Vous êtes sur la page 1sur 92

ASUHAN KEBIDANAN IV (PATOLOGI)

D
I
S
U
S
U
N

KELAS II C

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARENDENG MAJENE


PRODI D III KEBIDANAN
T.A 2011-2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan IV
(Patologi)”.

Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Askeb IV (Patologi).

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhir kata, harapan penulis semoga hasil laporan makalah ini dapat bermanfaat
dan menambah wawasan pembaca, khususnya dalam lingkungan kampus STIKES
MARENDENG yang telah memberikan banyak hal yang tak ternilai demi pengembangan
kualitas Sumber Daya Manusia yang handal dan bertanggung jawab dalam lingkungan
sosial. Semoga kita semua mendapat rahmat dari Allah SWT, Amin.

Majene, 10 Juni 2012

Kelas II c
DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................................

KATA PENGANTAR .......................................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................................

BAB I GSR

1. Mastitis ......................................................................................................
2. Fibroadenoma ...........................................................................................
3. Kista sarkoma filedes..................................................................................
4. Sarkoma .....................................................................................................
5. Kanker payudara .......................................................................................
6. Tumor jinak dan ganas pada vulva, vagina, tuba, uterus dan ovarium ....
BAB II Asuhan Kebidanan Infertilitas .........................................................................

BAB III Asuhan Kebidanan pada Klimakterium/ menopause .....................................

BAB IV Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Patologi ...........................................

BAB V Sistem Rujukan ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................


BAB I

GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI (GSR)

1. Mastitis
a. Pengertian
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan adanya sumbatan pada
duktus (saluran susu) hingga putting susupun mengalami sumbatan.
Mastitis merupakan istilah medis untuk peradangan payudara. Gejalanya
antara lain payudara memerah, terasa sakit serta panas dan membengkak. Bila
semakin parah, maka suhu tubuh meningkat hingga lebih dari 38oC dan timbul
rasa lelah yang sangat (NN, 2009).

Para wanita yang baru pertama kali menyusui cenderung lebih


sering terkena mastitis. Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang
periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari
ke-28 setelah kelahiran (Sumber: www.lusa.web.id). Tidak jarang
mastitis dibarengi oleh kanker payudara, yang menyebabkan jalannya
penyakit menjadi lebih cepat (Sarwono, 2008: 482)
b. Pembagian
Pada umumnya, terdapat dua jenis mastitis (NN, 2009): infektif
dan non-infektif.
 Infektif mastitis diakibatkan oleh kuman yang masuk ke saluran air
susu di puting payudara melalui perantaraan mulut atau hidung bayi
saat menyusui.
 Non infektif mastitis terjadi karena antara lain saluran air susu yang
tersumbat atau juga karena posisi menyusui yang salah.

Mastitis lazim dibagi dalam


 mastitis gravidarum, dan
 mastitis puerperalis, karena memang penyakit ini boleh dikatakan
hampir selalu timbul pada waktu hamil dan laktasi (Sarwono, 2009:
482).

Berdasarkan tempatnya (Sarwono, 2007: 701) dapat dibedakan:


 Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae.
 Mastitis di tengah-tengah mamma yang menyebabkan abses di tempat
itu.
 Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara mamma dan otot-otot di bawahnya.
c. Tanda dan gejala
Dengan mastitis, tanda-tanda dan gejala dapat muncul tiba-tiba dan bisa
mencakup:
 Payudara hangat bila disentuh
 Bengkak,nyeri seluruh payudara / nyeri local
 Kemerahan pada seluruh payuara / hanya local
 Payudara keras dan berbenjol-benjol (Soetjiningsih,1997)
 Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak
seperti pecah-pecah.
 Badan demam seperti terserang flu.
 Menggigil,deman malaise. (BObak,2005)
 Nyeri tekan pada payudara Bobak,2005)
 Bila sudah masuk tahap abses , gejalanya:
 Nyeri bertambah hebat dipayudara
 Kuli diatas abses mengkilap
 Suhu tubuh (39 – 40 C )
 Bayi sendiri tidak mau minum pada payudara.sakit,seolah bayi
tahu bahwa susu disebelah itu bercampur dengan nanah.
d. Faktor predisposisi
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang menderita mastitis.
Di antaranya adalah daya tahan tubuh seorang wanita, apalagi setelah
melahirkan, biasanya masih terasa lelah. Hal itu akan memyebabkan daya
tahan seseorang menurun sehingga menjadi mudah sakit. Selain itu, bila
ibu tidak teratur untuk memyusui pada bayinya, sehingga payudara
menjadi penuh, maka dapat mempermudah terjadinya mastitis. Jika
seseorang sudah pernah menderita itu, maka tidak menutup
kemungkinan akan lebih mudah terkena lagi.
e. Patofisiologi
Pada awalnya bermula dari kuman penyebab mastitis yaitu puting
susu yang luka atau lecet dan kuman tersebut berkelanjutan menjalar ke
duktulus-duktulus dan sinus sehingga mengakibatkan radang pada
mamae. Radang duktulus-duktulus menjadi edematus dan akibatnya air
susu tersebut terbendung.
f. Penanganan

Pencegahan mastitis yang lain diantaranya:


 Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila
diberikan sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan
berkurang.
 Sangga payudara.
 Kompres dingin
 Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
 Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan (Sarwono,
2007: 263).
 Bila tidak tahan nyeri, dapat meminum obat penghilang rasa sakit.
Biasanya rasa demam dan nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga
hari.
 Istirahat yang cukup amat diperlukan agara kondisi tubuh ibu
kembali sehat dan segar.
 Makan makanan yang bergizi tinggi sangatlah dianjurkan.
 Minum banyak air putih juga akan membantu menurunkan demam
(Sumber: www.conectique.com).
 Tetap berikan ASI kepada bayi, terutama gunakan payudara yang
sakit sesering dan selama mungkin sehingga sumbatan tersebut
lama-kelamaan akan menghilang (Sumber: www.parentsguide.co.id).
 Jangan lakukan pemijatan karena dikhawatirkan justru membuat
kuman tersebar ke seluruh bagian payudara dan menambah risiko
infeksi.
 Bayi masih boleh menyusu kecuali bila terjadi abses. Kalau demikian
keadaannya, untuk mengurangi bengkak, ASI harus tetap dipompa
keluar. Bayi sebaiknya tetap menyusu pada payudara yang tak
terinfeksi (Dedeh Kurniasih, 2010).
2. Fibrioadenoma
a. Pengertian
Fibroadenoma adalah benjolan padat yang kecil dan jinak pada
payudara yang teridiri dari jaringan kelenjar dan fibrosa. Benjolan ini
biasanya ditemukan pada wanita muda, seringkali ditemukan pada
remaja putri. Frekuensi paling tinggi pada wanita berusia 20-25 tahun.
b. Pembagian
Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu :

 Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis
atau beberapa lapis.
 Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga
kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen
yang sempit atau menghilang.
Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran
sedikit dan pada saat menopause terjadi regresi.

c. Tanda dan gejala


 Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-
abuan pada penampang tampak jaringan ikat berwarna putih,
kenyal
 Ada bagian yang menonjol ke permukaan
 Ada penekanan pada jaringan sekitar
 Ada batas yang tegas
 Bila diameter mencapai 10 – 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa
(Giant Fibroadenoma )
 Memiliki kapsul dan soliter
 Benjolan dapat digerakkan pertumbuhannya lambat
 Mudah diangkat dengan lokal surgery

d. Faktor predisposisi
Penyebabnya tidak diketahui. Mungkin karna faktor hormon, payudara
(genetik), dan usia
e. Patofisiologi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan
pada masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan
yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap
estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mamary
displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas,
merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di
sekitarnya. Pada gambaran histologis menunjukkan stroma dengan
proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang
dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda.
f. Penanganan
Pengobatan terbaik adalah biopsi dan eksisi
3. Kista sarkoma filedes
a. Pengertian
Sebuah tipe tumor yang ditemukan di jaringan payudara atau prostat.
Biasanya besar sekali dan berkembang dengan cepat. Tumor ini mungkin
saja benigna (bukan kanker) atau maligna (kanker) dan bisa menyebar ke
bagian lain tubuh. Juga disebut CSP atau tumor filodes.
Sebuah tipe neoplasma jaringan ikat yang timbul dari stroma intralobular
payudara. Ditandai dengan pembesaran cepat massa bergerak-keras
asmiteris. Secara histologis tampak seperti celah stroma seperti daun
yang dibatasi oleh sel-sel epitel.
b. Tanda dan gejala
Haagensen melaporkan kira-kira satu tumor filodes untuk setiap 40
fibroadenoma. Distribusi usia luas, dari 10-90 pada seri Haagensen dari
84 pasien, namun dengan mayoritas antara 35 dan 55 tahun. Tumor
bilateral sangat jarang, meskipun sebuah kasus luar biasa dari tiga buah
tumor terpisah pada jaringan payudara ektopik aksila bilateral juga
payudara normal telah dilaporkan. Tumor filodes jarang pada pasien
dibawah usia 20 tahun, ketika muncul untuk memberikan reaksi terutama
dengan cara jinak, tanpa memperhatikan corak histologis. Juga telah
dijelaskan dalam kelenjar mirip mammae di vulva, payudara pria dan di
prostat dan vesikula seminalis.
Kebanyakan tumor tumbuh dengan cepat menjadi ukuran besar sebelum
pasien datang, namun tumor-tumor tidak menetap dalam arti karsinoma
besar. Hal ini disebabkan mereka khususnya tidak invasif; besarnya
tumor dapat menempati sebagian besar payudara, atau seluruhnya, dan
menimbulkan tekanan ulserasi di kulit, namun masih memperlihatkan
sejumlah mobilitas pada dinding dada.

c. Faktor predisposisi
Tumor ini bisa berasal dari fibroadenoma selular yang telah ada
dan sekarang telah mengandung satu atau lebih komponen asal
measenkima. Diferensiasi dari fibroadenoma didasarkan atas lebih
besarnyaderajat selularitas stroma, pleomorfisme selular, inti
hiperkromatikdan gambaran mitosis dalam jumlahyang bermakna.
Protrusio khas massa polopoid stroma hiperplastik ke dalam kanalikuli
yang tertekanmenghasilkan penampilan seperti daun yang
menggambarkan istilah filodes.
d. Patofisiologi
Tumor filodes merupakan neoplasma non-epitelial payudara yang
paling sering terjadi, meskipun hanya mewakili 1% dari tumor payudara.
Tumor ini memiliki tekstur halus, berbatas tajam dan biasanya bergerak
secara bebas. Tumor ini adalah tumor yang relatif besar, dengan ukuran
rata-rata 5 cm. Namun, lesi yang > 30 cm pernah dilaporkan.
e. Penanganan
Lesi yang menempati sebagian besar payudara terbaik ditata
laksan dengan mastektomi total. Karena kelenjar limfe jarang terlibat,
maka tidak perlu dilakukan pengangkatan kelenjar limfe. Lesi kecil dapat
ditata laksana dengan eksisi lokal. Tindakan lebih radikal tidak
dibenarkan, karena neoplasma ini bersifat sebagai sarkoma jaringan
lunak ringan ketimbang suatu karsinoma yang berasal dari kelenjar.

4. Sarkoma
a. Pengertian
Sarkoma adalah tumor ganas yg berkembang pada jaringan ikat, terutama
pd tulang dan otot
b. Faktor predisposisi
 Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
 Keturunan
 Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget
(akibat pajanan radiasi ).
c. Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi
oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik
yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik
atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada
proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan
periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
d. Penanganan
Penanganannya dengan operasi yang sangat luas, diteruskan dengan
pemberian sitostatika berupa kombinasi dari Bleomicin C, Adriamicin,
Vinkristin, Aktinomicin atau cytoxan.

5. Kanker payudara
a. Pengertian
Kanker payudara adalah suatu penyakit yang pada umumnya diderita
kaum wanita dimana terjadi perkembang atau pembesaran jaringan
secara abnormal yang menyebabkan terjadi benjolan dan dapat
menyebabkab nyeri pada payudara. Kaum pria juga dapat terserang
kanker payudara, walaupun kemungkinannya paling kecil dari 1 diantara
1000. Pengobatan yang paling lazim adalah dengan pembedahan dan jika
perlu dilanjutkan dengan kemo terapi mapun radiasi
b. Pembagian
Berdasarkan “The World Health Organizatio (WHO)” tahun 2003,
kanker payudara dibagi atas karsinoma non invasif dan invasif.
 Karsinoma Non-invasif Karsinoma
non-infasif sering disebut juga dengan in situ breast cancer. In
situbreast cancer adalah type kanker yang mana sel kanker tetap
berada dalamselubung tempat asalnya. Jadi sel kanker tidak
menyerang jaringan disekitarsaluran air susu atau kelenjar air susu.
 Jenisnya antara lain :
o Ductal Carsinoma In Situ ( DCIS)
Adalah suatu sel abnormal di sepanjang saluran air
susu yang tidak menyerang jaringan sekitar
payudara. Ini adalah kanker payudara stadiumawal.
Beberapa ahli menganggap DCIS adalah kondisi
sangat awal darikanker. Hampir semua wanita
dengan DCIS ini bisa disembuhkan. Tapi ada
juga yang berkembang menjadi kanker payudara yan
invasife. Karsinomaduktus in situ dapat terjadi baik
pada wanita pre-menopause maupun pasca-
menopause, biasanya pada kelompok umur 40-60
tahun

o Lobular Carsinoma In Situ ( LCIS )


Bahwa suatu sel abnormal masih berada dalam
kelenjar air susu, dantidak menyerang jaringan
disekitarnya. LCIS terjadi terutama pada wanitapre-
menopause. Apabila setelah menopause, biasanya
dihubungkan denganadanya karsinoma infiltratif.
LCIS ditemukan pada 6% dari seluruhkarsinoma
mamae. Masalah utamanya, tumor ini secara klinis
tidak teraba,dan ditemukan pada hasil biopsi yang
dilakukan atas indikasi adanya kistaatau lesi
palpabel jinak lainnya. Masih menjadi kontroversi
diantara ahli-ahlikanker bahwa apakah LCIS merupakan
suatu stadium sangat awal dari kankerataukah hanya
merupakan penanda bahwa itu dimasa datang akan
berubahmenjadi kanker. Tetapi para ahli juga sepakat
bahwa apabila seseorangmempunyai LCIS, berarti di
kemudian hari dia mempunyai resiko
untuk mempunyai kanker pada salah satu
payudaranya. Pada payudara yangterdapat LCIS bisa
berubah menjadi invasive lobular breast cancer.
Bilakanker berkembang pada payudara yang lain,
maka bisa jadi menjadi InvasifeLobular atau Invasife
Ductal Carsinoma

 Invasive breast cancer ( Kanker payudara yang invasive)


Invasive ( infiltrating ) breast cancer adalah jenis kanker yang
selkankernya telah keluar/lepas dari mana dia berasal, menyerang
jaringan sekitaryang mendukung saluran dan kelenjar- kelenjar
payudara. Sel-sel kanker inibisa menyebar keberbagai bagian tubuh,
seperti ke ke lenjar getah bening.Jenisnya antara lain .

