Vous êtes sur la page 1sur 26

Pengelolaan Asuhan ANC, INC, PNC dan KB di Komunitas, Serta Membangun Jaringan Kerja Untuk

Kelancaran Asuhan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hubungan interaksi antara bidan dan pasiennya dilakukan melalui pelayanan kebidanan. Pengertian
pelayanan kebidanan di sini adalah segala aktifitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan
pasiennya dari gangguan kesehatan. Peran dan fungsi bidan diimplementasikan dalam bentuk pelayanan
kebidanan. Tujuan dari pelayanan kebidanan adalah komunitas adalah meningkatnya kesehatan ibu,
anak dan balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat dan sejahtera di dalam komuniti
tertentu. Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan kelompok masyarakat (komuniti).

Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.


Manajemen kebidanan adalah metode asuhan atau pelayanan yang dilakukan oleh bidan untuk
menyelamatkan pasien dari gangguan kesehatan yang dapat membahayakan hidupnya. Didasarkan pada
upaya tersebut, maka kegiatan pelayanan komunitas yang dilakukan oleh bidan adalah:

· Penyuluhan dan nasehat tentang kesehatan.

· Pemeliharaan kesehatan ibu dan balita.

· Perbaikan gizi dan keluarga.

· Imunisasi pada ibu dan anak.

· Pertolongan persalinan di rumah.

· Pelayanan keluarga berencana.

Dalam kesempatan kali ini, kami mencoba menguraikan mengenai pelayanan kebidanan komunitas
dalam hal Antenatal Care, Intranatal care, Postnatal Care, dan Keluarga berencana.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelayanan kebidanan komunitas dalam hal Antenatal Care

2. Bagaimana pelayanan kebidanan komunitas dalam hal Intranatal Care

3. Bagaimana pelayanan kebidanan komunitas dalam hal Poastnatal Care


4. Bagaimana pelayanan kebidanan komunitas dalam hal KB

5. Apa yang dimaksud dengan membangun jaringan kerja untuk kelancaran asuhan

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pelayanan kebidanan komunitas dalam hal Antenatal Care

2. Untuk mengetahui pelayanan kebidanan komunitas dalam hal Intranatal Care

3. Untuk mengetahui pelayanan kebidanan komunitas dalam hal Poastnatal Care

4. Untuk mengetahui pelayanan kebidanan komunitas dalam hal KB

5. Untuk mengetahui tentang cara membangun jaringan kerja untuk kelancaran asuhan
BAB II

PEMBAHASAN

PENGELOLAAN ASUHAN ANC, INC, PNC, DAN KB DI KOMUNITAS

2.1 Pengertian

Asuhan kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan pada masyarakat
dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal
melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan kebidanan (spradly, 1985: Logan dan Dawkin, 1987)

Pada prinsipnya asuhan kebidanan yang diberikan di komunitas sama dengan asuhan kebidanan di klinik,
baik yang diberikan di Puskesmas ataupun Rumah Sakit, tetapi asuhan kebidanan komunitas lebih
memanfaatkan sumber daya dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat.

2.1.1 Pengelolaan Asuhan ANC di Komunitas

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Melakukan anamnesis secara lengkap.


2. Melakukan pemeriksaan yang diperlukan seperti: pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetri dan
pemeriksaan penunjang pada ibu hamil.

3. Menggunakan seluruh keterampilan bidan bukan hanya untuk memberi asuhan pada keadaan fisik
normal tetapi juga membantu ibu beradaptasi dengan perubahan karena kehamilam dam kesiapan
menjadi ibu.

4. Mendorong ibu untuk membicarakan tentang perasaan, kecemasannya dengan suasana yang
mendukung dan terjamin kerahasiaannya.

5. Memberikan konseling sesuai kebutuhan seperti konseling tentang: persiapan persalinan, tanda
bahaya kehamilan, hubungan seksual selama kehamilan.

6. Memberi edukasi tentang IMD dan ASI Eksklusif serta KB.

7. Memberikan edukasi tentang KB (KB pasca bersalin).

8. Yakinkan bahwa ibu berada dalam kondisi aman untuk bersalin di rumah bersalin/pondok bersalin.

9. Memberikan edukasi tentang asupan gizi selama kehamilan.

10. Memberikan suplemen tablet Fe dan suntikan TT.

11. Mendorong ibu untuk melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali.

12. Memberikan buku KIA disertai penjelasannya.

13. Jika memungkinkan selama kehamilannya ibu dapat bertemu dengan semua bidan yang akan
menolongnya di kamar bersalin dan postpartum.

14. Bidan melakukan penanganan awal kegawatdaruratan.

15. Bidan merujuk ke fasilitas kesehatan yang lengkap bila ada komplikasi.

16. Melakukan pendokumentasian terhadap semua asuhan yang diberikan.

Penyebab ibu tidak ANC

1. kurang pengetahuan dan pendidikan.

2. Kurang motivasi.

3. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang kurang mendukung.

4. Fasilitas kesehatan yang sulit diakses.


Upaya mengatasi rendahnya ANC

1. memberikan penyuluhan tentang pentingnya ANC.

2. Melakukan kunjungan rumah.

3. Mengidentifikasi masalah tidak ANC dan mencari pemecahannya.

4. Membentu ibu untuk merencanakan upaya-upaya pemecahan selanjutnya.

5. Bekerjasama dengan kader, tokoh masyarakat untuk memotivasi ibu hamil dan keluarga agar peduli
terhadap kehamilannya.

Pelaksanaan ANC di Rumah

1. bidan harus mempunyai data keberadaan ibu hamil di wilayah kerjanya.

2. Bidan mengidentifikasi budaya, tradisi yang ada di lingkungan ibu hamil, baik yang mendukung atau
menghambat kesehatan.

