservasi TTV
Anjurkan pasien untuk bedrest total
Kolaborasi pemberian obat anti koagulan
5. Berduka berhubungan dengan kehilangan
Tujuan : pasien dan keluarga tabah menghadapi kenyataan kehilangan
Tindakan :
Beri dorongan klien dan keluarga untuk dapat menerima keadaan
Memotivasi pasien dan keluarga untuk tabah dan sabar
Bila berlebihan kolaborasi untuk konsultasi dengan psikolog
tag : askep abortus, asuhan keperawatan abortus, pathway abortus, abortus kompletus, abortus
inkompletus, abortus imminen, abortus insipien, abortus infeksiousus, Missed abortion
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, R.Sinopsis obstetri:obstetri operatif, obstetri sosial. editor, Delfi Lutan Ed.2. EGC
Jakarta 1998.
Ida bagus gde manuaba. Ilmu kebidanan,penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan
kebidanan.EGC Jakarta 1998.
Sarwono prawiroharjo. Ilmu kebidanan. Editor, Hanifa wiknjosastro. Ed.3 Yayasan Bina Pustaka
Jakarta 1999.
Sarwono prawiroharjo. Ilmu Kandungan. Editor, Hanifa wiknjosastro. Ed.3 Yayasan Bina Pustaka
Jakarta 1997.
Linda Wheeler.Buku Saku Perawatan prenatal & Pasca Partum. EGC. Jakarta 2003.
FKUNPAD, Obstetri Patologi.Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUNPAD Bandung 1999
Varney, H. Buku Saku Bidan. Editor, Alfrina Hany EGC Jakarta 2001
Doenges, M.Rencana maternal/bayi; Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan
Klien.ed.2 EGC Jakarta 2001.
Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, Media Aesculapius
Jakarta 2000.
Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Editor, Renata Komalasari Ed.4. EGC. Jakarta. 2004
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama : Ny.”R” Nama suami : Tn.”R”
Umur : 37 tahun Umur : 39 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswsta
Alamat : Ngulak 3
2. Alasan Datang
Tanggal 1 Juni 2010 pukul 13.00 WIB Os Masuk Rumah Sakit,mengaku hamil 2 bulan anak ke-
6 Ibu mengeluh keluar darah pervaginam sejak sore kemarin, darah bergumpal-gumpal. Ganti
pembalut ± 6 kali atau ganti kain ± 4 kali sehari.
3. Data Kebidanan
a. Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun Warna : Merah Kehitaman
Siklus : 28 hari Jumlah : 2x ganti pembalut
Lamanya : 7 hari Dismenorhoe : (-)
b. Riwayat Perkawinan
Kawin : 1x dengan suami sekarang
Lamanya : 25 tahun
Umur waktu kawin : 12 tahun
c. Riwayat Kehamilan, Persalinan,dan Nifas yang lalu

Tahun Anak
Umur Persa Nifas/
Jenis Ditolong
NO Kehamilan Persalinan Oleh Penyulit linan Laktasi JK PB BB

1 Aterm Spontan Bidan – – – – – –


2 Aterm Spontan Bidan – 1986 Baik Lk 47 3000
3 Aterm Spontan Bidan – 1989 Baik Pr 48 2800
4 Aterm Spontan Bidan – 1992 Baik Pr 49 2900
5 Aterm Spontan Bidan – 1995 Baik Pr 48 3250
6 Ini