 Invasive Ductal Carsinoma ( IDC)


Dianggap sebagai penyebab terbesar kanker payudara yang
invasive (85%). Jikaseorang wanita mempunyai IDC, maka sel
kanker yang berada di sepanjang saluranair susu akan keluar dari
dinding saluran tersebut dan menyerang jaringan
disekitarpayudara. Sel kanker bisa saja tetap terlokalisir, berada
didekat tempat asalnya ataumenyebar ( metastasis ) kebagian
tubuh yang lain, terbawa oleh peredaran darah atausystem
kelenjar getah bening. Untuk jenis IDC solid tubular, meskipun
invasive tapimasih lumayan terkendali dibanding jenis invasive
lain.
 Invasive Lobular Carsinoma ( ILC )
Meskipun tidak sebanyak IDC (10%), type ini juga mempunyai sifat
yang mirip.ILC, berkembang dari kelenjar yang memproduksi susu
dan kemudian menyerang jaringan payudara disekitarnya.
Juga bahkan ke tempat yang lebih jauh dari asalnya.Dengan ILC,
penderita mungkin tidak akan merasakan suatu benjolan,
yangdirasakan hanyalah adanya semacam gumpalan atau suatu sensasi
bahwa ada yang berbeda pada payudara. ILC, bisa diditeksi hanya
dengan menyentuh, dan
kadang juga bisa tidak terlihat dalam mammogram. ILC ini bersifat
seperti cermin, kalau payudara kanan ada benjolan, biasanya
sebelah kiri juga ada

Type - type yang tidak biasa / Jarang pada kanker payudara:Tidak


semua type kanker payudara berasal dari saluran air susu atau
kelenjarair susu. Beberapa jenis yang tidak umum adalah :
o Inflammatory Breast Cancer
Jenis ini jarang, tapi termasuk type kanker
payudara yang agresive. Kulitpada payudara menjadi
merah dan bengkak. Atau menjadi tebal /
besar.Berbintik-bintik menyerupai jeruk yang
terkelupas. Ini dikarenakan oleh sel kanker yang
memblock pembuluh getah bening yang letaknya
dekatpermukaan payudara.
o Medullary Carcinoma.
Type spesifik pada invasive breast cancer. Dimana
batas tumor jelasterlihat. Sel kanker lebar dan sel
system imun terlihat disekitar batas tumor.
o Tubular carcinoma
Jenis kanker yang jarang ini dinamaidemikian
karena bentuk sel kankerketika dilihat dibawah
microscope. Meskipun merupakan invasive
breastcancer tapi tampilannya lebih baik dari Invasive
Ductal Carcinoma danInvasive Lobular Carcinoma.
o Metaplastic carcinoma
Mewakili kurang dari 1% dari seluruh pasien
yang baru didiagnosismempunyai kanker
payudara.Perubahan bentuk jaringan
biasanyaterlokalisir/terbatas dan berisi beberapa sel yang
berbeda, yang secara typicaltidak ditemui pada kanker
payudara yang lain.Harapan kesembuhan dan
carapenanganannya sama dengan Invasive Ductal Carcinoma.
Sarcoma Tumor yang tumbuh pada sambungan antara
jaringan di payudara. Jenistumor ini biasanya kemudian
menjadi kanker ( malignant).
o Micropapillary carcinoma
Type ini cenderung untuk menjadi agresive,
sering menyebarnya kekelenjar getah bening, meskipun
ukurannya kecil.
o Adenoid cystic carcinoma
Jenis kanker ini penggolongannya dilihat dari
ukurannya, tumor local.Termasuk jenis invasive, tetapi
lambat dalam pertumbuhan dan penyebaran.
c. Tanda dan gejala
Tanda dan Gejala-Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya
dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan
nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium
awal, jika didorong oleh jari tangan,benjolan bisa digerakkan dengan
mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut,benjolan biasanya melekat
pada dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut,
bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok dikulit payudara.
Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah benjolan atau
massa diketiak, perubahan ukuran atau bentuk payudara, keluar cairan
yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna
kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah), perubahan
pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola
(daerah berwana coklat tua disekeliling puting susu), payudara tampak
kemerahan, kulit di sekitar puting susu bersisik, puting susu tertarik ke
dalam atau terasa gatal, nyeri payudara atau pembengkakan salah satu
payudara. Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat
badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
d. Faktor prediposisi
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker
payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang
diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara
diantaranya:
 Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan
dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas,
menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan
kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara
adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara
terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama
merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara.
Secaraanatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi
dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara
terjadi pada masa sebelummenopause sehingga diperkirakan
awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan
klinis.
 Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan
terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public
Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara
yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement.
Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat
risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita
yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai
risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum
menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan hormonal
mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi
ganas.
 Penyakit fibrokistik : Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma,
dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker
payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat
1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko
meningkat hingga 5 kali.
 Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan
bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca
menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di negara-
negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan
sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
diet terhadap terjadinya keganasan ini.
 Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu
faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan
studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan
serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada
wanita umur 34 sampai 59 tahun.
 Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah
pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari
beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko
kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur
saat terjadinya eksposur.
 Riwayat keluarga dan faktor genetik : Riwayat keluarga
merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita
yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang
keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik
ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan
dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu
suatu gen kerentanan terhadap kanker
payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar
60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.
Faktor Usia sangat berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara
terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun.
e. Stadium kanker payudara
- Stadium 1 : tumor terbatas dalam payudara, bebas dari
jaringan sekitarnya, tidak ada klasifikasi/ infiltrasi
berkulit dan jaringan dibawahny.
- Stadium II : sma dengan stadium I, besar tumor 2-5 cm,
sdah ada KGB aksila (+), tetapi masih bebas dengan
diameter < 2 cm
- Stadium IIIA : tumor berukuran 5-10 cm, tetapi masih
bebas dari jaringan sekitarnya, KGB aksila masih bebas
satu sama lain
- Stadium IIIB : tumor meluas dalam jaringan payudara,
ukuran 5-10 cm, fiksasi pada kulit/dinding dada, kulit
merah dan ada edema, ulserasi, nodul satelit, KGB aksilla
melekat satu sama lain
- Stadium IV : tumor seperti stadium I, II,atau III tetapi
sudahdisertai dengan KGB aksilla supraklavikula dan
metastasis jauh.
f. Patofisiologi
Beberapa jenis kanker payudara sering menunjukkan disregulasi hormon
HGF dan onkogen Met, serta ekspresi berlebih enzim PTK-6.[3]

 Transformasi

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu


proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap
inisiasi dan promosi.

 Fase inisiasi

Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan


genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam
bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut
karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi
(penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki
kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik
dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan
gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka
untuk mengalami suatu keganasan.

Progesteron, sebuah hormon yang menginduksi ductal side-


branching pada kelenjar payudara dan lobualveologenesis pada sel
epitelial payudara, diperkirakan berperan sebagai aktivator
lintasan tumorigenesis pada sel payudara yang diinduksi oleh
karsinogen. Progestin akan menginduksi transkripsi regulator
siklus sel berupa siklin D1 untuk disekresi sel epitelial. Sekresi
dapat ditingkatkan sekitar 5 hingga 7 kali lipat dengan stimulasi
hormon estrogen,[4] oleh karena estrogen merupakan hormon
yang mengaktivasi ekspresi pencerap progesteron pada sel
epitelial.[5] Selain itu, progesteron juga menginduksi sekresi
kalsitonin sel luminal dan morfogenesis kelenjar.[6]

 Fase promosi

Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi


akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap
inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu
diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan
dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

 Fase metastasis
Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi
pada kanker payudara, beberapa diantaranya disertai komplikasi lain
seperti simtoma hiperkalsemia, pathological fractures atau spinal cord
compression. Metastasis demikian bersifat osteolitik, yang berarti
bahwa osteoklas hasil induksi sel kanker merupakan mediator
osteolisis dan mempengaruhi diferensiasi dan aktivitas osteoblas
serta osteoklas lain hingga meningkatkan resorpsi tulang.

Tulang merupakan jaringan unik yang terbuat dari matriks


protein yang mengandung kalsium dengan kristal hydroxyappatite
sehingga mekanisme yang biasa digunakan oleh sel kanker untuk
membuat ruang pada matriks ekstraselular dengan penggunaan enzim
metaloproteinase matriks tidaklah efektif. Oleh sebab itu, resorpsi
tulang yang memungkinkan invasi neoplastik terjadi akibat interaksi
antara sel kanker payudara dengan sel endotelial yang dimediasi oleh
ekspresi VEGF.[7] VEGF merupakan mitogen angiogenik positif yang
bereaksi dengan sel endotelial. Tanpa faktor angiogenik negatif
seperti angiostatin, sel endotelial yang berinteraksi dengan VEGF sel
kanker melalui pencerap VEGFR-1 dan VEGFR-2, akan meluruhkan
matriks ekstraselular, bermigrasi dan membentuk tubulus.

g. Penanganan

 Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis
mastektomi (Hirshaut & Pressman, 1992):
o Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan
seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang
selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
o Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
o Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan
hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan
seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian
radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada
pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di
pinggir payudara.
 Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang
terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar
gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa
di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan
ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di
sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukositcenderung
menurun sebagai akibat dari radiasi.
 Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker
dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang
bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada
payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari
kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta
rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada
saat kemoterapi.
6. Tumor jinak dan ganas pada vulva, vagina, tuba, uterus dan ovarium
a. Tumor jinak
 Pada vulva
o Tumor kistik vulva
Kistik terjadi akibat perlukaan, terutama pada persalinan karena
episiotomi atau robekan, dimana suatu segmen epitel terpendam
dan kemudian menjadi kista berwarna kekuning-kuningan atau abu-
abu, biasnya bergaris tengah kurang dari 1 cm dan berisi cairan
kental. Umumnya tidak menimbulkan keluhan.
o Tumor solid vulva
- Tumor epitel : kondiloma akuminatum, karunkula urethra, nevus
pigmentosus;
- Tumor jaringan mesoderm : fibroma, lipoma, leiomioma,
neurofibroma, hemangioma, limfangioma, miksoma

 Pada vagina
o Tumor kistik vagina
- Kista inklusi
- Kista sisa jaringan embrio, kista qartner, kista saliran muller
o Tumor solid vagina
- Tumor epitel : kondiloma akuminata, granuloma
- Tumor jaringan mesoderm, fibroma, hemangioma, miksoma
- Adenosis vagina
 Pada tuba
Dapat berupa neoplasma maupun non neoplasma, tumor neoplasmatik
jinak dekat tuba, kista parovarium terletak diantara tuba bagian distal
dan ovarium dengan diameter biasnya tidak mencapai 4 cm. sedangkan
tumor non neoplasmatikdisebabkan oleh radang.
 Pada uterus
o Ekto serviks
- Kista sisa jaringan embrional : berasal dari saluran
mesonefridikus wolffi terdapat pada dinding samping ekto
serviks
- Kista endometriosis : letaknya superfisial
- Folikel atau kista nabothi : kista retensi kelenjar endo serviks,
biasanya terdapat pada wanita multipara, sebagai penampilan
servisitis, berwarna putih mengkilap berisi cairan mukus. Bila
menjadi besar dapat menyebabkan perasaan nyeri.
- Papiloma, seperti kondiloma akuminata, kebanyakan papiloma
adalah sisa epitel yang terlebih pada trauma bedah maupun
persalinan
- Hemangioma : jarang, biasanya terletak superfisial, dapat
membesar pada waktu kehamilan.
o Endo serviks
- Polip : suatu adenoma maupun adenofibroma yang berasal dari
selaput lendir endo serviks. Tangkainya dapat panjang hingga
keluar dari vulva. Polip berkembang karena pengaruh radang
maupun virus.
o Endometrium
- Adenoma – adenofibroma : terdiri dari epitel endometrino
dengan stroma yang sesuai dengan daur haid. Adenoma ini
biasanya merupakan penampilan hiperplasia endometrium,
dengan konsistensi lunak dan berwarna kemerah-merahan.
- Mioma submokosum : dapat tumbuh dan keluar dari uterus
menjadi mioma. Konsistensinya kenyal berwarna putih.
- Polip placenta : berasal dari sisa placenta yang tertinggal setelah
partus maupun abortus. Polip placenta menyebabkan uterus
mengalami subinvolusio yang menimbulkan pendarahan pada
umumnya pengangkatan dengan cara kuretase.
 Pada ovarium
o Diantara tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan non
neoplastik.

o Diagnosis :
Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba sendiri. Jika
tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian
bawah dan konsistensinya kistik. Apabila sudah ditentukan bahwa
tumor ovarium, maka perlu diketahui apakah bersifat neoplastik
atau nonneoplastik. Tumor nonneoplastik akibat peradangan
umumnya adalah anamniesis menunjukkan gejala-gejala ke arah
peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat
peradangan tidak dapat digerakkan karena pelekatan. Kista
nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan diantaranya pada
suatu waktu biasanya menghilang sendiri.
o Penanganannya :
Dapat dipakai sebagai prinsip bahwa tumor ovalium neoplastik
memerlukan operasi dan tumor nenneoplastik tidak.
b. Tumor ganas
 Pada vulva
Berasal dari jaringan dekat vulva seperti serviks uteri, vagina uterus
yang merembet langsung atau secara limfogen atau embolisasi melalui
pembuluh darah balik.
 Pada vagina
Tumor ganas primer di vagina sangat jarang. Bila serviks uteri ikut
terlibat dalam proses, maka tumor itu dianggap sebagai tumor ganas
serviks uteri. Tumor biasanya terdapat dibagian tengah proksimal
vagina, dari dinding samping atau belakang vagina.
 Pada tuba
Deteksi dini tumor ganas tuba fallopi sukar diupayakan. Perlu
mendapat perhatian khusus bila wanita berusia 45 – 55 tahun
ditemukan tumor adneksa. Disertai rasa nyeri dan adanya getah vagina
yang semula kekuning-kuningan kemudian bercampur darah, perlu
dicurigai kemungkinan adanya tumor ganas tuba terutama pada
nullipara atau primipara.
 Pada uterus
Tumor ganas korpus uteri dianggap primer jika berasal dari
enmetrium atau miometrium. Jika terdapat proses di endometrium dan
endoserviks dan tidak dapat dipastikan dari mana asalnya, maka
dianggap sebagai tumor ganas serviks uteri bila hasil histologik
menunjukkan jenis epidermoid.
Gambar klinik : Biasanya tersembunyi dan membahayakan, dalam
banyak kejadian gejalanya dikaitkan dengan monopause limpa getah
vagina kemerahan atau sesudah monopause. Rasa sakit dan perasaan
rahim berkontraksi sering dikeluhkan.
 Pada ovarium
Merupakan 20% dari semua keganasan alat reproduksi wanita.
Patologi :
Tumor ganas merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang
beranekaragam, dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang
beranekaragam. Kira-kira 60% pada usia perimonopause, 30% dalam
masa reproduksi dan 10% pada usia jauh lebih muda.
Tumor ganas ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar para
norta, mediastinal dan supraklavikular, untuk seterusnya menyebar ke
alat-alat yang lebih jauh, terutama paru-paru, hati dan otak. Opstruksi
usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai penderita
tomur ganas ovarium.
Diagnosis :
Diagnosis didasarkan atas 3 gejala dan tanda yang biasanya muncul
dalam perjalanan penyakit yang sudah agak lanjut :
a. Gejala desakan
b. Gejala determinasi/penyebaran
c. Gejala hormonal
Terapi :
Untuk tumor ganas ovarium pembedahan merupakan pilihan utama
pada tingkatan awal, meskipun pembedahan bukan semata-mata
bukan tujuan pengobatan, penetapan tingkatan klinik penyakit yang
akurat sewaktu pembedahan dan hasil histopatologi sangat penting
untuk kelak melakukan penanganan yang adekuat
BAB II
ASUHAN KEBIDANAN INFERTILITAS

1. PENGERTIAN
a. Fertilitas
Fertilitas adalah kemampuan seorang istrimenjadi hamil dan suami bias
menghamili.
b. Infertilitas
Infertilitas (pasanganmandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah
selama satu tahun dansudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan
alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta
berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil. (Manuaba, 1998).
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.
Infertilisasi ada dua macam yaitu:
Infertilitasprimer kalau istri belum pernah hamil walaupun bersenggama
tanpa usaha kontrasepsi dan tetap dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan
Infertilitassekunder kalau istri belum pernah hamil, namun kemudian
tidak terjadi kehamilan lagi waupun bersenggama tanpa usaha
kontrasepsi dan tetap dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan
selama 12 bulan

c. Faktor penyebab
Infertilitas disegaja
Infertilitas yang disenga jadi sebabkan pasangan suami istri menggunakan alat
kontrasepsi baik alami, dengan alat maupun kontarasepsi mantap.

Infertilitas tIdak disengaja

PihakSuami, disebabkanoleh:

a) Gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel testis), misal: aspermia,


hypospermia, necrospermia.
b) Kelainan mekanis, misal: impotensi, ejakulatioprecox, penutupan ductus
deferens, hypospadia, phymosis. Infertilitas yang disebabkan oleh pria sekitar
35-40 %.