3. Bidan mengidentifikasi apakah ibu hamil memeriksakan kehamilannya dengan teratur atau tidak.

4. Sebelum ke rumah klien, bidan menentukan dahulu kapan bisa berkunjung (kontrak waktu: tanggal,
hari dan jam), diusahakan tidak mengganggu aktivitas ibu hamil dan keluarga.

5. Saat kunjungan rumah lakukan pemeriksaan sesuai standar, kemudian mengidentifikasi lingkungan
rumah bila ibu mempunyai rencana untuk melahirkan di rumah.

6. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan sesuai dengan kebutuhan termasuk dalam
persiapan menghadapi komplikasi dan kegawatdaruratan (P4K/ Program Persiapan dan Penanganan
Komplikasi).

7. Mempersiapkan ibu dan suami untuk menjadi orang tua (parentcraf education).

8. Penyuluhan dan konseling untuk persiapan persalinan dan penanganan komplikasi, perencanaan
kontrasepsi, pelaksanaan inisiasi menyusui dini dan pemberian ASI Eksklusif.

Pemilihan tempat dan penolong persalinan

Yang perlu diperhatikan:

1. Penentuan tempat dan penolong persalinan ditentukan oleh ibu dan keluarga sesuai dengan
kondisi:

a. Riwayat kesehatan dan kebidanan yang lalu.


b. Keadaan kehamilan saat ini.

c. Pengalaman melahirkan sebelumnya.

d. Ketersediaan tempat tidur, kondisi rumah, air bersih dsb.

e. Akses terhadap fasilitas rujukan.

2. memastikan ibu merasa aman dan nyaman selama proses persalinan.

3. Mengorientasikan ibu ke tempat persalinan sesuai pilihannya

Persiapan Persalinan

Pada hakikatnya, ANC yang dilakukan seorang bidan adalah agar bersama-sama dengan ibu hamil dan
suami atau keluarganya membuat perencanaan dan persiapan persalinan untuk menjamin terlaksananya
persalinan yang bersih dan aman. Dalam perencanaan tersebut perlu disertakan perencanaan
menggunakan alat kontrasepsi pasca persalinan.

Hal-hal penting yang perlu didiskusikan dengan ibu dan keluarganya, yaitu:

1. Membuat perencanaan persalinan yang ditetapkan:

a. Tempat persalinan

b. Tenaga penolong persalinan (bidan atau dokter)

c. Bagaimana menjangkau tempat persalinan

d. Siapa yang akan mendampingi selama persalinan

e. Besarnya biaya persalinan yang dibutuhkan dan cara memperolehnya

f. Siapa yang akan mengurus keluarga saat ibu tidak di rumah

g. Apakah rencana metode kontrasepsi pasca persalinan

2. Membuat rencana pengambilan keputusan penanganan kasus gawat darurat termasuk


pengambilan keputusan jika pengambil keputusan utama dalam keluarga tidak ada di tempat.

Yang perlu dibicarakan:

a. Siapa yang membuat keputusan tentang rujukan ibu jika diperlukan

b. Siapa pengambil keputusan utama dalam keluarga


c. Siapakan yang boleh mengambil keputusan jika pengambil keputusan utama dalam keluarga tidak
ada ditempat saat terjadi kasus gawat darurat

3. Mengatur sistem transportasi jika terjadi kasus gawat darurat, perencanaan ini perlu dipersiapkan
lebih awal selama kehamilan, meliputi:

a. Dimanakah ibu akan melahirkan (polindes, rumah sakit, rumah bersalin)

b. Bagaimana caranya menjangkau tingkat pelayanan yang lebih lengkap jika terjadi gawat darurat

c. Ke fasilitas kesehatan manakah sang ibu harus dirujuk

d. Bagaimana caranya memperoleh pembiayaan jika terjadi gawat darurat

e. Bagaimana caranya memperoleh donor darah yang potensial

4. Membuat rencana tabungan

Pihak keluarga harus didorong untuk menabung sehingga dana yang dibutuhkan dapat tersedia untuk
perawatan rutin selama kehamilan dan kasus gawat darurat. Pengalaman menunjukkan bahwa banyak
ibu-ibu yang tidak mau mencari pertolongan lanjutan atau dirujuk karena tidak memiliki dana yang
cukup. Bidan perlu mengupayakan dibentuknya suatu sistem untuk mendukung upaya menyelamatkan
ibu hamil atau melalui seseorang di lingkungan tersebut yang bisa mengorganisir pengadaan dukungan
finansial untuk ibu jika diperlukan, misalnya dalam bentuk “tabungan bu bersalin” (tabulin).

5. Menyiapkan peralatan untuk melahirkan

Seorang ibu dan keluarganya dapat menyiapkan persalinannya secara bersama-sama menyiapkan
peralatan seperti popok atau baju, sabun, kain untuk bayi dan disimpan sebagai persiapan untuk
persalinan.

6. Memfasilitasi ibu dan keluarga untuk mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan

2.1.2 Pengelolaan Asuhan INC di Komunitas

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan perslinan yang aman yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten seperti: dokter spesialis kandungan dan bidan.