d. Riwayat Kehamilan Sekarang


HPHT : 29-03-2010 Tablet FE :–
TP : 05-01-2011 ANC : 1x Kebidan
Usia Kehamilan : 9 minggu 1 hari TT :–
Keluhan selama hamil
TM I : Tidak ada
TM II : Tidak ada
TM III : Tidak ada
4. Riwayat KB
Pernah mendengar tentang KB : Pernah
Pernah menjadi akseptor KB : Pernah
Jenis kontrasepsi yang terakhir digunakan : Suntik
Lama menjadi akseptor KB : 12 tahun(pil), 2 tahun (suntik)
Alasan berhenti : Ibu tahu ia hamil
5. Data Kesehatan
a. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita pasien
Menahun ( TBC, jantung, hipertensi ) : tidak ada
Menular ( TBC, HIV/AIDS, sifilis ) : tidak ada
Keturunan ( hipertensi, DM, jantung ) : tidak ada
b. Riwayat penyakit yang diderita keluarga
Menahun ( TBC, jantung, hipertensi ) : tidak ada
Menular ( TBC, HIV/AIDS, sifilis ) : tidak ada
Keturunan ( hipertensi, DM, jantung ) : tidak ada
c. Riwayat operasi yang pernah dijalani
SC : tidak ada
Appendiksitis : tidak ada
d. Riwayat keluarga / keturunan
Gemelli : tidak ada
6. Pola kebiasaan sehari – hari
a. Pola Nutrisi

Sebelum hamil Selama hamil

Pagi : 1 piring nasi+1 butir Pagi: 1/5 piring nasi + dan air teh
telur hangat

Siang: 1 piring nasi+1 Siang: sepiring nasi + 1 mangkuk


mangkuk sayur+tahu sayur + 1 potong ikan goreng

Malam: 1 piring nasi+1 Malam: 1/5 piring nasi dan


mangkuk sayur+tahu semangkuk sayur asam

Minum : 8 gelas / hari Minum : 10 gelas/ hari

b. Pola Aktivitas dan Istirahat

Sebelum hamil Selama hamil

Tidur siang : – Tidur siang :

Tidur malam: 7 jam / hari Tidur malam: 7 jam / hari

Aktivitas : IRT Aktivitas : IRT

c. Pola Eliminasi

Sebelum hamil Selama hamil

– BAB – BAB
Frekuensi : 2x /hari Frekuensi : 2 x /hari
Warna : kuning Warna : kuning
Konsistensi : lembek Konsistensi : lembek
Penyulit : tidak ada Penyulit : tidak ada

– BAK – BAK
Frekuensi : 2x / hari Frekuensi : 3x / hari
Warna : kuning Warna : kuning
Penyulit : tidak ada Penyulit : tidak ada

d. Personal Hygiene

Sebelum hamil Selama hamil

Mandi : 2 x /hari
Mandi : 2 x /hari
Gosok gigi : 2 x /hari
Gosok gigi : 2 x /hari
Ganti pakaian dalam : 3 x /hari
Ganti pakaian dalam :2 x /hari (sehabis mandi),ganti jika
(sehabis mandi) lembab