Pihak Istri, penyebab Infertilitas pada istri sebaiknya ditelusuri dari organ luar
sampai dengan indung telur.

a. Gangguan ovulasi, misal : gangguan ovarium gangguan hormonal.


b. Gangguan ovarium dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya tumor pada indung
telur dan gangguan lain yang menyebabkan sel telur tidak dapat masak.
Sedangkan gangguan hormonal disebabkan oleh bagian dari otak
(hipotalamusdanhipofisis) tidak memproduksi hormon-hormon produksi seperti
FSH dan LH.
c. Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan, meliputi kelainan tuba,
endometriosis, stenosis canalis cervicalis atau hymen, fluor albus, kelainan
rahim.
d. Kelainan tuba disebabkan adanya penyempitan, perlekatan maupun
penyumbatan pada saluran tuba.
e. Kelainan rahim diakibatkan kelainan bawaan rahim, bentuknya yang tidak
normal maupun ada penyekat. Sekitar 30-40 % pasien dengan endometriosis
adalah infertil. Endometriosis yang berat dapat menyebabkan gangguan pada
tuba, ovarium dan peritoneum. Infertilitas yang disebabkan oleh pihak istri
sekitar 40-50 %, sedangkan penyebab yang tidak jelas kurang lebih 10-20 %.

d. Pemeriksaan Infertilitas

Syarat-SyaratPemeriksaan

 Pasangan infertile merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya


sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan
pemeriksaan adalah:
 Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan
anak selama 12 bulan.
 Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini, apabila:
Ada riwayat mengalami keguguran berulang
Ada riwayat penyakit / kelainan metabolic / endokrin / sistemik
Ada riwayat penyakit radang panggul atau rongga perut
 Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali
datang.
 Istri pasangan infertile dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila
belum mendapat anak dari perkawinan ini.
 Pemeriksaan infertile tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap penyakit.

e. Langkah pemeriksaan

Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah dengan mencari


penyebabnya. Adapun langkah pemeriksaan Infertilitas adalah sebagai berikut :

Pemeriksaan umum

 Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara
umum dan khusus.
 Anamnesa umum
Berapa lama menikah, umu rsuami istri, frekuensi hubungan seksual, tingkat
kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks, riwayat
perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu mempunyai anak, umur
anak terkecil dari perkawinan tersebut.
 Anamnesa khusus
Istri : Usia saat manarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi perdarahan/
haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa nyeri, adakah
keputihan abnormal, apakah pernah terjadi kontak bleeding, riwayat alat
reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus, infeksi genitalia).
Suami : Bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami penyakit
hubungan seksual, apakah pernah sakit mump (parotitisepidemika)
sewaktukecil.

Pemeriksaan fisik umum

Pemeriksaan fisik umum meliputi tanda vital (tekanan darah, nadi. Suhu dan
pernafasan).

Pemeriksaan laboratorium dasar, Pemeriksaan laboratorium dasar secara


rutin meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal serta gula
darah.
Pemeriksaan penunjang, Pemeriksaan penunjang disini bisa Pemeriksaan
roentgen ataupun USG.
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Ovulasi
Pemeriksaan Povulasi dapat diketahui dengan berbagai Pemeriksaan
diantaranya :
a) Penatalaksanaan suhu basal; Kenaikan suhu basal setelah selesai ovulasi
dipengaruhi oleh hormon progesteron.
b) Pemeriksaan vaginal smear; Pengaruh progesteron menimbulkan sitologi pada
sel-sel superfisial.
c) Pemeriksaan lendir serviks; hormon progesteron menyebabkan perubahan
lendir serviks menjadi kental.
d) Pemeriksaan endometrium.
e) Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH danpregnandiol.
Gangguan ovulasi disebabkan :
a. Faktor susunan saraf pusat ; missal tumor, disfungsi,
hypothalamus, psikogen.
b. Faktor intermediate ; missal gizi, penyakit kronis, penyakit
metabolis.
c. Faktor ovarial ; missal tumor, disfungsi, turner syndrome.
Terapi : Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar hipofised
dengan memberikan pil oral yang mengandung estrogan dan progesteron,
substitus iterapi (pemberian FSH dan LH) serta pemberian clomiphen
untuk merangsang hipofise membuat FSH dan LH. Selain clomiphen dapat
diberikan bromokriptin yang diberikan pada wanita anuvolator dengan
hiperprolaktinemia. Atau dengan pemberian Human Menopausal
Gonadotropin/Human Chorionic Gonadotropin untuk wanita yang tidak
mampu menghasilkan hormon gonadotropin endogen yang adekuat.
Pemeriksaan sperma
Pemeriksaan sperma dinilai atas jumla spermatozoa, bentuk dan
pergerakannya. Sperma yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang
keluar dari pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus selama 3
hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelahspermakeluar.
o Ejakulatnormal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa spermatozoa 100-
120 juta per cc, pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah
dikeluarkan, bentuk abnormal 25 %.
o Spermatozoa pria fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta
per cc, steril : 20 juta per cc atau kurang.
o Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan
metabolis, keracunan, disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalia (vas
deferens).

Pemeriksaan lendir serviks


Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa adalah :
a) Kentalnya lendir serviks; lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa
adalah lendir yang cair.
b) pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis.
c) Enzim proteolitik.
d) Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.
Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan :
- Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan sekitar ovulasi. Pemeriksaan ini
menandakan bahwa : teknik coitus baik, lender cerviks normal, estrogen
ovarial cukup ataupun sperma cukup baik.
- Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner Test
kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.
- Terapi yang diberikan adalah pemberian hormone estrogen ataupun
antibiotika bila terdapat infeksi.
Pemeriksaan tuba
Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan :
a. Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan ini dilakukan dengan
memasukkan CO2 kedalam cavum uteri.
b. Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk
cavum uteri, bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan.
c. Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba dan
ovarium.
d. Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan
sekitarnya.
Pemeriksaan endometrium
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan
mikrokuretase.
Jikapada stadium sekresi tidak ditemukan, maka : endometrium tidak bereaksi
terhadap progasteron, produksi progesterone kurang.
Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesterondan antibiotika bila
terjadi infeksi.

Nasehat Untuk Pasangan Infertil


a. Bidan dapat memberikan nasehat kepada pasangan infertil, diantaranya :
b. Meminta pasangan infertile mengubah teknik hubungan seksual Mengkonsumsi
makanan yang meningkatkan kesuburan.
c. Menghitung minggu masa subur.
d. Membiasakan pola hidup sehat.
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN PADA MENOPAUSE/ KLIMAKTERIUM

(Pengertian klimaterium)

 Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi, berakhir
pada awal senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun.
 Klimakterium (Bahasa Yunani:Tangga) merupakan masa peralihan antara masa
reproduksi dan masa senium. Senium adalah masa sesudah pasca menopause,
ketika telah mencapai keseimbangan baru dalam kehidupan wanita, sehingga
tidak ada lagi gangguan vegetatif maupun fisikis.

(Pengertian menopause)

 Menopause adalah kondisi fisiologis dimana terjadi berakhirnya menstruasi


yang rata-rataterjadi pada umur 51 tahun.
 Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadi haid terakhir. Bagian
klimakterium sebelum menopause disebut pramenopause dan bagian sesudah
menopause disebut pascamonopause.

Tanda-tanda awal dari klimaterium dan menopause


1. Tandaawal klimaterium

Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif.
Yaitu; Terjadi perubahan pada ovarium seperti sclerosis pembuluh darah,
berkurangnya jumlah folikel dan menurunnyasintesis steroid seks. Lalu henti
haid. Dan ditandai dengan turunnya kadar estrogen dan meningkatnya
pengeluaran gonadotropin.

2.Tanda awal menopause

Perubahan kejiwaan

Perubahan yang dialami oleh wanita dengan menjelang menopause adalah;


merasa tua, mudah tersinggung, mudah kaget sehingga jantung berdebar, takut
tidak bias memenuhi kebutuhan seksual suami, rasa takut bahwa suami akan
menyeleweng. Keinginan seksual menurun dan sulit mencapai kepuasan
(otgasme), dan juga merasa tidak berguna dan tidak menghasilkan sesuatu,
merasa memberatkan keluarga dan orang lain.

Perubahan fisik

Pada perubahan fisik seorang wanita mengalami perubahan kulit. Lemak bawah
kulit menghilang sehingga kulit mengendor, sehingga jatuhdan lembek. Kulit
mudah terbakar sinar matahari dan menimbulkan pigmentasi danmenjadi
hitam.pada kulit tumbuh bintik hitam, kelenjar kulit kurang berfungsisehingga
kulit menjadi kering dan keriput.

Karena menurunnya estrogen dapat menimbulkan perubahankerja usus menjadi


lambat, dan mereabsorbsi sari makanan makin berkurang. Kerjausus halus yang
semakin berkurang maka akan menimbulkan gangguan buang iarbesar berupa
obstipasi.

Perubahan yang terjai pada alat genetalia meliputi liangsenggama terasa kering, lapisan
sel liang senggama menipis yang menyebabkanmudah terjadi (infeksi kandung kemih
dan liang senggama). Daerah sensitivemakinsulit untuk dirangsang. Saat
berhubungan seksual dapat menjadi nyeri.

Perubahan pada tulang terjadi oleh karena kombinasirendahnya hormon paratiroid.


Tulang mengalami pengapuran, artinya kaliummenurun sehingga tulang keropos dan
mudah terjadi patah tulang trutama terjadipada persendian paha.

Gangguan klimaterium dan menopause

 Gangguan pada klimakterium ialah

 Gangguan neurovegetatif

Gangguan neurovegetatif disebut juga gangguan vasomotorik dapat muncul


sebagai gejolak panas (hot flushes), keringat banyak,rasa kedinginan, sakit
kepala, desing dalam telinga, tekanan darah yang goyah,berdebar-debar, susah
bernafas, jari-jari atrofi dan gangguan usus.Gangguan vegetatif juga biasa berupa
rasa panas dan keluarnya keringat malam,dan perasaan jantung berdebar-
debar.dalam masa pascamenopause,dan seterusnya dalam senium,terjadi atrofi
alat-alat genetal.

 Gangguan psikis muncul dalambentuk mudah tersinggung, depresi, kelelahan,


semangat berkurang, dan susahtidur. Gangguan somatic, selain gangguan haid
atau amenorea, mencakup pulakolpitis atrofikans, ektropium
treter,osteoporosis, atritis, aterosklerosis,sclerosis koroner, dan adipositas.
 Gangguan menopause ialah jadwal menopause
 Menopause premature
 Terhentinya haid pada umur 40 tahun
 Terdapat gejal premenopause hot flushes, kenaikangonadotropin
 Menopause terlambat
 Berhentinya haid setelah umur 55 tahun
 Terdapat gejala menopause

Kelainan organic pada masa menopause


Dengan rangsangan estrogen terus-menerus tanpa
selingan progesteronememberikanpeluang terjadinya keadaan patologis organ
tujuan estrogen dalam bentuk:
Perdarahan disfungsional semakin meningkat

 Terjadi perubahan alat genetaliamenjadi tumor jinak; mioma uteri, polip


endometrial, polip servikal
 Karsinoma korpus uteri
 Keganasan payudara

Manajemen kebidanan klimakterium dan menopause


Bagaimanabidan menghadapi masalah klimaterium di tengah masyarakat. Seperti
dikemukakanbahwa hanya sekitar 25 % wanita mengeluh karena terjadi penurunan
estrogentubuh dan memerlukan tambahan hormon sebagai substitusi. Pemberian
substitusihormon tanpa diikuti pengawasan ketat adalah berbahaya, karena bidan
dapatmengambil langkah :

Melakukan KIEM sehingga wanitadenngan keluhan menopause dapat


memeriksakan diri ke dokter puskesmas

Bidan berkonsultasi dengandokter puskesmas atau dokter ahli

Setelah pengobatan, bidan dapatmeneruskan pengawasan

Bidan dapat merujuk penderita keRumah Sakit

LAPORAN PENDAHULUAN
MENOPAUSE

Sebagian besar wanita telah siap menghadapi mati haid, karena itu dapat melewati
dengan tenang dan aman. Hanya sekitar 25% wanita memerlukan pertolongan
medis untuk dapat mengatasi masalah klimakterium dengan tambahan terapi
hormonal.

Konsep pengobatan hormonal berpegang atas dasar :


1. Pemberian hormon pengganti dengan dosis rendah
2. Mengurangi rangsangan terus menerus hormone estrogen
3. Perlu membebaskan rangsangan estrogen dengan jalan :
- Memberikan selingan hormon progeteron, profertil mestronal
- Membebaskan pemberian estrogen 1-2 mg
Klimakterium merupakan peralihan dari masa reproduktif aktif menjadi senium.
Dimana terdapat keseimbangan baru hormonal sehingga tidak terjadi gangguan
vegetatifmaupun gangguan psikologis.
Dengan demikian masa klimakterium dapat dibagi :
1. Pre Monophause
- Menjadi penurunan tajam estrogen
- Meningkatnya hormon gonadotropin
- Gangguan keseimbangan hormon/menstruasi tidak teratur tanpa adanya
ovulasi)
- Menimbulkan gejala klinis : psikologis (takut tua, takut tidak menarik, emosi
labil, lebih cepat marah, sering bersedih, sukar tidur) dan kardiovaskuler (hot
flusher, terasa panas pada pipi, muka dan lengkuk, sering berdebar, kulit terasa
kering dan panas)

2. Monophause
- Haid terakhir/saat menstruasi terakhir
- Tenggang waktu 1-2 tahun

3. Pasca Monophause
- Masih terjadi kegoncangan hormonal
- Masih ada gejala klinik berkelanjutan dari pre monophause

4. Senium
- Keadaan keseimbangan hormonal tercapai sehingga wanita tidak mengalami
goncangan psikologis
- Gangguan organic dapat terjadi kulit terasa kering, evitel vagina tipis yang
menimbulkan dispareuni, mudah infeksi sistitis/vaginitis senilis
- Tulang osteoporosis sehingga mudah patah

Proses klimakterium dapat menimbulkan beberapa perubahan yaitu :


1. Gangguan jadwal monophause
a. Monophause premature
- Terhentinya haid pada umur 40 tahun
- Terdapat gejala premonophause hot fluses, kelainan gonadotropin
b. Monophause terlambat
- Berhentinya haid pada umur 55 tahun
- Terdapat gejala monophause

2. Kelainan Organik pada masa monophause


Dengan rangsangan estrogen terus menerus tanpa selingan progesterone
memberikan peluang terjadinya keadaan patologis organ. Tujuan estrogen dalam
bentuk :
a. Perdarahan disfungsional semakin meningkat
b. Terjadi perubahan alat genetalia menjadi tumor jinak, dimana uteri, polip
endometrium, polip servikal
c. Karsinoma korpus uteri
d. Keganasan payudara
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh bidan :
1. Melakukan klem, sehingga wanita dengan keluhan monophause dapat
memeriksakandiri kedokter Puskesmas
2. Bidan berkonsultasi dengan dokter Puskesmas/dokter ahli
3. Setelah pengobatan bidan dapat meneruskan pengawasan
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “S” DENGAN GANGGUAN MENOPAUSE

Tanggal masuk : 30-03-2009


Jam : 18.30 WIB
Tanggal pengkajian : 30-03-2009
Jam : 18.30 WIB
Diagnosa : Menopause

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif

1. IDENTITAS (BIODATA)

Nama pasien : Ny. Suwarni Nama suami : Tn. Sunaryo


Umur : 51 tahun Umur : 55 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : - Penghasilan : Rp. 1.000.000,-
Alamat : Desa Srikaton

2. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan cepat lelah, berkeringat, sering marah-marah dan ibu mengatakan
sudah tidak haid selama 8 bulan.

3. ALASAN KUNJUNGAN
Kunjungan pertama Kunjungan rutin
Kunjungan ulang √

4. RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 13 tahun Dismenorhoe : Tidak ada
Lama haid : 6-7 hari Flour albus : Tidak ada
Banyaknya : 2-3x ganti pembalut Jumlah : Tidak ada
Siklus : 28 hari Warna/bau : Tidak ada
Teratur/tidak : Teratur

5. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS YANG LALU


Ham Perka Tempat Usia Jenis Penolo Penyulit Anak Ket
il winan persali kehamil persali ng kehml Pers Nifa JK BB PB
ke- nan an nan l s
1 1 Dukun 9 bulan Normal Dukun - - - ♂ 300 49 27
Normal ♀ 0 cm th
2 1 Bidan 9 bulan Normal Bidan - - - ♂ gra 49
m cm 22
3 1 Bidan 9 bulan Bidan - - - 310 50 th
0 cm
gra 18
m th
310
0
gra
m

6. POLA MAKAN DAN MINUM


Makan : 3x/hari porsi sedang (nasi, sayur, lauk)
Minum : 6-8 gelas/hari (air putih, teh kadang-kadang)

7. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI


Istirahat : melihat tv
Tidur : 6-8 jam/hari
Seksualitas : 2-3x seminggu tidak ada keluhan

8. POLA ELIMINASI
BAB : 1x/hari (warna coklat, bau khas, konsistensi lembek, tidak ada keluhan)
BAK : 4-5 x/hari (warna kuning, bau khas, konsistensi cair, tidak ada keluhan)

9. RIWAYAT KB
Kontrasepsi yang pernah digunakan : ibu mengatakan menggunakan IUD 2
tahun
Rencana kontrasepsi yang akan datang : ibu mengatakan

10. RIWAYAT PENYAKIT YANG DIDERITA


Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit apapun

11. RIWAYAT PENYAKIT YANG LALU


Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit serius

12. RIWAYAT PENYAKIT KETURUNAN


Ibu mengatakan tidak ada penyakit keturunan dalam keluarganya, seperti : DM,
asma, jantung, gemeli, hipertensi

13. PERILAKU KESEHATAN


Ibu mengatakan tidak minum alkohol/obat-obatan, tidak minum jamu, tidak
merokok, tidak makan sirih, tidak minum kopi, ganti pakaian dalam 2x sehari.