Keunggulan Prtolongan Persalinan di Bidan praktik mandiri (BPM) atau rumah bersalin (RB)

Keunggulan

Kelemahan

1. Suasana rileks, bersahabat


2. Pelayanan berkesinambungan

3. Lebih diterima ibu dan keluarga

4. Mudah memperoleh fasilitas emergency

1. Keterbatasan alat-alat untuk mengatasi komplikasi

2. Lebih mahal

Persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan/BPM

1. Sejak awal kehamilan, rencana persalinan sudah dibicarakan lebih rinci pada akhir kehamilan.

2. Pasien dapat melihat tempat dimana dia merencanakan akan bersalin.

Perlengkaan peralatan (disiapkan oleh keluarga)

1. Untuk pertolongan persalinan seperti: selimut, pakaian ganti, pembalut.

2. Untuk bayi: handuk, pakaian, topi dan selimut.

Tindakan dalam menghadapi kasus kegawatdaruratan

1. Stabilisasi kondisi klien.

2. Lakukan rujukan dengan tepat dan cepat.

3. Menggunakan prinsip BAKSOKUDA

a. B (Bidan): Pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan memiliki
kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan.

b. A (Alat): Bawa alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan seperti spuit, infus set, tensimeter, dan
stetoskop.

c. K (Keluarga): Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir klien dan alasan mengapa klien dirujuk.

d. S (Surat): Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi klien, alasan rujukan, uraian hasil
rujukan, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu.

e. O (Obat): Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk.


f. K (Kendaraan): Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan klien dalam kondisi yang
nyaman dan mencapai tempat rujukan dalam waktu yang cepat.

g. U (Uang): Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat
dan bahan kesehatan yang diperlukan ditempat rujukan.

h. DA (Darah): Siapkan donor darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi darah apabila
terjadi perdarahan.

4. Melibatkan keluarga dan masyarakat dalam proses rujukan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pertolongan persalinan (dalam bentuk catatan/tulisan)

1. Keluarga harus tahu dengan tepat kapan dan bagaimana menghubungi bidan.

2. Keluarga sebaiknya pernah bertemu dengan bidan dan mengetahui bagaimana cara mencapai
tempat bidan.

3. Bidan sebaiknya melakukan kunjungan untuk mengkaji situasi untuk mengantisipasi bila bidan
dipanggil oleh klien secara mendadak.

4. Bidan memberi informasi tentang tanda pasti persalinan.

5. Selalu memberikan dukungan emosional dan fisik termasuk mengatasi nyeri persalinan, suami
pasien dilibatkan untuk melakukan massage punggung ibu atau membantu mengubah posisi,
memberikan kompres air hangat/dingin dsb.

6. Observasi kondisi ibu dan bayi untuk melihat kemajuan persalinan dan kondisi abnormal agar
persalinan berlangsung normal.

7. Perencanaan persalinan dan kelahiran dibicarakan secara rinci sebelum persalinan antara bidan, ibu
hamil dan keluarga.

8. Bila ada hal yang mungkin dapat menimbulkan komplikasi selama persalinan normal, sebaiknya
dibicarakan bersama keluarga, terutama dalam menghadapi kasus kegawatdaruratan.

9. Bidan sebaiknya selalu siap untuk dipanggil secara mendadak untuk menolong persalinan dan
situasi emergency.

10. Alat-alat dan obat harus selalu dicek tanggal kadaluarsa dan fungsinya.

11. Bidan melakukan asuhan persalinan sesuai standar.

12. Bidan selalu memperhatikan aspek tradisi dan budaya yang berlaku dan mendorong tradisi atau
budaya yang bermanfaat serta memberikan pengertian terhadap budaya atau tradisi yang tidak
bermanfaat.
2.1.3 Pengelolaan Asuhan PNC di Komunitas

Setelah persalinan ibu mengalami perubahan anatomis dan fisiologis sesuai transisi tubuhnya. Perawatan
kesehatan yang paling baik untuk mendukung ibu menjalani tahap pengasuhan bayi ini adalah dengan
meningkatkan kemampuan ibu untuk merawat bayinya, memvalidasi pengaruh budaya/adat istiadat
yang penting bagi ibu dan keluarganya, memberi bimbingan dan konseling yang tepat dan mengkaji
status fisik serta psikososial ibu.

Selama beberapa jam pertama setelah melahirkan nadi dan tekanan darah harus diperiksa setiap 15
menit. Bila tanda vital telah stabil, pemeriksaannya dapat dilakukan setiap 4-8 jam sampai pemulangan
dari rumah sakit atau rumah bersalin atau selama dua hari pertama jika melahirkan dirumah.

Perdarahan pervaginam di evaluasi dengan mengobservasi raba selama masase fundus dan dengan
mengkaji jumlah darah. Bila ada trauma perineum atau terjadi edema, kompres perineum selama 24 jam
pertama untuk menurunkan ketidaknyamanan. Stimulasi dingin menghasilkan penurunan eksitabilitas
ujung saraf bebas dan menurunkan konduksi saraf yang menimbulkan peredaan nyeri dengan segera.

Penyembuhan sisi plasenta dan tempat trauma di vagina dan perineum adalah tempat potensial infeksi,
oleh karena itu, pemeriksaan internal harus diupayakan dan area perineum harus dipertahankan bersih
dan kering. Ibu dapat diinstruksikan untuk membersihkan area perineum dengan air hangat setelah
berkemih kemudian mengeringkan area tersebut dengan tissue dari depan ke belakang.

Bila ibu mengalami peningkatan rasa nyeri dibanding trauma perineumnya, bidan perlu memeriksa ibu
untuk menyingkirkan adanya hematoma. Selain itu bila perdarahan tampak banyak atau merembes
konstan khususnya pada uterus keras, pemeriksaan untuk menyingkirkan laserasi vagina dalam atau
serviks perlu dilakukan.

Ibu harus dianjurkan untuk berkemih dalam 4 jam pertama setelah melahirkan. Bila ia tidak mampu
berkemih atau bila ada distensi kandung kemih , kateterisasi harus dipertimbangkan. Bila mungkin ibu
harus dibantu untuk ke toilet untuk berkemih. Bila ia tidak dapat turun dari tempat tidur, gunakan
pispot.