7. Data Psikososial
Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : baik
Tanggapan ibu, suami, dan keluarga terhadap kehamilan ini : senang
Pengambil keputusan dalam keluarga : musyawarah
Adat / kebiasaan yang mempengaruhi kehamilan : tidak ada
Rencana tempat bersalin : rumah sakit
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a) TB : 150 cm d) Tanda-tanda vital
b) BB KU : sedang
Sebelum Hamil : 54 kg Kesadaran : Compos Menthis
Sekarang : 54 kg TD : 130/80 mmhg
c) LILA : 23,5 cm Pulse : 84 x/ menit
Suhu : 36,9 ◦C
RR : 23 x/ menit
2. Pemeriksaan Kebidanan
a. inspeksi
Kepala
Rambut : Bersih dan tidak rontok
Hidung : Tidak ada polip
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : Tidak ada caries
Muka : Tidak ada cloasmagravidarum
Leher
Pembengkakan kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada pembesaran
Pembengkakan kelenjar lymfe : Tidak ada pembengkakan
Dada
Mammae : Simetris
Areola mammae : Hyperpigmentasi
Puting susu : Menonjol
Colostrums : (-)
Abdomen
Pembesaran : Simetris
Striae livide : Tidak ada
Linea nigra : Ada
Luka bekas operasi : Tidak ada
Genetalia eksterna : tidak ada oedema, tidak ada varises dan keluar darah pada
vagina seperti ati ayam (gumpalan)
Ekstremitas
Atas : simetris, tidak ada oedema
Bawah : simetris, tidak ada oedema, tidak ada varises
b. Palpasi
Tinggi Fundus Uteri : tidak teraba
Nyeri tekan :(–)
c. Perkusi : tidak dilakukan
3. Pemeriksaan Penunjang
– Lab
Darah
HB : 9,6 gr %
Gol darah :A
Urine
PT :+
Protein : tidak dilakukan
USG : terlihat adanya sisa janin dalam cavum uteri.
4. Therapy
Pre operasi
Misoprostol 2×2 tab
Post operasi
Amoxicillin 3×1 tab
Mefenamat acid 3 x 1 tab
Methargin 3×1 tab
III. ANALISA DATA
Diagnosa : Abortus inkomplet
Masalah : Ibu merasa nyeri dan sakit pada daerah bawah perut
Keluar gumpalan darah seperti hati ayam
Kebutuhan : – KIE mengatasi nyeri
– KIE pola nutrisi
– KIE pada ibu tentang tanda bahaya apabila keluar darah lebih banyak
– KIE pada ibu tentang penyakitnya dan tindakan yang akan dilakukan
1V. PERENCANAAN
1. Informed consent
2. Observasi tanda vital ibu
3. Observasi perdarahan
4. Pemasangan Infus RL Gtt xx x/m
5. Persiapan pemeriksaan laboratorium
6. Memberikan semangat dan keyakinan kepada ibu bahwa operasi akan berjalan lancar.
7. Persiapan operasi dari pihak pasien, dokter, alat, dan tempat.
8. Memberi tahu ibu bahwa ibu harus puasa sebelum dan sesudah operasi
9. Memberi tahu ibu tentang tindakan operasi.
V. IMPLEMENTASI
1. Melakukan informed consent kepada keluarga sebelum operasi
2. Melakukan observasi tanda vital ibu
3. Melakukan observasi perdarahan
4. Mengambil sampel darah untuk di uji lab.
5. Pemasangan infuse dengan gtt xx x/ menit
6. Menjelaskan kepada ibu mengenai prosedur operasi
7. Melakukan persiapan operasi
8. Manganjurkan keluarga Ibu untuk memberikan semangat dalam menghadapi operasi.
VI. EVALUASI
1. Inform consent telah dilakukan dan keluarga setuju.
2. Hasil Observasi keadaan ibu,
KU : Sedang
Kesadaran : CM
Vital sign pukul 13.00 wib
TD : 130/70 mmHg
Pulse : 102x/ menit
RR : 24x/ menit
Suhu : 37,5 C
Vital sign pukul 18.00 wib
TD :130/90 mmHg
Pulse : 110 x/m
RR : 26 x/m
Suhu : 37 C
Vital sign pukul 23.00 wib
TD :120/80 mmHg
Pulse :100 x/m
RR :28 x/m
Suhu :36,5 C
3. Perdarahan tidak aktif
4. Ibu mulai puasa pre operasi sejak pukul 15.00 wib
5. Hasil lab telah diketahui
Hb : 9,6 gr %
Golongan darah :A
6. Infuse telah terpasang pukul. 15.00 WIB
7. Bedrest telah dilakukan ibu
8. Opersai dilakukan mulai pukul 23.30 wib sampai selesai pukul 23.40 wib
DATA PERKEMBANGAN PADA TANGGAL 1 JUNI 2010 PUKUL : 23.45 wib
DATA SUBJEKTIF : Ibu masih dalam pengaruh diazepam.
DATA OBJEKTIF :
Keadaan umum : sedang
Vital sign
TD : 110/70 mmHg
Pulse : 78x/ menit
RR : 20x/ menit
Suhu : 36,5 C
ANALISA
– Diagnosa : P4A0 Post kuretase atas indiksasi abortus incompletus
– Masalah: : ibu merasa lemas karena masih pengaruh diazepam.
– Kebutuhan : – KIE Perbaikan KU ibu
– KIE tentang nutrisi ibu
PERENCANAAN
1. Mengobservasi Tanda-tanda vital Ibu
2. Melakukan observasi perdarahan
3. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi obat.
EVALUASI
1. Observasi keadaan ibu,
Vital sign
TD : 130/80 mmHg
Pulse : 84x/ menit