14. KEPERCAYAAN/ADAT ISTIADAT


Ibu mengatakan didalam keluarganya masih ada yang mengadakan selamatan,
syukuran, dll.

15. PSIKOSOSIAL
Ibu mengatakan hubungan ibu dan keluarga baik
B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : baik


b. Kesadaran : composmentis
c. Keadaan emosional : stabil
d. Tekanan darah : 130/80 mmHg
e. Suhu tubuh : 36 oC
f. Denyut nadi : 80 x/menit
g. Pernapasan : 20 x/menit

2. Pemeriksaan Khusus

A. Inspeksi
 Kepala : warna rambut hitam, tidak ada benjolan, tidak ada ketombe, tidak
rontok, tidak ada nyeri tekan
 Muka : simetris, tidak pucat, tidak oedema
 Mata : simetris, tidak oedema, konjungtiva merah muda tidak pucat,
sklera putih tidak ikterus
 Hidung : simetris, tidak polip, tidak skret
 Mulut dan gigi : bibir lembab, lidah merah muda, tidak ada stomatitis,
gigi putih, gusi merah muda tidak ada ginggifitis, tidak ada epulis
 Telinga : simetris, tidak ada serumen
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis
 Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
 Dada : pembesaran payudara simetris, papila mamae menonjol, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pengeluaran
 Abdomen : ada linea nigra, tidak ada luka bekas operasi
 Ekstremitas Atas : simetris, telapak tangan tidak pucat
Bawah : simetris, tidak oedema, tidak varises

B. Perkusi
 Reflek patella : +/+

C. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan

D. Pemeriksaan Penunjang Lain


Tidak dilakukan

E. Kesimpulan
Ibu dengan gangguan menopause
II. INTERPRETASI DATA
Tgl / Jam Data Dasar Dx / Mx / Keb
30-03-2009
Ds : - Ibu mengatakan cepat lelah, berkeringat, sering Dx : Gangguan
18.30 WIB marah-marah dan sudah 8 bulan tidak Monophause
haid

Do : KU : Baik
TTV : TD : 130/90 mmHg
N : 80x/menit
S : 36 0C
RR : 20x/menit
Payudara : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan
Abdomen : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

III. INTERVENSI
Tgl / Jam Dx / Mx / Intervensi Rasional
Keb
30-03-2009 Dx : Gangguan Tujuan :
18.30 WIB Monophause - Masa Monophause
Berjalan lancer tanpa ada
masalah

Kriteria :
KU : Baik
TTV : TD : 110/70-120/80 mmHg
N : 60-80x/menit
S : 365-375 0C
RR : 16-24x/menit

INTERVENSI
1. Lakukan komunikasi
terapetik dengan pasien 1. Dengan komunikasi
secara terapuetik ibu
dapat mengungkapkan
2. Beritahu ibu penyebab keluhan
terjadinya gangguan2. Agar ibu tidak takut
menopause
3. Anjurkan ibu untuk
kontrol ulang jika masih3. Untuk mendapatkan
ada masalah penanganan selanjutnya

IV. IMPLEMENTASI
Tgl / Jam Dx / Mx / Keb IMPLEMENTASI
30-03-2009 Dx : Gangguan1. Melakukan komunikasi terapetik dengan
18.30 WIB Monophause ibu
2. Memberikan penjelasan kepada ibu
mengenai gangguan menopause
3. Memberitahu ibu untuk kontrol ulang
jika masih ada keluhan

V. EVALUASI

Tgl : 30–03–2009 Jam : 19.00 WIB

S : - Ibu mengatakan mengerti atas penjelasan yang diberikan.

O : - Ibu mengatakan mengerti dan bisa mengulang penjelasan yang diberikan


oleh Bidan.
A : Masalah teratasi

P : -
BAB IV
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN (SOAP)

A.PENGERTIAN DOKUMUNTESI
Istilah Dokumentasi dari kata document (Belanda), document (Inggris),
documentum (Latin). Sebagai kata kerja document berarti: menyediakan dokumen,
membuktikan dengan menunjukkan adanya dokumen; sebagai kata benda berarti:
wahana (wahana = kebenaran, alat pengangkut, angkutan, alat untuk mencapai tujuan)
informasi, data yang terekam atau dimuat dalam wahana tersebut beserta maknanya
yang digunakan untuk belajar, kesaksian, penelitian, rekreasi, dan sebaginya.
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus umum Bahasa Indonesia. (2007):
Dokumen:
Sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan
(seperti akta kelahiran, surat nikah, surat perjanjian).

Barang cetakan atau naskah karangan yang dikirim melalui pos.

Pemberian atau pengumpulan bukti-bukti dan keterangan (seperti kutipan

1. Surat bukti tertulis atau tercetak yang dapat digunakan sebagai bukti.

2. Barang tertulis yang disimpan yang sewaktu-waktu dapat dilihat kembali bila
diperlukan.

Dokumentasi:

1. Semua tulisan yang dikumpulkan dan disimpan yang dapat digunakan bila
diperlukan, juga gambar dan foto. Mendokumentasikan: mengatur dan
menyimpan tulisan atau gambar atau foto sebagai dokumen.

B.KELEBIHAN DAN KELEMAHAN DOKUMENTASI

Metode dokumentasi sebagai metode pengumpulan data mempunyai beberapa

kelebihan, yaitu:

1. Metode ini dapat memberikan gambaran berbagai informasi tentang siswa pada

waktu yang sudah lampau (yang direkam atau didokumentasikan)


2. Berbagai informasi tentang siswa tersebut merupakan bahan kajian yang dapat

menghubungkan keadaan siswa dengan masa lauinya, apakah keadaan sekarang

disebabkan oleh hal yang sudah lalu atau tidakkah

3. Metode ini dapat merekam berbagai jenis data tentang siswa: identitas siswa,

identitas orang tua, keadaan dan latar belakang keluarga, lingkungan sosial, data

psikis, prestasi belajar, data pendidikan dan data kesehatan jasmani, dan

sebagainya.

Dari data dokumentasi di atas yang menjadi data pokok dari peneliti adalah

dokumentasi untuk melengkapi data yang dapat dipertanggung- jawabkan.

Selain memiliki kelebihan, metode dokumentasi juga mempunyai kelemahan -

kelemahan, yaitu:

1. Pencatatan dalam dokumen perlu disikapi dengan kritis, apakah pencatatan yang

dilakukan terhadap siswa valid ataukah tidak.

2. Jika ada pencatatan yang tidak lengkap karena sesuatu hal, disengaja atau tidak

disengaja, penggunaan dokumen dapat menyesatkan dalam memahami siswa.

Upaya-upaya mengatasi kelemahan dalam dokumentasi yaitu :

1. Seorang peneliti harus jeli dan teliti ketika mencatat dalam dokumen sehingga

kesalalahan dalam penulisan data yang bisa menyesatkan bisa terhindari.


PATOLOGI ANC
Hiperemesis Gravidarum
1.Pengertian
a. Hiperemesis gravidarum adalah bila wanita memuntahkan segala apa yang

dia makan dan diminum hingga berat badannya turun , tugor kulit berkurang

,diuresus berkurang dan timbul asetonuri (Sastrawinata .S, Obstetri Patologi

,2005 hal 64)

b. Hiperemesis gravidarum adalah Mual dan muntah yang berlebihan pada

wanita hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan

umum menjadi buruk (Mochtar .R, Sinopsis Obstetri ,2000 Hal 215)

c. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga

pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk

(Mansjoer A. Kapita selekta , 2001 259)

d. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga

menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat

membahayakan hidup ibu hamil. ( Manuaba .I.B.G, Ilmu Penyakit Kandungan

,2005 Hal 54)

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis

gravidarum adalah muntah berat dan berlebihan yang terjadi pada ibu hamil

sehingga mengganggu pekerjaan sehari – hari dan kesehatan penderita secara

keseluruhan.

2.Etiologi Hiperemesis Gravidarum


Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada

bukti ini disebabkan oleh faktor fisik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia.
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan oleh beberapa

penulis sebagai berikut :

a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah

primigravida,molahidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan

bahwa faktor hormon memegang peran karena keadaan tersebut hormon

kronik gonadotropin dibentuk berlebihan.

b. Faktor organik, masuknya villi cholarialis dalam sirkulasi material dan

perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak

ibu.

c. Alergi sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak.

d. Faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah

tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan

persalinan, takut tanggung jawab sebagi ibu dapat menyebabkan konflik

mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak

sadar terhadap keengganan menjadi hamil dan sebagai pelarian kesyukuran

hidup (Wiknjosastro.H. Ilmu Kebudanan , 2005 hal 276).

3. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Perasaan mual akibat dari meningkatnya kadar estrogen. Pengaruh

fisiologik hormone estrogen ini tidak jelas. Mungkin berasal dari sistem saraf

pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Hiperemesis gravidarum

yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila terjadi

terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit

dengan alkalosis hipokloremik.


Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat

dan lemak yang habis terpakai untuk keperluan energi karena oksidasi lemak

yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam eseton – asetik,

asam butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan

kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan

ekstraseluler dan plasma berkurang.

Natrium dan klorida darah turun demikian pula klorida air kemih. Selain
itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah jaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen kejaringan
pula berkurang dengan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan
kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal,
menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati
dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan (Wiknjosastro.H, Ilmu
kebidanan , 2005 hal 277).

4.Diagnosis Hiperemesis Gravidarum


Kejadian hipermesis gravidarum tidak sukar,dengan menentukan kehamilan

muntah berlebihan sampai menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan

dehidrasi . Muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan

gangguan tumbuh kembang janim dalam rahim dengan manifestasi kliniknya .

Oleh karena itu hipermesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus

mendapat pengobatan yang adekuat ( manuaba .I.B.G, Ilmu Penyakit Kandungan

,2000 hal 211)

5. Gejala Klinik Hiperemesis Gravidarum


Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi

tiga tingkat :

a. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama

1) Muntah terus menerus

2) Makan kurang
3) BB menurun

4) Kulit Kering

5) Nyeri didaerah epigastrium

6) Tekanan darah sistolik menurun dan nadi meningkat

7) Lidah kering

8) Mata tampak cekung

b. Hiperemesis gravidarum tingkat kedua


1) Penderita tampak lemah dan apatis
2) Mata cekung ,turgor kulit makin kurang, lidah kering dan kotor.

3) Tekanana darah turun dan nadi kecil

4) BB makin turun

5) Mata ikterus

6) Nafas berbau aseton

c. Hiperemesis gravidarum tingkat tiga

1) Muntah berkurang

2) Keadaan umum wanita hamil menurun, tekanan darah turun, nadi

meningkat, dan suhu naik, keadaan dehidrasi makin jelas.

3) Gangguan pada hati terjadi dengan manifestasi ikterus.

4) Komplikasi fatal terjadi pada sususnan saraf yang dikenal sebagai

ansefalopati (Winkjosastro .H. Ilmu Kebidanan, 2005 hal 279)

6. Penanganan Hiperemesis Gravidarum

a. Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan

kepada ibu – ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut, juga

tentang ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak tetapi dalam porsi sedikit-
sedikit namun sering, jangan tiba-tiba berdiri waktu pagi, akan terasa loyo,

mual dan muntah. Defekasi hendaknya diusahakan teratur.

b. Terapi obat

Komponen (susunan obat) yang dapat diberikan adalah :

1) Sedative (luminal, Phenobarbital)

2) Antimuntah : (mediamer B6, drammamin, avopreg, avomind toreca)

(Manuaba.I.B.G, Ilmu penyakit kandungan ,2000 hal 212)

3) Antimuntah : Metoklopramid dan domperidon.

4) Vitamin : terutama vitamin B1 (Neutropik, Neuralgia), B6, B12

(Neurobion).( Manuaba.I.B.G, Ilmu penyakit kandungan ,2000 hal 212)

5) Obat antasida dan antimules.

c. Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di Rumah sakit

/ puskesmas.

1) Kadang – kadang pada beberapa wanita hanya tidur dirumah sakit atau

puskesmas saja telah banyak mengurangi mual dan muntahnya.

2) Isolasi, jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter

saja yang boleh masuk. Kadang kala hal ini saja tanpa pengobatan khusus

telah mengurangi mual dan muntah.

3) Tanda psikologis

Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu yang wajar, normal


dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir.
4) Penambahan cairan, berikan infus dextrose atau glukose 5% sebanyak 2 –

3 liter dalam 24 jam.

5) Berikan obat-obatan seperti yang telah dikemukakan diatas.Pada

beberapa kasus dan bila terjadi tidak dapat dengan cepat


memperbaikikeadaan umum penderita dapat dipertimbangkan suatu

abortus buatan (Mochtar.R, Sinopsis Obstetri, 2000 hal 217).

7. Prognosis Hiperemesis Gravidarum

Dengan penanganan yang baik prognosis hipermesis gravidarum sangat


mememuaskan . penyakit ini biasanya dapat membetasi diri,namum demikian
tingkatan yang berat,penyakiy ini dapat mengancang jiwa (Wiknjosastro .H, Ilmu
Kebidanan ,2005 Hal 279 )

SOAP

DATA SUBJEKTIF

1. Ibu mengatakan baru pertama kali hamil dan tidak pernah keguguran

2. HPHT tanggal 20-06-2011

3. Sudah mulai merasakan pergerakan janinnya

4. Ibu mengatakan hamil lima bulan

5. Ibu mengeluh mual dan sering muntah bila mengomsumsi makanan

seperti nasi dan keluhan berkurang jika

6. Ibu mengatakan nafsu mkan

7. Ibu mengatakan nyeri pada lambung

DATA OBJEKTIF
1. Keadaan ibu lemah

2. TTV;

o TD: 120/80

o S: 36,5 C

o N: 100 X/ menit

o P: 20x/ menit

3. Antropometri

 TB: 160 CM

 BB awal: 56 g, BB sekaranf 53 kg

 LILA: 27 cm

ASSESMENT

G1 P0 A0, gestasi 21 minggu 1 hari, situs memanjang PUKI, presentase kepala, BAP,
tunggal, hidup, keadaan janin baik, dengan masalah hioermesis gravidarum tingkat 1.