Ambulasi dini dapat menurunkan risiko tromboflebitis, sehingga ibu harus dianjurkan untuk melakukan
ambulasi segera setelah merasa dapat melakukan aktifitasnya tanpa dibantu.

Kontinuitas perawatan dengan bidan memberi kesempatan untuk ibu mengungkapkan perasaannya.
Bidan juga memberikan bimbingan yang diperlukan untuk transisi normal menjadi peran ibu, termasuk
dukungan menjadi ibu serta bantuan dalam menyusui.

Prinsip Kunjungan Postpartum

1. Memiliki data jumlah ibu nifas


2. Pemantauan dilakukan minimal pada 6 jam pertama, hari ke 2, hari ke 6, 2 minggu dan 6 minggu

3. Memberikan asuhan postpartum sesuai dengan standar

4. Kaji permasalahan yang dihadapi oleh ibu

5. Asuhan yang diberikan harus sesuai kebutuhan ibu

6. Berbicara dengan bayi dan bereaksi dengan sabar ketika bayi menangis

7. Perlu melibatkan keluarga untuk: memberikan perhatian penuh baik verbal maupun non verbal,
siap siaga dan memberikan dukungan dalam beradaptasi dengan situasi baru

8. Memantau status mental ibu dan sikap terhadap bayinya, suami dan anak-anaknya

9. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai: gizi, kebersihan diri, pemberian ASI, senam nifas,
serta tanda bahaya masa nifas

10. Sebelum hari ke 10 bidan menindaklanjuti kesiapan pasangan untuk menggunakan kontrasepsi

a. Mendorong pasangan untuk berfikir positif tentang rencana kehamilan berikutnya

b. Membantu pasangan untuk memilih jenis kontrasepsi sesuai dengan kondisi

c. Mendorong pasangan untuk membicarakan awal hubungan seksual

11. Bidan juga perlu mengobservasi reaksi anggota keluarga lainnya

12. Siapkan waktu agar ibu dapat mengekspresikan perasaannya, kecemasan terhadap bayinya, anak-
anak lainnya dan hubungan antar mereka

13. Bidan mendengarkan, memberikan dorongan terus menerus, dan memberikan dukungan ekstra
kepada ibu yang kurang mendapat dukungan dari keluarga

14. Pada akhir setiap kunjungan, bidan melengkapi catatan termasuk saran-saran yang diberikan, untuk
mempermudah postpartum selanjutnya

15. Jika ada kelainan/penyimpangan bagi bayi maupun ibunya, anjurkan untuk segera ke RS

Bidan, dokter dan perawat yang merawat ibu selama periode perinatal ada dalam posisi untuk memberi
nasehat biasanya tercakup dalam upaya penyuluhan kesehatan sebelum pemulangan, yaitu :

1. Nutrisi

Diet seimbang yang baik diperlukan ketika ibu pulih dari upaya fisik melahirkan. Bila ibu menyusui
dianjurkan dietnya serupa dengan yang diperlukan ketika hamil (sedikitnya 1800 kcal/hari) (Food and
Nutrition Board, 1992). Untuk cairan kebanyakan praktisi menganjurkan sedikitnya minum 10 gelas atau
cairan nutrisi per hari. Protein membantu perbaikan jaringan, dan buah serta sayuran dan sumber serat
lain membantu kembalinya fungsi normal usus. Bila ibu anemia selama kehamilan berikan suplemen
multivitamin yang mengandung asam folat dan zat besi, disertai asupan makanan yang mengandung zat
besi

dan asam folat

2. Aktifitas

Tirah baring absolute tidak baik, karena peningkatan risiko masalah tromboembolik, ibu harus dianjurkan
beristirahat kapanpun bayi istirahat.

3. Perawatan Perineum

Ibu harus diberitahu untuk mencuci area perineum dengan air hangat dan mengeringkan dari depan ke
belakang setelah berkemih atau defekasi. Ibu harus dianjurkan untuk menghubungi pemberi perawatan
bila ada peningkatan nyeri di area insisi atau laserasi.

4. Perawatan Payudara

Ibu menyusui dapat diberitahu untuk mencuci putting hanya dengan air hangat dan mencuci tangan
mereka dalam persiapan menyusui. Bra yang baik member sokongan pada payudara tanpa ada area
tekanan atau kontriksi. Bimbingan antisispasi mengenai pembengkakan payudara dan tindakan untuk
menurunkan ketidaknyamanan harus diberi.

5. Seksualitas

Ibu harus diberitahu bahwa melakukan hubungan seksual adalah keputusan yang sangat individual
dengan rentang ekspresi normal. Umumnya, koitus dapat dilakukan kembali dengan aman ketika tidak
ada perdarahan vagina berwarna merah, ketika jahitan telah sembuh, dan ketika ibu secara emosional
merasa memerlukannya. Ibu yang menyusui harus diberi tahu bahwa lubrikasi vaginal dapat menurun
karena perubahan hormonal. Ibu harus diberitahu bahwa bila mereka melakukan kembali hubungan
seksual sebelum pemeriksaan pascapartum 6 minggu, mereka harus memberitahu pemberi pelayanan
pada adanya area yang masih nyeri tekan atau tidak nyaman. Idealnya konseling dilakukan dengan
kehadiran pasangan.

6. Perubahan Emosi

Pemberi pelayanan harus mendiskusikan awitan normal “perasaan haru” dan terjadinya depresi yang
lebih serius pada semua ibu. Ibu dapat diyakinkan tentang kenormalan perasaan tersebut, dan
diyakninkan bahwa kondisi tersebut dapat hilang dengan sendirinya. Depresi dan psikosis harus
dijelaskan sebagai kondisi serius yang memrlukan intervensi professional.