RR : 23x/ menit
Suhu : 36 C
2. Perdarahan tidak aktif
3. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi:
– Infus RL masih terpasang gtt xx x/menit
4. Setelah diberikan terapi, KU Ibu membaik
DATA PERKEMBANGAN TANGGAL 02 JUNI 2010
SUBJEKTIF : ibu merasa sakit yang hebat pada bagian bawah perutnya.
OBJEKTIF :
Pukul 00.00 WIB
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign :
● TD : 120/70 mmHg
● Nadi : 88 x/menit
● Suhu : 36,7
● RR : 20 x/menit
Pukul. 06.00 WIB
● TD : 110/80 mmHg
ASSESMENT :
– Diagnosa : P4A0 post kuret hari ke-1 atas indikasi inkomplet
– Masalah : Ibu masih merasa lemas setelah kuretase
– Kebutuhan : -KIE tentang Nutrisi
-KIE tentang istirahat
PLANNING
1. Observasi TVI,perdarahan
2. Mobilisasi dini
3. IVFD RL gtt XX tetes/menit
4. Therapy oral diteruskan
IMPLEMENTASI
1. Observasi TVI dilakukan pada pukul 00.00 wib
2. Menganjurkan Ibu mobilisasi
3. IVFD RL gtt XX tetes/menit
4. Memberikan Therapy oral
EVALUASI
1. hasil tanda vital Ibu :
Pukul 00.00 WIB
K eadaan umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign
● TD : 120/70 mmHg
● Nadi : 88 x/menit
● Suhu : 36,7
● RR : 20 x/menit.
2. Ibu mampu melakukan mobilisasi.
3. IVFD RL gtt xx tetes/menit telah dilakukan.
4. Therapy oral telah diberikan.
Amoxicillin 3×1 tab
Mefenamat acid 3 x 1 tab
Methargin 3×1 tab
ASKEP ABORTUS
Maret 7, 2012 oleh eviesetya
ASKEP ABORTUS
A. PENGERTIAN
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan
berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (IKPK dan KB,
1992).
Abortus atau keguguran dibagi menjadi
1. Berdasarkan kejadiannya
a. Abortus spontan terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri
b. Abortus buatan sengaja dilakukan sehingga kehamilan diakhiri. Upaya menghilangkan konsepsi
dapat dilakukan berdasarkan :
Indikasi medis
Yaitu menghilangkan kehamilan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu. Indikasi tersebut
diantaranya adalah penyakit jantung, ginjal, atau penyakit hati berat dengan pemeriksaan
ultrasonografi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim.
Indikasi social
Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek social, menginginkan jenis kelamin tertentu,
tidak ingin punya anak, jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil dan kehamilan
yang tidak diinginkan.
2. Berdasarkan pelaksanaanya
Abortus buatan teraupetik. Dilakukan oleh tenaga medis secara legalitas berdasarkan indikasi
medis
Abortus buatan illegal yang dilakukan tanpa dasar hokum atau melawan hokum (Abortus
Kriminalis).
3. Berdasarkan gambaran klinis
Keguguran lengkap (abortus kompletus), semua hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya.
Keguguran tidak lengkap (abortus inkompletus), sebagian hasil konsepsi masih tersisa dalam
rahim yang dapat menimbulkan penyulit.
Keguguran mengancam (abortus imminen), abortus ini baru dan masih ada harapan untuk
dipertahankan.
Keguguran tak terhalangi (abortus insipien), abortus ini suadah berlangsung dan tidak dapat
dicegah atau dihalangi lagi.
Keguguran habitualis, abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi sekurang-kurangnya
3 kali.
Keguguran dengan infeksi (abortus infeksiousus), keguguran yang disertai infeksi sebagian besar
dalam bentuk tidak lengkap dan dilakukan dengan cara kurang legeartis.
Missed abortion, keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22, tetapi tertahan dalam
rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
B. ETIOLOGI
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang
berpengaruh adalah :
a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan
kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
Faktor kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks
Faktor lingkungan endometrium terjadi karena endometrium belum siap untuk menerima
implantasi hasil konsepsi.selain itu juga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terlalu
pendeknya jarak kehamilan.
Pengaruh luar
Infeksi endometrium
Hasil konsepsi yang dipengaruhi oleh obat dan radiasi
Faktor psikologis
Kebiasaan ibu (merokok, alcohol, kecanduan obat)
b. Kelainan plasenta
Infeksi pada plasenta
Gangguan pembuluh darah
Hipertensi
c. Penyakit ibu
Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis
Anemia
Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM
Kelainan rahim
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta,
yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2.
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang
menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut
karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil
konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya :
Sedikit-sedikit dan berlangsung lama
Sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan
Akibat perdarahan, dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis
dan daerah ujung (akral) dingin.
DOWNLOAD Pathway Abortus
Klik DISINI
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada abortus Imminen :
Terdapat keterlambatan dating bulan
Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi
otot rahim
Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih
tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim
Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
Tanda dan gejala pada abortus Insipien :
Perdarahan lebih banyak
Perut mules atau sakit lebih hebat
Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau
hasil konsepsi dapat diraba
Tanda dan gejala abortus Inkomplit :
a. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi
d. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)
Tanda dan gejala abortus Kompletus :
Uterus telah mengecil
Perdarahan sedikit
Canalis servikalis telah tertutup
Tanda dan gejala Missed Abortion :
Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin
Buah dada mengecil kembali
E. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
Diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :
1. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang abortus
Tujuan : kecemasan ibu berkurang
Tindakan :
Lakukan komunikasi terapetik dengan pasien
Berikan informasi tentang abortus
Yakinkan pasien tentang diagnosa
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pendarahan pervaginam
Tujuan : infeksi dapat dicegah
Tindakan :
Observasi perdarahan
Observasi TTV
Lakukan tindakan sesuai prosedur aseptic
Kolaborasi pemberian obat antibiotik
3. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus, perubahan dinding
endometrium dan jalan lahir
Tujuan : nyeri berkurang
Tindakan :
Kaji skala nyeri
Anjurkan pasien untuk bedrest total
Berikan pasien posisi yang nyaman
Kolaborasi pemberian obat analgetik
Resiko syok hipofolemik berhubungan dengan perdarahan pervaginam
Tujuan : syok dapat dicegah
Tindakan :
Observasi perdarahanObservasi TTV
Anjurkan pasien untuk bedrest total
Kolaborasi pemberian obat anti koagulan
5. Berduka berhubungan dengan kehilangan
Tujuan : pasien dan keluarga tabah menghadapi kenyataan kehilangan
Tindakan :
Beri dorongan klien dan keluarga untuk dapat menerima keadaan
Memotivasi pasien dan keluarga untuk tabah dan sabar
Bila berlebihan kolaborasi untuk konsultasi dengan psikolog
tag : askep abortus, asuhan keperawatan abortus, pathway abortus, abortus kompletus, abortus
inkompletus, abortus imminen, abortus insipien, abortus infeksiousus, Missed abortion
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, R.Sinopsis obstetri:obstetri operatif, obstetri sosial. editor, Delfi Lutan Ed.2. EGC
Jakarta 1998.
Ida bagus gde manuaba. Ilmu kebidanan,penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan
kebidanan.EGC Jakarta 1998.
Sarwono prawiroharjo. Ilmu kebidanan. Editor, Hanifa wiknjosastro. Ed.3 Yayasan Bina Pustaka
Jakarta 1999.
Sarwono prawiroharjo. Ilmu Kandungan. Editor, Hanifa wiknjosastro. Ed.3 Yayasan Bina Pustaka
Jakarta 1997.
Linda Wheeler.Buku Saku Perawatan prenatal & Pasca Partum. EGC. Jakarta 2003.
FKUNPAD, Obstetri Patologi.Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUNPAD Bandung 1999
Varney, H. Buku Saku Bidan. Editor, Alfrina Hany EGC Jakarta 2001
Doenges, M.Rencana maternal/bayi; Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan
Klien.ed.2 EGC Jakarta 2001.
Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, Media Aesculapius
Jakarta 2000.
Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Editor, Renata Komalasari Ed.4. EGC. Jakarta. 2004

Vous aimerez peut-être aussi