1) G1 P0 A0

Data objektif
 Ibu mengatakan hamil pertama dan tidak pernah keguguran

Data objektif

 Tonus otot tegang

 Tampak strie livide dan linea nigra

Analisa dan interprestasi data


 Tonus otot tegang karena belum pernah ada peregangan

sebelumnya
 Kemungkinan perangsangan estrogen dan progesrteron selama

kehamilan mengakibatkan meningkatnya pelepasan MSH yang

mempengaruhi kulit abdomen menjadi hitam kecoklatan

membentuk linea nigra dan kulit perut seolah retak-retak

warnanya berubah agak hitam dan kebiru-biruan disebut stia

livede, setelah partus berubah warnanya menjadi putih sebut

albiccans, jadi stie livide hanya nampak pada kehamilan pertama

2) Gestasi 21 minggu 1 hari

Data subjetif
 HPHT 20-06-2011

Data objektif

 TFU 19 cm (2 jari bawah pusat)

Analisa dan interfrestasi


 Dari HPHT tanggal 20-06-2011 s/d 15-11-2011(21 minggu 1 hari)

 Menurut rumus neigle HPHT 20-06-2011 s/d tnggal pengkajian 15-11-

2011maka umur kehamilan 21 minggu 1 hari

3) PUKI

Data subjektif
 Ibu mengatakan pergerakan janinya kuat terutama di sebelah kanan

perut ibu

Data objektif

 Pada palpasi leopold II teraba bagian punggung janin di sebelah kiri

abdomen ibu

4) Persentase kepala
Data subjektif

Data objektif

 Pada palpasi leopold I teraba bagian bokong pada fundus

 Pada palpasi leopold III teraba bagian kepala di simpisis

 Pembesaran perut sesuai umur kehamilan

Analisa dan interpretasi data

 Palpasi leopold I teraba bagian lunak kurang bundar dan tidak melenting

yang menandakan bokong,sedangkan palpasi leopold III taraba bagian

yang keras bundar dan melenting yang di pedomani sebagai kepala

5) BAP

Data subjektif

Data objektif

 Pada palpasi leopold IV kepala belum masuk PAP (konvergen)

Analisa dan interpretasi data

 Pada leopold IV bila ujung ujung jari kedua tangan bisa dipertemukan di

sebut konvergen yang berarti bagian terendah janin belum masuk PAP

6) Intra uterin

Data subjektif

 Ibu mangatakan selama hamil tidak pernah mengalami nyeri perut

 Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri pada saat di lakukan palpasi

Data objektif
 Pembesaran perut sesuai dngan umur kehamilan

 Pada pemeriksaan palpasi teraba bagian bagian janin

Analisa dan interpretasi data

 Pada pemeriksaan palpasi ibu tidak merasakan nyeri tekan, dan tidak

pernah merasakan nyeri yang sangat hebat pada abdomen didukung oleh

terabanya bagian-bagian janin jika dipalpasi menandakan bahwa ibu

intrauterin

7) Janin Tunggal

Data subjektif
Data objektif
 Teraba 2 bagian besar pada tempat yang berbeda, djj terdengar jelas pada

suatu tempat yaitu sisa lari bawah pusat

 Saat palpasi teraba satu punggung dam satu kepala dan satu bokong

Analisa dan interpretasi data

 Teraba bagian besar pada tempat yang berada pada bagian fundus teraba

bokong, bagian bawah perut ibu teraba kepala janin dan djj pada satu

tempat menandakan bahwa janin tunggal.

8) Hidup

Data subjektif

 Ibu mengatakan pergerakan janinnya kuat

Data objektif

 Pada auskultasi djj terdengar kuat dan terur (134 X/ menit)

Analisa dan intpretasi data


 Dengan keterangan ibu bahwa ada gerakan janin dan di dukung oleh

pemeriksaan auskultasi bahwa janin hidup

9) Keadaan janin baik

Data subjektif
 Ibu mengatakan pergerakan janin kuat

Data objektif

 Kesadaran : komposmentis

 KU ibu baik

TD: 120/80 N: 100x/ menit S: 36,5 c p: 20x/ i


 DJJ tedengar jelas kuat dan teratur dengan frekuensi 134x/i

Analisa dan interpretasi data

Pergerakan janin yang kuat serta DJJ 134x/i teratur dan kuat menandakan
keadaan janin baik

10)Hipermesis grafidarum tingkat I

Data subjektif
 HPHT 20-06-2011

 Ibu mengatakan mual muntah terus menerus

 Ibu mengatakan kurang nafsu makan

 Ibu mengatakan nyeri lambung

Data objektif

 Gestasi 21 minggu 1 hari

 KU ibu lemah

 Mata tampak cekung

 Lidah nampak kering

 Berat badan menurun


Analis dan interfretasi data

Hipermesis grafidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20


minggu, begitu hebat di mana segala apa yang dimakan dan di minum di
muntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari,
berat badan menurun, dehidrasi, dan sebagainya.

PALNNING

1. Sampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

Hasil: ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan serta mau melakukannya
2. Batasi intake oral hingga muntah berhenti

Hasil: klien bersedia melakukan anjuran ibu


3. Berikan obat anti emairan pembersihetik yang di programkan dengan dosis

rendah, misalnya pnergen 10-20 mg/IV

Hasil: obat telah diberikan


4. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

Hasil: klien bersedia melakukan aj


Njuran bidan
5. Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak

Hasil: klien bersedia melakukan anjuran bidan


6. Inspeksi adanya iritasi ataqu lesi pada mulut

Hasil: tidak ada iritasi atau lesi pada mulut

7. Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan pembersih

mulut sesring mungkin

Hasil: mulut tampak bersih


8. Pantau kadar hemoglobin

Hasil: hb=10gr%

9. Ukur pembesaran uterus


Hasil:TFU =19cm(2 jari bawah pusat)
10. Diskusikan tanda bahaya kehamilan

Hasill:ibu memberikan respon positif


11. Berikan support psikologis

Hasil:ibu lebih optimis menghadapi keadaanya dan mau diberikan pelayanan


Anjurkan klienmembatasi aktifitas dengan istirahat yang cukup
Hasil:klien bersedia melakukan anjuran bidan
12. Anjurkan ibu untuk kembali memeriksakan kehamilannya bulan depan yaitu

pada tanggal 15 desember 2011

Hasil:ibu memberikan respon positif

PATOLOGI INC

PARTUS LAMA

1.PENGERTIAN

a. Partus lama adalah persalinan yang berlangsung 12 jam atau lebih tanpa

kelahiran bayi, fase laten berlangsung 8 jam dan dilasi serviks melewati

kanan garis waspada pada patograp (Saifuddin dkk, 2006)

b. Persalinan Distosia adalah proses persalinan yang menyimpang dari

persalinan eutosia yang disebabkan oleh ketidak serasian antara ketiga

komponen yaitu power, pessege, dan passenger sehingga menimbulkan

kesulitan jalannya persalinan. (Manuaba.2007. Hal. 741).

c. Persalinan Distosia adalah jarak waktu antara lahirnya kepala dengan

lahirnya badan bayi lebih dari 60 detik.

d. Persalinan lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada

primigravida dan lebih dari 18 jam pada multigrafida. (Rustam Mochtar hal

384 tahun 2006).


Sebab-sebab terjadinya partus lama ini adalah multi kompleks dan tentu saja
tergantung pada pengawasan selama hamil. Pertolongan persalinan yang
baik dan penatalaksanaannya.

1. Etiologi

a. Kelainan letak janin.

b. Kelainan-kelainan panggul

c. Kelainan his

d. Pimpinan partus yang salah

e. Janin besar atau ada kelainan congenital

f. Primi tua

g. Perut gontong atau grandemulti

h. Ketuban pecah dini.(sarwono prawirohardjo 2008 hal 562)

2. Tanda dan gejala

a. Pada ibu

1) Gelisah

2) Letih

3) Suhu badan meningkat

4) Berkeringat

5) Nadi cepat

6) Pernapasan cepat

7) Biasa terdapat lingkungan bandle

8) Edema vulva

9) Edema serviks

10) Cairan ketuban berbau.

11) Terdapat meconium.

b. Pada janin
1) Denyut jantung janin cepat, hebat, tidak teratur bahkan negatif

2) Air ketuban terdapat meconium

3) Caput suksadaneum

4) Maulage kepala yang hebat

5) Kematian janin dalam rahim

6) Kematian janin intra partum(Sarwono prawirahadjo 2008 hal 578)

3. Diagnosis

Diagnosa persalinan lama

a. Belum inpartu jika serviks tidak membuka,tidak didapatkan his atau his

tidak adekuat.

b. Fase laten memanjang jika pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah

8 jam inpartu dangan his yang teratur.

c. Fase aktif memanjang

1) Inersia uteri, jika frekuensi berkurang dari 3 kali dalam 10 menit dan

lamanya kurang dari 40 detik.

2) Disproporsi cefalo pelvic, pembukaan serviks lengkap turunnya bagian

janin yang dipresentase tidak maju, sedangkan his baik.

3) Obstruksi kepala, pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang

dipresentase tidak maju dengan cepat, terdapat moulage serviks, tanda

rupture uteri imminens, gawat janin.

4) Mal presentase atau mal posisi, jika kelainan presentase

5) Kala II lama, jika pembukaan serviks lengkap ibu ingin mengedan tetapi

tidak ada kemajuan kepala.

(Saifuddin 2006 hal M 48)

5. Penanganan
Penanganan pada partus kasep yaitu :

a. Dapat dilakukan partus spontan.

b. Extraksi vakum.

c. Extraksi pada janin yang meninggal

d. Secsio sesarea.

6. Penanganan Umum

a. Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda-

tanda vital dan hidrasinya).

b. Kaji kembali partograf, apakah pasien berada dalam persalinan (nilai

frerkuensi dan lamanya his).

c. Perbaiki keadaan umum ibu dengan :

1) Dukungan emosi

2) Periksa keton dalam urin dan berikan cairan, baik oral maupun parental

(kateterisasi hanya kalau perlu).

d. Berikan analgesia : tramadol atau petidin 25 mg I.M. (maksimum 1

mg/kgBB) atau morfin 10 mg I.M. jika pasien merasakan nyeri yang sangat.

7. Komplikasi

a) Demam/infeksi

b) Preeklamsi/eklamsia

c) Solusio plasenta

d) Plasenta previa

e) Gawat janin

f) Pendarahan

g) Ruptur

h) Kematian pada janin


i) Asfiksia

8. Penganan Khusus

a. Persalinan palsu/belum inpartu (False labour).

Periksa apakah ada infeksi saluran kemih atau ketuban pecah. jika didapatkan
adanya infeksi, obati secara adekuat jika tidak ada, pasien boleh rawat jalan.

b. Fase laten memanjang (Prolonged Latent Phase)

Diagnosis fase laten memanjang dibuat secara retrospektif. Jika his berhenti,
pasien disebut belum inpartu atau persalinan palsu. Jika his makin teratur dan
pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm, pasien masuk dalam fase laten.
Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan, lakukan
penilaian ulang terhadap serviks :

1) Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan

tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum inpartu.

2) Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks, lakukan

amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.

a) Lakukan penilaian ulang tiap 4 jam.

b) Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian

oksitosin selama 8 jam, lakukan seksio sesarea.

3) Jika didapatkan tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau)

a) Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin

b) Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan :

(1) Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam,

(2) Ditambah getamisin 5 mg/kgBB I.V. setiap 24 jam

(3) ,Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pasca

persalinan.
(4) Jika dilakukan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika ditambah

Metronidasol 500 mg I.V. setiap 8 jam sampai ibu bebas demam

selama 48 jam.

SOAP

DATA SUBJEKTIF

1. Ibu mengatakan ini kehamilan pertama

2. HPHT tanggal 24-09-2011

3. Imunisasi TT 2x

TT1 tanggal 03-03-2011

TT2 tanggal 8-04-2011

4. Pemeriksaan ANC 4x

5. Pergerakan janin dirasakan sejak umur kehamilan 5 bulan

6. Pergerakan janinnya dirasakan kuat dan hanya pada salah satu sisi yaitu perut

sebelah kiri

7. Ibu tidak pernah mengalami nyeri perut yang hebat selama hamil

Umur kehamilan ± 9 bulan

8. Tidak pernah merasakan sakit kepala yang hebat selama hamil.

9. Ibu merasa gilisah dan letih

10. Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah tembus ke belakang

11. Ibu merasa adanya dorongan untuk mengedan

12. Ibu merasa adanya tekanan pada anus

13. Perineum menonjol


14. Vulva dan anus membuka

15. ibu mengatkan nyeri perut bagian bawah tembus ke belakang yang

dirasakan tidak ada perubahan dan keluar air dari jalan lahir

DATA OBJEKTIF

1. TP tanggal 01-07-2012

2. TTV

TD : 110/80 mmHg

N : 80x/i

S : 36,5⁰C

P : 24x/i

3. Tidak ada oedema pada wajah dan ekspresi nampak cemas.

4. Tidak ada nyeri tekan pada perut saat palpasi.

5. Pembesaran perut sesuai umur kehamilan.

6. Tonus otot perut tegang

7. Nampak striae livida dan linea nigra

8. Menurut Mc. Donald

a. Mc. Donald Palpasi TFU : 34 cm

b. Leopold I : teraba bagian janin bulat dan lunak

c. Leopold II : Teraba tahanan keras seperti papan disisi kanan

perut ibu serta bagian-bagian kecil janin diraba

pada sisi lain perut ibu

d. Leopold III : Teraba bagian janin bulat dan keras

e. Leopold IV : Kedua tangan sudah tidak dapat bertemu

(divergen) kepala sudah masuk kedalam pintu atas


Panggul, penurunan kepala

9. Lingkar perut : 88 cm

10. TBJ : TFU x LP : 34 x 88 : 2992 gram

11. Nadi cepat

12. Pernapasan cepat

13. terdapat lingkungan bandle

14. Kontraksi uterus lemah 3 x dalam 10 menit durasi 20- 30 detik

15. Pembukaan 10 cm

16. Persentase kepala

17. Hodge IV

ASSESMENT

GI P0 A0, masa gestasi 38 minggu 3 hari, punggung kanan, kepala, BDP,

tunggal, hidup, intra uterin, keadaan ibu cemas dan janin baik, inpartu

kala II dengan his lemah.

1. G1 P0 A0

Ds : Ini kehamilan yang pertama

Do : Tonus otot perut tegang

- Nampak striae livida dan linea nigra

Analisa dan Interpretasi Data

pada primi gravida tonus otot perut taampak tegang karena belum perna
mengalami perenggangan sebelumnya.
a. tanda objektif hamil yaitu terdapat hiferfigmentasi kulit garis di pertengahan
perut ( linea alba) akan berubah menjadi hitam kechan perut ( linea alba) akan
berubah menjadi hitam kecoklatan yang di sebut dengan linea nigra ( sarwono
ilmu kebidanan 2007 hal 179)
b. Pada primi terdapat hiperpigmentasi yang tidak jarang dijumpai pada kulit

perut seolah olah retak warnanya agak hiperemik dan kebiru-biruan setelah

patus berubah menjadi warna putih (Ilmu kebidanan , 2007 hal 98)

2. Masa gestasi 38 minggu 3 hari

Ds : a. HPHT 24 September 2010

b. Mulai dirasakan pergerakan janin pada kehamilan 5 bulan

sampai sekarang.

c. Kehamilannya sudah 9 bulan

Do : a. TP tanggal 01-07-2011

b. Leopold I: 3 Jbpx, teraba bagian janin bulat

dan lunak

c. TFU (MC. Donald) : 34 cm

d. Tanggal pengkajian : 20 Juni 2011 jam 11.05 Wita

Analisa dan Interpretasi data

a. Dari HPHT, tanggal 24 September 2010 sampai dengan tanggal pengkajian

tanggal 20 Juni 2011, maka masa gestasi adalah 38 minggu 3 hari serta

ditunjang dengan TFU 3 jari bawah prosessus xipoideus ini menandakan masa

gestasi yaitu 38-40 minggu (Hukum Neagle).

b. Dari pengukuran TFU yaitu 34 cm dapat ditentukan umur kehamilan dalam

bulan dengan rumus 34÷3,5=9,7.berarti umur kehamilan adalah 9 bulan.(

menurut MC. Donald )

c. Ditunjang pula pernyataan dari ibu bahwa dirasakan pergerakan janin pada

kehamilan 5 bulan sampai sekarang serta dengan pernyataan kehamilannya

sudah 9 bulan.
3. Punggung Kanan

Ds : Pergerakan janinnya dirasakan kuat dan hanya pada salah satu sisi yaitu

perut sebelah kiri.

Do : a. Pemeriksaan Leopold II : Teraba tahanan keras seperti papan, Disisi Kanan

perut ibu serta bagian-bagian kecil janin diraba pada sisi lain perut ibu

b. DJJ terdengar kuat dan jelas pada perut ibu sebelah kanan bagian bawah dengan

frekwensi 130 x/menit

Analisa dan Interpretasi Data

Pada palpasi Leopold II teraba tahanan keras seperti papan disisi kanan

perut ibu serta bagin- bagian kecil janin diraba pada sisi lain perut ibu dimana

gerakan janin dirasakan ibu kuat di perut sebelah kiri serta, DJJ yang terdengar

kuat pada perut ibu sebelah kanan bagian bawah ini menandakan bahwa

punggung janin berada disebelah kanan ibu.

4. Kepala

Ds : -

Do : a. Leopiold I : 3 Jbpx, teraba bagian janin bulat dan lunak

b. Leopold III : Teraba bagian janin bulat dan keras

c. DJJ terdengar kuat dan jelas pada perut ibu sebelah kanan bagian

bawah dengan frekwensi 130 x/menit

Analisa dan Interpretasi Data

Pada palpasi Leopold I teraba lunak, tidak bulat dan tidak melenting, ini

menadakan bahwa bagian yang ada di Fundus adalah bokong. Pada palpasi

Leopold III teraba bagian janin yang bulat, keras dan melenting yang

menandakan kepala,serta pada auskultasi DJJ kuat dan jelas pada perut
sebelah kanan bagian bawah, ini menandakan bahwa bagian terendah dari

janin adalah kepala.