7. Tanda Bahaya Postpartum

Semua ibu harus diberitahu untuk menghubungi pemberi pelayanan mereka untuk

adanya hal-hal yang abnormal seperti berikut:


· Demam 38o C.

· Peningkatan perdarahan vagina yang tidak hilang dengan istirahat atau menyusui, penggantian
pembalut lebih dari 1 per jam, perubahan karakter lokia, termasuk berbau menyengat.

· Nyeri lokal pada salah satu atau kedua payudara.

· Nyeri diatas uterus.

· Nyeri saat berkemih.

· Nyeri tekan atau kemerahan diatas vena.

· Ketidakmampuan merawat diri sendiri atau bayi, depresi yang mempengaruhi aktivitas hidup
sehari-hari.

8. Perawatan tindak lanjut

Suatu rencana harus dibuat untuk pengkajian tindak lanjut oleh pemberi perawatan. Pemberi pelayanan
menemui klien untuk tindak lanjut pascapartum rutin dari 4-6 minggu setelah melahirkan.

setelah melahirkan.

2.1.4 Pengelolaan Asuhan KB di Komunitas

Pelayanan keluarga berencana diarahkan kepada keluarga yang secara sadar ingin mengatur kelahiran
anak mereka dan keluarga yang ingin menjarangkan dan memberhentikan kelahiran anak dengan alasan
kesehatan.

Di bawah ini adalah alasan-alasan yang mendorong ibu dalam mengikuti keluarga berencana:

· ibu menderita penyakit yang akan bertambah berat bila ia hamil.

· Ibu yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.

· Ibu yang memiliki anak lebih dari 5 orang.

· Keluarga dan anak yang bergizi buruk.

· Keluarga miskin.

Berikut ini ada pertimbangan dari berbagai jenis alat kontrasepsi sebagai rekomendasi :
1. Pantang Berkala 6. Kontrasepsi Oral

2. Metode Suhu Basal 7. Coitus Interuptus

3. MAL 8. Metode Barier

4. Kontrasepsi Suntik 9. Implan

5. AKDR 10. Kontrasepsi Mantap

Prinsip

1. Memliki data PUS dan WUS di wilayah kerja

2. Memiliki data PUS yang belum menjadi akseptor KB

3. Memiliki data PUS yang menjadi akseptor KB

4. Melakukan sosialisasi tentang KB pada PUS dan WUS

5. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat dalam mensosialisasikan KB

6. Bekerja sama dengan DinKes untuk pelayanan KB gratis

7. Melakukan informed choice dan informed consent untuk KB

8. Memberikan informasi tentang keuntungan dan kekurangan jenis alat kontrasepsi

9. Melakukan pemantauan terhadap akseptor KB

Kesehatan Reproduksi

Prinsip:

1. Melibatkan masyarakat dalam program kesehatan reproduksi (kespro) remaja

2. Melakukan penyuluhan kespro remaja

3. Advokasi masyarakat untuk mendukung program usia nikah yang sehat dan perencanaan kehamilan
yang sehat

4. Menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan dalam penyebarluasan program kesehatan


reproduksi

5. Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan pada pasangan yang memasuki masa
menopause/lansia

6. Melakukan IVA test


2.1.5 kunjungan Rumah

Kegiatan kunjungan bidan kerumah ibu hamil bertujuan membantu ibu hamil, suami, dan keluarganya
membuat perencanaan persalinan. Di samping itu, kunjungan rumah bertujuan membantu ibu saat masa
nifas dan suaminya untuk melaksanakan perencanaan penggunaan alat kontrasepsi setelah persalinan
sesuai dangan rencana yang telah disepakati bersama oleh pasangan tersebut. Kunjungan rumah adalah
suatu kegiatan yang penting dalam membina hubungan psikologis bidan dan ibu hamil, suami, dan
keluarganya unrtuk menyusun suatu persiapan / perencanaan persalinan.

Pelaksanaan kunjungan rumah dapat dilakukan sendiri oleh bidan ataupun didampingi oleh kader /
dukun bayi. Bidan perlu memperhatikan persiapan yang diperlukan dalam kunjungan rumah terutama
materi penyuluhan dan formulir yang akan digunakan untuk mengisi hasil kunjungan rumah.

Kegiatan ini dilakukan selam masa antenatal dan nifas minimal 3 kali: 1 kali pada trimester I, 1 kali pada
trimester III, dan 1 kali pada seminggu pertama masa nifas.

Tujuan kunjungan rumah:

Menjelaskan informasi tentang:

a. Persiapan persalinan yang aman.

b. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan

c. Metode KB, serta peran ibu, suamidan keluarga dalam pengambilan keputusan,

d. Kesetaraan gender.

Mengakses kesiapan ersalinan dirumah:

a. Rumah (Ruang tempat tidur, sumber air, peneranga, ventilasi, jamban, penunjang PI [ember,
pemutih, air panas]),

b. Ibu dan keluarga (dana, pakaian dan perlengkapanbayi, ketersediaan makanan, pengetahuan, tanda
tanda bahaya kehamilan),

c. Penolong persalinnan (bidan atau dukun dan siapa yang mandampingi),

d. Sosial (apakah ada dukungan dari keluarga terhadap kehamilan).

Pelaksanaan kunjungan rumah:

Mempelajari data ibu hamil / ibu bersalin / ibu masa nifasatau keluarga yang akan dikunjungi.

Menyimpan alat bantu, materi KIE, dam lain-lain.


Mengucapkan salam dan beramah-tamah.

Menyampaikan tujunan kedatangan.