5. BDP

Ds : -

Do :

a. Leopold IV : Kedua tangan sudah tidak dapat bertemu

(divergen) kepala sudah masuk kedalam pintu atas panggul,

penurunan kepala 0/5

b. Pada pemeriksaan dalam didapatkan penurunan kepala Hodge

IV

Analisa dan Interpretasi Data

Pada saat palpasi Leopold IV, Kedua tangan sudah tidak dapat bertemu

(Divergen) yang menandakan kepala sudah masuk kedalam pintu atas panggul

dan pada pemeriksaan dalam penurunan kepala sudah H IV ini menandakan

kepala janin sudah bergerak dalam panggul.

6. Tunggal

Ds : Pergerakan janin dirasakan kuat dan hanya pada salah satu sisi yaitu

perut sebelah kiri.

Do : a. Pemeriksaan Leopold

1) Leopold I : 3 Jbpx, teraba bagian janin bulat dan lunak

2) Leopold II : Teraba tahanan keras seperti papan disisi kanan

perut ibu serta bagian- bagian kecil janin diraba pada sisi lain ibu

3) Leopold III : Teraba bagian janin bulat dan keras

b. Pembesaran perut sesuai umur kehamilan.


c. DJJ terdegar kuat dan jelas pada perut ibu sebelah kanan bagian bawah

dengan frekwensi 130 x/menit

Analisa dan Interpretasi Data

Dari pergerakan janin yang dirasakan kuat dan hanya pada salah satu sisi, pada

pemeriksaan Leopold teraba 1 kepala, 1 bokong, 1 punggung dan bagian-bagian kecil

lainnya. Pembesaran perut yang sesuai dengan umurkehamilan serta auskultasi DJJ

yang terdengar jelas pada salah satu tempat ini menandakan bahwa janin tunggal.

7. Hidup

Ds : Pergerakan janin dirasakan sejak kehamilan 5 bulan sampai sekarang

Do : DJJ terdegar kuat dan jelas pada perut ibu sebelah kanan bagian bawah

dengan frekwensi 130 x/menit

Analisa dan Interpretasi Data

Dari pernyataan ibu yang menyatakan bahwa janinnya bergerak sejak umur 5

bulan sampai sekarang serta dengan auskultasi DJJ kuat dan jelas 130 x/menit,

ini menandakan bahwa janin dalam keadaan hidup.

8. Intra Uterine

Ds : Tidak pernah mengalami nyeri perut yang hebat selama hamil

Do : a. Tidak ada nyeri tekan pada perut saat palpasi., Pembesaran perut sesuai

umur kehamilan.

Analisa dan Interpretasi Data

Janin dapat tumbuh dan berkembang sampai aterm dalam kafum uteri tanpa

menimbulkan rasa nyeri dan pembesaran perut sesuai umur kehamilan,dengan

ibu tidak pernah merasakan nyeri perut yang hebat serta pada palpasi abdomen

tidak terasa nyeri ini menadakan bahwa janin intra uterine, umumnya pada

kehamilan ektopik, sebagian besar tidak dapatberlangsung aterm.


9. Keadaan Ibu cemas dan Janin Baik

Ds : a. Pergerakan janinnya dirasakan kuat.

b. Ibu selalu bertanya tentang keadaan diri dan janinnya

Do : a. Ibu Nampak cemas

b. TTV

1) TD : 110/80 mmhg

2) N : 80 x/menit

3) P : 20 x/menit

4) S : 36,5 O C

c. DJJ terdengar jelas dan kuat, pada perut ibu sebelah kanan bagian

bawah dengan frekuensi 130 x/menit.

Analisa dan Interpretasi Data

a. Persalinan merupakan sesuatu yang sangat menakutkan bagi sebagian wanita,

ini merupakan perjuangan antara hidup dan mati, kecemasan disebabkan oleh

ketidak seimbangan antara saraf otonom simpatikus dan parasimpatikus,

ketidak seimbangan ini dapat terjadi karena ketidak matangan dalam

perkembangan emosional dan psikoseksual dalam rangka kesanggupan

seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu yang sedang

dihadapi,(Hanifa 2006 Hal 537),

b. Pada auskultasi DJJ kuat dan jelas dengan frekuensi dalam batasan normal

yaitu 130 x/menit, serta ditunjang dengan pernyataan ibu bahwa pergerakan

janinnya kuat ini menandakan bahwa janin dalam keadaan baik.

10. Inpartu Kala II

Ds : ibu merasakan nyeri perut bagian bawah tembus ke belakang yang


dirasakan tidak ada perubahan dan keluar air dari jalan lahir.

Do : Pemeriksaan dalam

a. Pembukaan : Lengkap (10 cm)

b. Presentase : Kepala, UUK bawah simpisis

c. Penurunan : H IV

d. Moulage : Tidak ada

Analisa dan Interpretasi Data

Partus dimulai bila timbul his dan disertai pengeluaran lendir bersama

darah (Bloody show) yang berasal dari lendir dan pembuluh-pembuluh kapiler

yang berada di sekitar kanalis servikalis, kala I berlangsung dari pembukaan 1

cm – 10 cm, dimana dalam kala I dibagi menjadi 2 yaitu fase laten ( dimuali dari

pembukaan 0-3 cm) dan fase aktif (dimulai dari pembukaan 4-10 cm). dari

pernyataan bahwa ibu merasa sakit perut tembus kebelakang dan disertai

pengeluaran lendir dan darah, karena adanya kontraksi uterus serta pada

pemeriksaan dalam didapatkan hasil pembukaan 10 cm, ini menandakan ibu

dalam keadaan inpartu kala II lama/memanjang. (Hanifa 2006. Hal 182)

11. His lemah

Ds : ibu mengatkan nyeri perut bagian bawah tembus ke belakang yang

dirasakan tidak ada perubahan dan keluar air dari jalan lahir.

Do : Kontraksi uterus lemah 3 x dalam 10 menit durasi 20- 30 detik

Analisa dan Interpretasi Data

Kontraksi uterus yang baik adalah kontraksi yang adekuat, dimana

kontraksinya makin lama makin kencang, interval makin pendek dan durasi

makin lama, pada fase aktif his dikatakan lemah jika frekuensi his kurang dari 3
kali dalam 10 menit dengan durasi kurang dari 40 detik (Saifuddin 2006 Hal M

48), serta dengan adanya keadaan psikologi ibu yang cemas, kecemasan dapat

merangsang hormone stress (adrenalin) yang beriteraksi dengan reseptor beta

di dalam otot uerus yang dapat menghambat kontraksi yang merupakan respon

ketika ibu merasa cemas karena terancam atau tidak aman. (Vicky Chapman

2006 Hal 92)

PLANNING

1) Kolaborasi dengan dokter tindakan selanjutnya, instruksi pasien akan dirujuk

Hasil: kolaborasi di lakukan

2) Memberi support dan motivasi pada ibu agar tetap optimis dalam menghadapi

persalinannya

Hasil: Ibu bersemangat melahirkan bayinya

3) Mengobserfasi his

4) Memantau keadaan ibu.

Hasil: ke adaan ibu kurang baik.


PATOLOGI PNC

MASTITIS

PENGERTIAN

Mastitis adalah reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah
melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu (Masjoer, 2001 : 324). Pada
kasus mastitis ini biasanya tidak segera ditangani, jika mastitis tidak segera ditangani
menyebabkan abses payudara yang biasa pecah kepermukaan kulit dan akan
menimbulkan borok yang besar.

Pada mastitis biasanya yang selalu dikeluhkan adalah payudara membesar, keras, nyeri,
kulit murah dan membisul (abses) dan yang pada akhirnya pecah menjadi borok
disertai dengan keluarnya nanah bercampur air susu, dapat disertai dengan suhu badan
naik, menggigil. Jika sudah ditemukan tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI pada
bayi jangan dihentikan, tetapi sesering mungkin diberikan.

ETIOLOGI

1. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara adekuat yang
akan menyebabkan mastitis jika tidak segera ditangani.
2. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus aureus
masuk menyebabkan infeksi mastitis
3. Personal higiene ibu kurang, terutama pada puting susu
4. Bendungan air susu yang tidak adekuat di tangani sehingga menyebabkan
mastitis (Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2001)

TANDA DAN GEJALA

1. Payudara bengkak, terlihat membesar


2. Teraba keras dan benjol-benjol
3. Nyeri pada payudara
4. Merasa lesu
5. Suhu badan meningkat, suhu lebih dari 38oC
(Asuhan Persalinan Normal, 2007 : 104)

PENCEGAHAN

a. Perawatan puting susu atau perawatan payudara


b. Susukan bayi setiap saat tanpa jadwal
c. Pembersihan puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan
kerak dan susu yang sudah kering
d. Teknik menyusui yang benar, bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara.

Penanganan
1. Payudara dikompres dengan air hangat.
2. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetika.
3. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika.
4. Bayi mulai menyusu dari payudara yang mengalami peradangan.
5. Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya.
6. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat cukup

SOAP

DATA SUBJEKTIF

 Ibu mengatakan pengeluaran ASI sedikit


 Ibu Mengatakan hasib melahirkan 6 hari yang lalu
 Gangguan pemenuhan ASI
 Payudara ibu bengkak ibu takut dan cemas terjadi kelainan
 Ibu mengeluh payudaranya nyeri apalagi saat disusukan
 Ibu khawatir dengan keadaannya saat ini
 Ibu merasa kawatir jika anaknya kurang gizi karena ASI yang diberikan
tidak adekuat
 Ibu belum bisa menggendong bayinya sendiri karena merasa payudara
nyeri saat ibu mengangkat bayi

DATA OBJEKTIF:

 Keadaan umum : Baik


 Kesadaran : Composmetis
 TTV: TD : 100/60 mmHg
 Nadi: : 84 x/ menit
 Suhu:: 38,2 C
 Pernapasan : 20x/menit
 Pembesaran kelenjar ketiak :Bengkak kemerahan
 Mammae : tidak simetris
 Putting susu : Menonjol
 Pengeluaran ASI : Sedikit
 Payudara :Terdapat nyeri tekan
 Payudara membengkak nyeri teraba ada bejol-bejol
 ASSESMENT (A):

G1P1A0 Post Partum 6 hari dengan Mastitis

1) G1 P0 A0
Dat a Subjektif
 Ibu mengatakan pertama kali hamil dan tidak pernah keguguran

Data objektif

 Tonus otot nampak tegang

Analisa dan interfretasi data

pada primi gravida tonus otot perut taampak tegang karena belum perna
mengalami perenggangan sebelumnya.

1. tanda objektif hamil yaitu terdapat hiferfigmentasi kulit


garis di pertengahan perut ( linea alba) akan berubah
menjadi hitam kechan perut ( linea alba) akan berubah
menjadi hitam kecoklatan yang di sebut dengan linea nigra
( sarwono ilmu kebidanan 2007 hal 179)
2. Pada primi terdapat hiperpigmentasi yang tidak jarang
dijumpai pada kulit perut seolah olah retak warnanya agak
hiperemik dan kebiru-biruan setelah patus berubah
menjadi warna putih (Ilmu kebidanan , 2007 hal 98)
2) Post partum 6 hari dengan mastitis
Data subjekti
Data objektif:
 Pengeluaran ASI : Sedikit
 Payudara :Terdapat nyeri tekan
 Payudara membengkak nyeri teraba ada bejol-bejol

PLANNING (P):
1. menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini serta Observasi
TTV
Hasil: ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan
2. menjelaskan Keadaan ibu saat ini
hasil: ibu mengetahui keadaanya
3. menjelaskan cara mengurangi rasa nyeri sebelum dan sesudah menyusui.
Hasil: ibu memberikan respon positif
4. menjelaskan tentang cara perawatan payudara selama menyusui
hasil: ibu mengerti dan mau melakukan
5. menjelaskan tentang teknik menyusui yang benar
hasil: ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan
6. memberikan Obat-obatan antipiretik untuk menghilangkan rasa nyeri
hasil: obat telah di berikan
7. memberika Suport/ Dukungan kepada ibu
hasil: ibu semangat menghadapi kehamilannya
PATOLOGI BAYI

BBLR

1.PENGERTIAN

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram tanpa
memandang masa kehamilan. BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram) (Prawirohardjo, 2006 : 376).

2.PENYEBAB

Menurut Manuaba (1998, : 326), faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya BBLR


adalah :

 Faktor Ibu

1. Gizi saat hamil yang kurang


2. Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
3. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
4. Paritas ibu

 Faktor Kehamilan

1. Hamil Dengan Hidramnion


2. Perdarahan Antepartum
3. Komplikasi Hamil (Pre-eklampsia / Eklampsia, Ketuban Pecah Dini, Hipertensi)

 Faktor Janin

1. Cacat Bawaan (kelainan kongenital)


2. Infeksi Dalam Rahim
3. Hamil Ganda

3. Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di
dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang
atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR
didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor
utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan
anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan.

4.Prognosis

Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa
gestasi. Makin muda masa gestasi atau makin rendah berat bayi makin tinggi angka
kematian. Prognosis ini juga tergantung dari keadaaan sosial ekonomi, pendidikan
orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal. Bayi Berat
Lahir Rendah cenderung memperlihatkan gangguan pertumbuhan setelah lahir
(Wiknjosastro, 1999 : 783).

5.Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :

1. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Gangguan cairan dan elektrolit
4. Hiperbilirubinemia
5. Sindroma gawat nafas
6. Paten duktus arteriosus
7. Infeksi
8. Perdarahan intraventrikuler
9. Apnea of Prematurity
10. Anemia

6.Penatalaksanaan / Terapi

Penatalaksanaan Bayi baru lahir dengan :

1. Mempertahankan suhu dengan ketat


2. Mencegah infeksi dengan ketat
3. Pengawasan nutrisi / ASI
4. Penimbangan ketat

7.Pencegahan BBLR

Upaya-upaya yang dapat dilaksanakan untuk mencegah terjadinya BBLR :

1. Upaya agar melaksanakan antenatal care yang baik, segera melakukan konsultasi
dan merujuk bila ibu terdapat kelainan.
2. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya persalinan
dengan BBLR.
3. Tingkatkan penerimaaan keluarga berencana.
4. Anjurkan lebih banyak istirahat, bila kehamilan mendekati aterm, atau istirahat
berbaring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari kehamilan normal.
5. Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat
kepercayaan masyarakat.

8.PENANGANAN BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)

Mempertahankan suhu dengan ketat

BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat. Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang
diatur.

Berat badan lahir di bawah 2 kg : 35 0C

Berat badan lahir 2 kg – 2,5 kg : 34 0C

Suhu inkubator diturunkan 1 0C tiap minggu, setiap bayi dapat ditempatkan pada
suhu lingkungan sekitar 24 – 27 0C.

Mempertahankan suhu tubuh optimal

Untuk mempertahankan suhu lingkungan tubuh optimal 37 0C (36,5 – 37,5 0C)


BBLR / BKB membutuhkan suhu lingkungan yang termonetral serta kelembaban udara
60%.

Mengenai suhu lingkungan termonetral sesuai berat lahir dan masa gestasi serta
usia pasca natal. Oleh karena itu BBLR / BKB seharusnya dirawat dalam incubator atau
dengan cara teknologi tepat guna dengan perawatan ketat / metode kanguru, bayi akan
mendapatkan sumber panas melaui kontak langsung secara terus menerus dari ibu
secara alami. (Sukardi Abdurrohman, 2002: 115)

Memenuhi kebutuhan O2

Untuk mempertahankan hidup BBLR/BKB membutuhkan tekanan arterial O2


berkisar : PaO2 50-80 TOrr. Di sini memerlukan monitoring analisa gas darah (AGD)
atau PO2 transkutan maupun dengan pulsa oksimetri (SiO2).

BBLR / BKB dengan asfiksia ringan / sedang gangguan nafas ringan, dapat diberi O2
konsentrasi lebih tinggi (> 40%) melalui :

O2 inkubator

O2 head box

O2 sungkup / maks

(Sukardi Abdurrohman, 2002:116)

Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi < 30 atau > 60 /menit) tarikan
dinding dada ke dalam atau merintih)
Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan nafas bersih.

Beri oksigen 0,5 – 1 L/menit lewat kateter hidung atau nasal prong.

Rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang dituju.

Jaga bayi tetap hangat, bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimut dan pakai topi
untuk mencegah kehilangan panas.

Mencegah infeksi dengan ketat

BBLR sangat rendah akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi


termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.

Cara membersihkan tangan sebelum tindakan

Lepaskan semua perhiasan.

Posisikan tangan di atas siku, basahi tangan seluruhnya dan gunakan sabun.

Mulailah dari ujung jari sampai berbusa, lalu bilas dengan menggunakan gerakan
memutar. Bilas di antara jari-jari, gerakkan dari ujung jari menuju siku pada satu tangan
dan kemudian ulangi untuk tangan berikutnya.

Basuh setiap lengan secara terpisah, ujung jari lebih dahulu, jaga tangan dalam posisi
lebih tinggi dari siku.

Cuci selama 3-5 menit.

Gunakan handuk yang bebeda untuk mengeringkan setiap tangan, keringkan mulai dari
ujung jari sampai siku kemudian buang handuknya.

Pastikan tangan yang telah dibersihkan tidak bersentuhan dengan barang-barang yang
tidak didisinfeksi tingkat tinggi atau disterilkan. Jika tangan menyentuh permukaan
yang terkontaminasi, ulangi membersihkan tangan dengan cara di atas.

Cara perawatan tali pusat

Jangan membungkus pusar ataupun mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puting
tali pusat dan nasehati keluarga untuk tidak memberikan apapun pada pusar bayi.

Mengusapkan alkohol atau pourdon iodine masih diperkenalkan sepanjang tidak


menyebabkan tali pusat basah / lembab.

Beri nasihat pada ibu dan keluarganya sebelum penolong meninggalkan bayi:

Lipat popok di bawah putung tali pusat.


Jika putung tali pusat kotor, cuci secara berhati-hati dengan air matang (DTT) dan
sabun, keringkan secara bersama dengan kain bersih.

Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan perawatan jika pusar menjadi merah
atau mengeluarkan nanah atau darah.

Jika pusar menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah segera rujuk bayi ke
fasilitas yang mampu untu memberikan asuhan bagi bayi baru lahir secara lengkap.

Pengawasan nutrisi / ASI

Umumnya bayi prematur belum sempurna refleks menghisap dan bentuk


kapasitas lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan terutama lipase masih
kurang, maka makanan diberikan dengan pipet sedikit lebih sering.

Penimbangan berat

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi, nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh oleh sebab itu penambahan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.

Kebutuhan cairan untuk BBLR 120-150 ml/kg/hr atau 100-120 kal/kg,


pemberian dilakukan sesuai dengan bertahap sesuai kemampuan segera mungkin
mencukupi kebutuhan cairan atau nutrisi.
SOAP

DATA SUBJEKTIF

HPHT tanggal 15 juli 2010

Ibu melahirkan tanggal 10 maret 2011

Ibu melahirkan tidak cukup bulan

Umur kehamilan 7 bulan

Ibu belum pernah menyusui bayinya

OBJEKTIF

Umur kehamilan 34 minggu

Bayi menangis lemah

Kulit nampak tipis dan bewarna merah

Tanggal 10 maret 2011

Berat badan bayi lahir 1800 gram

ASSESMENT:

BKB/SMK dengan masalah bayi belum memperoleh asi,potensial terjadi ikterus.

1.BKB

DS : ibu melahirkan tidak cukup bulan

Ibu melahirkan tanggal 10 maret 2011

HPHT tanggal 15 juli 2010

Do : tanggal persalinan 10 maret 2011

Pemeriksaan genitalia testis belum turun

Bayi menangis lemah


Kulit nampak tipis dan bewarna merah

Umur kehamilan 34 minggu

Analisa dan interprestsi

PLANNING:

1.mengobservasi

Jam 23.00,N:140/menit,S:36,7 P:40x/menit

Jam 00.00, N:136x?menit, S:336,5,p:40x/menit

Jam 01.00, n:136x?menit, S:36,5, P: 42x/menit

2. menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya

3. HE tentang tanda-tanda bahaya pada BBL,

4. mengajarkan ibu cara menyusui bayinya yang benar

5. mengajarkan ibu cara perawatan tali usat.


PATOLOGI GSR

TUMOR UTERUS

A.PENGERTIAN

Tumor uterus adalah tumor alat genital yang bersifat neoflasma jinak yang
terdapat pada ektoserviks maupun endoserviks-endometrium Atau suatu tumor jinak
yang berbatas tegas, tidak berkapsul yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat
fibrous .

BJenis – jenis tumor uterus berdasarkan letaknya

Ektoserviks terbagi atas :

Kista jaringan embrional : berasal dari saluran mesonefridikus wolffi terdapat


pada dinding samping ektoserviks. Kista endometriosis yang letaknya suferfisial. Folikel
atau kista nabothi yaitu kista retensi kelenjar endoserviks, biasanya terdapat pada
wanita multipara, sebagai penampilan servisitis. Kista ini jarang mendapat ukuran
besar berwarna putih mengkilat bersih cairan mucus. Kalau kista ini membesar akan
menyebabkan nyeri.

Papiloma dapat tunggal maupun multiple seperti kondiloma akuminata.


Kebanyakan papiloma ini adalah sisa epitel yang terlebih pada trauma bedah maupun
persalinan.
Hemangioma ini jarang terjadi biasanya terletak pada superficial yang dapat membesar
pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan metroragi

Endoserviks terdiri atas:.

adalah suatu adenoma maupun adenofibroma yang berasal dari selaput lender
endoserviks. Yang tangkainya dapat panjang keluar dari vulva. Epitel yang melapisi
adalah epitel endoserviks yang dapat juga mengalami metaplasi menjadi lebih semakin
kompleks.bagian polip ini biasa menjadi nekrosis dan mengalami perdarahan . polip ini
berkembang karena pengaruh radang maupun virus.

Endometrium
Polip endometrium sering didapati terutama dengan pemeriksaan histeroskopi. Polip
berasal antara lain dari adnoma, adenofibroma, mioma , submukusum, plasenta.insiden
tidak diketahui paling sering pada perempuan berumur 30-59 tahun. Kurang dari
sepertiga memperllihatkan endometrium fungsional. Bisa memperlihatkan hyperplasia
kistik. Bisa menonjol melalui serviks

Adenoma- adenufibroma yang biasannya terdiri dari epitel endometrium dengan


stroma yang sesuai dengan daur haid. Adenoma ini biasanya merupakan penampilan
hyperplasia endometrium, dengan konsistensi lunak dan berwarna kemerah merahan .
Gangguan yang sering ditimbulkan adalah metroragi sampai menometroragi,
infertilitas.Pula mempunyai kecenderungan kambuh kembali.

Mioma submukosum:sarang mioma dapat tumbuh bertangkai dan keluar dari


uterus menjadi mioma yang dilahirkan. Tumor berkonsistensi kenyal berwarna putih
Polip plasenta: berasal dari plasenta yang tertinggal setelah partus maupun abortus.
Polip plasenta menyebabkan uterus mengalami sub-involusi yang menimbulkan
perdarahan.
Miometrium
Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya
,sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma,leiomioma, ataupun
pibroid.
Berdasarkan otopsi novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak.Mioma uteri
belum pernah terjadi sebelum menars. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma
yang masih tumbuh.

Etiologi

 Wanita dengan nullypara ( wanita kurang subur ).•Etiologi secara pasti tidak
diketahui
 Tetapi ada korelasi antara pertumbuhan tumor dengan peningkatan reseptor
estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri dan juga dipengaruhi oleh
hormone pertumbuhan.
 faktor geneti
 Resiko tinggi wanita dengan umur diatas 35 tahun

Patofisiologi
Sarang mioma diuterus dapat berasal dari serviks uterus hanya 1-3%, sisanya adalah
dari korpurs uterus. Menurut letaknya,mioma dapat kita dapati sebagai:
Mioma submukosum : berada dibawah endemetrium dan menonjol kedalam rongga
uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui saluran serviks (myomgeburt). Mioma subserosum dapat tumbuh
diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligameter.
Mioma intra mural : mioma terdapat diding uterus diantara serabut mioma
meometrium.
Mioma subserosum : apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat pula tumbuh
menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian
membebaskan diri Dario uterus, sehingga disebut wandering / parasitic fibroid. Jarang
sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat
menonjol kedalam saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan
sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri atas berkas otot polos
dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde/ pusaran air ( whorl like pattern),
dengan pseudokapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan sarang mioma ini. Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat
lebih 5 kg. jarang sekali mioma ditemukan pada wanita subur berumur
20 thn, paling banyak pada umur 35 – 45 tahun ( kurang lebih 25%). Pertumbuhan
mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar
tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause banyak
mioma menjadi lisut hanya 10 % saja masih tumbuh lebih lanjut.

Manifestasi klinik

Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma berada (serviks,
intramural,submukus,subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang
terjadi.

Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut.

Perdarahan abnormal ganguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah


hipermenore,menoragia dan dapat juga terjadi metroragia.

Rasa nyeri yang timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma,yang
disertai nekrosis dan peradangan.

Gejala dan tanda penekanan. Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma
uteri. Penekanan pada kandung akan menyebabkan poliuri, pada ureter dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada penekanan dapat menyebabkan
obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat
menyebabkan edema tungkai.

Adanya rasa penuh atau berat pada perut bagian bawah dan teraba massa yang padat
kenyal
Gangguan haid atau perdarahan abnormal dari uterus yaitu hipermenore, metroragi,
dismenorea
Rasa nyeri akibat torsi atau mengalami degenerasi

 Infertilitas
Abortus

Pemeriksaan diagnostic

 Pemerikasaan pelvis mendeteksi pembesaran uteru


 USG abdominal dan transvaginal dapat membantu menegakkan dugaan klinis
 Aspirat endoservikal menunjukan sel abnormal.
 Biopsi endometrial.
•Dilatasi dan kuretase merupakan alat diagnostik yang paling akurat.
•Pemeriksaan tambahan meliputi pemeriksaan metastatik (sinar X dan
sitoskopi).

Komplikasi

 Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32 – 0,6 % dari
seluruh mioma serta merupakan 50 – 70 % dari semua sarcoma uterus.
 Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut hingga mengalami nekrosis, kemudian terjadilah sindrom
abdomen akut.
 Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, menyebabkan infertilitas:
resiko terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga uterus
khususnya pada mioma sub mukosum, letak janin menghalangi kemajuan
kehamilan karena letaknya pada serviks uteri menyebabkan inersia maupun
autonia uteri.

Penanganan secara umum

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55 % dari semua


mioma uteri tidak membutuhkan pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama
apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan.
Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selam 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam
keseluruhannya menjadi lebih kecil.

Pengobatan operatif. Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa


pengangkatan uterus, hal ini dapat dikerjakan pada mioma sub mukosum pada
myom geburt dengan cara ektirvasi pada vagina. 25 – 35 % memerlukan
histerektomi (per abdominal atau per vaginam) tindakan ini dilakukan dengan
alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Penanganan operatif
ini dilakukan bila ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus , pertumbuhan
tumor cepat, bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya, penekanan
pada jaringan sekitarnya

Radioterapi. Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga
penderita mengalami menopause. Tindakan ini dilakukan jika tidak ada
keganasan pada uterus.

Penanganan konservatif dilakukan bila mioma yang kecil pada pra dan post
menopause tanpa gejala
SOAP

Data subjektif

Ibu di oprasi tanggal tanggal 22 maritet 2011 jam 09.00 wita

d an selesai jam 11.00 wita


Ibu merasa dengan keluhan nyeri perut bagian bawah

Hasil USG menyatakan ibu menderita tumor uterus

Ibu mengeluh nyeri pada luka operasi

Ibu tidur kurang lebih 4 jam pasca oprasi

Ibu merasa cemas dan khawatir dengan keadaanya

Perban terasa lembab

Data objektif

Tanggal pengkajian 23 maret 2011,jam 14.00 wita

Nampak meringis

Ada nyeri tekan pada luka bekas oprasi

HB 8,9 gram %

Konjungtifa pucat

Bibir pucat

Nampak cemas

S : 37,5

ASESMENT

Post op tumor uterus hari ke -1 dengan masalah nyeri luka bekas oprasi anemia
sedang dan cemas

1) post op
ibu di oprasi tanggal 22 maret 2011,jam 09.00 wita dan selesai
Jam 11.00 wita
ibu masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut bagian Bawah
hasil usg menyatakan ibu menderita tumor uterus
Do:-tanggal pengkajian 23 maret 2011,jam 14.00 wita
Analisa dan interpretasi data
 Ibu masuk ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut bagian bawah yang

merupakan salah satu tanda yang bisa terjadi pada penderita tumor

uterus karena adanya nekrosis pada jaringan.lebih kuat diagnosis,dengan

adanya hasil usg yang menyatakan bahwa ibu menderita tumor uterus(

 Di hitung dari ibu di oprasi tanggal 22 maret 2011 ke tanggal pengkajian

yakni 23 maret 2011 menunjukkan bahwa ibu dalam masa post op tumor

uterus hari ke 1

2) nyeri luka bekas oprasi

Ds : ibu mengeluh nyeri luka pada bekas opras

Do : nampak meringis

Ada nyeri tekan pada luka bekas oprasi

Analisa dan interpretsi data

Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas oprasi dan di tunjukkan dengan ekspresi

ibu yang meringis serta adanya nyeri tekan pada luka bekas oprasi di akibatkan

oleh adanya jaringan yang terputus dan mengeluarkan zat yang memberi

rangsangan ke hipotalamus untuk menghantarkan rasa nyeri pada jaringan yang

terputus tersebu

3) Anemia sedang

Ds : ibu tidur kurang lebih 4 jam pasca oprasi

Do : HB 8,9

Konjungtiva pucat

Bibir pucat

Analisa dan interpretsi data


Ketika tidur produksi sel darah merah akan maksimal jika ibu hanya tertidur + 4

jam maka produksi sel darah merahpun akan terganggu sehingga dapat

menyebabkan seseorang kekurangan sel darah merah dan diagnosis pasti

anemia dapat diketahui dari hasil pemeriksaan kadar HB yakni normal untuk

wanita yang tidak hamil adalah 12-14 gram % dan tanda gejala dari anemia

tersebut adalah konjungtiva dan bibir nampak pucat

4) cemas

Ds : ibu merasa cemas dan khawatir dengan keadaanya

Do : wajah nampak cemas

Analisa dan interpretasi data

Perasaan cemas dan khawatir terjai jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan

harapan untuk baik-baik saja namun pada kenyataanya kondisi ibu tidaqk sebaik

yang di harapkan menimbulka di lihat darn dapatn kecemasan pada diri ibu dan

dapat dilihat dari

Ekspresi ibu yang nampak cemas

PLANNING
Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan,ibu nampak tenang
Hasil :
Mengajarkan ibu tekhnik relaksasi,ibu mulai menarik nafas dari hidung dan
mengeluarkanya melalui mulut
Hasil :
Memberikan support kepada ibu,ibu lebih tenang dan bisa tersenyum
Hasil :
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup,ibu menjaab dengan anggukan
Hasil :
Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi ibu bertanya apakah boleh
mengkomsumsi ayam
Hasil :
Penatalaksanaan pemberian obat,injeksi cepotaxime ranitidine dan caterolac
Hasil :
Mengobservasi :
TD :120/70 mmhg
N :78x/m
S : 36,7
P : 16x/m
PATOLOGI KB
AKDR

A.PENGERTIAN

IUD (intra uterine device, spiral) atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). IUD
adalah suatu usaha untuk menekan kesuburan Keuntungan dari IUD adalah efek
sampingnya terbatas di dalam rahim.
Terdapat 2 macam IUD:
- melepaskan progesteron (harus diganti setiap tahun)
- melepaskan tembaga (efektif selama 10 tahun).
Contoh IUD :
- Lippes lop, copper-7, copper T, multiload
- Biasanya IUD dipasang pada saat menstruasi karena akan mengurangi
rasa sakit dan memudahkan insersi melalui kanalis servikalis. Jika
kemungkinan terjadi infeksi serviks, masa pemasangan IUD sebaiknya
ditunda sampai infeksi mereda.
- Cara kerja IUD adalah dengan menyebabkan reaksi peradangan di dalam
rahim yang akan menarik datangnya sel-sel darah putih. Zat yang
dihasilkan oleh sel darah putih ini merupakan racun bagi sperma
sehingga tidak terjadi pembuahan sel telur.
- Melepaskan IUD akan menyebabkan terhentinya proses peradangan.