Menjelaskan kepada ibu hamil pentingnya memeriksakan kehamilan ke bidan dan melakukan
pemeriksaan pelayanan antenatal. Mengajukan pertanyaan pada ibu hamil dan suami / keluarganya
apakah telah megerti tentang persiapan persaluinan yang bersih dan aman.

Membertahu kepada ibu hamil dan suami / keluarganya tentang persiapan persalinan yang meliputi;

a. Dana persalinan / rujuka, jika ibu tidak mampu upayakan ara memperoleh dana (melalui sistem
tertentu, seperti JPS atau kartu Gakin).

b. Pakaian dan perlengkapan bayi. Beri tahu ibu hamil mengenai perlengkapan yang diperlukan untuk
persalinan yag bersih dan aman.

c. Perlunya tersedia kapas, kassa, betadin, serta perlengkapan yang tepat pada saat persalinan
(selimut bayi, akin panjang ibu, gurita bayi / ibu) dan lain-lain.

d. Pengetahuan tanda-tanda bahya terutama perdarahan.

· Ibu hamil, suami, dan keluarganya harus merencanakan untuk mendapatkan transfusi darah, bila
transfusi diperlukan.

· Harus disepakati tentang bagaimana dan kemna rujukan ibu bila terjadi kegawatdaruratan ibu,
suami, dan keluarga semuanya harus setuju dengan perencanaan ini.

e. Penolong persalinan. Apakah bidan atau dukun dan siapa yang akan mendampingi persalinnannya.

Factor sosial. Bidan mengamati apakah ada dukungan dari keluarga terhadapkehamilan sekarang.

Melakukan asesmen ibu hamil dan suami / keluarga dirumahnya untuk persalinan yang meliputi:

a. Ruang tempat tidur / persalinan.

b. Sumber air.

c. Penerangan.

d. Jamban.

e. Ember, pemutih, air panas, pembuangan sampah / kesehatan lingkungan.

Mencatat proses keputusan untuk perencanaan persalinan dan KB ppasca persalinan.

Catat dan gunakan formulir “Rencan Persalinan” untuk memstikan bahwa semua persiapan persalinan
sudah dilakukan, dan catat rencana tindakan lanjut.

Proses pengambil keputusan dalam asuhan kebidanan:


Menggunakan berbagai sumber pengetahuan.

Berdasarkan keyakinan profesi.

Kemampuan berpikir kritis.

Membuat keputusan yang logis.

Proses asuhan kebidanan bersifat dinamis, betanggung jawab, mengantisipasi masalah potensial, dan
melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan. Kemampuan klinis kebidanan dan
kepemimpinan sebagai modal dasar atau utama. Kemahiran tersebut menciptakan peran khusus yang
berbeda dengan peran petugas kesehatan lainnya. Seorang bidan komunitas akan dituntut untuk
melakukan pelayanan sesuai dengan kemahirannyadan mengikuti standar praktik, kode etik, dan etika
profesi bidan. Disamping itu juga berperan sebagai penggerak dan pembaharuan dimasyarakat.

2.2 Membangun Jaringan Kerja untuk Kelancaran Asuhan

1. Pendidikan Lanjutan

Pendidikan Berkelanjutan adalah Suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, hubungan antar
manusia dan moral bidan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan / pelayanan dan standar yang telah
ditentukan oleh konsil melalui pendidikan formal dan non formal. Dalam mengantisipasi tingkat
kebutuhan masyarakat yang semakin bermutu terhadap pelayanan kebidanan, perubahan – perubahan
yang cepat dalam pemerintahan maupun dalam masyarakat dan perkembangan IPTEK serta persaingan
yang ketat di era global ini diperlukan tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan yang berkualitas baik
tingkat pengetahuan, ketrampilan dan sikap profesionalisme.

Pengembangan pendidikan kebidanan seyogyanya dirancang secara berkesinambungan, berjenjang dan


berlanjut sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup bagi bidan yang mengabdi ditengah – tengah
masyarakat. Pendidikan yang berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan profesionalisme bidan
baik melalui pendidikan formal, maupun pendidikan non formal.

Namun IBI dan pemerintah menghadapi berbagai kendala untuk memulai penyelenggaraan program
pendidikan tersebut. Pendidikan formal yang telah dirancang dan diselenggarakan oleh pemerintah dan
swasta dengan dukungan IBI adalah program D III dan D IV kebidanan. Pemerintah telah berupaya untuk
menyediakan dana bagi bidan di sektor pemerintah melalui pengiriman tugas belajar keluar negeri. Di
samping itu IBI mengupayakan adanya badan – badan swasta dalam dan luar negeri khusus untuk
program jangka pendek. Selain itu IBI tetap mendorong anggotanya untuk meningkatkan pendidikan
melalui kerjasama dengan universitas di dalam negeri Skema pola pengembangan pendidikan kebidanan.

2. Job fungsional
Job fungsional (jabatan fungsional) merupakan kedudukan yang menunjukkan tugas, kewajiban, hak
serta wewenang pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya diperlukan keahlian tertentu
serta kenaikan pangkatnya menggunakan angka kredit. Jenis jabatan fungsional dibidang kesehatan yaitu
Dokter, Dokter gigi, Perawat, Bidan, Apoteker, Asisten apoteker, Pengawas farmasi makanan dan
minuman, Pranata laboratorium, Entomolog, S3 Kebidanan,S2 Kebidanan, S1 Kebidanan, D III Kebidanan,
D IV, Bidan pendidik, Epidemiolog, Sanitarian, Penyuluhan kesehatan masyarakat, Perawat gigi,
Administrator kesehatan, Nutrisionis.