Efek samping dari IUD


- * Perdarahan dan nyeri
- * Kadang IUD terlepas dengan sendirinya (sekitar 20% IUD yang lepas
tidak disadari/diketahui oleh pemakainya dan bisa menyebabkan
kehamilan)
- * Perforasi rahim
- * Ketika baru dipasang akan terjadi infeksi singkat pada rahim, tetapi
infeksi ini akan mereda setelah 24 jam
- * Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil dengan IUD yang masih
terpasang adalah sekitar 55%.
- Cara Insersi IUD
- * Tabung penyalur dengan IUD didalamnya dimasukkan melalui kanalis
servikali
- * Leher tabung penyalur pada serviks, IUD didorong kedalam kavum uteri
* Tabung penyalur kemudian dikeluarkan, filament IUD kemudian
ditinggalkan dalam kanalis servikalis dan vagina.
- Cara mangeluarkan IUD, pengeluaran IUD jauh lebih mudah jika
dilakukan sewaktu haid.
- * Inspekulo, filament ditarik perlahan-lahan, jangan sampai putus. IUD
nya akan ikut keluar perlahan-lahan
- * Jika IUD tidak keluar dengan mudah, lakukanlah sondase uterus,
sehingga ostium uteri internum terbuka. Sonde diputar perlahan-lahan
90o . selanjutnya IUD dikeluarkan
- * Jika filament tidak tampak atau putus, IUD dapat dikeluarkan dengan
mikrokuret
SOAP
Data subjektiv
 Tanggal 21 september 2010 ibu mengganti alat kontrasepsinya dengan AKDR
jenis spiral
 Ibu ingin mengganti alat kontrasepsinya
 Orang tua dan mertuanya menyarangkn untuk mengganti alat kontrasepsinya
 Suami ibu merasa kesakitan ketika bersenggama
 Ibu merasa cemas dengan keadaannya
 Hubungan suami dengan ibunya renggang

Data objektiv –

ASESMENT
Akseptor AKDR dengan masalah ingin mengganti dengan alat kontrasepsi yang lain dan
cemas
a. Akseptor AKDR
Ds : - pada tanggal 21 september 2010 ibu mengganti alat
kontrasepsinya dengan AKDR jenis spiral Tanggal 21 september 2010 ibu
terdaptar sebagai akseptor AKDR jenis spira
Do: -
Tanggal 21 september ibu terdaptarsebagai akseptor AKDR jenis spiral
Tanggal kunjungan akhir 21 september 2010
tampak benang AKDR 4-5 cm
Analisa interpretasi data :
Dengan tanggal kunjungan akhir yakni tanggal 21 september 2010 dan tanggal
akseptor AKDR yaitu 21 september 2010 serta pada pemeriksaan genetalia
nampak adanya benang AKDR menandakan bahwa adalah akseptor AKDR
Ingin mengantikan alat kontrasepsi
Ds :
- ibu ingin menggantikan alat kontrasepsi
-orang tua dan mertuanya menyarangkan untuk mengganti alat kontrasepsi
- suami ibu merasa kesakitan ketika bersenggama
Do:-
Analisa interpretasi data
Keinginan ibu untuk mengganti alat kontrasepsi mendapat dukungan dari
keluarga serta diakibatkan karena adanya ketidaknyamanan ibu menggunakan
alat kontrasepsi tersebut mengingat dampak yang akan terjadi jika suami terus
menerus kesakitan ketika bersenggama dapat menyebabkan ketidakharmonisan
berlanjut dalam keluarga .
1. Cemas
Ds: - ibu merasa cemas dan khawatir dengan keadaannya
DO:-ibu nampak cemas dan khawatir
Analisa dan interpretasi data :
Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan dapat menimbulkan
kecemasan pada diri seseorang yakni harapan untuk baik-baik saja dan
penggunaan alat kontrasepsi dapat berjalan lancar namun pada
kenyataannya tidak sesuai dengan harapan. Rasa cemas itu akan nampak
dari ekspresi wajah atau perilaku seseorang.
PLANNING
 Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
Rasional ; Dengan mengetahui keadaannya ibu dapat di ajak bekerja sama
dalam setiap tindakan yang akan di lakukan
 Beritahu ibu tentang penyebab suami merasa kesakitan ketika bersenggama
Rasional ; Dengan mengetahui penyebab masalah ibu dapat lebih tepat dalam
mengambil keputusan untuk mengetahui masalah tersebut
 Anjurkan ibu untuk berdiskusi dengan suami mengenai alat kontrasepsi yang
baik untuk digunakan
Rasional ; komunikasi yang baik dapat lebih mempeerat hubungan dalam
keluarga
 Anjurkan ibu untuk tidur dan makan yang cukup
Rasional ; Dengan memperbaiki keseimbangan cairan dan nutrisi dalam
tubuh dapat menjaga stamina daya tahan tubuh ibu agar tetap baik
 Berikan support kepada ibu
Rasional : dukungan moril dapat memberi semangat kepada ibu untuk
belajar menerima keadaannya.
 He tentang jenis-jenis alat kontrasepsi dan kelebihan serta kekurangannya.
Rasional : Denga lebih banyak mengetahui jenis alat kontrasepsi ibu dapat
memilih alat kontrasepsi yang lebih tepat untuk digunakan.
 lakukan IUD,jika ibu tetap ingin mengganti alat kontrasepsi.
Rasional : pasien akan merasa nyaman jika diberi tindakan sesuai dengan
keinginan.
 Buat informed consent atau lembar persetujuan
Rasional : Setiap tindakan yang dilakukan perlu bukti persetujuan dari pasien
agar jika terjadi sesuatu kita dapat mempertanggung jawabkan tindakan
yang kita lakukan.
 Anjurkan ibu untuk datang kembali Pada tanggal 17 mei 2011 dan atau jika
ada masalah atau keluhan.
Rasional : kunjungan rutin akan mempermudah kita untuk memberikan
pelayanan yang tepat, efektif dan komprehensif.
BAB V
SISTEM RUJUKAN

A. Latar Belakang
Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang
kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung
jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama
bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi
oleh bangsa kita. Masalah 3T (tiga terlambat) merupakan salah satu hal yang melatar
belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas
pelayanan kesehatan.
Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang
tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang
menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam
mengatasi keterlambatan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau
bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi
penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi
keselamatan ibu dan bayi.

B. Pengertian
Rujukan kebidanan adalah kegiatan pemindahan tanggungjawab terhadap kondisi
klien/pasien ke fasilitas pelayanan yang lebih memadai (tenaga atau pengetahuan, obat,
dan peralatannya)

C. Jenis-Jenis Rujukan
1. Rujukan medik
Yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik
secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu
menangani secara rasional.
Jenis rujukan medic antara lain:
a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic, pengobatan,
tindakan opertif dan lain – lain.
b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lenih lengkap.
c. Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untuk meningkatkan mutu layanan setempat.
2. Rujukan kesehatan
Yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang
lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan
yang sifatnya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif).
Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.

D. Persiapan Rujukan
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan, disingkat “BAKSOKU”
yang dijabarkan sebagai berikut :
1. B (bidan): pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten
dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
2. A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus
set, tensimeter, dan stetoskop
3. K (keluarga): beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan
mengapa dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain diusahakan untuk dapat
menyetujui Ibu (klien) ke tempat rujukan.
4. S (surat): beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat yang telah diterima ibu (klien)
5. O (obat): bawa obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk
6. K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu
(klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu
cepat
7. U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di temapat rujukan

E. Mekanisme Rujukan
1. Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan puskesmas
a. Pada tingkat Kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka segera dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena mereka belum dapat menetapkan tingkat
kegawatdaruratan
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang
ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan
kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk
2. Menentukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai
kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan
kesediaan dan kemampuan penderita.

3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya. Klien dan keluarga perlu
diberikan informasi tentang perlunya penderita segera dirujuk untuk mendapatkan
pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu

4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui telepon atau radio
komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

5. Persiapan penderita
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu atau
dilakukan stabilisasi. Keadaan umum ini perlu dipertahankan selama dalam perjalanan.
Surat rujukan harus dipersiapkan sesuai dengan format rujukan dan seorang bidan
harus mendampingi penderita dalam perjalanan sampai ke tempat rujukan.

6. Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana
transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita.

7. Tindak lanjut penderita


a. Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memrlukan tindak lanjut, dilakukan
tindakan sesuai dengan saran yang diberikan.
b. Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka perlu
dilakukan kunjungan rumah

F. Hirarki Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kebidanan dilakukan sesuai dengan hirarki pelayanan kesehatan yang ada
mulai dari :
1. Pelayanan kesehatan tingkat primer di puskesmas.
Meliputi : Puskesmas dan jaringannya termasuk Polindes / Poskesdes, Bidan Praktik
Mandiri, Klinik Bersalin serta fasilitas kesehatan lainnya milik pemerintah maupun
swasta.

Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif, preventif, deteksi


dini dan memberikan pertolongan pertama pada kegawat-daruratan obstetri neonatal
(PPGDON) untuk tindakan pra rujukan dan PONED di Puskesmas serta pembinaan
UKBM termasuk Posyandu

2. Pelayanan kesehatan tingkat sekunder


Meliputi : Rumah Sakit Umum dan Khusus baik milik Pemerintah maupun Swasta yang
setara dengan RSU Kelas D, C dan B Non Pendidikan, termasuk Rumah Sakit Bersalin
(RSB), serta Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA).

Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif, preventif, deteksi


dini, melakukan penapisan (skrining) awal kasus komplikasi mencegah terjadinya
keterlambatan penanganan dan kolaborasi dengan nakes lain dalam penanganan kasus
(PONEK).

3. Pelayanan kesehatan tingkat tersier di RS type B dan A


Meliputi : Rumah Sakit yang setara dengan Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit
Khusus Kelas A, kelas B pendidikan, milik Pemerintah maupun swasta.

Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif, preventif, deteksi


dini, melakukan penapisan (skrining) awal kasus komplikasi mencegah terjadinya
keterlambatan penanganan, kolaborasi dg nakes lain dalam penanganan kasus PONEK
dan asuhan kebidanan/penatalaksaaan kegawat-daruratan pada kasus-kasus kompleks
sebelum mendapat penanganan lanjut.

G. Kebijakan Pengelolaan Pelayanan Rujukan Obstetri & Neonatal Dasar dan


Komprehensif ( PONED & PONEK )
Pengertian: Lembaga dimana rujukan kasus diharapkan dapat diatasi dengan baik, artinya
tidak boleh ada kematian karena keterlambatan dan kesalahan penanganan
Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan:
Kegawatdaruratan dapat terjadi secara tiba-tiba (hamil, bersalin,nifas atau bayi baru
lahir), tidak dapat diprediksi.
Oleh karena itu, Tenaga bidan perlu memiliki kemampuan penanganan
kegawatdaruratan yang dilakukan dengan tepat dan cepat
Upaya Penanganan Terpadu Kegawatdaruratan:
1. Dimasyarakat
Peningkatan kemampuan bidan terutama di desa dalam memberikan pelayanan
esensial, deteksi dini dan penanganan kegawatdaruratan (PPGDON)
2. Di Puskemas
Peningkatan kemampuan dan kesiapan puskesmas dlm memberikan Penanganan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar ( PONED )
3. Di Rumah Sakit
Peningkatan kemampuan dan kesiapan RS kab / kota dlm PONEK
4. Pemantapan jarigan pelayanan rujukan obstetri & neonatal
Koordinasi lintas program, AMP kab / kota dll

Kegiatan Making Pregnancy Safer (MPS) untuk Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Bayi
1. Pelayanan Obstetri dasar di tingkat Polindes dan Puskesmas
2. Menyediakan minimal 4 Puskesmas PONED di setiap Kabupaten/Kota
3. Menyediakan 1 Pelayanan PONEK 24 jam di Rumah Sakit Kabupaten/Kota

Jenis kriteria pelayanan kesehatan rujukan:


1. PUSKESMAS PONED
Puskesmas yang memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan obstetri
neonatal emergensi dasar langsung terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan neonatal
dengan komplikasi yang mengancam jiwa ibu dan neonatus
Pelayanan Obstetri Emergensi Dasar, meliputi:
a. Pemberian oksitosin parenteral
b. Pemberian antibiotik parenteral
c. Pemberian sedatif parenteral pada tindakan kuretase digital dan plasenta manual
d. Melakukan kuretase, plasenta manual, dan kompresi bimanual
e. Partus dengan tindakan ekstraksi vacum,ekstraksi forcep
Pelayanan Neonatal Emergensi Dasar, meliputi:
a. Resusitasi bayi asfiksia
b. Pemberian antibiotik parenteral
c. Pemberian anti konvulsan parenteral
d. Pemberian Phenobarbital
e. Kontrol suhu
f. Penanggulangan gizi

2. RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM


Rumah sakit yang memiliki tenaga dengan kemampuan serta sarana dan prasarana
penunjang yang memadai untuk memberikan pertolongan kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal dasar dan komprehensif dan terintergrasi selama 24 jam secara langsung
terhadap ibu hamil, nifas dan neonatus, baik yang datang sendiri atau atas rujukan
kader, bidan, Puskesmas PONED, dll
Kemampuan PONEK meliputi :
a. Pelayanan obstetri komprehensif
Pelayanan obstetri emergensi dasar (PONED)
Transfusi darah
Bedah Caesar
b. Pelayanan Neonatal Komprehensif
Pelayanan neonatal emergensi dasar
Pelayanan neonatal intensif
Kriteria RS PONEK 24 Jam:
a. Memberikan pelayanan PONEK 24 jam secara efektif (cepat, tepat-cermat dan
purnawaktu) bagi bumil/bulin, bufas, BBL – ada SOP
b. Memiliki kelengkapan sarana dan tenaga terampil untuk melaksanakan
PONED/PONEK (sesuai dengan standar yang dikembangkan) – tim PONEK terlatih
c. Kemantapan institusi dan organisasi, termasuk kejelasan mekanisme kerja dan
kewenangan unit pelaksana/tim PONEK- ada kebijakan
d. Dukungan penuh dari Bank Darah / UTD – RS, Kamar Operasi, HCU/ICU/NICU, IGD
dan unit terkait lainnya
e. Tersedianya sarana/peralatan rawat intensif dan diagnostik pelengkap (laboratorium
klinik, radiologi, RR 24 jam, obat dan penunjang lain. )

RUJUKAN KLIEN/PASIEN PADA KASUS PATOLOGIS


Pengertian: suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus kebidanan atau
dengan penyakit penyerta atau komplikasi yang memerlukan pelayanan dengan
menggunakan pengetahuan, fasilitas, dan peralatan yang memadai, atau kondisi
klien/pasien di luar kewenangan bidan.

Indikasi perujukan ibu yaitu :


Riwayat seksio sesaria
Perdarahan per vaginam
Persalinan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu)
Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
Ketuban pecah lama (lebih kurang 24 jam)
Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
Ikterus
Anemia berat
Tanda/gejala infeksi
Preeklamsia/hipertensi dalam kehamilan
TInggi fundus uteri 40 cm atau lebih
Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masuk 5/5
Presentasi bukan belakang kepala
Kehamilan gemeli
Presentasi majemuk
Tali pusat menumbung
Syok

Pendekatan yang digunakan dalam memberikan Asuhan kebidanan kepada klien sesuai
dengan Pedoman Asuhan Kebidanan pada Kasus Rujukan Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, dan
Bayi Baru Lahir dan Standar Asuhan Kebidanan Kepmenkes nomor 938 tahun 2007,
dimana pengambilan keputusan klinis bidan diambil berdasarkan hasil pengkajian
melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik, kemudian dirumuskan diagnosa kebidanan
berdasarkan permasalahan yang ditemui. Setelah diagnosa dibuat, maka diberikan
intervensi sesuai dengan prioritas kegawatan kondisi ibu dan janin, sesuai kewenangan
bidan, dan kewenangan tempat pelayanan dasar, PONED serta PONEK. Kemudian
pencatatan asuhan pada formulir/ status klien/ Rekam medis yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Djamaloeddin. 2009. Ilmu kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo
. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal.
Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Martini. Diktat Asuhan Kebidanan IV (Patologi) Kebidanan
http://makalahkuliahjurusanpai.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang
mastitis.html

http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2010/03/03/cystosarcoma-phyllodes/

http://umirizaazizah.blogspot.com/2012/03/kista-sarcoma-filodes.html

http://bidankudelima.blogspot.com/2012/01/ca-mammae-kanker-payudara.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_payudara

http://www.scribd.com/doc/71422160/MAKALAH-KANKER-PAYUDARA

http://www.artikata.com/arti-349145-sarkoma.html

Wardoyo, Hasto, 2008. Infertilitas.Makalah Seminar BayiTabung. RSUP dr. Sardjito,


Yogyakarta.

http://mylife-destinystep.blogspot.com/2012/02/sistem-rujukan-kebidanan.html

Vous aimerez peut-être aussi