Ø Bekerja di Komunitas dan Jaringan Kerja Kebidanan Komunitas

Bidan yang bekerja di komunitas membutuhkan suatu kemitraan yang berguna untuk pengambilan
keputusan secara kolaboratif dalam rangka meningkatkan kesehatan dan memecahkan masalah-masalah
kesehatan ibu dan anak. Kemitraan dibentuk dengan klien, keluarga, dan masyarakat. Keterlibatan
komponen tersebut sangat penting demi keberhasilan upaya-upaya kesehatan yang dilakukan oleh
kebidanan di komunitas.

Program kemitraan komunitas mencakup konsep pemberdayaan dan pengembangan komunitas.


Kemitraan adalah proses kompleks sebagai upaya untuk mengarahkan para akademisi, pemuka
masyarakat, dan pemberi pelayanan kesehatan untuk bersama-sama mencapai perubahan. Unsur yang
penting dalam menjalin jaringan kerja di komunitas atau kemitraan adalah sensitivitas terhadap aspek
kultural, yang berarti bahwa pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan persepsi masyarakat.

Ada sepuluh layanan kesehatan komunitas yang sangat penting dan dapat digunakan untuk menjamin
praktik kebidanan komunitas yang komprehensif :

1. Memantau status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan melalui pengkajian


komunitas dengan menggunakan data statistik vital dan profil risiko.

2. Mendiagnosis dan menyelidiki masalah kesehatan komunitas dan hal-hal yang dapat
membahayakan kesehatan komunitas, contohnya pengawasan melekat di komunitas.

3. Menginformasikan, mendidik, dan memberdayakan masyarakat mengenai isu kesehatan.

4. Memobilisasi kemitraan komunitas dan tindakan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah
kesehatan. Contoh : mendiskusikan dan memfasilitasi kelompok komunitas untuk promosi kesehatan.

5. Menyusun rencana dan kebijakan yang mendukung masalah kesehatan komunitas dan individu.

6. Mendorong kepatuhan masyarakat terhadap undang-undang dan peraturan yang melindungi dan
menjamin keamanan.

7. Menghubungkan masyarakat kepada fasilitas pelayanan kesehatan personal yang dibutuhkan dan
memastikanpenyediaan layanan kesehatan tersebut.
8. Memastikan kompetensi petugas pemberi layanan kesehatan masyarakat atau individu.

9. Mengevaluasi efektifitas, keterjangkauan, dan kualitas layanan kesehatan individu dan masyarakat.

10. Melakukan riset atau penelitian untuk mendapatkan wawasan baru dan solusi terhadap masalah
kesehatan masyarakat.

Bidan dalam memberikan asuhan di komunitas mempunyai 4 peran, yaitu pelaksana, pengelola,
pendidik, dan peneliti.

Ø Peran Pelaksana Asuhan/Pelayanan Kebidanan

Dalam peran ini mencakup tugas mandiri, kolaborasi, dan rujukan.

1. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan standar profesional (fungsi 1):

a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan.

b. Memberikan pelayanan pada wanita, bayi baru lahir, dan keluarganya.

- Mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi asuhan yang


diberikan.

- Membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan laporan asuhan.

2. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil normal dengan komplikasi, patologis, dan risiko
tinggi dengan melibatkan klien/keluarga (fungsi 2):

a. Mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi asuhan yang


diberikan.

b. Membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan laporan asuhan.

3. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal, komplikasi, patologis, dan risiko tinggi
dengan melibatkan klien/keluarga (fungsi 3):

a. Mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi asuhan yang


diberikan.

b. Membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan laporan asuhan.

4. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal, komplikasi, patologis, dan risiko
tinggi dengan melibatkan klien/keluarga (fungsi 4):

a. Mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi asuhan yang


diberikan.
b. Membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan laporan asuhan.

5. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu saat masa nifas dan menyusui dalam keadaan normal
dan komplikasi dengan melibatkan klien/keluarga (fungsi 5):

a. Mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi asuhan yang


diberikan.

b. Membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan laporan asuhan.

6. Melaksanakan asuhan kesehatan pada bayi (>1 bulan – 1 tahun) dan anak (>1 tahun - 5 tahun)
dengan melibatkan klien/keluarga (fungsi 6):

a. Mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi asuhan yang


diberikan.

b. Membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan laporan asuhan.

7. Melaksanakanasuhan kebidanan pada wanita atau ibu dengan gangguan reproduksi dengan
melibatkan klien/keluarga (fungsi 7):

a. Mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi asuhan yang


diberikan.

b. Membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan laporan asuhan.

8. Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas dengan melibatkan klien/keluarga (fungsi 8):

a. Mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi asuhan yang


diberikan.

b. Membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan laporan asuhan.

9. Melaksanakan pelayanan keluarga berencana dengan melibatkan klien/keluarga (fungsi 9):

a. Mengkaji, menentukan diagnosis, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi asuhan yang


diberikan.

b. Membuat rencana tindak lanjut dan membuat catatan dan laporan asuhan.

Berkaitan dengan peran sebagai pelaksana dan fungsinya tugas bidan di komunitas adalah :

1. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.

2. Melakukan pertolongan di rumah atau polindes.

3. Melaksanakan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas, dan laktasi bayi dan balita
4. Melakukan pergerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk mendukung upaya-upaya
kesehatan ibu dan anak.

5. Melakukan pencatatan dan pelaporan berkaitan dengan asuhan kebidanan pada ibu dan anak.

6. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.

7. Mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai dengan kewenangannya.

Ø Peran Pengelola Pelayanan KIA/KB

Bidan mengelola pelayanan kesehatan ibu dan anak atau keluarga berencana (KB) di wilayah kerjanya.
Tugas bidan meliputi :

1. Mengelola dan mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama pelayanan kebidanan


untuk individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat di wilayah kerjanya dengan melibatkan
klien/masyarakat (fungsi 1), tugasnya :

a) Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat
terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dana anak untuk meningkatkan dan
mengembangkan program pelayanan kesehatan diwilayah kerjanya.

b) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan melibatkan klien/masyarakat.

c) Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak,
serta KB sesuai dengan rencana.

d) Mengorganisasi, mengawasi, dan membimbing kader, dukun atau petugas kesehatan lain dalam
melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB.

e) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu


dan anak, serta KB termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada program dan sektor lain.

f) Menggerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat, dan memelihara kesehatannya dengan


memanfaatkan sumber-sumber yang ada.

g) Mempertahankan, emningkatkan mutu, dan keamanan praktik profesional melalui pendidikan,


pelatihan, dan kegiatan-kegiatan dalam kelompok profesi.

2. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan program sektor lain di
wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, dan tenaga kesehatan
lain yang berada di wilayah bimbinganya atau wilayah kerjanya (fungsi 2), tugasnya :

a) Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberikan asuhan
kepada klien, dalam bentuk konsultasi, rujukan dan tindak lanjut.
b) Membina hubungan dengan dukun, kader kesehatan / PLKB dan masyarakat.

c) Melaksanakan pelatihan, membimbing dukun bayi, kader, dan petugas kesehatan lainnya.

d) Memberikan asuhan pada klien yang dirujuk dukun bayi.

e) Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat.

Ø Peran Pendidik

Bidan melaksanakan bimbingan atau penyuluhan, pendidikan pada klien, keluarga, masyarakat, dan
tenaga kesehatan termasuk siswa bidan/perawat, kader, dan dukun bayi tentang penanggulangan
masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ibu, anak, dan KB.

1. Mengkaji, merencanakan, menyiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pendidikan,


bimbingan/penyuluhan yang diberikan.

2. Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan rogram bimbingan pendidikan.

3. Mendokumentasikan hasil kegiatan.

Ø Peran Peneliti dalam Asuhan Kebidanan

Bidan melaksanakan investigasi secara mandiri atau bekerja secara kolaboratif dalam tim peneliti tentang
asuhan kebidanan komunitas:

1. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilaksanakan.

2. Menyusun rencana kerja.

KOMPETENSI PERAN FUNGSI BIDAN KOMUNITAS

INDEPENDEN

DEPENDEN RUJUKAN

INTERDEPENDEN KOLABORASI KONSULTAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS KELUARGA


3. Melaksanakan investigasi sesuai rencana.

4. Mengolah dan menginterpretasi data hasil investigasi.

5. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.

6. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan kerja atau pelayanan
kesehatan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ø Pengelolaan ANC di Komunitas

1. Melakukan anamnesis secara lengkap

2. Melakukan pemeriksaan seperti Pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetri, dan pemeriksaan


penunjang pada bumil

3. Membantu ibu beradaptasi atas perubahan karena kehamilan dan kesiapan menjadi ibu

4. Mendorong ibu untuk mengungkapkan apa yg ia rasakan dengan suasana yang mendukung dan
terjamin kerahasiaannya

5. Memberikan konseling sesuai kebutuhan seperti konseling tentang persiapan persalinan, tanda
bahaya kehamilan, hubungan seksual selamam kehamilan, dll

6. Memberikan edukasi tentang IMD dan ASI ekslusif serta KB

7. Yakinkan bahwa ibu berada dalam kondisi aman untuk bersalin di rumah bersalin atau pondok
bersalin.

8. Memberikan edukasi tentanga supan gizi selama kehamilan

9. Mendorong ibu untuk melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali

10. Memberikan KIA disertai penjelasannya

11. Memberikan suplemen tablet Fe dan suntikan TT

Ø Pengelolaan INC di Komunitas

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten seperti : dokter spesialis kandungan dan bidan.

Ø Pengelolaan PNC di Komunitas

Setelah persalinan ibu mengalami perubahan anatomis dan fisiologis sesuai transisi tubuhnya. Perawatan
kesehatan yang paling baik untuk mendukung ibu menjalani tahap pengasuhan bayi ini adalah dengan
meningkatkan kemampuan ibu untuk merawat bayinya, memberi bimbingan dan konseling yang tepat
dan mengkaji status fisik serta psikososial ibu.

Ø Pengelolaan KB di Komunitas
Kegiatan ini diarahkan kepada masyarakat untuk kepentingan mensukseskan keluarga berencana. Tujuan
penyuluhan adalah agar masyarakat dapat menjadikan keluarga berencana sebagai pola kehidupan.
Artinya : masyarakat dapat mengetahui, memahami serta menyadari pentingnya keluarga berencana,
serta mau melaksanakannya untuk kesehatan, kesejahteraan keluarganya, masyarakat dan negara pada
umumnya.

Ø Membangun Jaringan Kerja untuk Kelancaran Asuhan

1. Pendidikan Lanjutan

2. Job Fungsional

a. Peran Pelaksana Asuhan atau Pelayanan Kebidanan

b. Peran Pengelola Asuhan

c. Peran Pendidik

d. Peran Peneliti

12. Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis menyarankan, agar pembaca dapat membaca secara teliti dan
memahami isi makalah secara utuh. Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat pada para
pembaca dalam menambah pengetahuan tentang Asuhan Kebidanan Komunitas. Makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk dapat
menyempurnakan makalah ini.
Daftar Pustaka

Runjati, M.Mid. 2008. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Syafrudin, SKM, M.Kes. 2007. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan. 2015. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan
Pendidikan Kesehatan Perempuan

Runjati, M.Mid. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Meilani, Niken. dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya

Pujiati, Dewi. dkk. 2011. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Jakarta : Trans Info Media

Vous aimerez peut-être aussi